EFISIENSI USAHA TANI PADI, JAGUNG, KEDELAI, DAN KACANG TANAH DI BANTUL EFFICIENCY OF CROP FARMING RICE, CORN, SOYBEAN AND PEANUT IN BANTUL REGENCY

dokumen-dokumen yang mirip
ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS KOMPARATIF MONOKULTUR UBIKAYU DENGAN TUMPANGSARI UBIKAYU-KACANG TANAH DI BANYUMAS

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

CURAHAN WAKTU KERJA PETANI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO JURNAL

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI D.I.YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN II 2008)

VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MUKO-MUKO, PROVINSI BENGKULU. Ahmad Damiri dan Herlena Budi Astuti

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG

ANALISIS USAHATANI KEDELAI LAHAN GAMBUT DESA PASIR PALEMBANG KABUPATEN MEMPAWAH

BPS PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

BERITA RESMI STATISTIK

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

PENGENALAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA TANI PADI SAWAH DI DESA KEBUN KELAPA KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

REVITALISASI SISTEM AGRIBISNIS DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) DI KABUPATEN GROBOGAN

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

Keragaan Usahatani Kacang Hijau di Lahan Suboptimal Kabupaten Sambas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG PADA LAHAN SAWAH DAN TEGALAN DI KECAMATAN ULAWENG, KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

KAJIAN IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN PROVINSI LAMPUNG. Jamhari Hadipurwanta dan Bariot Hafif

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA TETAP 2015)

KAJIAN PROYEKSI KEBUTUHAN PANGAN DAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN DAN KEDAULATAN PANGAN DAERAH DI KOTA TASIKMALAYA

BPS PROVINSI JAWA TENGAH NILAI TUKAR PETANI (NTP) JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2009

I. PENDAHULUAN. secara finansial maupun didalam menjaga keharmonisan alam. Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan)

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III 2010)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2013)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

Transkripsi:

Agros Vol. 16 No. 1, Januari 2014: 188-194 ISSN 1411-0172 EFISIENSI USAHA TANI PADI, JAGUNG, KEDELAI, DAN KACANG TANAH DI BANTUL EFFICIENCY OF CROP FARMING RICE, CORN, SOYBEAN AND PEANUT IN BANTUL REGENCY ABSTRACT Nur Hidayat *) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta Purpose of this study was to determine level of business efficiency and profits of farmers in farming of food crops (rice, corn, soybeans and peanut). Research method used was focus group discussions and secondary data retrieval. FGD conducted with farmers, agricultural researchers and extension of BPP district Jetis, Bantul regency. Data analysis is descriptive and economic analysis includes farm profits and business efficiency in farming food crops. Farm profit is calculated by reducing gross receipts by total cost. Business efficiency values calculated using ratio of revenue to total cost of production. Results showed that advantage for one growing season obtained from rice farming is IDR 11,180,500 per ha with a B/C = 1.34 and level of business efficiency = 2.34; for maize obtained a profit of IDR 9.265.000 per ha with a B/C = 1.38 and level of business efficiency = 2.38, while for soybean profits of IDR 6.130.000 per ha with a B/C = 1.04 and levels of business efficiency = 2,04, while for peanut profits of IDR 9.790.000 per ha with a B/C =1,4 and levels of business efficiency = 2,4, value of B/C greater than one indicates that farming of food crops (rice, corn and soybeans) profitable and feasible to be developed. Key-words: advantages, farming, rice INTISARI Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat efisiensi usaha dan keuntungan petani tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah). Metode: Focus Group Discussion dan penelusuran data sekunder. FGD dilakukan dengan petani, peneliti, dan penyuluh pertanian dari BPP Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Analisis data secara deskriptif dan analisis ekonomis meliputi keuntungan usaha tani dan efisiensi usaha dalam usaha tani komoditas tanaman pangan. Keuntungan usaha tani dihitung dengan mengurangi penerimaan kotor dengan total biaya. Efisiensi usaha dihitung dengan menggunakan perbandingan nilai penerimaan dengan total biaya produksi. Hasil: keuntungan selama satu musim tanam dari usaha tani padi Rp 11.180.000 per ha dengan nilai B/C = 1,34 dan tingkat efisiensi usaha = 2,34; untuk komoditas jagung diperoleh keuntungan sebesar Rp 9.265.000 per ha dengan nilai B/C = 1,38 dan tingkat efisiensi usaha = 2,38, untuk komoditas kedelai keuntungan Rp 6.130.000 per ha dengan nilai B/C = 1,04 dan tingkat efisiensi usaha = 2,04, sedangkan untuk kacang tanah keuntungan Rp 9.790.000 per ha dengan nilai B/C = 1,4 dan tingkat efisiensi usaha = 2,14. Dilihat dari nilai B/C yang lebih besar dari satu maka berarti usaha tani pangan secara finansial menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Kata kunci: keuntungan, usaha tani, padi *) Alamat penulis untuk korespondensi: Nur Hidayat. BPTP Yogyakarta. Jln. Rajawali No. 28 Demangan Baru, Yogyakarta 55281. Hp. 081804269888; e-mail:nurhid95@yahoo.com

Efisiensi Usaha Tani Padi (Nur Hidayat) 189 PENDAHULUAN Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional, selain berperan langsung dalam penyediaan pangan masyarakat, pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB), sumber lapangan kerja, ekspor non migas (devisa), dan pengendalian inflasi, juga secara tidak langsung berperan dalam penciptaan iklim yang kondusif bagi pembangunan sektor lain (Zaim 2002). Menurut Soentoro et al (1999), minimal ada lima aspek penting yang dapat diperankan sektor pertanian, yaitu: 1) mampu menyediakan kebutuhan pangan pokok, sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar yang strategis dalam mengatasi dampak sosial pada situasi sulit, 2) menghasilkan devisa terutama sub sektor perkebunan dan sub sektor perikanan, 3) dapat menjaga dan meningkatkan laju pertumbuhan nasional untuk menetralisasi kemungkinan penurunan laju atau bahkan pertumbuhan negatif sektor lain, 4) dapat mengendalikan inflasi, dan 5) sebagai reservoir (penampung) tenaga kerja asal pedesaan yang semula bekerja di sektor non pertanian dan kembali ke pedesaan. Sampai sekarang peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional masih cukup besar, lebih-lebih bila cakupan sektor pertanian diperluas menjadi agribisnis. Kontribusi sektor agribisnis pada periode 1990 hingga 1995 pada Produk Domestik Bruto (PDB), kesempatan kerja, ekspor, dan ketahanan pangan sangat nyata. Pada periode tersebut sektor agribisnis menyumbang 45 hingga 47 persen PDB, menyerap 75 hingga 77 persen tenaga kerja, menghasilkan devisa 43 hingga 49 persen dari nilai ekspor, dan menghasilkan pangan dalam jumlah yang besar (Hartono S 2003). Sektor pertanian di Provinsi D.I. Yogyakarta masih merupakan salah satu andalan dalam penghidupan masyarakat dan merupakan sektor penunjang dalam perekonomian daerah. Pengalaman krisis ekonomi menunjukkan bahwa sektor pertanian lebih resisten terhadap goncangan ekonomi dan memiliki resistensi terhadap goncangan ekonomi serta memiliki daya pemulihan ekonomi yang lebih baik dibanding dengan sektor lain. Pada tahun 2007, jumlah penduduk DIY sekitar 3,434.534 jiwa yang sebagian besar tinggal di pedesaan dan bergantung pada usaha pertanian yang memberikan kontribusi sekitar 18,22 persen bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi DIY dan merupakan penyumbang terbesar kedua bagi PDRB DIY. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih merupakan andalan sumber pendapatan daerah sehingga pengembangan sumberdaya pertanian perlu diperhatikan sebagai bagian integral dalam upaya pembangunan wilayah pada umumnya (BPS 2008). Hakekat pembangunan pertanian adalah pendayagunaan secara optimal sumberdaya pertanian, baik fisik maupun manusia, untuk mencapai kesejahteraan petani dan masyarakat luas. Pengembangan sumberdaya manusia mempunyai peran strategis dalam mewujudkan pembangunan pertanian, karena merupakan asset, pelaku, dan sekaligus penggerak pembangunan pertanian. Oleh karena itu, pengembangan sumberdaya manusia pertanian perlu dirancang secara cermat dan seksama mengacu pada agenda revitalisasi pertanian (Badan Litbang Pertanian 2005). Kebutuhan pangan, utamanya beras, sebagai bahan pangan dan bahan industri bagi Indonesia terus meningkat

190 Agros Vol. 16 No.1, Januari 2014:188-194 sejalan meningkatnya jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu, penyediaan pangan perlu ditingkatkan seiring dengan perkembangan penduduk untuk mencapai kemandirian pangan nasional. Penduduk Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai 256 juta jiwa dan dibutuhkan beras sebesar 34 juta ton dengan asumsi konsumsi 134 kg per kapita. Untuk tahun 2011, sasaran produksi padi sebanyak 70,6 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau setara dengan 40 juta ton beras. Pada tahun 2011 dibutuhkan komoditas 23,4 juta ton. Untuk padi, pada tahun 2011 terjadi peningkatan sasaran produksi sebesar 4,62 juta ton GKG atau enam persen dibandingkan sasaran tahun 2010. Demikian juga untuk jagung, kedelai, dan ubikayu terjadi peningkatan sasaran produksi masing-masing sebesar 11 persen, 20 persen, dan lima persen dibandigkan sasaran tahun 2010 (Sek. Ditjen Tanaman Pangan 2011). Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam berupa lahan yang relatif cukup luas dan subur. Dengan iklim, suhu, dan kelembaban yang cocok untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman pangan pokok, maka hampir seluruh tanaman pangan pokok tersebut (biji-bijian, umbi-umbian, dan kacang-kacangan asli Indonesia) dapat tumbuh dengan relatif baik. Sektor pertanian di Kabupaten Bantul masih merupakan salah satu andalan dalam penghidupan masyarakat dan merupakan sektor penunjang dalam perekonomian daerah. Pengalaman krisis ekonomi menunjukkan bahwa sektor pertanian lebih resisten terhadap goncangan ekonomi dan memiliki daya pemulihan ekonomi yang lebih baik dibanding dengan sektor lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi usaha dan keuntungan yang diperoleh petani dalam usaha tani tanaman pangan lain, yaitu jagung, kedelai, dan ubikayu. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelusuran data sekunder dan Focus Group Discussion (FGD) dengan petani dan penyuluh pertanian dari BPP Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Analisis data secara deskriptif dan analisis ekonomis meliputi keuntungan usaha tani dan efisiensi usaha dalam agribisnis tanaman pangan. Keuntungan usaha tani dihitung dengan mengurangi penerimaan kotor dengan total biaya yang dikeluarkan. Efisiensi usaha dihitung dengan menggunakan perbandingan nilai penerimaan dengan total biaya produksi. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan umum WK BPP Kecamatan Jetis. Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Jetis seluas 2.447,31 ha. Suhu rata-rata 30 0 C dengan curah hujan rata-rata 1.275 mm per tahun, merupakan daerah yang potensial untuk pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Jumlah penduduk 52.108 jiwa, kepadatan penduduk mencapai 2.129 jiwa per km 2, sedang kepadatan agraris 21 orang per ha. Oleh karena semakin sempitnya lahan usaha tani maka tipe petani di WKBPP Jetis termasuk petani sambilan. Hal ini terlihat dari penduduk yang menggantungkan mata pencahariannya di sektor pertanian tinggal 36,71 persen, sedangkan lainnya di sektor industri, perdagangan, jasa, dan lain-lain. Tingkat pendidikan 91,27 persen berada pada tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Alat komunikasi

Efisiensi Usaha Tani Padi (Nur Hidayat) 191 dan transportasi yang semakin berkembang akan memberikan dukungan terhadap adopsi teknologi, sehingga dimungkinkan produktivitas usaha tani dan pendapatan petani akan meningkat. Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan. Komoditas tanaman pangan yang banyak diusahakan adalah padi, jagung, kedelai dan kacang tanah. Luas panen, produksi dan produktivitas komoditas tanaman pangan di WKBPP Jetis Kabupaten Bantul disajikan pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa komoditas padi sawah dan jagung mempunyai luas panen paling tinggi dibanding komoditas lain. Luas panen komoditas tanaman pangan terluas adalah padi sawah dengan luas panen 2.128 ha dengan rata rata produksi 7,8 ton per ha dan jumlah produksi 16.601,1 ton. Luas panen terendah adalah kacang tanah dengan luas panen 155 ha dan rata-rata produksi 6,3 ton per ha serta produksi 978 ton. Keragaan Usaha Tani. Sebagian besar petani melakukan aneka usaha tani meliputi pertanian tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, tanaman kehutanan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan penangkapan ikan di perairan umum. Sangat sedikit petani yang hanya mengandalkan dari salah satu jenis usaha tani. Komoditas tanaman pangan yang dominan adalah padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah, sedangkan tanaman sayuran meliputi cabai merah, kacang panjang, dan tomat. Pola tanam sebagian besar adalah padi-palawija-padi. Produktivitas padi di WKBPP Jetis sudah cukup tinggi, di atas rata-rata Kabupaten Bantul, sedangkan perkembangan tanaman kedelai dan kacang tanah masih lambat. Sebagian besar petani di WKBPP Kecamatan Jetis melakukan pemasaran hasil gabah atau padi dengan cara menjual ke penggilingan padi atau lembaga distribusi pangan masyarakat (LDPM). Hal tersebut ditempuh untuk mendapatkan harga yang menguntungkan sehingga dapat meningkatkan pendapatan usaha tani. Untuk komoditas yang lain seperti jagung, kedelai, dan kacang tanah, sebagian besar dijual dalam bentuk wose kering atau pipilan kering atau gelondongan kering atau basah. Analisis Finansial Usaha Tani Tanaman Pangan. Usaha tani tanaman pangan yang dominan di WKBPP Kecamatan Jertis Bantul adalah padi sawah, jagung, kedelai, dan kacang tanah. Analisis finansial usaha tani tanaman padi sawah, jagung, kedelai dan kacang tanah disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa biaya yang dikeluarkan petani meliputi biaya Tabel 1. Luas Panen, produksi, dan produktivitas komoditas tanaman pangan WKBPP Jetis Bantul Tahun 2010 Komoditas Luas panen(ha) Rata-rata Produksi(ton/ha) Produksi(ton) di Padi sawah 2.128 7,8 16.601,1 Jagung 490 7,8 3.832 Kedelai 185 1,9 357,5 Kacang tanah 155 6,3 978 Sumber: Data PPL BPP Kec. Jetis (diolah).

192 Agros Vol. 16 No.1, Januari 2014:188-194 sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya sewa lahan. Sarana produksi yang digunakan pada budidaya tanaman padi sawah, jagung, kedelai, dan kacang tanah meliputi benih, pupuk, dan pestisida. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja manusia dan traktor. Traktor diperlukan pada saat pengolahan tanah, sedangkan tenaga kerja manusia digunakan pada saat persemaian (untuk padi), penanaman, penyiangan, pemupukan, dan panen atau pasca panen. Seperti terlihat pada Tabel 1 bahwa hasil panen padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah masing-masing adalah 7.800 kg per ha gabah kering panen (gkp), 8000 kg per ha jagung pipilan kering, 2000 kg per ha kedelai wose, dan 2100 kg per ha wose. Penerimaan petani tidak saja ditentukan oleh jumlah produksi yang diperoleh tetapi ditentukan oleh harga jual yang berlaku pada saat hasil atau produk tersebut dijual. Harga jual hasil panen tanaman padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah masing masing Rp 2500 per kg gkp, Rp 2000 per kg pipilan kering, Rp 6000 per kg kedelai wose, dan Rp 8000 per kg kacang tanah wose, sehingga dapat dihitung penerimaan yang diperoleh petani dalam usaha tani padi sawah, jagung, kedelai, dan kacang tanah masing masing sebesar Rp 19.500.000 per ha, Rp 16.000.000 per ha, 12.000.000 per ha, dan Rp 16.800.000 per ha. Kegiatan usaha tani yang bertujuan untuk memperoleh produksi pertanian pada akhirnya akan dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan. Dari Tabel 1 tampak bahwa keuntungan selama satu musim tanam yang diperoleh dari usaha tani padi sebesar Rp 11.180.000 per ha dengan nilai B/C = 1,34 dan tingkat efisiensi usaha = 2,34; untuk komoditas jagung diperoleh keuntungan sebesar 9.265.000 per ha dengan nilai B/C = 1,38 dan tingkat efisiensi usaha = 2,38, untuk komoditas kedelai keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 6.130.000 per ha dengan nilai B/C = 1,04 dan tingkat efisiensi usaha = 2,04, sedangkan untuk komoditas kacang tanah keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 9.790.000 per ha dengan nilai B/C = 1,4 dan tingkat efisiensi usaha = 2,4. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai B/C ratio dari komoditas padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah masing-masing mempunyai nilai yang lebih besar dari satu. Dengan nilai B/C ratio lebih besar dari satu berarti bahwa keuntungan yang diperoleh petani dalam usaha tani tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) lebih besar dari biaya yang dikeluarkan selama berlangsungnya proses produksi. Nilai B/C ratio ini menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan selama berlangsungnya proses produksi. Ini berarti pula untuk setiap rupiah yang diinvestasikan dalam kegiatan usaha tani padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah diperoleh pendapatan bersih masingmasing sebesar Rp 1,34 untuk padi; Rp 1,38 untuk jagung, Rp 1,04 untuk kedelai, dan Rp 1,4 untuk kacang tanah. Makin besar nilai B/C ratio dari satu maka makin besar keuntungan yang diperloleh dan terjadi keadaan sebaliknya bila nilai B/C ratio makin kecil dari satu. Dilihat dari nilai B/C yang lebih besar dari satu maka berarti usaha tani tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) secara finansial menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

Efisiensi Usaha Tani Padi (Nur Hidayat) 193 Tabel 1. Analisis usaha tani komoditas padi sawah, jagung, dan kedelai di WKBPP Kecamatan Jetis, Bantul Tahun 2010 (luas lahan 1 ha) Uraian Komoditas Padi Jagung Kedelai Kacang tanah A. BIAYA TETAP : Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya Jumlah Biaya 1. Sewa lahan* - 3500000-3500000 - 3500000-3500000 Jumlah A : 3500000-3500000 - 3500000-3500000 B. SAPRODI: 1. Benih (kg) 25 125000 15 525000 40 360000 40 600000 2. Pupuk: a. Urea (kg) 250 325000 100 130000 100 130000 100 130000 b. SP-36 (kg) 100 160000 50 80000 50 80000 50 80000 c. KCL (kg) 50 125000 - - - - - - d. ZA (kg) 50 60000 - - - - - - e. Ponskha (kg) - - - - - - - 3. Obat-obatan: - - A Pestisida (lt) 1 250000 - - - - - - C. TENAGA KERJA : Jumlah B : 1045000 735000 570000 810000 1. Pembibitan (HOK) 1 30000 - - - - - - 2. Pengolahan tanah - - traktor 1075000 20 700000 30 900000 3. Daut + Banjar (HOK) - - - - - - 2 60000 4. Tanam (HOK) 30 900000 20 600000 20 600000 20 600000 5. Penyiangan (HOK) 15 450000 20 600000 20 600000 20 600000 6. Pemupukan (HOK) 3 90000 5 150000 5 150000 5 150000 7 Pengairan/siram(HOK) 5 150000 5 150000 5 150000 5 150000 8. Penyemprotan (HOK) - - - - - - 4 120000 9.Panen/PP (HOK) 30 900000 10 300000 10 300000 10 300000 Jumlah C : 3775000 2500000 1800000 2700000 D. Total Biaya (A+B+C) : 8320000 6735000 5870000 7010000 E. Hasil produksi (kg) 7800 8000 2000 2100 F. Penerimaan kotor 19500000 16000000 12000000 16800000 G. Keuntungan (F-D) 11180000 9265000 6130000 9.790.000 B/C Ratio 1,34 1,38 1,04 1,4 Efisiensi usaha 2,34 2,38 2,04 2,4

194 Agros Vol. 16 No.1, Januari 2014:188-194 KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa keuntungan selama satu musim tanam yang diperoleh dari usaha tani padi sebesar Rp 11.180.000 per ha dengan nilai B/C = 1,34 dan tingkat efisiensi usaha = 2,34; untuk komoditas jagung diperoleh keuntungan sebesar Rp 9.265.000 per ha dengan nilai B/C = 1,38 dan tingkat efisiensi usaha = 2,38, untuk komoditas kedelai keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 6.130.000 per ha dengan nilai B/C = 1,04 dan tingkat efisiensi usaha = 2,04, sedangkan untuk komoditas kacang tanah keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 9.790.000 per ha dengan nilai B/C = 1,4 dan tingkat efisiensi usaha = 2,4. Dilihat dari nilai B/C yang lebih besar dari satu maka berarti usaha tani tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) secara finansial menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Sekretaris Ditjen Tanaman Pangan, 2011. Program dan Kegiatan Tanaman Pangan Tahun 2011. Disampaikan pada Rakor dan Sinkronisasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tanaman Pangan Tahun 2011. Jakarta, 12 Feb. 2011. Zaim, Ahmad 2002. Penerapan Teknologi Pertanian dalam Pengembangan Wilayah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pertanian Pendukung Agribisnis Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Wilayah. Yogyakarta, 14 Nopember 2002. DAFTAR PUSTAKA BPS-Provinsi DIY 2008. Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka. Badan Pusat Statistik (BPS). Provinsi Daerah Istimewa Yogyakrta (DIY) 548 hal. Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bantul 2011. Programa Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Jetis. Badan Litbang Pertanian, 2005. Rumusan Sementara Rapat Kerja Nasional. Departemen Pertanian. Jakarta. Soentoro, M Rachmat, Sumaryanto & Saptana, 1999. Dinamika Penguasaan Lahan, Kesempatan Kerja, dan Pendapatan Rumah Tangga: Analisis Panel Petani Nasional (Patanas) Dengan Pendekatan Regional.