BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Metode Anterior-Posterior (AP) dan Posterior-Anterior (PA) (AP/PA)

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN DOSIS PADA SIMULASI RADIOTERAPI PARU-PARU ANTARA HASIL KALKULASI TPS DENGAN PENGUKURAN

Pengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi

Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo

absorbsi massa energi pada jaringan terhadap air.

PERKIRAAN DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN DENGAN SINAR-X RADIOGRAFI UMUM. RUSMANTO

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK DASAR : PIPET, TIMBANGAN, PEMBUATAN LARUTAN

BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON

Verifikasi Dosis Radiasi Kanker Menggunakan TLD-100 pada Pasien Kanker Payudara dengan Penyinaran Open System

APLIKASI KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN Nama: Handoyo Margi Waluyo

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)

Solusi: Misalkan Y kejadian menjawab YA. Misalkan A kejadian menjadab pertanyaan (a).

BAB IV Alat Ukur Radiasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi

R adalah selisih massa bejana dalam keadaan terisi dan dalam keadaan kosong,

Rancang Bangun Sistem Kalibrasi Alat Ukur Tekanan Rendah

Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung

1.2 Tujuan. 1.3 Metodologi

FAKTOR KOREKSI SOLID WATER PHANTOM TERHADAP WATER PHANTOM PADA DOSIMETRI ABSOLUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINAC

Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien anak-anak) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang telah diperbaruhi tahun 2013

BAB 5 HASIL PENELITIAN

ANALISIS DOSIS OUTPUT SINAR-X PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) MENGGUNAKAN WATER PHANTOM

ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 ABSTRAK

SKRIPSI NURIANI NAINGGOLAN

DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN SINAR-X MEDIK RADIOGRAFI ABSTRAK

KOLOM (ANALISA KOLOM LANGSING) Winda Tri W, ST,MT

Analisis Dosis Keluaran Berkas Foton dan Elektron Energi Tinggi Pesawat Linac Elekta Precise 5991 Berdasarkan Code of Practice IAEA TRS 398

KALIBRASI ANTARWAKTU PESAWAT TELETERAPI 60 Co DI RSUD Dr. MOEWARDI: PENGUKURAN, PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX

Nama: Tony Okta Wibowo Nrp : Dosen Pembimbing : Bp. Moch Hariadi, ST M.Sc PhD Bp. Dr. I ketut eddy Purnama, ST,MT

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

PREDIKSI DOSIS PAPARAN RADIASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLASTERING PADA DOSIMETER FILM

Verifikasi TPS untuk Dosis Organ Kritis pada Perlakuan Radioterapi Area Pelvis dengan Sinar X 10 Megavolt

CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI PASCA SARJANA FISIKA KEKHUSUSAN FISIKA MEDIS JAKARTA 2010

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan.

PENGARUH SUDUT GANTRI TERHADAP KONSTANSI DOSIS SERAP DI AIR PESAWAT TELETERAPI Co-60 XINHUA MILIK RUMAH SAKIT dr. SARJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

VERIFIKASI PENENTUAN LAJU DOSIS SERAP DI AIR BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100 C MILIK RUMAH SAKIT

LAMPIRAN B PERHITUNGAN. 1. Menghitung Perhitungan Mikroba Selama Proses Fermentasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh

NERACA. Neraca Ohauss

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

HASIL DAN PEMBAHASAN. Model Regresi Logistik Biner untuk data Hasil Pembangkitan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB III K-MEDIANS CLUSTERING

ANALISIS DOSIS OUTPUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR (LINAC)TIPE VARIAN HCX 6540 MENGGUNAKAN TRS 398

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Dalam pelaksanaan penelitian, serta untuk mempermudah menyelesaikan. yang diperlukan dalam suatu penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. alat pendeteksi frekuensi detak jantung. Langkah langkah untuk merealisasikan

HUBUNGAN ANTARA LAJU DOSIS SERAP AIR DENGAN LAPANGAN RADIASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA

ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DOSIS PERORANGAN MENGGUNAKAN THERMOLUMINISENCE DOSIMETER (TLD)

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan

Bab V MetodeFunctional Statistics Algorithm (FSA) dalam Sintesis Populasi

PENUNTUN CSL Keterampilan Interpretasi Foto Thorax

KARAKTERISASI DETEKTOR IN VIVO UNTUK DOSIMETRI RADIOTERAPI EKSTERNA

LAPORAN PRAKTIKUM TEHNIK DASAR : PENGGUNAAN PIPET, TIMBANGAN DAN PEMBUATAN LARUTAN

UKURAN PENYEBARAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. atau yang disebut dengan cardiomegaly. Pemantauan pembesaran jantung

PENENTUAN DISTRIBUSI DOSIS SUMBER RADIASI LDR 192 Ir BRAKITERAPI MENGGUNAKAN FILM GAFCHROMIC EBT 2 DI MEDIUM AIR DAN UDARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap:

Analisis Dosis Keluaran Radiasi Dengan Sumber Cs-137 Pada Proses Kalibrasi Pendosimeter. Muhijrah 1,Wira Bahari Nurdin, Bannu Abdul

Wahana Fisika, 1(2), Perbandingan Dosis Serap Berkas Foton 16 MV Pada Berbagai Jenis Phantom menggunakan Metode Monte Carlo - EGSnrc

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan mutu anak timbangan yang ada dipasaran. dan mengembangkan laboratorium massa Direktorat Metrologi menjadi

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Proyek pembangunan gedung Laboratorium Akademi Teknik Keselamatan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian yang akan

1/Eksperimen Fisika Dasar I/LFD PENGUKURAN DASAR MEKANIS

Ada beberapa jenis timbangan yang sering digunakan akan tetapi secara garis besar timbangan yang digunakan dibedakan menjadi 3 yaitu :

DATA DAN METODE Sumber Data

overacting dan menyerang organ tubuh sendiri. Lupus juga mengenai banyak organ tubuh dan memiliki gejala klinis yang sangat bervariasi sehingga dikena

Proses Kalibrasi Sumbu X, Y, Dan Z Pada Mesin CNC Router Kayu 3 Axis Menggunakan Alat Bantu Dial Indicator dan Block Gauge

Bab III Metodologi Penelitian

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Hasil Analisis Univariat Analisis Statistik Deskriptif Lama Kehilangan, Usia dan Ekstrusi Gigi Antagonis

BAB I PENDAHULUAN I.1

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.5

INTERFEROMETER MICHELSON DAN CCD WEBCAM SEBAGAI PENENTU FREKUENSI GETAR OBJEK

3 Metodologi Penelitian

Analisis Perubahan Kurva Percentage Depth Dose (PDD) dan Dose Profile untuk Radiasi Foton 6MV pada Fantom Thoraks

Metodologi Penelitian

AUDIT MUTU PENGUKURAN DOSIS SERAP DARI SUMBER TELETERAPI Co-60 CIRUS 90131

OPTIMALISASI DOSIS RADIASI SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX SKRIPSI

BESARAN DAN PENGUKURAN

Kualitas Data Spasial. Arif Basofi PENS 2017

BIONATOR Dikembangkan oleh Wilhelm Balters (1950-an). Populer di Amerika Serikat tahun

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I PEMERIKSAAN KESALAHAN-KESALAHAN. Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : Kelompok : IV.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam segi peningkatan kualitas sistem tenaga listrik, banyak aspek yang bisa

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA Page 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hal yang sangat penting karena data yang sudah dikumpulkan dari percobaan tidak untuk

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERBUK TIMAH PEREKAT EPOXY UKURAN SERBUK 100 MESH DENGAN FRAKSI VOLUME (20, 35, 50) %

Analisis Dosis Serap Organ Kritis Lensa Mata Pada Terapi Karsinoma Nasofaring Dengan Pesawat LINAC 6 MV

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini pusat isosenter dipilih tidak terletak pada pusat target. Pusat isosenter dipilih sedemikian sehingga, lapangan mencakup beberapa material tidak homogen, antara lain jaringan lunak, paru-paru, dan tulang belakang. Lapangan dipilih karena dikaitkan dengan tujuan penelitian untuk memperoleh informasi material tidak homogen pada perhitungan dosis oleh. Pengukuran dilakukan dengan metode 2 lapangan berlawanan AP/PA dan oblig (ML/LM), dan seluruh data hasil pengukuran dosis pada medium jaringan lunak, paru-paru, dan tulang belakang diberikan dalam lampiran 3 dan 4. Dari data tersebut dosis pada berbagai jaringan dikalkulasi mengikuti protokol IAEA TRS 277 khusus untuk pengukuran dengan bilik ionisasi. Sedangkan untuk pengukuran dengan, kalkulasi menggunakan hasil kalibrasi yang diberikan dalam lampiran 5. 4.1 Metode Anterior-Posterior (AP) dan Posterior-Anterior (PA) (AP/PA) Hasil kalkulasi dosis untuk metode AP/PA dapat dilihat dalam Tabel 4.1. Pada Tabel ini deviasi dosis bernilai positif dan negatif, adapun deviasi bernilai positif mengindikasikan bahwa nilai dosis perhitungan dibawah nilai dosis terukur, demikian sebaliknya. Dosis metode AP+PA merupakan penjumlahan dosis hasil pengukuran berkas tunggal AP dan PA. Dalam Tabel ini, terlihat perbedaan deviasi yang signifikan antara hasil pengukuran bilik ionisasi dengan untuk tulang belakang metode AP/PA dan paru-paru metode AP. Salah satu kemungkinan penyebab perbedaan ini dikarenakan densitas holder yang berbeda dengan densitas medium tempat ketiga titik pengukuran. Selain itu faktor kesensitifan masing-masing dosimeter juga ikut berpengaruh. 24 Perbandingan Dosis..., Wahyu Edy Wibowo, FMIPA UI, 28

25 Tabel 4.1 : Dosis pada Berbagai Jaringan Dibandingkan dengan Kalkulasi Metode AP/PA JARNGAN DEVIASI TERHADAP (%) AP 82,5 8,35 79,35 79,6-2,61-3,82-3,51 TULANG BELAKANG* PA 116,8 12,9 118,11 118,15 2,82 1,12 1,16 JARINGAN LUNAK AP+PA - 2,44 197,46 197,75,17-1,32-1,17 AP/PA 2,1 23,5 2,32 175,56 1,47,11-12,26 AP 122,3 121,23 119,67 118,85 -,87-2,15-2,82 PA 81,9 87,51 86,77 88,45 6,85 5,95 8, AP+PA - 28,74 26,44 27,3 2,83 1,69 2,12 AP/PA 23, 28,43 26,53 197,67 2,68 1,74-2,63 AP 19,4 12,76 119,98 124,9 1,38 9,67 14,17 PARU- PARU* PA 94,6 1,35 99,4 96,5 6,8 5,7 2,1 AP+PA - 221,11 219,38 221,4 8,55 7,7 8,7 AP/PA 23,7 221,37 219,81 213,75 8,67 7,91 4,93 *) perhitungan dosis pengukuran merupakan nilai pendekatan, dikarenakan kurangnya informasi data (µ/ρ) untuk paru-paru dan tulang belakang. DEVIASI (%) 16 14 12 1 8 6 4 2-2 -4-6 -8-1 -12-14 -16 5 1 15 2 25 Gambar 4.1 : Pengelompokkan Nilai Deviasi Metode AP/PA Perbandingan Dosis..., Wahyu Edy Wibowo, FMIPA UI, 28

26 Evaluasi selanjutnya dilakukan pengelompokkan nilai deviasi pada Tabel 4.1 (Gambar 4.1). Dari Gambar dapat dilihat bahwa dari 27 data, 18 data (66,67%) berada pada daerah antara -4 % sampai 6%. Dan 9 data (33,33%) berada diluarnya. Dengan demikian dapat dikatakan deviasi antara dengan pengukuran berada dalam daerah -4 % sampai 6%. Dalam Tabel 4.1, seluruh deviasi pada tulang belakang dengan metode AP dan PA masing-masing bernilai negatif dan positif. Deviasi tinggi terdapat pada hasil pengukuran metode AP/PA dengan dosimeter. Pada Gambar 4.2, terlihat perbedaan yang signifikan terjadi pada pengukuran dengan untuk metode AP+PA yang relatif lebih tinggi dibanding dengan metode AP/PA. Untuk metode AP/PA dengan dosimeter terjadi perbedaan yang signifikan antara dosis hasil kalkulasi dengan dosis hasil pengukuran. 25 2 15 1 5 AP PA AP+PA AP/PA Gambar 4.2 : Diagram Batang Dosis Kalkulasi dan Pengukuran pada Tulang Belakang untuk Metode AP/PA Untuk jaringan lunak, seluruh deviasi metode AP mengindikasikan dosis pengukuran lebih kecil dibanding dengan dosis kalkulasi. Dilain pihak deviasi metode PA mengindikasikan sebaliknya, dengan deviasi tertinggi sebesar 8,% terjadi pada dosimeter. Salah satu penyebab Tingginya deviasi pada metode PA dengan dosimeter, kemungkinan dikarenakan dosimeter merupakan dosimeter relatif yang akurasinya lebih rendah dibanding dengan bilik ionisasi 8. Gambar 4.3 menunjukkan hubungan antara hasil kalkulasi dan pengukuran pada jaringan lunak untuk semua metode. Seperti pada Gambar 4.2, pada Gambar ini dosis metode AP/PA dengan metode AP+PA juga terdapat Perbandingan Dosis..., Wahyu Edy Wibowo, FMIPA UI, 28

27 perbedaan, khususnya pada pengukuran. Pada Metode PA terlihat adanya perbedaan yang cukup signifikan antara dosis hasil kalkulasi dengan pengukuran dengan dosimeter, terjadi pada dosimeter. 25 2 15 1 5 AP PA AP+PA AP/PA Gambar 4.3 : Diagram Batang Dosis Kalkulasi dan Pengukuran pada Jaringan Lunak untuk Metode AP/PA Untuk paru-paru, seluruh deviasi bernilai positif yang mengindikasikan dosis pengukuran lebih besar dibandingkan dcngan kalkulasi. Dari 9 data dalam Tabel 4.1 yang dievaluasi, 7 data (77,78%) berada diluar daerah deviasi antara -4% dan 6%. Kemungkinan disebabkan faktor koreksi ketidakhomogenan untuk paru-paru yang kurang akurat, mengingat perbedaan densitas massa antara jaringan lunak dan paru-paru yang cukup tinggi. Pada Gambar 4.4, untuk metode AP dan AP/PA terdapat perbedaan yang signifikan antara dosis hasil kalkulasi dengan pengukuran. 25 2 15 1 5 AP PA AP+PA AP/PA Gambar 4.4 : Diagram Batang Dosis Kalkulasi dan Pengukuran pada Paru-Paru untuk Metode AP/PA Perbandingan Dosis..., Wahyu Edy Wibowo, FMIPA UI, 28

28 4.2 Metode Medio-Latral (ML) dan Lateral-Medial (LM) (Ml/LM) Perhitungan dosis yang digunakan pada metode oblig menggunakan cara yang sama dengan metode AP/PA. Hasil kalkulasi dosis untuk metode oblig dapat dilihat dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2 : Dosis pada Berbagai Jaringan Dibandingkan dengan Kalkulasi Metode ML/LM JARNGAN DEVIASI TERHADAP (%) TULANG BELAKANG* ML 85,3 86,78 85,69 81,7 1,74,46-4,22 LM 117,1 122,85 11,47 114,43 4,91-5,66-2,28 ML+LM - 29,63 196,16 196,13 3,32-3,32-3,34 ML/LM 22,9 29,5 195,68 182,99 3,25-3,56-9,81 ML 116, 117,21 116,68 14,1 1,4,59-1,26 LM 89,1 13,74 12,5 95,55 16,43 14,53 7,24 JARINGAN LUNAK ML+LM - 22,95 218,73 199,65 7,83 6,75-2,56 ML/LM 24,9 219,5 217,38 195,85 7,15 6,9-4,42 ML 96,2 97,95 98,6 92,9 1,82 1,93-3,43 PARU- PARU* LM 11,2 116,48 115,46 16,85 5,7 4,77-3,4 ML+LM - 214,43 213,52 199,75 3,84 3,4-3,27 ML/LM 26,5 213,91 212,74 197,85 3,59 3,2-4,19 *) perhitungan dosis pengukuran merupakan nilai pendekatan, dikarenakan kurangnya informasi data (µ/ρ) untuk paru-paru dan tulang belakang Data Tabel 4.2, memiliki nilai deviasi positif dan negatif. Pada umumnya dosis hasil pengukuran ketiga dosimeter untuk semua metode dan jenis jaringan mendekati sama dengan hasil kalkulasi. Seperti pada evaluasi metode AP/PA, nilai deviasi pada Tabel 4.2 dikelompokkan dan hasilnya dapat dilihat dalam Gambar 4.5. Dari 27 data, 2 data (74,7%) mempunyai deviasi berada dalam daerah antara -6% sampai 6%. Selebihnya 7 data (25,93%) memiliki deviasi lebih dari -6% dan 6%, terjadi pada pengukuran medium tulang belakang dan jaringan lunak. ML+LM merupakan metode penjumlahan dosis hasil pengukuran metode ML dan metode LM. Perbandingan Dosis..., Wahyu Edy Wibowo, FMIPA UI, 28

29 18 16 14 12 1 8 6 DEVIASI (%) 4 2-2 -4 5 1 15 2 25-6 -8-1 -12-14 -16-18 Gambar 4.5 : Pengelompokkan Nilai Deviasi Metode ML/LM Dalam Tabel 4.2, untuk tulang belakang seluruh data deviasi dosimeter bernilai negatif. Temuan yang demikian mengindikasikan dosis kalkulasi lebih besar dibandingkan dosis hasil pengukuran dengan. Deviasi tinggi terjadi pada metode ML/LM dengan dosimeter. Pada metode LM dan ML/LM perbedaan deviasi masing-masing dosimeter bervariasi. Kemungkinan perbedaan ini, dikarenakan material penyusun masing-masing dosimeter yang berbeda-beda. Dapat dilihat pada Gambar 4.6, untuk masing-masing metode, perbedaan dosis yang signifikan antara metode ML/LM dengan metode ML+LM untuk dosimeter. Kemungkinan perbedaan ini dikarenakan merupakan dosimeter relatif. Terlihat pada metode ML dan ML/LM dosis terukur bervariasi. Perbandingan Dosis..., Wahyu Edy Wibowo, FMIPA UI, 28

3 25 2 15 1 5 ML LM ML+LM ML/LM Gambar 4.6 : Diagram Batang Dosis Kalkulasi dan Pengukuran pada Tulang Belakang untuk Metode ML/LM Untuk jaringan lunak kecuali pada metode ML dan ML/LM dengan dosimeter, seluruh deviasi bernilai positif yang mengindikasikan dosis hasil pengukuran relatif lebih tinggi dibanding dengan dosis kakulasi. Pada metode ML, tampak deviasi tinggi terjadi hanya pada dosimeter. Untuk metode LM deviasi tinggi terjadi pada ketiga dosimeter dengan nilai tertinggi mencapai 16,45%. Deviasi yang tinggi pada ketiga dosimeter ini, kemungkinan dikarenakan berkas melewati paru-paru sebelum mencapai titik pengukuran. Pada metode ML/LM deviasi tinggi juga terjadi, kecuali dengan dosimeter. Dalam metode ini, Keberadaan paru-paru sebagai material tidak homogen akan memberikan kontribusi terhadap dosis yang terukur. Temuan yang demikian mendukung kecurigaan terhadap faktor koreksi ketidakhomogenan paru-paru oleh yang kurang akurat. Hasil ini sama dengan penelitian sebelumnya, yang memperoleh deviasi sekitar 13%, antara hasil pengukuran dengan kalkulasi CadPlan 11. Pada Gambar 4.7, perbedaan yang signifikan antara dosis Kalkulasi dengan dosis hasil pengukuran terjadi pada metode LM dan metode ML/LM (kecuali dosimeter ). Perbedaan yang signifikan juga terjadi pada metode ML untuk dosimeter. Perbandingan Dosis..., Wahyu Edy Wibowo, FMIPA UI, 28

31 25 2 15 1 5 ML LM ML+LM ML/LM Gambar 4.7 : Diagram Batang Dosis Kalkulasi dan Pengukuran pada Jaringan Lunak untuk Metode ML/LM Untuk paru-paru seluruh deviasi negatif terjadi pada dosimeter. seluruh data pengukuran berada dalam rentang -6% sampai 6%. Deviasi tertinggi hanya sampai 5,7%. Pada Gambar 4.7, dosis kalkulasi dengan hasil pengukuran pada metode LM dan ML/LM terlihat adanya sedikit perbedaan untuk semua dosimeter. 25 2 15 1 5 ML LM ML+LM ML/LM Gambar 4.8 : Diagram Batang Dosis Kalkulasi dan Pengukuran pada Paru- Paru untuk Metode ML/LM Perbandingan Dosis..., Wahyu Edy Wibowo, FMIPA UI, 28