3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Pertumbuhan Ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Analisis Isu-Isu Strategis

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Analisis Perkembangan Industri

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

4. Outlook Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BERITA RESMI STATISTIK

4. Outlook Perekonomian

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

Tinjauan Perekonomian Berdasarkan PDRB Menurut Pengeluaran

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

Katalog BPS :

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Perekonomian Suatu Negara

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

KINERJA PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN II 2014

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

Transkripsi:

3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas dari perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan perekonomian global. Ada faktorfaktor perekonomian yang tidak dapat dikendalikan oleh daerah seperti yang menyangkut kebijakan pemerintah pusat yang menyangkut sektor moneter maupun sektor riil. Kemudian juga pengaruh perekonomian global seperti pengaruh naik turunnya harga minyak dunia dan nilai tukar mata asing. Pertumbuhan ekonomi diukur dari kenaikan pendapatan nasional yang tercermin pada nilai PDRB dari tahun ke tahun. Indikator yang lazim digunakan untuk memperoleh tingkat pertumbuhan ekonomi riil adalah menggunakan PDRB atas dasar harga konstan yang menjadi petunjuk dari kinerja perekonomian secara umum sebagai ukuran kemajuan suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak dari kebijaksanaan pembangunan yang telah diambil, khususnya dalam bidang ekonomi. Indikator ini memiliki arti penting bagi pemangku kebijakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai, serta berguna sebagai bahan untuk menentukan kebijaksanaan dan arah pembangunan dimasa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah perbandingan pencapaian kinerja perekonomian suatu daerah pada suatu periode waktu tertentu terhadap periode waktu sebelumnya. Kinerja yang dimaksud berkaitan dengan proses penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Pada gilirannya, proses ini tentunya juga menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat. Indikator umum yang digunakan untuk mengetahui pencapaian RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 1

keberhasilan percepatan pembangunan di suatu wilayah pada waktu tertentu adalah laju pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi baik agregat maupun sektoral dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan, bukan atas dasar harga berlaku. PDRB atas dasar harga berlaku belum menggambarkan kenaikan atau pertumbuhan yang riil, karena masih dipengaruhi kenaikan tingkat harga atau inflasi. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan diharapkan dapat memberikan dampak pada beberapa aspek terhadap pembangunan. Pertama meningkatkan taraf hidup masyarakat, serta memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kedua, meningkatkan hubungan ekonomi dan mengusahakan adanya pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sekunder dan tersier. Sehingga tercipta pendapatan masyarakat yang meningkat secara mantap dengan tingkat pemerataan yang baik. Dengan kata lain pembangunan didefinisikan sebagai suatu proses berkelanjutan untuk mencapai suatu hal yang lebih baik. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh adanya pemahaman mengenai tujuan (visi) dan sasaran (misi) yang akan dicapai. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 belum menunjukkan kinerja yang belum cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi oleh berbagai ketidakpastian, seperti prospek pemulihan ekonomi di kawasan Eropa (terutama di negara yang mengalami krisis hutang, yaitu Yunani, Italia, Irlandia, Potugal dan Spanyol) dan ancaman jurang fiskal (fiscal cliff) di AS akibat perbedaan sudut pandang dan kepentingan antara Pemerintahan Barrack Obama (Partai Demokrat) dengan Kongres yang didominasi oleh Partai Republik, terkait strategi kebijakan untuk meningkatkan penerimaan negara dari pajak, efisiensi pengeluaran negara terutama pengurangan pengeluaran untuk perlindungan sosial, serta batasan hutang dan defisit anggaran pemerintah AS. Krisis tersebut turut berimbas pada penurunan permintaan eksternal dan perlambatan aktivitas perekonomian di Asia, termasuk China dan India. RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 2

Secara keseluruhan, di tengah kondisi ekonomi dunia yang melambat, ekonomi Indonesia pada tahun 2013juga ikut melambat yaitu sebesar 5,78 persen. Dalam delapan tahun terakhir, perekonomian Indonesia dapat terus bertumbuh rata-rata di atas 6 persen per tahun, yang merupakan salah satu pertumbuhan tertinggi dan paling stabil di dunia. Namun pada 2013 adanya pelemahan kinerja ekspor nasional sertakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada bulan Juni 2013, mengakibatkan harga-harga dipasaran khususnya barang konsumsi meningkat memicu inflasi meningkat tajam dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia terkoreksi melambat di tahun 2013. Konsumsi rumah tangga sebagai salah satu komponen yang mendorong tetap kuatnya pertumbuhan ekonomi nasional, tumbuh cukup tinggi 5,3 persen pada tahun 2012, tetapi pada 2013 cenderung melambat menjadi sebesar 5,28 persen. Berdasarkan komponennya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut terutama bersumber dari konsumsi non makanan. Menurunnya konsumsi rumah tangga tersebut disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat karena tingginya inflasi Indonesia yang mencapai 8,38 persen pada 2013 dibanding tahun sebelumnya sebesar 4,30 persen. Pertumbuhan investasi Indonesia tahun 2011 sebesar 8,8%, pada 2012 mencapai 9,8%, namun pada 2013 menurun tajam sekitar 5,78 persen. Pertumbuhan investasi yang semakin melambat terjadi karena kombinasi ketidakpastian globalyang parah disebabkan oleh perancangan ulang program pembelian aset per bulan Federal Reserve sebesar USD $85 Juta (pelonggaran kuantitatif) yang mengakibatkan arus keluar modal secara signifikan dari negara-negara berkembang dan kelemahan isu finansial internal, defisit transaksi berjalan dengan rekor tertinggi, inflasi tinggi (setelah pemerintah menaikkan BBM bersubsidi pada bulan Juni tahun 2013) dan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi tajam. Untuk menanggulangi masalah-masalah ini dan menjaga stabilitas keuangan RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 3

negara, Bank Indonesia menaikkan suku bunga secara signifikan, walau ini berarti pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dikorbankan. Perkiraan perkembangan perekonomian Indonesia dimasa depan masih cukup positif tetapi telah direvisi oleh organisasi-organisasi International dan pemerintah Indonesia karena ketidakpastian global yang berkepanjangan. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi indonesia (MP3EI) yang baru-baru ini dikeluarkan, mencakup tahun 2011 sampai 2025, menunjuk enam sektor sebagai koridor utama perekonomian, dengan tujuan menempatkan Indonesia dalam sepuluh besar perekonomian global pada tahun 2025. Rencana ini mengimplikasikan investasi besar pada sektor infrastruktur, sektor yang selama ini menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia dan tujuan akhirnya adalah PDB akan naik pertahunnya sebanyak 8-9 persen. Namun target tersebut sepertinya terlalu ambisius jika ingin dicapai dalam waktu dekat (2014-2017). Institusi-institusi otoritas Internasional (Bank Dunia, IMF dan Bank Pembangunan Asia) memproyeksikan pertumbuhan PDB Tahunan Indonesia dalam kisaran 5,3 sampai 6,0 persen untuk periode 2014 sampai 2017. Organisasiorganisasi ini menekankan bahwa reformasi politik dan ekonomi praktis dikombinasikan investasi besar dalam sektor infrastruktur akan menambahkan satu atau dua persen dari perkiraan pertumbuhan PDB saat ini. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional, pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2013 dengan migas tercatat 6,13 persen atau mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya dimana pada tahun 2012pertumbuhannya sebesar 6,82 persen. Sementara itu pertumbuhan ekonomi tanpa migas juga mengalami penurunan dari 6,87 persen pada 2012 menjai 6,24 persen pada tahun 2013. Perekonomian Kepulauan Riau masih didorong olehtiga sektor utama, yaitu sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan industri pengolahan. Perlambatan ekonomi pada tahun 2013 utamanya dipicu karena menurunnya tingkat konsumsi rumah tangga RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 4

dari 7,14 persen pada 2012 menjadi 6,88 persen pada 2013. Hal yang sama juga terjadi pada konsumsi lembaga swasta dan pemerintah yang sama-sama menurun pada 2013. Perlambatan investasi diduga menjadi penyebab perlambatan pertumbuhan industri pengolahan, sementara menurunnya konsumsi masyarakat mengakibatkan melambatnya pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Ditengah kondisi perekonomian global menunjukkan penurunan, perekonomian Kepulauan Riau tetap menunjukkan pertumbuhan walaupun melambat. Salah satu penyebab perlambatan tersebut dipicu oleh adanya tekanan inflasi yang cukup tinggi yang mencapai tiga kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Pemicu besarnya inflasi adalah naiknya harga Bahan Bakar Minyak pada pertengahan tahun 2013. Inflasi tahun ke tahun pada 2013 melonjak menjadi 8,24 persen dari 4,3 persen pada 2012. Lonjakan inflasi terjadi akibat naiknya harga BBM yang mulai terasa pada bulan Juni 2013 dengan tingkat inflasi 0,72 persen hingga mencapai puncaknya pada Juli 2013 dengan tingkat inflasi mencapai 2,45 persen. Selain itu, efek dari naiknya harga BBM juga mendorong terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan (volatile food) yang merupakan tingkat inflasi terbesar dibanding dengan kelompok lainnya. Laju inflasi kelompok volatile food mencapai 15,04 persen (yoy), kelompok administered price 13,88 persen (yoy), dan kelompok inti sebesar 3,95 persen (yoy). Selain itu, laju inflasi kelompok bahan makanan yang tinggi juga disebabkan adanya pembatasan impor produk hortikultura dan penurunan pasokan akibat menurunnya hasil produksi di Jawa dan Sumatera Utara Lonjakan inflasi di Provinsi Kepri lebih dipicu oleh pergerakan inflasi di Kota Batam yang mencapai 7,81 persen (yoy) dengan bobot 82 persen. Selain itu, inflasi yang lebih besar di Kota Tanjung Pinang yang mencapai 10,09 persen (yoy) dengan bobot 18 persen semakin memberikan tekanan ke atas terhadap inflasi di Provinsi Kepri pada tahun 2013 hingga mencapai 8,24 persen. Pembangunan daerah Kabupaten Karimun sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tercantum dalam visi Kabupaten Karimun RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 5

yaitu terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri, adil dan berbudaya, dilandasi iman dan taqwa. Makna yang terkandung didalamnya adalah agar Kabupaten Karimun mampu sejajar dengan kabupaten lainnya di Propinsi Kepulauan Riau, mampu tumbuh dan berkembang dengan memanfaatkan potensi yang ada, dan kesejahteraan dapat terwujud Kondisi makro ekonomi nasional pada tahun 2013 yang kurang kondusif juga dirasakan oleh wilayah regional seperti Kabupaten karimun yang mengalami penurunan pertumbuhan dari 7,26 persen menjadi 7,14 persen pada 2013 (angka sangat sementara). Akan tetapi, pertumbuhan Kabupaten Karimun dinilai masih cukup stabil dan masih berada di atas pertumbuhan Provinsi Kepri yang hanya mencapai 6,13 persen dan pertumbuhan nasional tercatat 5,78 persen. Penurunan pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu besar ini dikarenakan pertumbuhan dua dari tiga sektor andalan yang masih positif, yaitu sektor bangunan yang pertumbuhannya naik dari 10,58 persen menjadi 10,72 persen di tahun 2013 dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang meningkatpertumbuhannya dari 12,33 persen menjadi 12,51 persen di tahun 2013. Selain dua sektor tersebut, sektor pengangkutan dan komunikasi juga mengalami peningkatan pertumbuhan masing-masing dari 10,58 persen pada 2012 menjadi 10,72 persen pada 2013. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Kabupaten karimundiproyeksikanpada 2014mendatangmasihakan mengalami perlambatan yaitu sebesar7,11 persen. Salah satu pendorong perlambatan tersebut adalah kondisi ekonomi global yang masih belum stabil. Selain itu, meningkatnya tingkat suku bunga dan meningkatnya upah regional yang dinilai merugikan dan menimbulkan ketidakstabilan bagi pengusaha menyebabkan menurunnya minat investor asing untuk menanamkan modalnya. Tekanan inflasi yang diproyeksikan masih akan cukup kuat, kondisi politik pada 2014 dimana terjadi perpindahan kepemimpinan juga diduga akan semakin meperlambat tingkat pertumbuhan ekonomi, serta adanya pelarangan ekspor mineralbahan mentah diberlakukan Januari 2014. Pertumbuhan yang positif sektor perdagangan, hotel dan restoran RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 6

dari 8,10 persen tahun 2012 menjadi 8,15 persen tahun 2013. Pertumbuhan sektor ini, dilihat dari sejumlah indikator antara lain meningkatnya nilai ekspor, bongkar muat barang di pelabuhan Karimun yang meningkat 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Membaiknya sektor perdagangan, hotel dan rumah makan, diindikasikan meningkatnya tingkat hunian kamar hotel walaupun jumlah wisatawan mancanegara yang tercatat di Pelabuhan Karimun sedikit mengalami penurunan. Sektor bangunan serta pengangkutan dan komunikasi juga mengalami peningkatan, masing-masing 11,32 persen dan 6,72 persen. Walaupun adanya perlambatan pertumbuhan yang diproyeksikan di tahun 2014, namun Kabupaten Karimun masih merupakan sebagai salah satu tujuan pergerakan arus modal global. Letak geografis yang berdekatan dengan negara tetangga seperti malaysia dan Singapura serta kesiapan infrastruktur menjadi salah satu daya tarik bagi investasi di Kabupaten Karimun. Selain itu predikat investment grade yang dicapai oleh Kepulauan Riau juga turut berpengaruh pada peningkatan arus modal yang masuk ke Kabupaten Karimun. Peningkatan investasi di sektor pertambangan, serta Industri pengolahan akan memacu multiplier effect bagi pertumbuhan sektor lain, utamanya bagi sektor perdagangan, hotel dan restauran, serta sektor bangunan dan transportasi. Gambar 3.1 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karimun, Provinsi Kep. Riau, dan Nasional Tahun 2012*, 2013**, dan 2014 P *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara P) Angka Proyeksi Sumber: BPS Kab. Karimun dan Bank Dunia RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 7

Seiring dengan melambatnya proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional maupun global pada 2014, maka proyeksi pertumbuhan ekonomi Karimun juga terkoreksi menjadi 7,11 persen di tahun 2014. Secara umum, penyesuaian kurs tukar dan kebijakan moneter yang dilaksanakan pada 2013 membawa pengaruh positif bagi stabilitas ekonomi makro. Adanya depresiasi rupiah sebagai peredam kejutan bagi pelemahan perdagangan mendorong penerimaan ekspor dan mengurangi permintaan impor. Namun penyesuaian-penyesuaian ini menghabiskan biaya dan dapat membawa resiko terutama dengan memberi tekanan pada neraca pemerintah dan swasta melalui peningkatan nilai Rupiah dari hutang luar negeri (terutama jika terdapat selisih penerimaan dan pengeluaran valuta) dan mengikis penerimaan karena lebih tingginya biaya pelunasan hutang dan biaya impor. Dengan terus berlangsungnya dampak dari lebih rendahnya hargaharga komoditas, lebih ketatnya kondisi pembiayaan eksternal, lebih tingginya suku bunga riil dalam negeri, dan Depresiasi Rupiah, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan perekonomian Indonesia pada 2014 akan melambat menjadi 5,3 persen dari 5,78 pada 2013. Pertumbuhan impor yang relatif lemah dan sedikit peningkatan dalam ekspor, defisit neraca transaksi berjalan akan menyusut, menjadi 23 miliar dolar AS pada tahun 2014 (2,6 persen dari PDB), dari 3,1 miliar dolar AS (3,5 persen dari PDB) pada tahun 2013. Namun proyeksi-proyeksi itu juga mengandung faktor ketidakpastian yang cukup besar dan risiko-risiko bersifat condong pada pertumbuhan domestik yang lebih rendah. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Karimun No Indikator Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 *) Tahun 2013 **) Tahun 2014 p) 1. PDRB Harga Konstan (juta Rp) 2.041.431,79 2.185.284,61 2.343.889,00 2.511.210,60 2.689.715,36 2. PDRB Harga Berlaku (Juta Rp) 4.287.740,28 4.813.661,06 5.431.783,03 6.109.176,49 6.868.413,29 3. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi/PDRB Harga 6,56 7,05 7,26 7,14 7,11 Konstan tahun tertentu 4. Rasio PAD terhadap PDRB 5,44 5,00 4,61 3,35 2,99 5. Realisasi Belanja Pemerintah 835.904.476.409 891.504.855.827 877.897.881.273,60 1.077.553.093,57 1.152.605.755,92 6. Tingkat inflasi (implisit) 5,36 4,88 5,21 8,38 4,5-5,5 4. Tingkat Kemiskinan Makro 7,28 5,93 6,37 6,48 6,12 RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 8

No Indikator Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 *) Tahun 2013 **) Tahun 2014 p) 7. Tingkat Pengangguran (TPT) 7,92 6,88 5,67 5,21 5,19 8.. Disparitas Pendapatan Regional yang dilihat dari perbedaan : 1. Pendapatan Perkapita (Juta Rp) 20,084 22,280 24,857 27,658 30,782 9. 2. Besaran IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Realisasi Investasi (Milyar Rp) 73,64 73,99 74,45 74,72 74,90 9.503,62 10.209,06 11.345,718 9.959,875 10.500 10. Kemampuan Daya Beli 637,800 640,182 642.100 647.500 650.000 Sumber : BPS Karimun Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara p) angka proyeksi Secara khusus, proyeksi dasar (baseline) bergantung pada kecukupan dukungan kondisi pembiayaan eksternal untuk menhindari penyesuaian neraca eksternal yang tiba-tiba, akan menyebabkan gangguan ekonomi dan memperlambat pertumbuhan. Penurunan seperti itu dapat dipicu oleh perkembangan pasar internasional, atau secara lebih khusus lagi karena perkembangan kebijakan dan ekonomi dalam negeri. Selain risiko-risiko yang terkait dengan pertumbuhan, juga ada risiko-risiko terhadap proses fiskal. Misalnya, Bank Dunia memperkirakan bahwa depresiasi Rupiah sebesar 10 persen akan meningkatkan defisit fiskal sebesar 0,3-0,4 poin persentase dari PDB, yang umumnya berasal dari peningkatan biaya subsidi BBM. 3.1.2 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Salah satu indikator ekonomi makro yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan pada suatu wilayah adalah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB merupakan jumlah nilai tambah seluruh barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha suatu daerah dalam satu tahun. Dari nilai PDRB tersebut dapat diturunkan tiga indikator penting lainnya, yaitu pendapatan per kapita, pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi. PDRB dibagi menjadi dua jenis, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku (current price) dan PDRB atas dasar harga konstan (constant price). PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun yang berlaku. PDRB RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 9

atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat PDRB per kapita, pendapatan per kapita dan untuk melihat terjadinya pergeseran pada struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah harga barang dan jasa yang dihitung berdasarkan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar (tahun 2000). PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Besaran PDRB sering digunakan sebagai indikator untuk menilai kinerja perekonomian suatu wilayah, terutama dikaitkan dengan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Kenaikan produksi serta harga barang dan jasa merupakan faktor utama yang mendorong kenaikan nilai PDRB Kabupaten Karimun. Selama kurun waktu 2010-2013, perkembangan PDRB menurut lapangan usaha di Kabupaten Karimun baik berdasarkan harga berlaku maupun berdasarkan harga konstan tahun 2000 mengalami pertumbuhan positif. PDRB atas dasar harga berlaku pada 2013 tumbuh 12,47 persen, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tumbuh 7,14 persen. Tahun Atas dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah) Tabel 3.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pertumbuha n (%) Tahun Atas dasar Harga Konstan (Juta Rupiah) Pertumbuha n (%) (1) (2) (3) (1) (2) (3) 2009 3.818.994,98 10,80 2009 1.915.669,03 6,30 2010 4.287.740,28 12,27 2010 2.041.431,79 6,56 2011 4.813.661,06 12,27 2011 2.185.284,61 7,05 2012 *) 5.431.778,26 12,84 2012 *) 2.343.889,00 7,26 2013 **) 6.109.172,65 12,47 2013 **) 2.511.213,26 7,14 2014 p) 6.868.413,29 12,43 2014 p) 2.689.715,36 7,11 Sumber : BPS Karimun Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara p ) angka proyeksi Nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang jauh lebih tinggi daripada nilai PDRB atas dasar harga konstan merefleksikan adanya pengaruh signifikan kenaikan harga dan inflasi terhadap PDRB atas dasar harga RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 10

berlaku. Pada tahun 2013, pencapaian PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 6.109.172,65 juta rupiah, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan sebesar 2.511.213,26 juta rupiah. Seiring beberapa indikator makro ekonomi nasional maupun regional mengalami perlambatan, seperti : kegiatan ekspor impor bahan baku maupun barang jadi, tingkatinflasi yang masih tinggi, serta investasi yang cenderung menurun dan apresiasi nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing, maka pertumbuhan ekonomi diproyeksikan juga sedikit melambat sebesar 7,11 persen (data diolah sendiri). 3.1.3 Struktur Ekonomi Struktur ekonomi suatu daerah diukur dari peran setiap sektor/lapangan usaha terhadap pembentukan PDRB. Semakin besar nilai tambah yang tercipta oleh suatu sektor ekonomi, maka peranan sektor tersebut semakin penting. Pada jangka pendek struktur ekonomi berguna untuk menggambarkan corak perekonomian suatu daerah, apakah daerah tersebut didominasi oleh sektor primer (tipe agraris), sekunder (tipe industri), maupun tersier. Struktur ekonomi dipengaruhi oleh potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia. Corak perekonomian suatu wilayah dikatakan didominasi oleh sektor primer jika pembentukan nilai tambah terbesar masih banyak mengandalkan peran sumber daya alam dalam proses produksi. Sektor perekonomian yang sangat mengandalkan peran sumber daya alam dalam proses produksi tersebut diantaranya sektor Pertanian serta sektor Pertambangan dan Penggalian. Pada tipe sekunder, perekonomian sudah tidak lagi mengandalkan peran sumber daya alam, namun lebih banyak mengandalkan kemajuan teknologi dan peran sumber daya manusia. Sektor ekonomi yang termasuk kedalam tipe ini yaitu sektor Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air, serta Konstruksi. Sementara itu pada tipe tersier, perekonomian dapat dikatakan sudah tidak mengandalkan sumber daya alam sama sekali. Sektor yang termasuk ke dalam tipe ini yaitu sektor Perdagangan, sektor RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 11

Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta sektor Jasa-jasa. Dalam jangka panjang struktur ekonomi dapat menunjukan arah dan keberhasilan pembangunan ekonomi dengan melihat transformasi ekonomi yang terjadi dari suatu periode ke periode lainnya. Transformasi struktural dapat dideteksi dengan karakteristik turunnya peranan sektor primer yang tradisional. Sementara itu pada saat yang bersamaan, peranan sektor sekunder dan sektor tersier semakin meningkat. Dalam proses ini, pergeseran peranan harus tetap diikuti oleh pertumbuhan dari masing-masing sektor meskipun dengan laju yang berbeda. Lebih lanjut, laju percepatan dari suatu proses transformasi akan berbeda pada setiap daerah, tergantung pada karakteristik daerah tersebut. Untuk daerah yang kaya sumber daya alam seperti Kabupaten Karimun, proses transformasinya cenderung lebih lambat dibandingkan dengan-daerah kawasan industri seperti Batam dan Bintan. Perbedaan ini terjadi karena daerah yang kaya akan sumber daya alam cenderung memerlukan pertumbuhan yang relatif tinggi pada sektor primer untuk mendukung percepatan pertumbuhan pada sektor lainnya. Tabel 3.3 PDRB Sektoral Harga Berlaku Kabupaten Karimun (Milyar Rupiah) No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 *) 2013 **) 2014 p) (1) (2) (4) (5) (6) (7) 1 Pertanian 1.144,26 1.247,21 1.395,03 1.469,14 1585,56 2 Pertambangan dan Penggalian 304,13 343,03 396,51 453,51 517,14 3 Industri Pengolahan 373,67 444,29 528,49 620,66 729,92 4 Listrik, Gas, dan Air 14,62 16,25 17,92 19,65 21,55 5 Bangunan 395,42 472,98 567,20 681,00 818,44 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.134,78 1.273,04 1.429,96 1.608,90 1.810,60 7 Pengangkutan dan Komunikasi 565,03 619,60 685,16 758,59 840,21 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 134,32 150,48 171,10 191,24 212,12 9 Jasa-Jasa 221,51 246,77 276,40 306,48 332,87 PDRB 4.287,74 4.813,66 5.431,78 6.109,17 6.868,41 Sumber : BPS Karimun Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara p ) angka proyeksi RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 12

Struktur perekonomian Kabupaten Karimun selama beberapa tahun terakhir didominasi oleh dua sektor, yakni sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Meskipun kontribusi sektor Pertanian terhadap pembentukan PDRB ADHB terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun, sektor ini tetap memiliki peran penting terutama dalam penyerapan tenaga kerja. Seiring dengan bertambahnya investasi dan kegiatan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya kegiatan bongkar muat barang, mencapai 50 persen dibanding tahun 2012, maka pertumbuhan nilai tambah sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran juga mengalami peningkatan kontribusi selama tiga tahun terakhir yakni sebesar 26,34 persen pada tahun 2013. Sedangkan sektor pertanian memberikan nilai tambah sebesar 24,05 persen. Sejalan dengan hal tersebut, sektor pertanian masih memberikan nilai tambah yang besar sekalipun peranan sektor pertanian terus menurun dari tahun ke tahun. Sebaliknya, nilai tambah sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran memiliki kontribusi terhadap akselerasi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karimun dimana peranannya semakin meningkatsebesar 26,34 persen persen pada 2013 (Tabel 3.4). Bila berdasarkan kontribusinya, sektor-sektor yang menyusun struktur perekonomian Karimun setelah kedua sektor di atas berturutturut adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi (12,42%), sektor Bangunan (11,15%), sektor Industri Pengolahan (10,16%), dan sektor Pertambangan dan Penggalian (7,42%), Jasa-jasa (5,02%), sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (3,13%) serta sektor Listrik, Gas dan Air (0,32%). Hampir semua sektor memiliki peran dalam peningkatan PDRB ADHB Kabupaten Karimun. Pengelolaan secara profesional dan tepat, akan memberikan hasil yang optimal bagi kesejahteraan masyarakat. Perlu adanya pengenalan terhadap potensi daerah sehingga akan memudahkan dalam pemanfaatan dan penataan setiap sektor. Dengan demikian, diharapkan fungsi ekonominya dapat diperoleh secara maksimal. RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 13

Gambar 3.2 Struktur Perekonomian Kabupaten Karimun 2010-2013 (Persen) 2012 *) 2013 **) (2) (3) Sumber : BPS Karimun Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara Berdasarkan tabel 3.5 dapat dilihat bahwa sektor tersier dan primer mengalami penurunan pada tahun 2013. Meskipun demikian, sektor tersier masih menjadi penyumbang terbesar pembentukan PDRB, yakni sebesar 46,90 persen, sedangkan sektor primer sebesar 31,47 persen. Penurunan kedua sektor tersebut diimbangi dengan naiknya sektor sekunder. Sektor ini mengalami peningkatan pesat, terutama pada sektor Bangunan dan Industri Pengolahan. Pada tahun 2013, peranan sektor sekunder sebesar 21,63 persen, meningkat dari nilai tahun sebelumnya yang besarnya adalah 20,50 persen. Keberadaan Penanaman Modal Asing berperan penting dalam perkembangan sektor sekunder. Penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang besar diiringi adanya tuntutan perusahaan akan keahlian tertentu yang harus dimiliki pekerja, mendorong terjadinya peningkatan kualitas SDM Kabupaten Karimun. Pada tahun 2014, peranan sektor sekunder RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 14

diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan pesatnya perkembangan industri dan konstruksi. Tabel 3.4 Proyeksi Struktur Perekonomian Kabupaten Karimun, 2012-2013 (Persen) No Lapangan Usaha 2012* ) 2013** ) 2014 p) (1) (2) (3) (4) (5) Sektor Primer 32,32 31,47 30,61 1 Pertanian 25,02 24,05 23,08 2 Pertambangan dan Penggalian 7,30 7,42 7,53 Sektor Sekunder 20,50 21,63 22,86 3 Industri Pengolahan 9,73 10,16 10,63 4 Listrik, Gas, dan Air 0,33 0,32 0,31 5 Bangunan 10,44 11,55 11,92 Sektor Tersier 47,18 46,90 46,53 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 26,33 26,34 26,36 7 Pengangkutan dan Komunikasi 12,61 12,42 12,23 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 3,15 3,13 3,09 9 Jasa-Jasa 5,09 5,02 4,85 PDRB 100 100 100 Sumber : BPS Karimun Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara p ) angka proyeksi Kabupaten Karimun pada tahun mendatang, nilai tambah sektor primer masih cukup tinggi, walaupun secara nilai semakin menurun, namun peranan sektor pertanian masih cukup tinggi, dibanding sektor lainnya Sub sektor perikanan yang menjadi penopang utama sektor primer diduga akan mengalami beberapa hambatan kedepan, diantaranya ancaman oleh fenomena perubahan iklim global, overfishing, dan pencemaran. Rendahnya produktivitas sektor perikanan dikarenakan nelayan masih banyak yang menggunakan cara tradisional, disamping menggunakan kapal pengkap ikan berukuran kecil, juga akan menyebabkan lambatnya perkembangan sektor ini. Bagi sektor pertambangan, ancaman dirasakan bersumber dari adanya persaingan produk sejenis dari negara lain, terutama negara tetangga seperti Malaysia. Pada jangka panjang, sifat bahan tambang yang merupakan RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 15

sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resource), dengan sendirinya akan menjadi hambatan bagi sektor primer. Pergeseran perekonomian Kabupaten Karimun yang ditandai dengan semakin menurunnya peranan sektor primer dan meningkatnya sektor sekunder, dimana sektor tersier tetap masih mendominasi, mencerminkan perekonomian Kabupaten Karimun yang mandiri. 3.1.4 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak dari kebijaksanaan pembangunan yang telah diambil, khususnya dalam bidang ekonomi. Indikator ini memiliki arti penting bagi pemangku kebijakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai, serta berguna sebagai bahan untuk menentukan kebijaksanaan dan arah pembangunan dimasa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah perbandingan pencapaian kinerja perekonomian suatu daerah pada suatu periode waktu tertentu terhadap periode waktu sebelumnya. Kinerja yang dimaksud berkaitan dengan proses penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Pada gilirannya, proses ini tentunya juga menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat. Untuk itu pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan diharapkan dapat memberikan dampak positif pada beberapa aspek. Pertama, meningkatkan taraf hidup masyarakat, serta memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kedua, meningkatkan hubungan ekonomi dan mengusahakan adanya pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier, sehingga tercipta pendapatan masyarakat yang meningkat secara mantap dengan tingkat pemerataan yang baik. Perkembangan pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dapat tergambar melalui penyajian PDRB atas dasar harga konstan secara berkala. Indikator tersebut digunakan karena PDRB adhk tidak dipengaruhi oleh faktor perubahan harga (inflasi/deflasi). RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 16

Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif menunjukkan terjadinya penurunan. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dinyatakan dalam nilai persentase. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah semata mata menyandarkan pada besaran PDRB atas dasar harga konstan. Dengan demikian terjadinya pertumbuhan ekonomi yang tinggi disuatu wilayah tidak selalu berarti terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tinggi juga didaerah tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi lebih berorientasi pada pendekatan kewilayahan, sedangkan kesejahteraan masyarakat berorientasi pada pelaku kegiatan ekonomi. Untuk itu perlu kehati-hatian dalam menginterpretasikan makna dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai sektor ekonomi. Hal ini berkaitan erat dengan kontribusi masing-masing sektor yang berpotensi besar maupun sektor sektor yang masih perlu mendapatkan perhatian lebih baik untuk dijadikan prioritas pengembangan. Gambar 3.3 Perkembangan Konstribusi Sektor-sektor Penyusun PDRB Sektoral Harga Konstan Kabupaten Karimun 2009-2013 (persen) RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 17

Tabel 3.5 Proyeksi PDRB Sektoral Harga Konstan Kabupaten Karimun (Milyar Rupiah) No Lapangan Usaha 2010 2011 2012* ) 2013 **) 2014 p) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Pertanian 634,66 661,86 689,72 718,03 746,81 2 Pertambangan dan Penggalian 88,02 93,65 101,32 109,55 117,27 3 Industri Pengolahan 243,30 270,81 301,26 332,49 367,12 4 Listrik, Gas, dan Air 5,81 6,23 6,67 7,14 7,64 5 Bangunan 157,35 175,52 195,35 217,47 242,12 6 Perdagangan, Hotel, dan 530,25 Restoran 571,37 617,67 668,03 722,52 7 Pengangkutan dan Komunikasi 210,23 223,13 238,07 254,06 271,18 8 Keuangan, Persewaan, dan 68,69 Jasa Perusahaan 73,41 78,61 83,45 88,21 9 Jasa-Jasa 103,12 109,29 115,22 120,99 126,85 PDRB 2.041,43 2.185,28 2.343,89 2511,21 2.689,72 Sumber : BPS Karimun Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara p) angka proyeksi Gambar 3.4 Pertumbuhan PDRB Sektoral Harga Konstan Kabupaten Karimun (persen) 2011 2012* ) 2013** ) (1) (2) (3) Sumber : BPS Karimun Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara p) angka proyeksi RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 18

Pada sisi sektoral, seluruh sektor ekonomi di Kabupaten Karimun cenderung melambat. Perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disumbang oleh perlambatan pada sektor pertambangan dan penggalian dan sektor pertanian. Pada tahun 2013, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karimun mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, yakni dari 7,26 persen pada tahun 2012 menurun menjadi 7,14 persen pada tahun 2013 (angka sangat sementara, BPS Karimun).Hal ini tidak lepas dari penurunan kondisi ekonomi global, nasional, maupun perekonomian Kepri. Pertumbuhan nilai tambah tertinggi pada tahun 2013 terjadi pada sektor Bangunan, yakni sebesar 11,32 persen, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang pertumbuhannya sebesar 11,30 persen. Terjadinya peningkatan ini diduga karenainvestasi Penanaman Modal Asing pada tahun 2013 meningkat secara signifikan.disamping itu, aktifnya pembangunan fisik di Karimunmeningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan perumahan serta sarana dan prasarana yang merupakan efek dari pertambahan jumlah penduduk. Adanya penambahan anggaran di APBD Kabupaten Karimun untuk sarana dan prasarana dibandingkan tahun 2012 dalam rangka menyambut MTQ tingkat Provinsi pada Maret 2014. Pertumbuhan tertinggi kedua terjadi pada sektor Industri Pengolahan sebesar 10,37 persen. Meskipun mengalami perlambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang pertumbuhannya mencapai11,24 persen, namun nilai tambah sektor ini tetap tinggi. Pada tahun 2014, pertumbuhannya diperkirakan akan mengalami peningkatan postitif. Dilakukannya perbaikan terhadap infrastruktur, baik jalan maupun ketersediaan listrik akan mendorong pertumbuhan sektor ini kearah yang lebih baik. Dukungan pemerintah terhadap para pelaku industri, baik industri mikro dan kecil maupun industri besar sedang juga sangat diperlukan guna peningkatan produktivitas. Pada urutan ketiga, pertumbuhan tertinggi selanjutnya terjadi pada sektor Pertambangan dan Penggalian. Pada tahun 2013, pertumbuhannya RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 19

mencapai 8,12 persen, sedikit menurun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang pertumbuhannya sebesar 8,19 persen. Penurunan sektor ini disebabkan oleh peraturan Menteri ESDM mengenai larangan ekspor bahan mineral. Serta adanya penutupan perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah Kabupaten Karimun. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menempati urutan pertumbuhan tertinggi keempat. Pada tahun 2013, sektor ini tumbuh sebesar 8,15 persen, meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang pertumbuhannya sebesar 8,10 persen. Peningkatan ini didorong oleh adanya kenaikan volume dan nilai ekspor serta bertambahnya permintaan barang di Kabupaten Karimun yang terlihat dari volume bongkar muat yang meningkattajam. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan menempati urutan tertinggi kelima dalam pertumbuhannya. Pada tahun 2013 sektor ini tumbuh sebesar 6,16 persen, menurun dari tahun sebelumnya yang nilainya adalah 7,08 persen. Meningkatnya tingkat suku bunga dan semakinmelemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing berimbas pada lesunya permintaan pendanaan dan kredit usaha sehingga menurunkan pertumbuhan pada sektor ini. Sektor Listrik, Gas dan Air secara kuantitas mengalami peningkatan nilai tambah, akan tetapi pertumbuhannya mengalami perlambatan dari7,21 persen pada 2012 menjadi 7,05 persen pada 2013. Belum adanya sumber listrik tambahan menghambat laju pertumbuhan dari sektor ini. Namun demikian, pertumbuhannya diperkirakan akan meningkat di tahun 2014 sebagai dampak dari tingginya kebutuhan akan listrik dan air bersih seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan pemanfaatan teknologi masa kini yang sangat membutuhkan listrik dalam penggunaanya. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar 6,72 persen pada tahun 2013, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang pertumbuhannya sebesar 6,70 persen. Capaian ini salah satunya dukung oleh peningkatan lalu RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 20

lintas penumpang di pelabuhan Tanjung Balai Karimun, baik pelayaran domestik maupun pelayaran luar negeri, serta meningkatnya volume bongkar muat barang di Karimun. Pada tahun berikutnya, sektor ini diperkirakan akan tetap mengalami pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan nilai tambah terendah pada tahun 2013 terjadi pada sektor pertanian, yakni sebesar 4,10 persen. Angka ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya dimana pertumbuhan yang terjadi sebesar 4,21 persen. Penggunaan cara tradisional oleh para nelayan Karimun diduga mengakibatkan kurang maksimalnya produktivitas sub sektor perikanan yang menjadi penyokong utama sektor ini. Meskipun secara kuantitas sektor ini memberikan nilai tambah terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Karimun, dalam pertumbuhannya sektor ini diperkirakan akan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Namun demikian, sektor Pertanian tetap memiliki peran penting bagi Karimun, sebab penyerapan tenaga kerja tertinggi pada tahun 2013 berada pada sektor ini. 3.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2015 3.2.1 Ekonomi Global Ekonomi dunia tahun 2013 masih tumbuh lemah. Kawasan Euro diperkirakan masih terkontraksi pada kondisi akhir tahun 2013 di tengah terbatasnya pengeluaran masyarkat, tingginya angka pengangguran, rentannya sektor keuangan dan pemerintah, serta meningkatnya ketidakpastian politik di beberapa negara. Sementara itu ekonomi Amerika Serikat yang diharapkan mampu mengompensasi perlambatan di kawasan Euro juga mengalami pertumbuhan yang melemah pada kondisi akhir tahun. Masih lemahnya permintaan dunia dan rentannya kepercayan masyarakat dan investor serta pemulihan sektor perumahan yang belum stabil berada di balik pelemahan kinerja ekonomi. Hanya sektor tenaga kerja yang sedikit membaik. Ekonomi Jepang yang diharapkan kembali puih pasca bencana tsunami 2011 juga masih menunjukkan perkembangan yang lesu di akhir tahun 2013. Ekonomi dunia sedikit terbantu oleh tren perbaikan kinerja ekonomi di sejumlah negara emerging RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 21

Asia seperti China, India da Thaiand. Di sisi lain, rambatan perlambatan permintaan dunia masih terasa di sejumlah Negara emerging lain seperti Korea, Singapura, dan Brazil. Dari gambaran tersebut, laju pertumbuhan ekonomi dunia 2012 diperkirakan hanya mencapai 3,2% (yoy). Seiring dengan lambatnya upaya pemulihan ekonomi sepanjang tahun 2013, khususnya di negara-negara maju, proyeksi pertumbuhan ekonomi 2014 ikut dipangkas. IMF dalam WEO Januari 2013 update memangkas proyeksi pertumbuhan dunia 2013 sebesar 0,1% menjadi 3,2% (yoy). Proyeksi kawasan Euro 2013 diturunkan menjadi minus 0,2%, Laju pertumbuhan PDB 2013 Amerika Serikat juga direvisi ke bawah sebesar 2,0% menjadi 2,0% (yoy). Selain lambatnya proses pemulihan, koreksi proyeksi laju pertumbuhan 2013 tidak terlepas dari tingginya downside risk yang membayangi perokonomian global. Namun, ekonomi di negara emerging dan berkembang diproyeksikan masih solid dengan ekspansi 2013 diperkirakan mencapai 5,5% (yoy) dari 5,01 (yoy) di tahun 2012. Pertumbuhan negara emerging lebih ditopang oleh kebijakan makro yang kondusif di tengah permintaan impor Negara maju yang masih lemah. Selain itu, ruang kebijakan (policy space) juga cenderung menipis dengan sejumlah bottleneck sisi pasokan masih membebani sejumlah negara seperti India dan Brazil. Di 2013, negara maju masih menghadapi risiko fundamental perekonomian yang dapat mendorong perlambatan ekonomi. Sebagai contoh, kawasan Euro masih menghadapi risiko yang tinggi apabila terjadi pemburukan kondisi sovereign debt, potensi kembali meningkatnya risiko sistematik perbaikan kawasan, dan potensi dampak dari kebijakan austerity measure. Di negara berkembang, risiko yang dihadapi cenderung bervariasi. juga dihadapkan oleh risiko meningkatnya ekspektasi. Sementara itu, resilensi perekonomian ASEAN akan menghadapi tantangan sejalan dengan masih lemahnya ekonomi global. Terlebih lagi, negara ASEAN juga dihadapkan oleh risiko meningkatnya ekspektasi infasi akibat tingginya permintaan domestik, peningkatan upah minimum seperti yang terjadi di Malasyia dan Thailand, serta perkiraan RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 22

pengurangan subsidi BBM di Malaysia dan Thailand, serta perkiraan pengurangan subsidi BBM di Malaysia pasca pemilu April 2013. Berbagai perkembangan dan risiko tersebut membuat sebagian besar negara maju mempertahankan kebijakan yang cenderung longgar. Negara maju akan akan terus mempertahankan kebijakan suku bunga rendah dan memperpanjang kebijakan quantitative easing. China diperkirakan akan lebih menggunakan kebijakan fiscal dan moneternya untuk mendorong pertumbuhan, namun diperkirakan masih mempertahankan kebijakan ketat di sektor property Di ASEAN, Merrill Lynch memperkirakan bahwa Thailand akan menurunkan suku bunga kebijakan untuk mencapai level pertumbuhan 4% - 5% (yoy) di tahun 2013. 3.2.2. Ekonomi Nasional Dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stabil di kisaran 5,5% ± 1% dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,11%. Sejak tahun 2007 hingga 2012, tingkat pertumbuhan hampir selalu di atas 6% dengan pengecualian tahun 2009 (4,6%) sejalan dengan krisis ekonomi global akibat kegagalan sektor kredit properti (subprime mortgage crises) dimana sebagian besar negara bahkan mengalami pertumbuhan minus.trend tersebut berbeda bila dibandingkan dengan negara tetangga kita Singapura, yang memiliki tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 6,55%, namun fluktuasinya sangat tinggi mulai dari 14,7% (2010) setelah mengalami kontraksi -1,3% (2009). Demikian pula halnya dengan Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam yang tidak lepas dari imbas krisis global tahun 2009, sehingga turut mengalami pertumbuhan yang minus. Namun pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan menjadi 5,78 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 6,26 persen. Melemahnya perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tidak lepas dari situasi perekonomian global yang masih tidak stabil.prospek perekonomian global memang telah membaik tetapi masih terjadi ketidakpastian dan tantangan kebijakan yang cukup besar. Berjalannya RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 23

pemulihan ekonomi di kawasan Eropa (terutama di negara yang mengalami krisis hutang, yaitu Yunani, Italia, Irlandia, Potugal dan Spanyol) dirasa masih rapuh dan kurang merata.sementara di Asia, terjadi keberagaman kecepatan dan kebijakan seperti penerapan reformasi struktural yang ambisius di China dan Jepang serta pemilu di India dapat mempengaruhi prospeknya. Penetapan waktu dan kecepatan penghapusan bertahap dari program pembelian aset Bank Sentral AS atau tapering tidaklah pasti, namun telah mampu manjaga resiko serta meredam gejolak pasar dunia dan kondisi pembiayaan. Saat kondisi perekonomian global terbilang sulit, perekonomian Indonesia pada tahun 2013 mampu tumbuh 5,78 persen. Hal ini tidak terlepas dari penyesuaian kebijakan moneter dankurs tukar yang secara umum membawa dampak positif meskipun menelan biaya yang tidak sedikit dan mengandung berbagai resiko. Meskipun lebih rendah dibanding tahun sebelumnya namun angka ini merupakan sebuah prestasi bila kita menengok pada tekanan Neraca Pembayaran Indonesia yang disertai dengan melemahnya nilai tukar rupiah serta meningkatnya angka inflasi hingga dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Melemahnya perekonomian Indonesia tidak terlepas dari melemahnya ekspor serta ketidakstabilan kondisi investasi. Namun karakter perekonomian yang masih ditopang oleh kuatnya konsumsi domestik mampu mengurangi imbas krisis keuangan global tersebut. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2013 bila dibandingkan triwulan IV-2012 tercatat sebesar 5,72 persen((yoy)) dan secara kumulatif mengalami pertumbuhan sebesar 5,78 persen. Pada 2013, tingkat inflasi Indonesia meningkat dari 4,3 persen menjadi 8,38 persen((yoy)), naik hampir dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Inflasi terjadi karena ada kenaikan harga pada seluruh kelompok pengeluaran. Hal ini disebabkan adanya penyesuaian harga BBM yang dilakukan pemerintah pada pertengahan tahun sehingga memicu kenaikan harga barang secara umum. RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 24

Laju kemiskinan Indonesia telah melambat pada beberapa tahun terakhir. Pada Maret 2013 tingkat kemiskinan sebesar 11,4 persen atau menurun 0,6 poin dari Maret 2012. Dengan peningkatan harga bahan pangan maupun non pangan akibat kenaikan harga BBM diperkirakan dapat berdampak buruk bagi rumah tangga miskin dan rawan dalam jangka pendek. miskin Sebagian perlemahan pada neraca berjalan Indonesia terjadi semenjak 2011 yang dikarenakan jatuhnya surplus perdagangan nonmigas, yang secara umum didorong oleh penurunan harga komoditas ekspor. Selain itu, pada 2013 telah terjadi pelemahan ekspor karena penurunan permintaan dari negara tujuan ekspor akibat krisis global. Di sisi lain, terjadi pula perlambatan impor yang disebabkan moderasi pertumbuhan riil dan depresiasi rupiah. Akibatnya,defisit dalam neraca berjalan kini semakin berkurang dan menuju pada kestabilan. Pada masa mendatang pemerintah diharapkan mampu mendukung peningkatan ekspor karena kondisi perekonomian dunia yang berangsur membaik memicu meningkatnya jumlah permintaan barang serta ada indikasi peningkatan harga pada 10 komoditi ekspor utama Indonesia. Selain itu, pelarangan ekspor bahan mentah sejak Januari 2014 harus mampu dipersiapkan secara matang. Kebijakan ini dapat memberi dampak positif jangka pendek dengan adanya ekspor barang-barang untuk kostruksi peleburan dalam rangka membangun industri pengolahan bahan mineral. Dalam jangka panjang, kemampuan untuk mengolah mineral mentah menjadi setengah jadi atau jadi dapat memberikan nilai tambah yang lebih. Akan tetapi, bila kebijakan ini tidak dipersiapkan dan disikapi dengan baik, seperti tidak siapnya industri peleburan mineral pada masa yang telah ditetapkan, maka akan terjadi penurunan ekspor mineral yang signifikan sehingga akan membebani neraca perdagangan. Bercermin dari kinerja perekonomian nasional tahun 2013 yang mengalami perlambatan di tengah perekonomian global yang masih belum menentu dan berbagai tantangan pada masa mendatang, maka RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 25

pengembangan perekonomian nasional tahun 2014 menjadi suatu pekerjaan rumah yang harus ditangani dengan baik.dengan penetapan kebijakan yang tepat, diharapkan perekonomian yang mulai melemah dapat kembali meningkat. 3.2.3. Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau PDRB Kepulauan Riau tahun 2013 tumbuh sebesar 6,13 persen, terjadi perlambatan pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,82 persen. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor bangunan yang tumbuh sebesar 11,45 persen. Berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga Berlaku pada tahun 2013 mencapai Rp 100.310.415,69 juta, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp 49.667.224,63 juta. PDRB Kepri Triwulan IV tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 2,15 persen jika dibandingkan Triwulan III Tahun 2013. Pertumbuhan ini terjadi pada semua sektor dalam PDRB, dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor konstruksi 5,02 persen. Perekonomian Kepri yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku pada Triwulan IV tahun 2013 mencapai Rp 26.053.300,72 juta sedangkan untuk PDRB harga konstan 2000 sebesar Rp 12.752.662,00 Juta. Dari sisi penggunaan, laju pertumbuhan PDRB Kepri tahun 2013 sebesar 6,13 persen. Tiga komponen penggunaan yang memberikan kontribusi paling besar terhadap laju pertumbuhan ekonomi tersebut adalah komponen pembentukan modal tetap bruto, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga dan komponen pengeluaran konsumsi pemerintah yaitu masing-masing 11,33 persen; 6,88 persen; dan 5,99 persen. Laju pertumbuhan terhadap triwulan sebelumnya (q to q), komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 2,78 persen, Komponen PMTB sebesar 2,66 persen. Sedangkan untuk komponen pengeluaran konsumsi pemerintah, komponen ekspor dan impor barang dan jasa masing-masing sebesar 2,51 persen; 2,87 persen; dan 2,18 persen. RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 26

Pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan I-2014 diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya. Masih belum membaiknya perekonomian global yang dipengaruhi krisis Eropa menyebabkan perlambatan kinerja ekspor di Kepulauan Riau. Meski demikian, daya tarik Kepulauan Riau sebagai salah satu tujuan pergerakan arus modal global serta strategi BP Batam dalam melakukan promosi investasi diperkirakan membawa dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau. Hal tersebut didukung oleh diperolehnya predikat investment grade oleh Indonesia. Inflasi pada triwulan I-2014 diperkirakan akan mengalami peningkatan, seiring dengan peningkatan permintaan masyarakat dan faktor ekspektasi masyarakat serta pelaku usaha terkait perayaan Tahun Baru Imlek. Dari sisi supply, kondisi cuaca yang tidak menentu pada daerah sentra produksi dikhawatirkan akan menyebabkan penurunan pasokan. Selain itu, Musim Utara yang membawa gelombang tinggi juga berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan. Dengan kondisi tersebut, laju inflasi pada triwulan I-2014 diperkirakan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Dengan asumsi tersebut, laju inflasi Kepulauan Riau pada triwulan I-2014 diperkirakan berada dalam kisaran 4,52% ((yoy)), mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 2,73% ((yoy)). 3.2.4. Ekonomi Kabupaten Karimun Dengan memperhatikan perkembangan internal dan dinamika ekonomi regional, nasional dan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini, perkembangan ekonomi Kabupaten Karimun akan dihadapkan pada berbagai tantangan yang perlu segera direspon secara komprehensif melalui aksi nyata, yang mencakup: Pertama, meningkatkan pertumbuhan ekonomi disertai dengan keseimbangan yang lebih baik dari sumber pertumbuhan maupun dari segi kewilayahannya. Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Karimun saat RKPD TAHUN 2015 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan III - 27