BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengamatan penunjang ditujukan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sumarno dan Karsono 1996 dalam

ABSTRAK SARLIN TAHRIJI. NIM.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Penutupan Gulma Total

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI HERBISISDA TIGOLD 10 WP (pirizosulfuron etil 10%) TERHADAP GULMA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari,

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Hajimena Kecamatan Natar mulai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Gulma. spesies gulma dari waktu ke waktu. Pada minggu ke-3 terdapat 16 spesies gulma,

TINJAUAN PUSTAKA. yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

I. PENDAHULUAN. Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang tanah pada dasarnya dapat ditanam hampir di semua jenis tanah,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman pangan yang penting di dunia, selain padi

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr) merupakan salah satu komoditas pangan utama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman dilakukan digunakan 80%. Pada umur 1-2 MST dilakukan penyulaman pada benih-benih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai Jarak Tanam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI ( Coffea Sp ) Oleh ALI IMRON NIM :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Natar, Lampung Selatan dan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Haji Mena, Kecamatan Natar, Kabupaten

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

EFFECT TIME OF WEEDING IN INTERCROPPING SYSTEM PEANUTS (Arachis hypogaea L.) WITH CASSAVA (Manihot esculenta Crantz.)

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr)

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG BOGOR PADA BERBAGAI TINGKAT KERAPATAN TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN*

II. TINJAUAN PUSTAKA. di dunia. Dan merupakan makanan pokok ketiga di dunia setelah gandum dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula.

I. PENDAHULUAN. melalui makanan pokok (Nazarudin, 2009). Selada (lactuca sativa L.) merupakan

Gambar 2. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes) pada berbagai perlakuan (X) dengan kadar air pada pf 1 (Y)

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Jumlah Dominansi (NJD). a. Analisis vegetasi sebelum Aplikasi. Hasil analisis vegetasi menunjukan bahwa sebelum dilakukan aplikasi, atau pemberian herbisida glifosat terdapat 8 jenis gulma yang ada pada lahan tanaman terung. Gulma yang mendominasi tersebut adalah amaranthus spinosus dengan nilai NJD 0.83% pada aplikasi kontol, kemudian diikuti oleh gulma Borrreria latifolia sebesar 0.66 % pada aplikasi 5 HBT, Phylantus niruri 0.74 % pada perlakuan 5 HST,Casia obtusifolia 0.66 % pada aplikasi, hal ini menunjukan bahwa gilifosat mampu membunuh gulma yang berdaun lebar. gulma tersebut merupakan gulma yang mampu bersaing dengan gulma lainnya pada lahan terbuka. Tabel 1: Nilai Jumlah Dominansi Gulma Sebelum Aplikasi Herbisida Glifosat. JENIS GULMA NJD % KONTROL 5 HBT 5 HST Golongan Daun lebar : Casia obtusifolia Phylantus niruri Amaranthus spinosus Borrreria latifolia Heliotropium indicum Golongan daun sempit : Leeresia hexandra Paspalum conjugatum Golongan teki : Cyperus rotundus 0.75 0.62 0.83 0.63 0.67 0.56 0.50 0.57 0.54 0.48 0.57 0.66 0.56 0.65 0.61 0.57 0.6 0.74 0.58 0.64 0.22 0.61 0.63 0.55 0.66 0.63 0.61 0.63 0.58 0.65 0.78 0.55 b. Analisis vegetasi pada 6 MST. Dan saat panen setelah pemberian herbisida glifosat.

Gulma yang tumbuh pada tanaman terung yang ada pada 6 MST dan saat panen banyak di dominasi oleh gulma berdaun lebar, dan berdaun sempit, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2: Nilai Jumlah Dominansi Gulma 6 MST dan Saat Panen Berdasarka Aplikasi Herbisida Glifosat JENIS GULMA NJD % Pengamatan 6 MST Pengamatan saat panen Golongan daun lebar : 1 2 3 4 1 2 3 4 Casia obtusifolia 0.59 0.50 0.52 0.69 0.04 0.38 0.51 0.39 Phylantus niruri 0.50 0.47 0.54 0.63 0.40 0.39 0.42 0.48 Amaranthus spinosus 0.57 0.56 0.58 0.48 0.42 0.40 0.45 0.44 Borrreria latifolia 0.52 0.61 0.60 0.5 0.42 0.39 0.43 0.43 Heliotropium indicum 0.51 0.58 0.55 0.57 0.07 0.38 0.41 0.42 Ludwigia hyssopifolia - 0.60 0.49 0.56-0.40 0.41 0.4 Chromoloena odorata - - - - - 0.48 0.51 0.36 Golongan daun sempit : Paspalum conjugatum 0.42 0.51 0.41 0.69 0.37 0.4 0.41 0.42 Paspalum viginatum - - - - - 0.47 0.51 0.44 Cynodon dactylon - 0.52 0.78 0.64-0.45 0.46 0.43 Ottochloa nodasa - - - - - 0.41 0.54 0.41 Leeresia hexandra 0.46 0.68 0.52 0.39 0.46 0.40 - Golongan teki : Cyperus rotundus 0.42 0.55 0.44 0.44 0.39 0.44 0.39 0.40 Ket : 1.kontrol. 2. 5 HBT 3. 5 HST. 4.. Pada pengamatan gulma pada umur tanaman 6 MST, setelah perlakuan pemberian herbisida menunjukan bahhwa terjadi penambahan jenis gulma, muncul gulma baru yaitu Ludwigia hyssopifol dan. Hasil NJD pada semua petak menunjukan bahwa gulma lebih dominan muncul, Cynodon dactylon 0.78% pada aplikasi 5 HST, kemidian diikuti oleh gulma Paspalum conjugatum dan Casia obtusifolia 0.69% pada aplikasi. Kemudian gulma Leeresia hexandra 0.68% pada perlakuan 5 HBT. Dan urutan terendah yaitu Casia obtusifolia 0.59% pada aplikasi control. Perubahan gulma dominan dapat disebabkan karena biji biji atau organ

perkembang biakan gulma yang ada di dalam tanah tidak terkena percikan herbisida yang di aplikasikan pada petak perlakuan (Listyobudi, 2011). Gulma yang dominan tumbuh pada petak pada saat pengamatan 6 MST yaitu Cynodon dactylon dengan nilai NJD 0.78% % hal ini disebabkan karena herbisida tersebut mampu membunuh gulma dalam jangka waktu 3 sampai 7 hari setelah penyemprotan. Hasil analisis vegetasi akhir atau saat panen menunjukkan bahwa terjadi juga peningkatan jumlah spesies gulma dari 10 menjadi 13 spsies, pada pengamatan gulma saat panen, muncul gulma baru yaitu 2 (dua) spesies berdaun sempit dan 1 (satu) golongan spesies berdaun lebar, seperti Ottochloa Nodasa dan Chromoloena odorata. Gulma yang dominan tumbuh pada saat panen yaitu Phylantus niruri 0.48%, pada aplikasi, kemudian diikuti oleh gulma Ottochloa nodasa 0.54 % pada aplikasi 5 HST, Leeresia hexandra 0.56% pada aplikasi 5 HBT, Amaranthus dan spinosus Borrreria latifolia 0.42% pada aplikasi kontol. Gulma yang lebih dominan tumbuh yaitu Ottochloa nodasa 0.54% gulma yang termasuk dalam Golongan tersebut akan berpengaruh negative pada tanaman budidaya, karena gulma memiliki sifat yang sulit untuk dikendalikan dan memiliki ruang penyebaran yang luas sehingga akan tampak selalu hadir pada lahan budidaya. Dengan demikian kompotisi yang terjadi akan makin besar sehingga akan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas hasil tanaman yang di tanam. Herbisida glifosat termasuk herbisida sistemik yang diaplikasikan untuk menekan gulma golongan rumput dan daun lebar. Herbisida ini masuk melalui daun dan ditranslokasikan ke seluruh jaringan. Gejala kerusakan tampak 7-10 hari setelah aplikasi dan akhirnya gulma akan mati pada minggu ke 2-4 (Jauron, 1994). Munculnya aneka ragam spesies gulma yang tumbuh pada lokasi penelitian semakin memberi tekanan pada pertumbuhan tanaman terung, dimana kompetisi untuk memperebutkan cahaya, suhu, unsur hara, air dan ruang tumbuh semakin ketat. Disisi lain radiasi matahari yang terpancar mempengaruhi naiknya suhu udara di lingkungan lokasi penelitian akibatnya terjadi penguapan air baik pada permukaan tanah maupun, pada tanaman itu sendiri, dan terlihat jelas pada siang hari permukaan daun-daun menggulung dan kondisi ini memberi gambaran bahwa tanaman semakin stres air. Sementara gulma-gulma yang tumbuh tidak terpengaruh oleh iklim yang kering, lingkungan yang kurang mendukung dan tidak memilih jarak tanam yang rapat maupun jarak tanam yang lebar. (Nurlaili, 2010).

4.2 Tinggi Tanaman Terung Tinggi tanaman terung yaitu terdapat pada aplikasi herbisida 5 HST, dan yang terendah yaitu pada kontrol atau tanpa aplikasi herbisida, lebih jelas dapat dilihat pada Tabel berikut ini : Tabel 3 : Rata Rata Tinggi tanaman terung (cm) Berdasarkan aplikasi pemberian herbisida. Aplikasi Waktu pengamatan Herbisida 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST Saat panen Kontrol 15.85 tn 19.15 tn 23.75 tn 27.25 tn 38.8 tn 5 HBT 17 22.35 25.05 28.9 40.9 5HST 18.82 25.7 29.4 34.55 46.55 18.55 24.9 26.15 30.45 42.2 BNT 5% - - - - - Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 % Berdasarkan table 3, menunjukan bahwa pada pengamatan tinggi tanaman 7 HST, sampai saat panen, dari hasil uji BNT 5% tidak berpengaruh nyata terhadap waktu aplikasi herbisida glifosat Pengamatan pertama nilai tertinggi pada apliksai pemberian herbisida, terdapat pada umur 14 HST, dapat mencapai 18.82 cm terdapat pada perlakuan pemberian herbisida pada umur tanaman 5 HST. Demikian pada minggu ke 3 atau 21 HST tinggi tanaman dapat mencapai 25.7 cm pada perlakuan pemberian herbisida 5 HST. Dan terendah yaitu 19.15 cm terdapat pada tanpa aplikasi (kontrol). Tinggi tanaman terung 28 HST menapai 29.4 cm yaitu pada aplikasi pemberian herbisida 5 HST, Dan tanpa aplikasi mempunyai nilai terendah yaitu 23.75 cm. Tinggi tanaman terung pada umur pengamatan 35 HST, menunjukan bahwa pada aplikasi pemberian herbisida 5 HST mencapai 34.55 cm, demikian pula pada tinggi tanaman umur pengamatan saat panen, yaitu dengan nilai tertinggi yaitu 46.55 cm, pada aplikasi pemberian herbisida 5 HST. Dan yang terendah yaitu 38.8 cm terdapat pada perlakuan tanpa aplikasi. Tinggi tanaman terug antara perlakuan yang satu dengan lainnya tidak berbeda jauh, baik pengamatan pertama sampai panen Kurva antara tinggi tanaman dengan waktu aplikasi herbisida, dapat di lihat pada gambar 1.

50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST Saat Panen KONTROL 5 HBT 5 HST Gambar 1 hubungan antara tinggi tanaman dengan waktu perlakuan herbisida. Berdasargan gambar di atas mnunjukan bahwa pada perlakuan apliksai herbisida glifosat 5 HST dapat meningkat tinggi tanaman terung, pertambahan tinggi kedua, yaitu terdapat pada aplikasi herbisda glifosat pada 14 HST sampai saat panen, namun pada 7 HST mengalami penurunan. kemudian di ikuti dengan apliksai 5 HST Dan pertambahan tinggi tanaman yang terendah adalah pada control, (tanpa aplikasi herbisida). Penggunaan herbisida secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan gulma, apabila daya tekan herbisida terhadap gulma cukup baik, maka pengaruh tidak langsung herbisida yang digunakan terhadap perumbuhan tanaman diharapkan juga akan tumbuh lebi baik.dengan menghambat pertumbuhan gulma pada awal pertumbuhan akan menurunkan persaingan gulma pada tanaman terung, dengan berkurangnya persaingan antar tanaman dengan gulma maka dapat memberikan pertumbuhan yang baik.hasil sidik ragam menunjukkan bahwa waktu aplikasi herbisida tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 14 HST sampai pada saat panen, hal ini menunjukan aplikasi herbisida mampu menekan perumbuhan gulma memberikan peluang tanaman terung untuk tumbuh secara optimal, di samping membuat gulma membusuk sehingga menyuburkan tanaman, karena herbisida glifosat merupakan herbisida sistemik yang mampu membunuh gulma sampai ke akar akarnya, sehingga pertumbuhan gulma tertekan, tidak menggangu dan tidak membahayakan tanaman terung (Girsang,2005). Meningkatnya populasi tanaman terung akan mengakibatkan kesempatan tanaman secara individu untuk memperoleh sinar matahari, unsur hara dan air menjadi terbatas sehingga mengurangi aktivitas fotosintesis tanaman tersebut (septriana, 2008).

Perbedaan tinggi tanaman masing-masing perlakuan menggambarkan perbedaan kompetisi antara tanaman terung dengan gulma. Terjadinya kompetisi sangat nampak pada tanaman yang relatif muda karena saat tersebut merupakan periode dimana pertumbuhan tanaman terung dan gulma ada pada keadaan yang aktif (Daud 2004). 4.3 Jumlah Daun Pengatan jumlah daun tanaman terung dilakukan 5 kali (14 HST, 21 HST, 28 HST, 35 HST, saat panen) berdasarkan hasil analisis ragam menunjukan bahwa pengamatan saat umur 28 HST itu berpengaruh nyata akibat aplikasi herbisida. Pengamatan yang tidak berpengaruh nyata pada aplikasi herbisida yaitu pengamatan pada umur 14 HST, 21 HST, 35 HST, dan saat panen. Hasil uji BNT terlihat pada tabel 1. Sidik ragam jumlah daun. Tabel 4: Rata Rata Jumlah Daun Tanaman Terung (Helai) Berdasarkan Apliksi Herbisida Glifosat dapat di Lihat Sebagai Berikut: Aplikasi Herbisida Kontrol 5 HBT 5HST Pengamatan 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST Saat panen 4.05 tn 5.15 tn 6.75 a 10.6 tn 19.85 tn 4.15 5.55 7.25 b 9.85 18.05 4.9 5.95 9.2c 13.5 23.65 4.75 6.3 8.4 d 12.7 19.9 BNT 5 % - - - - Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 % Tabel 4 menunjukan 7 HST, pada apliksai pemberian herbisida dapat meningkat jumlah daun terbanyak yaitu pada aplikasi pemberian herbisida pada waktu 5 HBT (4.1 helai), kemudian umur 14 HST, pada aplikasi pemberian herbisida jumlah daun terbanyak terdapat pada waktu aplikasi yaitu (4.75 helai).dan terendah terdapat pada perlakuan tanpa pemberiaan herbisida (kontrol) yaitu 4.05 helai, demikian pula Pada umur tanaman 21 HST jumlah daun teranyak juga terdapat pada waktu pemberian herbisida yaitu 6.3 helai, namun pada umur tanaman 28 HST, nilai tertinggi jumlah daun terdapat pada aplikasi pemberian herbisida pada waktu 5 HST yaitu 9.2 helai, kemudian nilai jumlah daun yang terbanyak pada umur tanaman 35 HST, yaitu terdapat pada aplikasi pemberian herbisida pada waktu 5 HST sebesar 13.5 helai, dan jumlah daun paling sedikit terdapat pada aplikasi tanpa pemberian herbisida yaitu

10.6. Kemudian di ikuti padaa saat panen jumlah daun tertinggi terdapat pada waktu pemberian herbisida 5 HST dan terendah terdapat pada tanpa pemberian herbisida. Kurva antara jumlah daun tanaman dengan waktu aplikasi herbisida, dapat di lihat pada gambar 2. 25 20 15 10 5 KONTROL 5 HBT 5 HST 0 7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST Saat Panen Gambar 2 hubungan antara jumlah daun dengan waktu pemberian herbisida. Gambar di atas menunjukan bahwa pada umur tanaman 7 HST, nilai jumlah daun terbanyak yaitu terdapat padaa waktu aplikasi herbisida 5 HBT, kemudian umur tanaman 14 HST pada yaitu pada perlakuan waktu aplikasi 5 HST. Umur tanaman 21 HST jumlah daun teranyak waktu aplikasi, dan terendah terdapat kontrol, kemudian pada umur tanaman 28, 35 HST dan saat panen urutan tertinggi nilai jumlah daun yaitu pada aplikasi 5 HST, hal ini dikarenakan aplikasi herbisida 5 HST mampu memberikan jumlah daun yang terbanyak yaitu 9.2 helai dibandingkan tanpa aplikasi (kontrol) yaitu 6.75 helai, itu karenakan herbisida glifosat merupakan herbisida sistemik yang mampu membunuh gulma sampai ke akar akarnya, sehingga pertuumbuhan gulma tertekan, tidak menggangu dan tidak membahayakan tanaman terung. Meningkatnya populasi tanama terung akan mengakibatkan kesempatan tanaman secara individu untuk memperoleh sinar matahari, unsur hara dan air menjadi terbatas sehingga mengurangi aktivitas fotosintesis tanaman tersebut (Harjadi 1996 dalam Setiawan, 2003)

4.4 Jumlah Buah Pada pengamatan jumlah buah, jumlah buah yang terbanyak yaitu terdapadapat pada aplikasi herbisida 5 HST, dan yang terendah yaitu pada kontrol atau tanpa aplikasii herbisida, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut ini : Table 5: Rata Rata Jumlah Buah Tanaman Terung Berdasarkan Aplikasi Herbisida Glifosat. Aplikasi herbisida Jumlah buah KONTROL 17.25 tn 5 HBT 18.25 5 HST 19 17.25 BNT 5 % - Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 % Berdasarkan hasil BNT 5%, tidak terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan waktu pemberian herbisida glifosat, terhadap jumlah buah, hal ini diduga bahwaa penekanan kompotisi gulma hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetative tanaman terung namun tidak berpengaruh terhadap kualitas tanaman terung. pertumbuhan tanamn terung yang optimal tidak menjamin memberikan hasil yang lebih tinggi karena factor lingkungan mempengaruhi Table 5, menunjukkan bahwa, jumlah buah yang tertinggi adalah pada perlakuan waktu aplikasi herbisida 5 HST yaitu 19 buah kemudian di ikuti oleh perlakuan waktu pemberian herbisida glifosat 5 HBT, yaitu 18.28 buah. aplikasi waktu pemberian herbisida yang terendah adalah pada perlakuan kontrol dan yaitu 17.25 buah. 20 18 16 Kontrol 5 HBT 5 HST Gambar 3. Diagram hubungan antara aplikasi waktu pemberian herbisida glifosat dengan jumlah buah. Gambar menunjukan bahwa aplikasi waktu pemberian herbisida yang tertinggi adalah pada 5 HST, dan terendah yaitu pada perlakuan kontrol.

Komponen hasil dari tanaman terung dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman, pertumbuhan yang baik disebabkan tercukupnya segala sarana tumbuh yang di butuhkan. Kehadiran gulma pada tanaman terung memungkinkan terjadinya persaingan antara keduanya, sehingga akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat dan hasil tanaman menjadi berkurang.( Rosaline,2010 ). 4.5 Berat Buah Pengangamatan berat buah, berdasarkan hasil sidik ragam menunjukan bahwa tidak berpengaruh nyata terhadap waktu aplikasi herbisida. Hasil uji BNT dapat dilihat pada tabel berikut ini. Table 6: Rata Rata Berat Buah Tanaman Terung Berdasarkan Aplikasi Herbisida Glifosat. Aplikasi Herbisida Kg Kontrol 1.82 tn 5 HBT 1.9 5 HST 1.97 1.82 BNT 5 % - Table diatas menunjukan bahwa pada perlakuan waktu pemberian herbisida nilai berat buah yang tertinggi yaitu padaa perlakuan 5 HST yaitu 1.97 Kg, kemudian di ikuti oleh perlakuan waktu pemberian herbisida tanpa aplikasi sbesar 1.82 Kg, dan aplikasi herbisida yaitu 1.82 Kg. Berat buah yang terendah adalah pada perlakuan waktu pemberian herbisida glifosat yaitu pada aplikasi 5 HBT, seesar 1.9 kg. Kg 2 1.95 1.9 1.85 1.8 1.75 1.7 KONTROL 5 HBT 5 HST Kg Gambar 4, hubungan antara waktu aplikasi herbisida dengan berat buah tanaman terung

Gambar di atas menunjukan bahwa waktu aplikasi pemberian herbisida glifosat, pada aplikasi 5 HST merupakan berat buah yang tertinggi, dan yang terendah yaitu pada aplikasi 5 HBT. Pemberian herbisida 5 HST dapat menekan gulma karena interaksi yang terjadi memungkinkan tanaman terung dapat memenuhi kebutuhan nutrisi, cahaya dan ruang tumbuh dengan mudah, karena tidak saling menaungi dan berkompotisi antara tanaman terung dengan gulma. Beberapa jenis gulma merupakan pesaing kuat terhadap cahaya, air dan unsur hara, sehingga besarnya hasil panen sangat ditentukan oleh tingkat dan lamanya persaingan gulma dengan tanaman (Rosalyne, 2010) Semua perubahan yang diamati pada pertumbuhan tanaman terung yaitu tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah buah dan berat buah tanaman terung pada semua tingkat perlakuan waktu aplikasi herbisids tidak terjadi pengaruh yang nyata ini artinya respon tanamn terhadap semua perlakuan adalah sama. Minimalnya ketersediaan air untuk melakukan penyiraman berakibat tidak optimalnya pertumbuhan tanaman jagung, dimana unsur hara yang tersedia di dalam tanah proses penyerapan terganggu sehingga proses fotosintesis menjadi terhambat dan asimilat yang tersedia di dalam tubuh tanaman tidak tercukupi, secara fisiologis tampak yang lain tanaman pertumbuhan tanaman terung terhambat merana dan kerdil. (Nurlaili, 2010)