4.2 Hasil Karakterisasi SEM

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 4 Data dan Analisis

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH OKSIDAN H 2 O 2 TERHADAP KARAKTERISTIK MAGNET BARIUM FERRITE

BAB I PENDAHULUAN. Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.

SIDANG TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH

I. PENDAHULUAN. karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus

HASIL DAN PEMBAHASAN

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

PENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B

PENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KALSIUM FERIT MENGGUKAN PASIR BESI DAN BATU KAPUR

Analisis Sifat Magnet Dan Mekanik Pada Permanent Bonded Magnet Pr-Fe-B Dengan Matriks Bakelit

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

Aplikasi Magnet Permanen di Indonesia: Data Pasar dan Pengembangan Material Magnet

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Analisa Sifat Magnetik dan Morfologi Barium Heksaferrit Dopan Co Zn Variasi Fraksi Mol dan Temperatur Sintering

Pengaruh Holding Time Kalsinasi Terhadap Sifat Kemagnetan Barium M-hexaferrite (BaFe 12-x Zn x O 19 ) dengan ion doping Zn

Bab III Metodologi Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

SINTESIS NANOPARTIKEL MgFe 2 O 4 DENGAN COATING PEG 6000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI SKRIPSI ADINDA SUCI PRATIWI SAPUTRA

PEMBUATAN MAGNET PERMANENT Ba-Hexa Ferrite (BaO.6Fe 2 O 3 ) DENGAN METODE KOOPRESIPITASI DAN KARAKTERISASINYA SKRIPSI

PEMBUATAN MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERIT YANG DIDOPING ION Cu

PENGARUH ADITIF SiO2 TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET BaO.6Fe2O3

Pengaruh temperatur sintering terhadap struktur dan sifat magnetik La 3+ - barium nanoferit sebagai penyerap gelombang mikro

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan

Unnes Physics Journal

INOVASI TEKNOLOGI PEMBUATAN MAGNET PERMANEN UNTUK MEMBANGUN INDUSTRI MAGNET NASIONAL

Unnes Physics Journal

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

Pembuatan dan karakterisasi magnet komposit berbahan dasar barium ferit dengan pengikat karet alam

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PREPARASI DAN KARAKTERISASI SERBUK CALCIUM ALUMINA FERRITE (CaAl 4 Fe 8 O 19 ) SEBAGAI BAHAN KERAMIK MAGNETIK

4 Hasil dan Pembahasan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) F-108

JMI Vol. 38 No. 1 Juni 2016 METAL INDONESIA. Journal homepage: p-issn: e-issn : X

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses :

PENGARUH ADITIF BaCO 3 PADA KRISTALINITAS DAN SUSEPTIBILITAS BARIUM FERIT DENGAN METODA METALURGI SERBUK ISOTROPIK

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH ANNEALING DAN KOMPOSISI ADITIF FERRO BORON (FeB) TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET DARI BARIUM HEKSAFERIT (BaFe 12 O 19 ) SKRIPSI

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: X B-41

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci : Barium Heksaferrit, Doping Ni Zn dan Temperatur Sintering.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Amobilisasi Kation Logam Berat Cr 3+ pada Geopolimer Berbahan Baku Abu Layang PT. IPMOMI

STOKIOMETRI. Kimia Kelas X

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sintesis dan Karakterisasi Kalsium Ferit Menggunakan Pasir Besi dan Batu Kapur

BAB II STUDI PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

PENGARUH HOLDING TIME KALSINASI TERHADAP SIFAT KEMAGNETAN BARIUM M-HEXAFERRITE (BaFe 12-x Zn x O 19 ) DENGAN ION DOPING Zn

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PENGARUH PENAMBAHAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP SIFAT MAGNETIK MAGHEMIT (γ-fe 2 O 3 ) YANG DISINTESIS DARI MAGNETIT BATUAN BESI (Fe 3 O 4 )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

PENGEMBANGAN BAHAN MAGNETIK BARIUM HEKSAFERITE DARI MINERAL YAROSIT ALAM DAN KARAKTERISASINYA. Jurusan Fisika Universitas Padjadjaran 2

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAMPIRAN 1. Peralatan dan Bahan Penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

STOIKIOMETRI. STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya.

4.1 ANALISA STRUKTUR MIKRO

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

Pengaruh Penambahan Barium Karbonat Pada Media Karburasi Terhadap Karakteristik Kekerasan Lapisan Karburasi Baja Karbon Rendah

Gambar 4.7. SEM Gelas BG-2 setelah perendaman di dalam SBF Ringer

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan material keramik komposit LSM-YSZ-GDC

Transkripsi:

4. Hasil Karakterisasi SEM Serbuk yang melewati proses kalsinasi tadi selain dianalisis dengan XRD juga dianalisis dengan menggunakan SEM untuk melihat struktur mikro, sehingga bisa dilihat bentuk dan ukuran dari butirnya. (a) (b) (c) (d) Gambar 4.4 Gambar analisa SEM untuk ( a ) sampel, ( b ) sampel -, ( c ) sampel -, ( d ) sampel -4 Ukuran kristal pada sampel adalah -4 µm, sampel - ukuran kristalnya adalah - µm, sampel - ukuran kristalnya -4 µm, dan pada sampel -4 ukuran kristalnya adalah,5- µm. Hasil yang didapat pada pengukuran kristal lewat SEM menunjukkan adanya perbedaan dengan penghitungan dengan menggunakan data XRD, data XRD menunjukkan bahwa kristal yang terbentuk skalanya nano, sedangkan lewat SEM yang merupakan pencitraan daripada kristal yang terbentuk, skalanya adalah mikron, hal ini dapat disebabkan karena gambar kristal yang muncul 8

dari hasil pengamatan SEM dapat merupakan serbuk barium ferit yang menggumpal, karena pada preparasi sampel sebelum karakterisasi tidak digunakan dispersant, untuk mencegah serbuk menggumpal. Kristal yang muncul telah bertumbuh sebagai akibat dari pemanasan dari suhu 7 o C sampai o C. ( a ) ( b ) Gambar 4.5 Gambar analisa SEM pada(a) sampel dan (b) sampel - Dari hasil SEM ini terlihat bahwa ukuran serbuk lebih kecil daripada sampel yang dikalsinasi lewat pemanasan. Hal ini terjadi karena lewat pemanasan langsung kristal yang ada tidak sempat tumbuh membesar. Ukuran kristal yang berskala nano ini diharapkan memberikan sifat magnet yang tinggi, karena single domain yang terbentuk akan semakin banyak. 4. Hasil Uji Sifat Magnet dan Analisis Sifat Magnet Pengujian magnet ini dilakukan dengan menggunakan alat Permagraph yang terdapat di LIPI, lewat uji magnet ini kita akan mendapatkan informasi besarnya koersifitas, remanensi, dan nilai BH max dari sampel magnet yang telah dibuat. Preparasi yang dilakukan sebelum uji magnet ini adalah dengan mencetak serbuk menjadi sebuah bentuk yang solid, pada pengujian ini penulis menggunakan cetakan berbentuk ring. 9

no Rasio Fe/Ba Hasil pengujian magnet yang didapat adalah sebagai berikut : Rasio mol oksidan Kalsinasi (ºC) 7 :: Perlakuan panas 7 :: Perlakuan panas 7 ::4 Perlakuan panas 4 :: Perlakuan panas tidak 5 - Perlakuan panas tidak Br (Gauss) Mr (emu/g) Hc (Oersted) BH max (MGOe) 6, 989,5 55 9,7 6,55 5,5 756,97 98 4, 76, 6 4,94 87,6 Untuk sampel :: tidak dilakukan pengujian sifat magnet karena gagal dicetak, dan karena serbuk sisa hasil percobaan pencetakan yang pertama terlalu sedikit untuk dicetak, maka sampel :: tidak jadi dicetak. Kurva Hysterisis sampel :: -6-4 - 4 6 - - Gambar 4.6 Gambar kurva hysteresis pada sampel 4

Kurva Hysterisis sampel : : M(kG) -6-4 - 4 6 - - Gambar 4. 7 Gambar kurva hysteresis pada sampel - Kurva Hysterisis Sampel : :4-6 -4-4 6 - - Gambar 4.8 Gambar kurva hysteresis pada sampel -4 4

Kurva Hysterisis sampel oksidan ( kg ) Rem anence -8-6 -4-4 6 8 - - Coercivity (koe) Gambar 4.9 Gambar kurva hysteresis pada sampel Kurva Hysterisis sampel non-oksidan Rem anence ( kg ) -8-6 -4-4 6 8 - - Coercivity (koe) Gambar 4. Gambar kurva hysteresis pada sampel - 4

Material Br (gauss) Hc (Oe) BHmax (MGOe) BaO.6Fe O 5 4, Tabel 4. Tabel Sifat magnet barium ferrite komesial Pada sampel yang menggunakan rasio Fe/Ba=7, dapat dilihat bahwa nilai remanensi masih belum sebesar dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena fasa yang muncul setelah kalsinasi tidak tunggal, melainkan terdapat fasa lain, yang dapat menurunkan nilai remanensi. Nilai coercivity dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran butir, semakin kecil ukuran butir akan meningkatkan nilai coercivity dari barium ferrite. [6] Nilai coercivity tertinggi terdapat pada sampel -, hal ini kemungkinan pada sampel ini kristal yang terbentuk lebih seragam daripada dua sampel lainnya sehingga nilai coercivity meningkat, pada dua sampel lainnya, distribusi bentuk dan ukuran kristal yang terbentuk cenderung besar, sehingga nilai coercivity tidak sebesar sampel -. Penghitungan besar butir dengan metoda Scherrer untuk sampel yang dikalsinasi pada suhu 9 o C, menunjukkan bahwa butir dari sampel - memiliki ukuran yang paling kecil, hal ini juga meningkatkan nilai koersifitas dari sampel tersebut. Nilai coercivity dari ketiga sampel ini masih terbilang kecil, karena ukuran kristalnya diperkirakan telah melewati ukuran single domainnya, yang menyebabkan nilai coercivity menjadi rendah. Terdapatnya fasa lain yaitu BaFe O 4 meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak juga mempengaruhi nilai remanensi dari sampel karena fasa ini bersifat antiferromagnetik yang menyebabkan nilai remanensi serbuk turun. Ukuran kristal pada percobaan kedua dimana komposisi rasio yang digunakan adalah Fe/Ba = ini lebih kecil daripada hasil percobaan pertama. Hal ini kemungkinan butir yang memenuhi ukuran single domain semakin banyak jumlahnya, sehingga nilai koersifitas yang dihasilkan menjadi meningkat. Nilai (BH) max pada sampel dengan rasio Fe/Ba = ini lebih rendah daripada sampel yang menggunakan rasio Fe/Ba = 7 karena banyak terdapat fasa Fe O yang bersifat antiferromagnetik, yang menurunkan remanensi dari serbuk, akibat dari berlebihnya Fe karena kurangnya jumlah Ba yang dapat bereaksi membentuk BaFe O 9. Kurangnya Ba sebagai akibat banyaknya Ba yang menguap saat proses kalsinasi, sebagaimana telah dijelaskan pada bagian awal bab ini. Adanya fasa lain mengakibatkan turunnya 4

remanensi dari serbuk barium ferrite, sedangkan nilai koersifitas dari serbuk lebih disebabkan oleh pengaruh dari kalsinasi yang dialami oleh serbuk. Penambahan oksidan pada percobaan diharapkan dapat menyediakan oksigen lebih banyak lagi untuk membuat proses pembakaran menjadi semakin sempurna, sehingga serbuk yang didapatkan diharapkan memiliki ukuran sekecil mungkin, yang akan meningkatkan nilai koersifitasnya. H O merupakan oksidan yang sangat kuat, dan akan langsung bereaksi dengan larutan lain ketika dicampurkan, hal ini berbeda dengan oksidan HNO seperti yang digunakan dalam percobaan yang dilakukan oleh Bahadur dkk [], yang tidak reaktif. Reaksi yang terjadi saat H O dicampurkan adalah reaksi yang menghasilkan panas / eksoterm, artinya reaksi antara oksidan tambahan dengan campuran logam nitrat dan bahan bakar telah terjadi tanpa perlu adanya tambahan panas. Hal ini tidak terjadi dengan penggunaan oksidan HNO, oksidan tambahan ini baru bereaksi ketika campuran dipanaskan. Karena sifat yang sangat reaktif ini kemungkinan pada temperatur kalsinasi yang digunakan saat percobaan, butir telah tumbuh, sehingga akan mempengaruhi koersifitas dari sampel barium ferit tersebut. Hal ini dapat dilihat dari sifat magnet yang lebih rendah daripada sifat magnet barium ferit komersial. Oleh karena itu penambahan oksidan H O perlu memperhatikan penggunaan temperatur kalsinasi, agar butir tidak sempat bertumbuh, dan didapatkan ukuran dimana terdapat single domain per butirnya. 44