BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

PELESAPAN ARGUMEN PADA PENGGABUNGAN KLAUSA BAHASA INDONESIA

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA. Oleh F.X. Sawardi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

SISTEM KOREFERENSIAL KLAUSA SUBORDINATIF BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

AGEN DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu surat kabar yang beredar di masyarakat adalah Satelit Post. Surat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

KALIMAT KOORDINASI BAHASA INDONESIA Sebuah Ancangan Tipologi Sintaktis

BAB 1 PENDAHULUAN. Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun,

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE

PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA 1

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

PERGESERAN ARGUMEN DAN MORFOLOGI VERBA BAHASA JAWA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of

OBJEK DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Wagiati*) Abstract

NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

KALIMAT KOORDINASI BAHASA INDONESIA: SEBUAH ANCANGAN TIPOLOGI SINTAKTIS Mulyadi Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. novel. Novel menggunakan beragam jenis kata dengan kategori dan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menerangkan nomina dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, kategori yang dapat

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

VERBA TRANSITIF BEROBJEK DAPAT LESAP DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahkluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk yang utuh berupa

Pelesapan Preposisi dalam Gramatika Bahasa Indonesia i

BAB I PENDAHULUAN. sebab kalimat tanya tidak pernah lepas dari penggunaan bahasa sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan Kami putra-putri Indonesia

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. klausa bukanlah kalimat karena klausa harus tergabung dengan klausa lainnya

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat,

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

PEMERIAN TENTANG DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA (RUMUSAN TENTANG TIPE BAHASA INDONESIA) Oleh: Dra. Rahayu Sulistyowati. Abstrak

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi

BAB I PENDAHULUAN. perhatiannya terhadap karya sastra tersebut. mempunyai ciri khas tersendiri pada setiap pengarangnya.

BAB II LANDASAN TEORI. Imperatif pada Spanduk dan Baliho di Purwokerto Tahun 2016 memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata

ALIANSI GRAMATIKAL BAHASA DAWAN: KAJIAN TIPOLOGI BAHASA

3. Menambah referensi dalam penelitian lainnya yang sejenis.

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran ilmu bahasa atau linguistik. Cakupan linguistik itu sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dapat berupa percakapan (lisan) dan tulisan. Apabila pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk

ANALISIS KALIMAT PADA POSTER DAN BALIHO YANG TERDAPAT DI WILAYAH SURAKARTA: KAJIAN PELESAPAN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory),

BAB V P E N U T UP. adverbia dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab berdasarkan pada tinjauan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

Pelesapan Fungsi Sintaksis dalam Kalimat

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penggabungan klausa koordinatif maupun subordinatif bahasa Indonesia sering mengakibatkan adanya dua unsur yang sama atau pengulangan unsur dalam sebuah kalimat. Demi terbentuknya kalimat yang efektif, pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi pengulangan unsur tersebut adalah dengan pelesapan. Alwi, dkk (2003:415) mengungkapkan pelesapan adalah penghilangan unsur tertentu dari suatu kalimat atau teks. Adapun Ramlan (1993:24) mendeskripsikan pelesapan sebagai unsur kalimat yang tidak dinyatakan secara tersurat pada kalimat berikutnya tetapi kehadiran unsur itu dapat diperkirakan. Berdasarkan pengertian dari Ramlan tersebut diketahui bahwa proses pelesapan unsur tidak bisa dilakukan sembarangan karena kehadiran unsur yang lesap itu dapat diperkirakan. Pada pelesapan, antara unsur yang lesap dan antesedennya harus berkoreferensial agar salah satu unsur tersebut dapat dilesapkan. Sugono menyatakan bahwa unsur yang hilang pada sebuah pelesapan memiliki anteseden atau acuan, baik acuan yang ada dalam konteks bahasa maupun yang ada di luar konteks bahasa (1991:13). Sampai saat ini, masalah pelesapan masih menjadi bahan penelitian yang sangat menarik dan perlu dibahas oleh para peneliti bahasa mengingat luasnya 1

lahan pembahasan mengenai pelesapan. Pelesapan bisa terjadi pada semua unsur kalimat, baik subjek, objek, predikat, maupun keterangan. Adapun unsur yang lesap yang akan dibahas pada penelitian ini adalah unsur argumen. Argumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah unsur-unsur inti yang melengkapi predikat. Menurut Verhaar (2008:164), argumen merupakan konstituen-kontituen inti dalam sebuah kalimat yang kehadirannya bersifat khas dari verba yang menjadi induk dalam seluruh konstruksi. Konstituen-konstituen yang dimaksud biasanya berupa nomina atau frasa nomina yang menjadi subjek dan objek atau agen dan pasien dalam sebuah kalimat yang kehadirannya bergantung pada predikatnya. Unsur pelengkap predikat lain yang bukan inti disebut sebagai argumen bukan inti atau komplemen. Pelesapan argumen diperkenalkan oleh Dixon pada tahun 1994 dengan istilah pivot. Pelesapan argumen digunakan Dixon untuk menentukan tipe bahasa, apakah bahasa tersebut termasuk bahasa akusatif atau bahasa ergatif. Penentuan tipe bahasa dengan pelesapan argumen ini memperhatikan perilaku kekoreferensialan antarargumen pada penggabungan klausa. Meskipun bukan hal yang baru, penelitian mengenai pelesapan argumen ini masih menarik dan perlu untuk diteliti, terutama pada bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan sampai saat ini, penelitian mengenai pelesapan argumen dalam bahasa Indonesia terfokus pada penentuan tipe bahasa dengan memperhatikan kekoreferensialan argumennya saja. Padahal masih banyak bahan penelitian yang dapat ditemukan dan belum diteliti lebih lanjut pada pelesapan argumen. Salah satunya adalah adanya proses perubahan struktur klausa yang mempengaruhi pelesapan argumen. 2

Adanya pengaruh perubahan struktur klausa terhadap pelesapan argumen pada penggabungan dua klausa ini dikemukakan oleh Dixon pada penelitiannya mengenai ergativitas. Pada penelitian tersebut, Dixon (1994:144) menyatakan bahwa bahasa yang cenderung ergatif terkadang membutuhkan perubahan struktur klausa antipasif dan bahasa yang cenderung akusatif membutuhkan pemasifan agar salah satu argumen yang berkoreferensial bisa dilesapkan. Kebutuhan argumen yang berkoreferensial terhadap perubahan struktur klausa tersebut dapat dilihat pada penggabungan klausa data berikut. (1) a) Mereka lari setelah wartawan memotret mereka. b) *Mereka lari setelah wartawan memotret Ø. c) Mereka lari setelah Ø dipotret wartawan. (001/Solopos/ 2 November 2015) Kalimat (1a) merupakan bentuk aktif dan lengkap dari data (1c). Kalimat (1a) terdiri dari dua klausa, yaitu : (i) mereka lari dan (ii) wartawan memotret mereka dengan konjungsi setelah sebagai penghubungnya. Pada dua klausa tersebut, ada dua unsur yang sama dan saling berkoreferensial, yaitu unsur argumen mereka. Jika klausa (i) dan klausa (ii) digabungkan dan mendapat konjungsi setelah, maka salah satu argumen mereka dapat dilesapkan. Namun proses pelesapan argumen secara langsung menyebabkan kalimat menjadi tidak berterima, seperti yang terjadi pada kalimat (1b). Hal ini dikarenakan anteseden unsur yang lesap pada kalimat (1b) tidak lagi hanya argumen mereka, namun bisa unsur lain di luar kalimat tersebut. Proses pemasifan perlu dilakukan pada salah satu klausa tersebut agar pelesapan argumennya berterima. Pada data (1c) terlihat proses pemasifan pada verba klausa (ii) dari verba aktif memotret menjadi verba 3

pasif dipotret. Setelah terjadi proses pemasifan, argumen mereka pada klausa (ii) dapat dilesapkan tanpa menyebabkan kalimatnya tidak berterima dan anteseden dari argumen yang lesap tersebut hanya satu yaitu argumen mereka pada klausa (i). Berdasarkan deskripsi tersebut, dapat dinyatakan bahwa perubahan struktur klausa berupa pemasifan mempengaruhi kekoreferensialan dan pelesapan argumen pada data (1). Jika diperhatikan lagi, selain mempengaruhi pelesapan argumennya, proses pemasifan dari kalimat (1a) menjadi data (1c) juga mempengaruhi kedudukan argumennya. Argumen-argumen pada data (1c) mengalami pergeseran kedudukan dari sebelum pemasifan dengan setelah pemasifan. Mengenai pergeseran argumen ini, data (2) memperlihatkannya lebih jelas. (2) a) Mereka terbenam semakin dalam setelah Stoke City mengalahkan mereka. b) *Mereka terbenam semakin dalam setelah Stoke City mengalahkan Ø. c) Mereka terbenam semakin dalam setelah Ø dikalahkan oleh Stoke City. (061/Kompas/ 9 November 2015) Kalimat (2a) merupakan bentuk aktif dan lengkap dari data (2c). Kalimat (2a) terdiri dari dua klausa, yaitu : (i) mereka terbenam semakin dalam dan (ii) Stoke City mengalahkan mereka dengan konjungsi setelah sebagai penghubungnya. Pada dua klausa tersebut, ada dua unsur yang sama dan saling berkoreferensial, yaitu unsur argumen mereka. Jika klausa (i) dan klausa (ii) digabungkan dan mendapat konjungsi setelah, maka salah satu argumen mereka dapat dilesapkan. Namun, seperti halnya data (1), pelesapan argumen pada data (2) 4

juga tidak bisa dilakukan secara langung tanpa proses pemasifan. Jika pelesapan argumen dilakukan tanpa proses pemasifan, kalimatnya menjadi tidak berterima seperti yang terlihat pada kalimat (2b). Proses pemasifan perlu dilakukan pada salah satu klausa tersebut. Pada data (2c) terlihat proses pemasifan pada verba klausa (ii), dari verba aktif mengalahkan menjadi verba pasif dikalahkan. Setelah mengalami proses pemasifan, argumen mereka pada klausa (ii) dapat dilesapkan. Selain mempengaruhi pelesapan argumennya, proses pemasifan tersebut juga mempengaruhi kedudukan argumennya, khususnya pada klausa yang dipasifkan. Pada data (2c), klausa yang mengalami proses pemasifan adalah klausa (ii). Pada bentuk aktifnya, verba mengalahkan pada klausa (ii) memiliki dua argumen, yaitu argumen Stoke City sebagai subjek dan argumen mereka sebagai objek. Namun sesudah mengalami proses pemasifan dan verba berubah menjadi verba pasif dikalahkan, argumen mereka bergeser menjadi satu-satunya argumen pada klausa tersebut. Adapun argumen Stoke City pada klausa pasifnya bergeser menjadi bukan argumen dengan adanya preposisi oleh. Dengan demikian, selain mempengaruhi pelesapan argumen, proses pemasifan juga mengakibatkan pergeseran argumennya. Dalam bahasa Indonesia, penelitian mengenai pelesapan argumen masih terbatas. Penelitian mengenai pelesapan argumen pada bahasa Jawa pernah dilakukan oleh Sawardi pada tahun 2011. Adapun Ketut Artawa pada tahun 1997 menyinggung pelesapan argumen pada penelitiannya mengenai keergatifan pada bahasa Bali, Sasak, dan bahasa Indonesia. Kedua penelitian lebih tersebut terfokus pada penggunaan pelesapan argumen untuk menentukan keakusatifan dan keergatifan sebuah bahasa. Penelitian mengenai perubahan struktur klausa yang 5

mempengaruhi pelesapan argumen belum dibahas lebih lanjut dalam bahasa Indonesia. Hal inilah yang menjadi alasan utama penulis untuk mengangkat topik ini untuk diteliti. Alasan lain mengapa penelitian ini dilakukan pada bahasa Indonesia adalah karena perubahan struktur klausa pada bahasa Indonesia ditandai secara jelas dengan pemarkah afiks pada verba atau predikat yang berubah seiring bergantinya struktur klausa. Selain itu, pada bahasa Indonesia terlihat jelas perbedaan antara unsur inti argumen dan unsur bukan inti dengan adanya pemarkah preposisi pada unsur bukan inti. Penulis berharap penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai pelesapan argumen dalam bahasa Indonesia dan akan menambah referensi mengenai pelesapan. Selain itu dengan penelitian ini, penulis berharap akan menarik minat peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian mengenai pelesapan argumen. B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah merupakan aspek yang penting di dalam penelitian. Adanya pembatasan masalah dalam sebuah penelitian karena dapat mencegah meluasnya topik pembahasan. Apabila dalam suatu penelitian tidak ada pembatasan masalah maka bahasan penelitian tersebut akan sangat meluas dan tidak terfokus. Mengingat luasnya masalah yang dihadapi dan beragamnya jenis pelesapan argumen, dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan hanya pada perilaku argumen pada perubahan struktur klausa bahasa Indonesia, pelesapan argumen pada penggabungan klausa bahasa Indonesia, bahasa Indonesia jika dilihat dari teori Dixon. Adapun untuk perubahan struktur klausa, 6

penelitian ini akan memfokuskan pada perubahan struktur klausa aktif-pasif, kausatif, dan aplikatif. Hal ini dikarenakan pada bahasa Indonesia, ketiga perubahan struktur klausa tersebut terjadi pergeseran argumen dari unsur inti menjadi unsur bukan inti maupun sebaliknya. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah-masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perilaku argumen pada perubahan struktur klausa bahasa Indonesia? 2. Bagaimana pelesapan argumen yang terjadi pada penggabungan klausa bahasa Indonesia? 3. Bagaimana pelesapan argumen dalam bahasa Indonesia jika dilihat dari teori Dixon? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian sangat diperlukan dalam sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk memberi arahan dalam proses penelitian agar sesuai dengan maksud dari penelitian itu sendiri. Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan yang penulis harapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah : 7

1. Mendeskripsikan perilaku argumen pada perubahan struktur klausa bahasa Indonesia. 2. Mendeskripsikan pelesapan argumen yang terjadi pada penggabungan klausa bahasa Indonesia. 3. Mendeskripsikan pelesapan argumen dalam bahasa Indonesia jika dilihat dari teori Dixon. E. Manfaat Penelitian Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. 1. Manfaat Teoretis a. Menjelaskan pelesapan argumen jika dilihat dari teori Dixon. b. Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang berkaitan dengan ilmu bahasa terutama pada bidang sintaksis. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan gambaran alternatif dalam mendeskripsikan pelesapan argumen dalam bahasa Indonesia. b. Memberikan bahan acuan dalam pengajaran sintaksis dalam bahasa Indonesia. F. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab. Pada setiap babnya terdiri atas pokok pemasalahan yang berbeda namun secara keseluruhan lima bab ini merupakan kesatuan. 8

Bab I merupakan pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II merupakan kajian pustaka dan kerangka pikir. Bab ini berisi mengenai penelitian terdahulu, berbagai teori yang digunakan dalam penelitian ini, dan kerangka pikir. Bab III adalah metode penelitian. Bab ini akan membahas mengenai jenis penelitian, data dan sumber data, metode pengumpulan data, teknik klasifikasi data, teknik analisis data dan teknik penyajian data. Bab IV adalah analisis data. Bab ini berisi inti penelitian yang dilakukan. Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai masalah-masalah yang telah dikemukakan pada perumusan masalah, yaitu : (1) perilaku argumen pada perubahan struktur klausa bahasa Indonesia, (2) pelesapan argumen pada penggabungan klausa bahasa Indonesia, dan (3) pelesapan argumen dalam bahasa Indonesia jika dilihat dari teori Dixon. Bab V adalah penutup. Bab ini berisi simpulan yang didapatkan setelah penelitian dan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian. 9