Verifikasi TPS untuk Dosis Organ Kritis pada Perlakuan Radioterapi Area Pelvis dengan Sinar X 10 Megavolt

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Verifikasi TPS untuk Dosis Organ Kritis pada Perlakuan Radioterapi Area Pelvis dengan Sinar X 10 Megavolt"

Transkripsi

1 Verifikasi TPS untuk Dosis Organ Kritis pada Perlakuan Radioterapi Area Pelvis dengan Sinar X 10 Megavolt Dhaniela Stenyfia Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia dhaniela.stenyfia@gmail.com Abstrak Verifikasi dosis TPS (Treatment Planning System) mutlak diperlukan sebagai suatu pelaksanaan progam jaminan kualitas Radioterapi. Sebagian besar jaminan kualitas dosis dilakukan didalam area radiasi, sedangkan pemantauan dosis organ kritis berada diluar area radiasi. Berdasarkan hal tersebut dilakukan verifikasi TPS untuk dosis organ kritis (ginjal, caput femur, ovarium, dan vagina) menggunakan linac dan TPS milik RSPP. Simulasi pengukuran dosis dilakukan dengan memberikan perlakuan radioterapi area pelvis box field pada rando phantom (SAD 100 cm, foton 10 MV) serta menggunakan TLD sebagai dosimeter. Dosis simulasi akan dijadikan acuan untuk memverifikasi dosis TPS. Berdasarkan verifikasi tersebut diperoleh hasil bahwa kalkulasi dosis TPS sesuai untuk organ kritis caput femur, ovarium, dan vagina, dengan persen error kurang dari 5%. Sedangkan untuk organ kritis ginjal, kalkulasi TPS tidak sesuai dikarenakan persen error yang mencapai 17% untuk lapangan B dan 90% untuk lapangan A yang berukuran lebih kecil dari lapangan B. Dalam penelitian ini juga dilakukan pengambilan data penumbra untuk mengetahui batas kemampuan kalkulasi TPS yang dimiliki. Kata kunci: Organ Kritis; Penumbra; Radioterapi Pelvis; TPS; Verifikasi Dosis; Verification of TPS for Organ-At-Risk Dose in Pelvic Area Radiotherapy with 10 Megavolt X-Ray Abstract Verification of TPS s (Treatment Planning System) dose calculation is necessary as a program of quality assurance (QA) for radiotherapy. Most proccess of QA are infield, while evaluation for organ-at-risk (OAR) dose is outfield. Based on that, verification of TPS s dose had been done for OAR (kidney, femoral head, ovary, and vagina) using linac and TPS at RSPP. Simulation for dose measurement was done by giving pelvic area radiotherapy (box field, SAD 100 cm, photon 10 MV) to rando phantom and using TLD as a dosimetry. Simulation s dose would be used as the reference to verify TPS s dose. Based on that verification, the result show that dose calculation of TPS was appropriate for femoral head, ovary, and vagina, that s because percent error was less than 5%. Whereas for kidney, the calculation wasn t appropriate because percent error reached 17% for field B and 90% for field A that has size smaller than field B. Penumbra s data also had been taken in this research, to find out the limit of TPS s calculation. Key words: Dose Verification; Organ-At-Risk; Pelvic Radiotherapy; Penumbra; TPS; Pendahuluan Beberapa metode dapat diterapkan dalam penanganan kanker, yaitu operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Bagi wanita dengan kanker serviks dan pasien dengan kanker di area pelvis, terapi radiasi (radioterapi) merupakan terapi primer pada stadium lanjut. Radioterapi adalah

2 pengobatan menggunakan sinar pengion, dan merupakan salah satu metode penanganan kanker dengan teknologi canggih yang sedang dan terus berkembang secara pesat. Secara garis besar ada 2 teknik radioterapi, yaitu radiasi eksterna (External Beam Radiotherapy) atau teleterapi dan radiasi interna atau brakiterapi. Radiasi eksterna atau teleterapi adalah cara penyampaian radiasi di mana terdapat jarak antara sumber radiasi dengan target radiasi. Teknik ini membutuhkan Treatment Planning Systems (TPS) atau sistem perencanaan terapi untuk mewujudkan tujuan utama dari radioterapi, yaitu pemberian dosis radiasi yang tepat dan semaksimal mungkin pada sel kanker, serta meminimalkan dosis yang mengenai jaringan sehat atau sel yang bukan kanker. Treatment planning systems (TPS) atau perencanaan terapi merupakan suatu bentuk perencanan yang dilakukan pada pasien sebelum diberi perlakuan radioterapi, yaitu dengan cara menentukan energi radiasi, modifikasi sudut gantry, pembagian jumlah berkas dan luas lapangan, sehingga nantinya dapat diketahui besar dosis yang diperoleh pada kanker maupun organ-organ yang berada disekitarnya, dan dapat mencapai tujuan dari radioterapi yaitu dosis yang semaksimal mungkin pada target (kanker) dan dosis yang seminimal mungkin pada organ kritis dan jaringan sehat. Namun timbul permasalahan, apakah dosis hasil kalkulasi TPS akan sama dengan dosis yang diperoleh langsung oleh pasien saat terapi dilakukan. Karena itu, verifikasi perhitungan dosis TPS merupakan salah satu program dalam quality control untuk memastikan dosis yang dikalkulasi oleh TPS sesuai dengan dosis yang diterima pasien. Namun pada umumnya verifikasi tersebut hanya dilakukan didalam area radiasi, sedangkan organ kritis berada diluar area radiasi dan verifikasi ini jarang dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan verifikasi TPS untuk dosis organ kritis pada radioterapi area pelvis menggunakan sinar X 10 MV, dengan organ kritis yang diteliti yaitu ginjal, caput femur, ovarium, dan vagina. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan linac Siemens Primus Plus Versi 2006 dan TPS dengan software Pinnacle milik Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jl.Kyai Maja Jakarta. Simulasi pengukuran dosis dilakukan menggunakan dosimeter TLD-100 LiF:Mg,Ti berbentuk chip berukuran 3 x 3 x 1 mm serta phantom rando wanita dengan panjang 1,63 m, berat 54 kg, tebal kurang lebih 17,9 cm pada anterior-posterior dan kurang lebih 36,5 cm pada lateral. Phantom air, elektrometer, dan ion chamber digunakan dalam proses kalibrasi TLD dan seluruh proses pembacaan TLD dilakukan di laboratorium Fisika Medis Universitas

3 Indonesia. Imaging plate digunakan pada positioning rando phantom untuk memverifikasi posisi rando phantom apakah telah sesuai dengan perencanaan terapi yang telah dibuat. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Peralatan yang digunakan dalam Simulasi Pengukuran Dosis Organ Kritis; TLD-100 chip (a), TPS (b) dan Linac (c) milik RSPP, serta Rando Phantom Wanita (d). A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian terdiri dari kalibrasi TLD dan observasi citra CT pasien. Kalibrasi dilakukan dengan pemberian dosis radiasi sebesar 100 cgy ke TLD yang diletakkan didalam phantom air. Pemberian dosis dan letak TLD didalam phantom pada kondisi standar, yaitu ukuran lapangan 10 x 10 cm2, SSD 100 cm, TLD berada pada kedalaman 10 cm dari permukaan air di sumbu berkas (Gambar 2). TLD yang telah diradiasi kemudian dibaca dan hasil bacaannya diolah menggunakan persamaan di bawah ini : Fk =!"!" dengan Fk adalah faktor kalibrasi yang diperoleh dari hasil bagi antara Ds yaitu dosis yang diberikan (100 cgy) dengan Dt yaitu rata-rata nilai bacaan TLD (µc). Faktor kalibrasi yang diperoleh, digunakan sebagai faktor koreksi untuk semua hasil bacaan TLD dari pengukuran dosis organ kritis, ini bertujuan untuk mendapatkan dosis dalam satuan cgy. Setelah melakukan kalibrasi TLD, yang selanjutnya dilakukan adalah observasi pada 50 citra CT pasien yang masih maupun yang telah selesai menjalani terapi radiasi di RSPP. Semua citra CT pasien yang diobservasi telah diberi perencanaan terapi dengan perlakuan radioterapi area pelvis. Dari citra CT ini diamati arah penyinaran, modalitas energi radiasi yang digunakan, ukuran lapangan, teknik penyinaran dan dosis target yang diberikan. Berdasarkan

4 pengamatan yang dilakukan, maka akan disimpulkan kasus pasien yang paling umum terjadi dalam perlakuan radioterapi area pelvis dimana dari hasil tersebut akan dipilih dua data pasien sebagai acuan dalam simulasi pada rando phantom. SSD 100 cm kedalaman 10 cm (a) (b) Gambar 2. Pengemasan TLD (a) yang digunakan dalam Proses Kalibrasi TLD (b) B. Penelitian Utama Penelitian utama dilakukan untuk mengukur dosis organ kritis dari simulasi perlakuan radioterapi. Penelitian utama terdiri dari beberapa tahap, yaitu perencanaan terapi, positioning & verifikasi geometri, simulasi pengukuran dosis organ kritis, dan verifikasi TPS & analisis. Langkah awal yang dilakukan dalam perencanaan terapi adalah pengambilan citra CT rando phantom dan mentransfernya ke TPS sebagai acuan citra dalam perencanaan penyinaran, perencanaan terapi pada rando phantom dibuat menyerupai data pasien yang telah dipilih sebagai acuan perlakuan (berdasarkan hasil observasi citra CT pasien). Perlakuan penyinaran radioterapi yang dibuat pada citra CT rando phantom dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil perencanaan terapi akan memperlihatkan bentuk lapangan dan distribusi dosis pada rando phantom. Dari hasil perencanaan terapi diperoleh juga jarak organ kritis dan dosis organ kritis hasil kalkulasi TPS. Jarak organ kritis diperoleh dengan cara mengukur jarak dari tepi lapangan radiasi ke lubang didalam rando phantom yang mewakili posisi terdekat organ, sedangkan dosis organ kritis diperoleh dengan cara mengambil dosis titik pada lubang yang mewakili organ kritis tersebut. Perencanaan terapi ini juga memberikan informasi pengaturan linac (sudut gantry, luas lapangan, energi, dll) dan pergeseran geometri titik penyinaran yang akan digunakan dalam positioning rando phantom sebelum diradiasi.

5 Setelah melakukan perencanaan, tahap yang selanjutnya dilakukan adalah positioning rando phantom pada meja pasien. Rando phantom diletakkan pada meja pasien linac dan diatur perpotongan laser berada di titik referensi yang telah diberikan ketika perlakuan CT simulasi, kemudian dilakukan pergeseran geometri dari titik referensi ke titik isosenter penyinaran berdasarkan informasi pergeseran geometri yang diperoleh dari perencanaan terapi. Selanjutnya dilakukan pengaturan linac sesuai dengan perencanaan terapi meliputi energi, sudut gantry, ukuran lapangan, dosis (MU), dan pemasangan blok (jika digunakan). Sebelum melakukan simulasi pengukuran dosis organ kritis, verifikasi geometri dilakukan terlebih dahulu. Imaging Plate Gambar 3. Verifikasi Positioning Verifikasi ini bertujuan untuk memastikan apakah posisi rando phantom yang telah diatur di meja pasien telah sesuai dengan posisi dari perencanaan terapi. Verifikasi ini dilakukan dengan meletakkan imaging plate pada posisi penyinaran diantara rando phantom dan meja pasien (Gambar 3), setelah diradiasi imaging plate diolah di ruang CR dan hasilnya dibandingkan dengan citra DRR (Digitally Reconstructed Radiograph) pada perencanaan terapi. Jika hasil film posisi penyinaran telah sesuai dengan perencanaan terapi maka simulasi pengukuran dosis organ kritis dapat dilaksanakan. Jika tidak, maka dilakukan positioning ulang hingga berada pada posisi yang benar. Setelah melakukan postioning dan verifikasinya, selanjutnya yang dilakukan adalah simulasi pengukuran dosis organ kritis yang dimulai dengan meletakkan tiga TLD-100 chip yang telah dikemas seperti pada Gambar 4 ke dalam tiap lubang (didalam rando phantom) yang mewakili titik pada organ kritis, kemudian phantom yang telah dilengkapi dengan TLD diletakkan pada meja pasien linac untuk dilakukan penyinaran dengan pengaturan linac dan positioning phantom yang telah sesuai seperti yang telah direncanakan. Penyinaran dilakukan

6 pada 4 lapangan radiasi (box field) dengan sudut gantry yang berbeda pada titik isosenter penyinaran yang sama (SAD). Setelah diradiasi, TLD dikeluarkan dari dalam phantom untuk dibaca hasilnya, dan kemudian dikalikan dengan faktor kalibrasi TLD, sehingga diperoleh dosis organ kritis dari simulasi radioterapi. Pengulangan pengambilan data TLD dilakukan sebanyak 3 kali pada hari yang berbeda. Pengukuran dosis organ kritis ini dilakukan kembali dengan cara yang sama untuk jenis lapangan yang berbeda. Gambar 4. Skema Simulasi Pengukuran Dosis Organ Kritis Setelah melakukan simulasi pengukuran dosis, selanjutnya yang dilakukan adalah verifikasi TPS. Verifikasi ini dilakukan dengan membandingkan dosis organ kritis yang diperoleh dari TPS dengan yang diperoleh dari simulasi pengukuran serta menghitung persen error yang diperoleh dari perbandingan kedua data tersebut. Persen error diperoleh menggunakan persamaan : %!""#" =!"#$#!"#!"#$#!"#$%&'" 100!"#$#!"#$%&'" Hasil verifikasi ini selanjutnya dianalisis, yaitu apakah dosis organ kritis hasil kalkulasi TPS sesuai (masih dalam batas toleransi kesalahan) dengan dosis organ kritis yang diperoleh langsung dari simulasi. Jika dosis organ kritis TPS sesuai dengan dosis organ kritis yang

7 diperoleh dari simulasi, maka dapat disimpulkan kalkulasi TPS milik Rumah Sakit Pusat Pertamina dalam keadaan baik. Namun jika dosis organ kritis kalkulasi TPS tidak sesuai (melebihi batas toleransi kesalahan) dengan dosis organ kritis dari simulasi, maka perlu ditentukan penyebab yang menyebabkan nilai dosis tersebut berbeda, sebelum dapat disimpulkan bahwa kalkulasi TPS Rumah Sakit Pusat Pertamina dalam keadaan yang tidak baik. Salah satu cara mengetahui penyebab tersebut yaitu dengan mengambil data nilai dosis di area penumbra berkas untuk mengetahui batas kalkulasi TPS diluar lapangan radiasi. Data ini diambil menggunakan TPS, dan untuk memudahkan pengambilan data maka diletakkan titik-titik untuk pengambilan nilai dosis di sekitar area penumbra. T 2 Tepi Berkas T 3 T 1 T 10 T 4 Gambar 5. Pengambilan Data Nilai Dosis di Area Penumbra Titik 1 (T 1 ) diletakkan di sumbu berkas utama pada kedalaman yang diinginkan terukur dari permukaan dan digunakan sebagai acuan kedalaman untuk titik-titik selanjutnya. Kemudian meletakkan titik 3 (T 3 ) tepat pada tepi berkas, T 3 harus sejajar dengan T 1, sehingga T 3 ini mempresentasikan titik pada tepi berkas di kedalaman tersebut dan mempresentasikan nilai dosis pada tepi berkas (0 cm). Selanjutnya meletakkan titik 2 (T 2 ) dengan jarak 2 cm dari T 3 kedalam berkas radiasi, dan kemudian titik 4 sampai dengan 10 (T 4 -T 10 ) dengan jarak interval 2 cm dari T 3 keluar berkas radiasi dan setelah itu mengambil nilai dosis di setiap titik tersebut. Analisis juga dilakukan pada hasil simulasi pengukuran dosis yaitu apakah dosis organ kritis yang diperoleh masih dalam batas toleransi dosis untuk organ kritis tersebut. Jika dosis organ kritis telah melebihi batas toleransi, maka efek apa saja yang dapat terjadi pada organ kritis tersebut.

8 Hasil A. Persiapan Penelitian Dari data kalibrasi TLD, diperoleh faktor kalibrasi untuk TLD yaitu 13,687 cgy/µc. Sedangkan dari observasi citra CT pasien diperoleh hasil bahwa secara umum penyinaran di area pelvis menggunakan teknik penyinaran SAD 100 cm, dengan arah penyinaran 4 lapangan radiasi atau biasa disebut box field, modalitas yang digunakan adalah foton dengan energi radiasi 10 MV. Untuk mendapatkan variasi ukuran lapangan radiasi, maka observasi citra CT dilakukan kembali pada 50 data pasien penyinaran box field, dan diperoleh hasil bahwa dosis target yang umum digunakan adalah 4000 cgy (untuk 20 fraksi) dan dari 50 data pasien tersebut dipilih 1 data pasien untuk acuan ukuran lapangan A (8,4 cm x 8,6 cm), dan 1 data pasien untuk acuan ukuran lapangan B (14,8 cm x 20 cm). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Acuan Perlakuan Radioterapi untuk Perencanaan Terapi Rando Phantom Jenis Lapangan A Teknik Penyinaran SAD (100 cm) Modalitas Energi (MV) Foton 10 Dosis Target (cgy) 4000 (20 fraksi) Arah Penyinaran 4 Lapangan (box) Sudut Gantry Ukuran Lapangan (cm) Penggunaan Blok 0 o - 8,4 x 8,6 180 o - 90 o - 12 x 8,6 270 o - B SAD (100 cm) Foton (20 fraksi) 4 Lapangan (box) 0 o 14,8 x o 90 o 14 x o B. Penelitian Utama Hasil perencanaan terapi memperlihatkan bentuk lapangan dan distribusi dosis secara axial, sagital, dan coronal, yang dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7. Selain itu dari perencanaan terapi ini juga didapatkan jarak organ kritis dan dosis organ kritis hasil kalkulasi TPS (untuk 1 fraksi), informasi pergeseran geometri titik penyinaran, serta pengaturan linac yang mencakup luas lapangan, modalitas, energi, sudut gantry, penggunaan blok, dan nilai MU, seperti yang terlihat pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4.

9 (a) (b) (c) (d) Gambar 6. Bentuk Lapangan Penyinaran serta Distribusi Dosis Berdasarkan Warna (d) Secara Axial (a), Sagital (b), dan Coronal (c) hasil Perencanaan Terapi Lapangan A. Tabel 2. Data Jarak & Dosis Organ Kritis dari TPS Organ Kritis Dosis (cgy) Jarak (cm) Lapangan A Lapangan B Lapangan A Lapangan B Ginjal Kanan 0,20 7,50 14,0 6,3 Ginjal Kiri 0,30 7,50 13,8 6,2 Caput Femur Kanan 121,90 123,40 7,4 4,8 Caput Femur Kiri 124,50 126,90 8,2 5,2 Ovarium Kanan 198,20 201,80-1,6-4,0 Ovarium Kiri 194,40 202,00-0,9-4,4 Vagina 105,60 124,60 1,4 0,3 Tabel 3. Data Pergeseran Geometri Titik Penyinaran Jenis Lapangan Pergeseran Geometri dari Titik Referensi Lateral Vertikal Longitudinal A 0,5 cm left 5 cm down 19,87 cm in B 0,33 cm left 5 cm down 17,43 cm in

10 (a) (b) (c) Gambar 7. Bentuk Lapangan Penyinaran serta Distribusi Dosis Berdasarkan Warna (d) Secara Axial (a), Sagital (b), dan Coronal (c) hasil Perencanaan Terapi Lapangan B. (d) Tabel 4. Data Pengaturan Linac Jenis Lapangan A Modalitas Foton Energi (MV) 10 B Foton 10 Ukuran Lapangan (cm) 8,4 x 8,6 12 x 8,6 14,8 x x 20 Sudut Gantry Dosis (MU) Penggunaan Blok 0 o o o o 74-0 o o o o 70 Setelah rando phantom diletakkan sesuai dengan positioning yang benar dan diverifikasi positioning-nya, diperoleh hasil seperti pada Gambar 8. Dari gambar tersebut dapat diketahui

11 bahwa positioning yang dilakukan telah sesuai dikarenakan hasil perbandingan antara citra CR dan citra DRR TPS tidak mengalami pergeseran yang melebihi batas toleransi yaitu 2 mm (Podgorsak, 2005). Dikarenakan positioning rando phantom untuk simulasi telah diverifikasi dan dinyatakan benar, maka selanjutnya dilakukan simulasi pengukuran dosis organ kritis dengan meradiasi rando phantom sesuai dengan pengaturan linac yang ada pada Tabel 4. Hasil simulasi pengukuran dapat dilihat pada dan Tabel 5. (a) (b) Gambar 8. Verifikasi Positioning dengan Membandingkan Citra CR (a) dengan Citra DRR TPS (b) untuk Simulasi Pengukuran pada Lapangan B. Tabel 5. Data Dosis Organ Kritis Hasil Simulasi Pengukuran pada Rando Phantom. Dosis Organ Kritis (cgy) Lapangan A Lapangan B Ginjal Kanan 2,04 ± 0,05 6,79 ± 0,14 Ginjal Kiri 1,96 ± 0,09 6,38 ± 0,18 Caput Femur Kanan 127,80 ± 0,77 124,81 ± 3,05 Caput Femur Kiri 126,51 ± 2,54 128,35 ± 6,14 Ovarium Kanan 202,92 ± 3,22 208,72 ± 2,03 Ovarium Kiri 202,58 ± 2,37 212,83 ± 2,31 Vagina 109,77 ± 2,07 120,02 ± 4,85 Pembahasan Dari simulasi pengukuran dosis organ kritis yang dilakukan dalam penelitian ini, telah diukur dosis (untuk 1 fraksi) pada beberapa organ kritis yaitu pada ginjal, caput femur, ovarium, dan vagina, yang dapat dilihat pada Tabel 5.

12 Hasil simulasi pengukuran pada lapangan A menunjukkan bahwa jarak organ kritis mempengaruhi nilai dosis yang diterima organ kritis, hal ini dijelaskan melalui grafik pada Gambar 9. Gambar 9. Grafik Pengaruh Jarak terhadap Dosis Organ Kritis untuk Lapangan A. Dari Gambar tersebut dapat dilihat hubungan jarak dengan dosis organ kritis, yaitu semakin dekat jarak organ kritis dengan lapangan radiasi maka semakin besar dosis yang diterima organ kritis, begitu pula sebaliknya semakin jauh jarak organ kritis dari lapangan radiasi maka semakin kecil pula dosis yang diterima organ kritis.ini diperlihatkan dari dosis organ kritis yang berjarak jauh dari lapangan radiasi, yaitu ginjal yang berjarak kurang lebih 14 cm yang memperoleh dosis sebesar kurang lebih 2 cgy dan caput femur berjarak kurang lebih 8 cm dari lapangan radiasi yang memperoleh dosis sebesar kurang lebih 127 cgy, sedangkan organ yang dekat dengan lapangan radiasi yaitu vagina yang berjarak 1,4 cm mendapat dosis sebesar kurang lebih 109 cgy, dan ovarium yang berada didalam lapangan radiasi memperoleh dosis yang paling besar yaitu sama dengan dosis maksimum yang diberikan. Namun terdapat kejanggalan jika membandingkan dosis caput femur dengan dosis vagina dimana caput femur menerima dosis yang lebih besar dari vagina sedangkan caput femur berada lebih jauh dari lapangan radiasi dibandingkan vagina, hal ini disebabkan oleh faktor ketebalan rando phantom dan faktor kedalaman target. Rando phantom memiliki ketebalan kurang lebih 17,9 cm pada anterior-posterior dan kurang lebih 36,5 cm pada lateral, perbedaan ketebalan ini menyebabkan kedalaman target pada arah penyinaran lateral (sudut gantry 90 o dan 270 o ) akan lebih besar dibanding kedalaman pada arah penyinaran anterior-posterior (sudut gantry 0 o dan

13 180 o ). Karena kedalaman target pada arah penyinaran lateral lebih besar, maka untuk mendapatkan dosis 100% pada target radiasi diperlukan pemberian MU yang lebih besar pada arah penyinaran tersebut, sehingga dosis yang diperoleh caput femur lebih besar daripada dosis yang diterima vagina. Dengan adanya data hasil simulasi pengukuran ini, maka selanjutnya dilakukan verifikasi TPS dengan membandingkan dosis organ kritis dari kalkulasi TPS dengan dosis organ kritis dari simulasi pengukuran. Hasil verifikasi TPS untuk lapangan A dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 10. Tabel 6. Verifikasi Dosis Organ Kritis untuk Lapangan A. Jenis Lapangan A Organ Kritis Dosis (cgy) Simulasi Jarak Organ Kritis (cm) Error (%) TPS Ginjal Kanan 0,20 2,04 ± 0,05 14,0 90,19 Ginjal Kiri 0,30 1,96 ± 0,09 13,8 84,73 Caput Femur Kanan 121,90 127,80 ± 0,77 7,4 4,62 Caput Femur Kiri 124,50 126,51 ± 2,54 8,2 1,59 Ovarium Kanan 198,20 202,92 ± 3,22-1,6 2,33 Ovarium Kiri 194,40 202,58 ± 2,37-0,9 4,04 Vagina 105,60 109,77 ± 2,07 1,4 3,80 Gambar 10. Grafik Hasil Verifikasi Dosis Organ Kritis untuk Jenis Lapangan A. Dari hasil verifikasi TPS tersebut diperoleh nilai error atau ketidaktelitian perhitungan dosis TPS diluar maupun didalam lapangan radiasi. Ovarium yang berada didalam lapangan radiasi memiliki nilai error yang relatif kecil yaitu kurang lebih 4%. Untuk organ kritis yang berada dekat dengan lapangan radiasi seperti vagina, nilai error relatif kecil yaitu kurang lebih 3%.

14 Demikian juga dengan caput femur yang memiliki nilai error kurang lebih 4% walaupun berada agak jauh dari lapangan radiasi. Sedangkan untuk ginjal yang berjarak jauh dari tepi lapangan radiasi yaitu kurang lebih 14 cm, error atau ketidaktelitian TPS memiliki nilai sebesar kurang lebih 90%. Dari nilai error ini dapat diketahui bahwa jarak organ kritis dari tepi lapangan radiasi mempengaruhi nilai error atau ketidaktelitian perhitungan dosis TPS, yaitu ketidaktelitian perhitungan dosis TPS meningkat dengan kenaikan jarak dosis organ kritis dari tepi lapangan radiasi. Namun untuk caput femur dan vagina yang berada diluar lapangan radiasi memiliki nilai error yang relatif kecil dikarenakan organ tersebut berada pada berkas utama pada sudut gantry tertentu sehingga mendapat dosis yang besar, seperti caput femur kanan yang berada pada berkas utama saat sudut gantry 270 o, caput femur kiri pada sudut gantry 90 o, dan vagina pada sudut 180 o. Gambar 11. Grafik Penumbra. Ketidaktelitian ini berhubungan dengan keterbatasan TPS dalam mengkalkulasi dosis diluar lapangan radiasi. Untuk alasan ini telah dilakukan pengambilan data penumbra berkas dari TPS yang dapat dilihat pada Gambar 11. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa lebar

15 penumbra yang digunakan adalah 4 cm, yaitu 2 cm ke dalam dan 2 cm ke luar dari tepi berkas radiasi, dan pada tepi berkas radiasi (0 cm), dosis akan berkurang kurang lebih 50% dari dosis maksimum disetiap kedalaman. Dari data tersebut juga dapat dilihat bahwa TPS dapat mengkalkulasi dosis pada kedalaman yang berbeda hingga jarak 2 cm dari tepi berkas radiasi. Untuk jarak lebih dari 2 cm dari lapangan radiasi, perhitungan dosis TPS akan hampir sama untuk setiap kedalamannya dan memperbesar nilai error atau ketidaktelitian perhitungan TPS, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai error ini meningkat seiring dengan semakin jauhnya jarak dari tepi berkas penyinaran. Kesimpulan ini didukung oleh jurnal Huang (2012) yang telah melakukan penelitian mengenai error atau ketidaktelitian TPS dalam perhitungan dosis diluar lapangan. Namun kesimpulan nilai error meningkat seiring dengan semakin jauhnya jarak dari tepi berkas penyinaran ini hanya berlaku untuk organ kritis yang tidak berada didalam lapangan maupun didalam berkas utama penyinaran, jika organ kritis berada diluar lapangan namun pada sudut gantry tertentu organ tersebut berada dalam berkas utama penyinaran seperti caput femur dan vagina, maka kesimpulan ini tidak berlaku, karena organ kritis tersebut akan memperoleh dosis yang besar dan nilai error atau ketidaktelitian TPS yang diperoleh akan kecil. Namun perlu diketahui bahwa keterbatasan TPS untuk dosis pada area diluar lapangan radiasi juga disebabkan oleh keterbatasan data beam commissioning yang dimasukkan kedalam TPS itu sendiri. Sehingga secara otomatis TPS akan mengkalkulasi pada area didalam lapangan radiasi saja. Gambar 12. Grafik Pengaruh Jarak terhadap Dosis Organ Kritis untuk Lapangan B.

16 Simulasi pengukuran dosis organ kritis juga dilakukan pada lapangan B yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil tersebut memperlihatkan jarak organ kritis mempengaruhi nilai dosis yang diterima organ kritis, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 12. Dari gambar tersebut dapat diketahui hubungan jarak dengan dosis organ kritis untuk lapangan B, yaitu semakin dekat jarak organ kritis dengan lapangan radiasi maka semakin besar dosis yang diterima organ kritis, begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari dosis yang diperoleh organ kritis, seperti ginjal yang berjarak jauh dari lapangan radiasi dengan jarak kurang lebih 6 cm memperoleh dosis sebesar kurang lebih 6 cgy, dan caput femur dengan jarak kurang lebih 5 cm memperoleh dosis kurang lebih 128 cgy. Sedangkan vagina yang berada dekat dengan lapangan radiasi (0,3 cm) mendapat dosis sebesar kurang lebih 120 cgy, serta ovarium yang berada didalam lapangan radiasi mendapat dosis yang setara dengan dosis maksimum radiasi. Pada kasus ini caput femur masih mendapatkan dosis yang lebih besar jika dibandingkan dengan dosis yang diperoleh vagina, hal ini disebabkan faktor ketebalan rando phantom dan kedalaman target seperti yang telah dibahas pada pembahasan simulasi pengukuran pada lapangan A. Dari data hasil simulasi pengukuran ini, dilakukan verifikasi TPS dengan membandingkan dosis organ kritis dari kalkulasi TPS dan dari simulasi pengukuran. Hasil verifikasi TPS tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 13. Tabel 7. Verifikasi Dosis Organ Kritis untuk Lapangan B. Jenis Lapangan B Organ Kritis Dosis (cgy) Simulasi Jarak Organ Kritis (cm) Error (%) TPS Ginjal Kanan 7,50 6,79 ± 0,14 6,3 10,48 Ginjal Kiri 7,50 6,38 ± 0,18 6,2 17,62 Caput Femur Kanan 123,40 124,81 ± 3,05 4,8 1,13 Caput Femur Kiri 126,90 128,35 ± 6,14 5,2 1,13 Ovarium Kanan 201,80 208,72 ± 2,03-4,0 3,32 Oarium Kiri 202,00 212,83 ± 2,31-4,4 5,09 Vagina 124,60 120,02 ± 4,85 0,3 3,81 Dari hasil verifikasi TPS untuk lapangan B tersebut diperoleh nilai error atau ketidaktelitian perhitungan dosis TPS diluar lapangan radiasi. Untuk ovarium yang berada didalam lapangan radiasi, nilai error relatif kecil yaitu kurang lebih 5%. Begitu juga dengan vagina yang berjarak dekat dengan tepi lapangan radiasi, kurang lebih 0,3 cm, nilai error relatif kecil yaitu kurang lebih 3%. Sedangkan untuk organ kritis yang berjarak jauh dari tepi lapangan radiasi seperti ginjal kurang lebih 6 cm dan caput femur kurang lebih 5 cm, error atau

17 ketidaktelitian TPS memiliki nilai sebesar kurang lebih 17% untuk ginjal, dan kurang lebih 1% untuk caput femur. Dari nilai error ini dapat diketahui terjadi perbedaan nilai error untuk organ kritis yang berada diluar lapangan radiasi. Untuk ginjal, hubungan antara jarak organ kritis dan nilai error atau ketidaktelitian perhitungan dosis TPS dapat disimpulkan seperti yang telah dibahas pada lapangan A, yaitu ketidaktelitian perhitungan dosis TPS meningkat dengan kenaikan jarak dosis organ kritis dari tepi lapangan radiasi, sehingga semakin jauh jarak organ kritis maka nilai error akan semakin besar. Namun kesimpulan tersebut tidak berlaku untuk caput femur yang memiliki nilai error yang kecil walaupun berada diluar lapangan radiasi, hal tersebut dikarenakan pada sudut tertentu caput femur berada didalam berkas utama penyinaran, sehingga tetap menerima dosis yang besar dan memperkecil nilai error. Gambar 13. Grafik Hasil Verifikasi Dosis Organ Kritis untuk Jenis Lapangan B. Dari dosis target sebesar 4000 cgy, masing-masing organ kritis dari simulasi pengukuran pada rando phantom menerima dosis seperti yang terlihat pada Tabel 8. Pada simulasi perlakuan radioterapi area pelvis, ginjal berada cukup jauh dari lapangan radiasi dan tidak masuk dalam berkas utama. Dosis yang diterima ginjal untuk 1 fraksi penyinaran kurang lebih 2 cgy untuk lapangan A dan kurang lebih 6,5 cgy untuk lapangan B, sehingga dapat diketahui bahwa selama menjalani radioterapi diperkirakan ginjal menerima dosis sebesar kurang lebih 40 cgy untuk jenis lapangan A dan kurang lebih 130 cgy untuk jenis lapangan B. Mengingat batas toleransi radiasi untuk ginjal yaitu 2300 cgy, maka potensi

18 untuk terjadinya nefritis atau peradangan ginjal dilakukan akan sangat kecil. dalam waktu 5 tahun dari treatment Tabel 8. Evaluasi Dosis Organ Kritis Hasil Simulasi Pengukuran (untuk 20 fraksi). Organ Kritis Lapangan A Lapangan B Dosis (cgy) Batas Toleransi TD 5/5 TD 50/5 Ginjal Kanan 40,76 ± 0,05 135,78 ± 0, Ginjal Kiri 39,30 ± 0,09 127,53 ± 0, Caput Femur Kanan 2556,03 ± 0, ,24 ± 3, Caput Femur Kiri 2530,24 ± 2, ,98 ± 6, Ovarium Kanan 4058,47 ± 3, ,39 ± 2, Ovarium Kiri 4051,53 ± 2, ,66 ± 2, Vagina 2195,33 ± 2, ,49 ± 4, Dosis yang diterima caput femur kanan dan kiri untuk 1 fraksi penyinaran dalam simulasi perlakuan radioterapi area pelvis adalah kurang lebih 127 cgy untuk lapangan A maupun B. Selama menjalani radioterapi diperkirakan caput femur akan menerima dosis sebesar kurang lebih 2500 cgy baik untuk perlakuan radioterapi dengan jenis lapangan A maupun B. Mengingat batas toleransi radiasi untuk caput femur adalah 5200 cgy, maka potensi untuk terjadinya nekrosis dalam waktu 5 tahun dari treatment dilakukan akan sangat kecil sekali. Dalam simulasi perlakuan radioterapi area pelvis, vagina berada dekat dengan lapangan radiasi. Dosis yang diterima vagina untuk 1 fraksi penyinaran kurang lebih 109 cgy untuk ukuran lapangan kecil dan kurang lebih 120 cgy untuk ukuran lapangan besar, sehingga dapat diketahui bahwa selama menjalani radioterapi diperkirakan vagina akan menerima dosis sebesar kurang lebih 2200 cgy untuk lapangan A dan kurang lebih 2400 cgy untuk lapangan B. Mengingat batas toleransi radiasi untuk vagina adalah 9000 cgy, maka potensi terjadinya ulserasi mulskosa yang kronis dan pembentukan fistula dalam waktu 5 tahun setelah treatment dilakukan akan sangat kecil sekali. Untuk organ kritis ovarium yang terdapat didalam lapangan radiasi, dosis yang diterima yaitu kurang lebih 202 cgy untuk lapangan A dan kurang lebih 210 cgy untuk lapangan B. Setelah pemberian 20 fraksi, maka ovarium akan menerima kurang lebih 4000 cgy untuk lapangan A dan kurang lebih 4200 cgy untuk lapangan B. Dosis tersebut telah melebihi batas toleransi maksimum ovarium yaitu cgy, sehingga probabilitas terjadinya sterilitas dalam waktu 5 tahun setelah treatment dilakukan akan lebih dari 50%. Namun dikarenakan

19 perlakuan radioterapi yang diberikan pada rando phantom ini adalah untuk kanker pelvis dan serviks, maka ovarium masuk ke dalam organ target. Sesuai dengan tujuan radioterapi yaitu memberikan dosis radiasi yang tepat dan semaksimal mungkin pada sel kanker (organ target), maka pemberian dosis sekitar 4000 cgy untuk 20 fraksi dalam kasus ini adalah hal yang baik, karena diharapkan kanker akan dengan cepat ditangani. Kesimpulan Dari penelitian ini diketahui bahwa untuk lapangan A maupun B, kalkulasi dosis organ kritis oleh TPS sesuai untuk ovarium, vagina, dan caput femur, ini dapat dilihat dari persen error atau ketidaktelitian TPS yang kurang dari 5%. Namun untuk ginjal, kalkulasi dosis TPS dinilai tidak sesuai dikarenakan persen error atau ketidaktelitian TPS yang mencapai 17% untuk lapangan B dan 90% untuk lapangan A yang berukuran lebih kecil dari lapangan B. Hal tersebut disebabkan TPS milik RSPP dapat mengkalkulasi dosis pada kedalaman yang berbeda hingga jarak 2 cm ke luar dari tepi berkas radiasi. Dan nilai error atau ketidaktelitian perhitungan TPS tersebut akan semakin besar seiring dengan semakin jauhnya jarak dari tepi berkas radiasi, ini didukung oleh jurnal Huang J.Y. Namun ketidaktelitian TPS untuk dosis pada area diluar lapangan radiasi juga disebabkan oleh keterbatasan data beam commissioning yang digunakan oleh TPS. Dari dosis target 4000 cgy yang diberikan, organ kritis ginjal, caput femur, dan vagina dinilai aman karena dosis yang diterima tidak melebihi batas toleransi dosis. Namun untuk ovarium, dosis yang diterima telah melebihi batas toleransi karena ovarium merupakan organ target dalam radioterapi ini. Daftar Referensi B. Emami M.D. (1991). Tolerance of Normal Tissue to Therapeutic Irradiation. USA: Pergamon Press. Hall, Eric J. (2000). Radiobiology for the Radiologist (5th ed). Philadelphia, USA: Lippincott Williams & Wilkins. Huang J.Y, Followil D.S, Wang X.A, & Kry S.F. (2012). Accuracy and Sources of Error of Out-of-Field Dose Calculations by A Commercial Treatment Planning System for Intensity- Modulated Radiation Therapy Treatments. Journal of Applied Clinical Medical Physics, Volume 14, 2. Khan, F.M. (1994). The Physics of Radiation Therapy (2nd ed). Maryland, USA: Williams & Wilkins. Podgorsak E.B. (2005). Radiation Oncology Physics: A Handbook for Teachers and Students. Vienna, Austria: IAEA.

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi Fiqi Diyona 1,*, Dian Milvita 1, Sri Herlinda 2, Kri Yudi Pati Sandy 3 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633

PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633 Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 3, No. 3, Juli 2014, Hal 217-222 PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633

Lebih terperinci

ANALISA DOSIS RADIASI KANKER MAMMAE MENGGUNAKAN WEDGE DAN MULTILEAF COLLIMATOR PADA PESAWAT LINAC

ANALISA DOSIS RADIASI KANKER MAMMAE MENGGUNAKAN WEDGE DAN MULTILEAF COLLIMATOR PADA PESAWAT LINAC ANALISA DOSIS RADIASI KANKER MAMMAE MENGGUNAKAN WEDGE DAN MULTILEAF COLLIMATOR PADA PESAWAT LINAC Sri Rahayu*, Bidayatul Armynah**, Dahlang Tahir** *Alumni Jurusan Fisika Konsentrasi Fisika Medik FMIPA

Lebih terperinci

Verifikasi Dosis Radiasi Kanker Menggunakan TLD-100 pada Pasien Kanker Payudara dengan Penyinaran Open System

Verifikasi Dosis Radiasi Kanker Menggunakan TLD-100 pada Pasien Kanker Payudara dengan Penyinaran Open System Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 2, April 2016 ISSN 2302-8491 Verifikasi Dosis Radiasi Kanker Menggunakan TLD-100 pada Pasien Kanker Payudara dengan Penyinaran Open System Merli Azizah 1,*, Dian Milvita

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN DOSIS SERAP TERAPI ROTASI DENGAN METODE TISSUE PHANTOM RATIO (TPR) PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 MV

ANALISIS PERHITUNGAN DOSIS SERAP TERAPI ROTASI DENGAN METODE TISSUE PHANTOM RATIO (TPR) PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 MV Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 ANALISIS PERHITUNGAN DOSIS SERAP TERAPI ROTASI DENGAN METODE TISSUE PHANTOM RATIO (TPR) PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 MV Ifa Istighfaroh 1), Evi Setiawati

Lebih terperinci

BAB III PROTOKOL PENANGANAN KANKER PROSTAT DENGAN EKSTERNAL BEAM RADIATION THERAPY (EBRT)

BAB III PROTOKOL PENANGANAN KANKER PROSTAT DENGAN EKSTERNAL BEAM RADIATION THERAPY (EBRT) BAB III PROTOKOL PENANGANAN KANKER PROSTAT DENGAN EKSTERNAL BEAM RADIATION THERAPY (EBRT) 3.1 Protokol Standar Penanganan Kanker Prostat dengan Teknik EBRT 7 Protokol standar pada penanganan kanker prostat

Lebih terperinci

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI PADA PERBEDAAN DIMENSI DAN BENTUK LAPANGAN PENYINARAN BERKAS RADIASI FOTON 6 MV

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI PADA PERBEDAAN DIMENSI DAN BENTUK LAPANGAN PENYINARAN BERKAS RADIASI FOTON 6 MV ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI PADA PERBEDAAN DIMENSI DAN BENTUK LAPANGAN PENYINARAN BERKAS RADIASI FOTON 6 MV Oleh, Hieronimus Honorius Lada NIM: 642014801 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Fisika,

Lebih terperinci

Pengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi

Pengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi Pengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi Supriyanto A. Pawiro 1, Sugiyantari 2, Tirto Wahono 3 1 Departemen Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok, 16424 2 Bagian Radioterapi RSUP Persahabatan,

Lebih terperinci

Analisis Dosis Radiasi Pada Paru-paru Untuk Pasien Kanker Payudara Dengan Treatment Sinar-X 6 MV Sugianty Syam 1, Syamsir Dewang, Bualkar Abdullah

Analisis Dosis Radiasi Pada Paru-paru Untuk Pasien Kanker Payudara Dengan Treatment Sinar-X 6 MV Sugianty Syam 1, Syamsir Dewang, Bualkar Abdullah Analisis Dosis Radiasi Pada Paru-paru Untuk Pasien Kanker Payudara Dengan Treatment Sinar- MV Sugianty Syam, Syamsir Dewang, Bualkar Abdullah Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO

ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO Suharni*, Kusminarto**, Pramudita Anggraita* *Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, Jl. Babarsari

Lebih terperinci

Verifikasi Ketepatan Hasil Perencanaan Nilai Dosis Radiasi Terhadap Penerimaan Dosis Radiasi Pada Pasien Kanker

Verifikasi Ketepatan Hasil Perencanaan Nilai Dosis Radiasi Terhadap Penerimaan Dosis Radiasi Pada Pasien Kanker Verifikasi Ketepatan Hasil Perencanaan Nilai Dosis Radiasi Terhadap Penerimaan Dosis Radiasi Pada Pasien Kanker Mutya Handayani 1,*, Dian Milvita 1, Sri Herlinda 2, Kri Yudi Pati Sandy 3 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

PENGARUH BLOK INDIVIDUAL BERBAHAN CERROBEND PADA DISTRIBUSI DOSIS SERAP BERKAS FOTON 6 MV LINEAR ACCELERATOR (LINAC)

PENGARUH BLOK INDIVIDUAL BERBAHAN CERROBEND PADA DISTRIBUSI DOSIS SERAP BERKAS FOTON 6 MV LINEAR ACCELERATOR (LINAC) Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 3, No. 3, Juli 2014, Hal 171-176 PENGARUH BLOK INDIVIDUAL BERBAHAN CERROBEND PADA DISTRIBUSI DOSIS SERAP BERKAS FOTON 6 MV LINEAR ACCELERATOR (LINAC) Afrio

Lebih terperinci

ANALISA KURVA PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE UNTUK LAPANGAN RADIASI SIMETRI DAN ASIMETRI PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 DAN 10 MV

ANALISA KURVA PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE UNTUK LAPANGAN RADIASI SIMETRI DAN ASIMETRI PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 DAN 10 MV Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 3, No. 4, Oktober 2014, Hal 279-286 ANALISA KURVA PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE UNTUK LAPANGAN RADIASI SIMETRI DAN ASIMETRI PADA LINEAR ACCELERATOR

Lebih terperinci

Verifikasi Keluaran Radiasi Pesawat Linac (Foton Dan Elektron) Serta 60CO Dengan TLD

Verifikasi Keluaran Radiasi Pesawat Linac (Foton Dan Elektron) Serta 60CO Dengan TLD Verifikasi Keluaran Radiasi Pesawat Linac (Foton Dan Elektron) Serta 60CO Dengan TLD Mely Mediawati 1, Agung Nugroho 1, Ari Mutanto 1 1 Program Studi Fisika, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional,

Lebih terperinci

Jusmawang, Syamsir Dewang, Bidayatul Armynah Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Jusmawang, Syamsir Dewang, Bidayatul Armynah Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin ANALISIS KARAKTERISTIK PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) UNTUK BERKAS SINAR-X DENGAN VARIASI LUAS LAPANGAN PENYINARAN Jusmawang, Syamsir Dewang, Bidayatul

Lebih terperinci

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin ANALISIS PENGGUNAAN BOLUS PADA PASIEN KANKER DI DAERAH SUPERFISIAL YANG DIRADIASI DENGAN 6 MeV MENGGUNAKAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) Anwar Latif, Dr.Bualkar Abdullah, Prof.Dr.Dahlang Tahir, Satrial

Lebih terperinci

PROFIL BERKAS SINAR X LAPANGAN SIMETRIS DAN ASIMETRIS PADA PESAWAT LINAC SIEMENS PRIMUS 2D PLUS

PROFIL BERKAS SINAR X LAPANGAN SIMETRIS DAN ASIMETRIS PADA PESAWAT LINAC SIEMENS PRIMUS 2D PLUS PROFIL BERKAS SINAR X LAPANGAN SIMETRIS DAN ASIMETRIS PADA PESAWAT LINAC SIEMENS PRIMUS 2D PLUS Kri Yudi Pati Sandy Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN ABSTRAK PROFIL BERKAS SINAR-X

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 127-132 PEMBUATAN KURVA ISODOSIS 2D UNTUK BERKAS ELEKTRON ENERGI 5 MeV MENGGUNAKAN PROFILE DOSE DAN KURVA PERCENTAGE DEPTH DOSE

Lebih terperinci

ANALISIS DOSIS OUTPUT SINAR-X PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) MENGGUNAKAN WATER PHANTOM

ANALISIS DOSIS OUTPUT SINAR-X PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) MENGGUNAKAN WATER PHANTOM ANALISIS DOSIS OUTPUT SINAR-X PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) MENGGUNAKAN WATER PHANTOM Indrawanto Paningaran*, Syamsir Dewang**, Bannu Abdul Samad** *Alumni Jurusan Fisika Konsentrasi Fisika Medik

Lebih terperinci

Verifikasi Distribusi Dosis Tps Dan Pesawat Linac Menggunakan Phantom Octavius 4d Dengan Teknik IMRT Protokol Kanker Lidah

Verifikasi Distribusi Dosis Tps Dan Pesawat Linac Menggunakan Phantom Octavius 4d Dengan Teknik IMRT Protokol Kanker Lidah Verifikasi Distribusi Dosis Tps Dan Pesawat Linac Menggunakan Phantom Octavius 4d Dengan Teknik IMRT Protokol Kanker Lidah Tomas Wali 1, Febria Anita 1 1 Program Studi Fisika, Universitas Nasional, Jalan

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS CITRA VERIFIKASI LAPANGAN RADIASI LINAC PADA KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN VARIASI MONITOR UNIT. Skripsi FRILYANSEN GAJAH

ANALISIS KUALITAS CITRA VERIFIKASI LAPANGAN RADIASI LINAC PADA KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN VARIASI MONITOR UNIT. Skripsi FRILYANSEN GAJAH 1 ANALISIS KUALITAS CITRA VERIFIKASI LAPANGAN RADIASI LINAC PADA KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN VARIASI MONITOR UNIT Diajukan untuk melengkapi sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana Sains Skripsi

Lebih terperinci

PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX.

PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX. PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX Ajeng Sarinda Yunia Putri 1, Suharyana 1, Muhtarom 2 1 Prodi Fisika, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

Desain dan Analisis Pengaruh Sudut Gantri Berkas Foton 4 MV Terhadap Distribusi Dosis Menggunakan Metode Monte Carlo EGSnrc Code System

Desain dan Analisis Pengaruh Sudut Gantri Berkas Foton 4 MV Terhadap Distribusi Dosis Menggunakan Metode Monte Carlo EGSnrc Code System Desain dan Analisis Pengaruh Sudut Gantri Berkas Foton 4 MV Terhadap Distribusi Dosis Menggunakan Metode Monte Carlo EGSnrc Code System Uum Yuliani 1,a), Ridwan Ramdani 1,b), Freddy Haryanto 2,c), Yudha

Lebih terperinci

Analisis Perubahan Kurva Percentage Depth Dose (PDD) dan Dose Profile untuk Radiasi Foton 6MV pada Fantom Thoraks

Analisis Perubahan Kurva Percentage Depth Dose (PDD) dan Dose Profile untuk Radiasi Foton 6MV pada Fantom Thoraks Analisis Perubahan Kurva Percentage Depth Dose (PDD) dan Dose Profile untuk Radiasi Foton 6MV pada Fantom Thoraks Nur Dwi Prasetyo, Wahyu Setiabudi, 1 Choirul Anam Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika,

Lebih terperinci

Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo

Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo Merina Handayani 1, Heru Prasetio 2, Supriyanto Ardjo Pawiro 1 1 Departemen Fisika,

Lebih terperinci

Jumedi Marten Padang*, Syamsir Dewang**, Bidayatul Armynah***

Jumedi Marten Padang*, Syamsir Dewang**, Bidayatul Armynah*** VERIFIKASI PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) BERKAS ELEKTRON 6 MeV, 9 MeV, 12 MeV DAN 15 MeV MENGGUNAKAN WATER PHANTOM Jumedi Marten Padang*, Syamsir Dewang**,

Lebih terperinci

Prediction of 2D Isodose Curve on Arbitrary Field Size in Radiation Treatment Planning System (RTPS)

Prediction of 2D Isodose Curve on Arbitrary Field Size in Radiation Treatment Planning System (RTPS) Prediction of 2D Isodose Curve on Arbitrary Field Size in Radiation Treatment Planning System (RTPS) Dewi Tri Nugraheni 1, Vincensius Gunawan 1, Choirul Anam 1,* 1 Physics Department, Faculty of Sciences

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI DETEKTOR TERHADAP STEM EFFECT DAN DOSIS RELATIF UNTUK DOSIMETRI PESAWAT LINAC 6 MV

ANALISIS POSISI DETEKTOR TERHADAP STEM EFFECT DAN DOSIS RELATIF UNTUK DOSIMETRI PESAWAT LINAC 6 MV Youngster Physics Journal ISSN : 233-7371 Vol. 3, No. 3, Juli 14, Hal 257-262 ANALISIS POSISI DETEKTOR TERHADAP STEM EFFECT DAN DOSIS RELATIF UNTUK DOSIMETRI PESAWAT LINAC 6 MV Nurul Laili Khoirut Tabi

Lebih terperinci

FAKTOR KOREKSI SOLID WATER PHANTOM TERHADAP WATER PHANTOM PADA DOSIMETRI ABSOLUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINAC

FAKTOR KOREKSI SOLID WATER PHANTOM TERHADAP WATER PHANTOM PADA DOSIMETRI ABSOLUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINAC FAKTOR KOREKSI SOLID WATER PHANTOM TERHADAP WATER PHANTOM PADA DOSIMETRI ABSOLUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINAC Robert Janssen Stevenly 1, Wahyu Setia Budi 2 dan Choirul Anam 3 1,2,3 Jurusan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pemanfaatan radiasi pengion adalah untuk terapi atau yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pemanfaatan radiasi pengion adalah untuk terapi atau yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan radiasi pengion adalah untuk terapi atau yang dinamakan radioterapi. Penggunaan radiasi pengion dalam pengobatan ini dimulai setelah penemuan

Lebih terperinci

ANALISIS DOSIS SERAP RELATIF BERKAS ELEKTRON DENGAN VARIASI KETEBALAN BLOK CERROBEND PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR

ANALISIS DOSIS SERAP RELATIF BERKAS ELEKTRON DENGAN VARIASI KETEBALAN BLOK CERROBEND PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 3, No. 3, Juli 2014, Hal 231-236 ANALISIS DOSIS SERAP RELATIF BERKAS ELEKTRON DENGAN VARIASI KETEBALAN BLOK CERROBEND PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR Lamtiyah

Lebih terperinci

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co M. Azam, K. Sofjan Firdausi, Sisca Silvani Jurusan Fisika, FMIPA,Universitas diponegoro ABSTRACT Wedge filter usually

Lebih terperinci

ANALISIS PROFIL BERKAS RADIASI LINEAR ACCELERATOR 6MV PADA PENGGUNAAN VIRTUAL WEDGE DENGAN GAFCHROMIC FILM

ANALISIS PROFIL BERKAS RADIASI LINEAR ACCELERATOR 6MV PADA PENGGUNAAN VIRTUAL WEDGE DENGAN GAFCHROMIC FILM Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 3, Juli 2015, Hal 243-248 ANALISIS PROFIL BERKAS RADIASI LINEAR ACCELERATOR 6MV PADA PENGGUNAAN VIRTUAL WEDGE DENGAN GAFCHROMIC FILM Arisa Dwi Sakti

Lebih terperinci

VERIFIKASI DOSIMETRI PERHITUNGAN BERKAS TERBUKA PERANGKAT LUNAK IN-HOUSE TREATMENT PLANNING SYSTEM (TPS) PESAWAT TELETERAPI COBALT-60

VERIFIKASI DOSIMETRI PERHITUNGAN BERKAS TERBUKA PERANGKAT LUNAK IN-HOUSE TREATMENT PLANNING SYSTEM (TPS) PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 VERIFIKASI DOSIMETRI PERHITUNGAN BERKAS TERBUKA PERANGKAT LUNAK IN-HOUSE TREATMENT PLANNING SYSTEM (TPS) PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 Intan A.S. Mu minah *), La Ode Husein Z.T., Supriyanto A. Pawiro Departemen

Lebih terperinci

Berkala Fisika ISSN : Vol. 16, No. 4, Oktober 2013, hal

Berkala Fisika ISSN : Vol. 16, No. 4, Oktober 2013, hal Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 16, No. 4, Oktober 2013, hal 131-138 PEMBUATAN KURVA ISODOSIS 2D DENGAN MENGGUNAKAN KURVA PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFIL DOSIS DENGAN VARIASI KEDALAMAN UNTUK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA VERIFIKASI PENYINARAN IMRT MENGGUNAKAN 2D ARRAY MATRIXX EVOLUTION SKRIPSI YAHYA MUSTOFA

UNIVERSITAS INDONESIA VERIFIKASI PENYINARAN IMRT MENGGUNAKAN 2D ARRAY MATRIXX EVOLUTION SKRIPSI YAHYA MUSTOFA UNIVERSITAS INDONESIA VERIFIKASI PENYINARAN IMRT MENGGUNAKAN 2D ARRAY MATRIXX EVOLUTION SKRIPSI YAHYA MUSTOFA 0906602194 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA DEPOK DESEMBER

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN Dinda Dyesti Aprilyanti 1, Dian Milvita 1, Heru Prasetio 2, Helfi Yuliati 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK Abdul Rahayuddin H21114706 Jurusan Fisika (Kosentrasi Fisika Medik) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. radionuklida, pembedahan (surgery) maupun kemoterapi. Penggunaan radiasi

BAB 1 PENDAHULUAN. radionuklida, pembedahan (surgery) maupun kemoterapi. Penggunaan radiasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radioterapi merupakan salah satu jenis terapi untuk penyakit tumor atau kanker, pengobatan kanker dilakukan dengan menggunakan radiasi pengion atau radionuklida, pembedahan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN Suwarni 1, Dian Milvita 1, Heru Prasetio 2, Helfi Yuliati 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

KOREKSI KURVA ISODOSIS 2D UNTUK JARINGAN NONHOMOGEN MENGGUNAKAN METODE TAR (TISSUE AIR RATIO)

KOREKSI KURVA ISODOSIS 2D UNTUK JARINGAN NONHOMOGEN MENGGUNAKAN METODE TAR (TISSUE AIR RATIO) KOREKSI KURVA ISODOSIS 2D UNTUK JARINGAN NONHOMOGEN MENGGUNAKAN METODE TAR (TISSUE AIR RATIO) Ryan Kurniawan, Vincensius Gunawan dan Choirul Anam Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

Analisis Dosis Serap Organ Kritis Lensa Mata Pada Terapi Karsinoma Nasofaring Dengan Pesawat LINAC 6 MV

Analisis Dosis Serap Organ Kritis Lensa Mata Pada Terapi Karsinoma Nasofaring Dengan Pesawat LINAC 6 MV Analisis Dosis Serap Organ Kritis Lensa Mata Pada Terapi Karsinoma Nasofaring Dengan Pesawat LINAC 6 MV Dewiana 1, Agung Nugroho Oktavianto 1, Ari Mutanto 1 1 Program Studi Fisika, Fakultas Teknik dan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DOSIS TERHADAP VARIASI KEDALAMAN DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN (BENTUK PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG) PADA PESAWAT RADIOTERAPI COBALT-60

PERBANDINGAN DOSIS TERHADAP VARIASI KEDALAMAN DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN (BENTUK PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG) PADA PESAWAT RADIOTERAPI COBALT-60 PERBANDINGAN DOSIS TERHADAP VARIASI KEDALAMAN DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN (BENTUK PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG) PADA PESAWAT RADIOTERAPI COBALT-60 Dortua Helena Sidabutar dan Evi Setiawati Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

ANALISIS DOSIS OUTPUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR (LINAC)TIPE VARIAN HCX 6540 MENGGUNAKAN TRS 398

ANALISIS DOSIS OUTPUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR (LINAC)TIPE VARIAN HCX 6540 MENGGUNAKAN TRS 398 ANALISIS DOSIS OUTPUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR (LINAC)TIPE VARIAN HCX 6540 MENGGUNAKAN TRS 398 Ivonnie Indri Rahayu*, Wira Bahari Nurdin**, Bannu Abdul Samad** *Alumni Jurusan

Lebih terperinci

Homogenitas Elektron 6 MeV Pesawat LINAC Dengan Penggunaan Variasi Ketebalan Paraffin

Homogenitas Elektron 6 MeV Pesawat LINAC Dengan Penggunaan Variasi Ketebalan Paraffin Homogenitas Elektron 6 MeV Pesawat LINAC Dengan Penggunaan Variasi Ketebalan Paraffin Happy Kurnia Utami Buaja 1, Nursama Heru Apriantoro 2, Febria Anita 1 1 Universitas Nasional, Jalan Sawo Manila, Pejaten,

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK PROFIL PDD (PERCENTAGE DEPTH DOSE) BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV

ANALISIS KARAKTERISTIK PROFIL PDD (PERCENTAGE DEPTH DOSE) BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV ANALISIS KARAKTERISTIK PROFIL PDD (PERCENTAGE DEPTH DOSE) BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar SarjanaSains Yuli Martha K. Damanik NIM

Lebih terperinci

VERIFIKASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) DENGAN VARIASI ENERGI PADA WATER PHANTOM Raden Asrisal, Syamsir Dewang, Dahlang Tahir

VERIFIKASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) DENGAN VARIASI ENERGI PADA WATER PHANTOM Raden Asrisal, Syamsir Dewang, Dahlang Tahir VERIFIKASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) DENGAN VARIASI ENERGI PADA WATER PHANTOM Raden Asrisal, Syamsir Dewang, Dahlang Tahir Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Analisis Dosis Keluaran Berkas Foton dan Elektron Energi Tinggi Pesawat Linac Elekta Precise 5991 Berdasarkan Code of Practice IAEA TRS 398

Analisis Dosis Keluaran Berkas Foton dan Elektron Energi Tinggi Pesawat Linac Elekta Precise 5991 Berdasarkan Code of Practice IAEA TRS 398 Analisis Dosis Keluaran Berkas Foton dan Elektron Energi Tinggi Pesawat Linac Elekta Precise 5991 Berdasarkan Code of Practice IAEA TRS 398 Hendra Setiawan 1,a) dan Rena Widita 1,b) 1 Laboratorium Biofisika,

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN JUMLAH MONITOR UNIT MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO

BAB III PERHITUNGAN JUMLAH MONITOR UNIT MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO BAB III PERHITUNGAN JUMLAH MONITOR UNIT MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO 3.1 Metode Monte Carlo Monte Carlo adalah suatu metode algoritma pemrograman yang membahas tentang algoritma probabilitas. Dalam kasus

Lebih terperinci

BAB II LINEAR ACCELERATOR

BAB II LINEAR ACCELERATOR BAB II LINEAR ACCELERATOR 2.1 Definisi Linear Accelerator Linear accelelator (Linac) adalah device yang menggunakan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi tinggi untuk mempercepat partikel bermuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Kemajuan pesat pada bidang radiotherapy telah banyak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Kemajuan pesat pada bidang radiotherapy telah banyak memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1 Latar belakang Kemajuan pesat pada bidang radiotherapy telah banyak memberikan solusi atas penanganan kanker di seluruh belahan dunia. Semakin

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI SUMBER RADIOAKTIF COBALT PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60. Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1

ANALISIS POSISI SUMBER RADIOAKTIF COBALT PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60. Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 ANALISIS POSISI SUMBER RADIOAKTIF COBALT PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Ratih Heryana J2 D3 08 008 PROGRAM LINTAS

Lebih terperinci

ANALISIS DOSIS PADA PENGGUNAAN FILTER WEDGE MENGGUNAKAN DOSIMETER GAFCHROMIC EBT2 DAN GAFCHROMIC XR-RV3 UNTUK BERKAS FOTON 6 MV

ANALISIS DOSIS PADA PENGGUNAAN FILTER WEDGE MENGGUNAKAN DOSIMETER GAFCHROMIC EBT2 DAN GAFCHROMIC XR-RV3 UNTUK BERKAS FOTON 6 MV ANALISIS DOSIS PADA PENGGUNAAN FILTER WEDGE MENGGUNAKAN DOSIMETER GAFCHROMIC EBT2 DAN GAFCHROMIC XR-RV3 UNTUK BERKAS FOTON 6 MV *Ahcdriany,*Bualkar Abdullah, + Supriyanto Ardjo Pawiro*Dahlang Tahir *Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya sel-sel yang membelah secara abnormal tanpa kontrol dan mampu menyerang jaringan sehat lainnya. Data

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SENTRASI DOSIS DAN JARAK BLADDER TERHADAP DISTRIBUSI DOSIS PADA PERENCANAAN BRACHYTHERAPY KANKER SERVIKS

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SENTRASI DOSIS DAN JARAK BLADDER TERHADAP DISTRIBUSI DOSIS PADA PERENCANAAN BRACHYTHERAPY KANKER SERVIKS Youngster Physics Journal ISSN : 30-7371 Vol. 1, No. 4, Juli 013, Hal 11-16 ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SENTRASI DOSIS DAN JARAK BLADDER TERHADAP DISTRIBUSI DOSIS PADA PERENCANAAN BRACHYTHERAPY KANKER

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAJU DOSIS SERAP AIR DENGAN LAPANGAN RADIASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA

HUBUNGAN ANTARA LAJU DOSIS SERAP AIR DENGAN LAPANGAN RADIASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA HUBUNGAN ANTARA LAJU DOSIS SERAP AIR DENGAN LAPANGAN RADIASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA C. Tuti Budiantari, Nurman R. Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS BERKAS RADIASI FOTON 10 MV PADA PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR

ANALISIS KUALITAS BERKAS RADIASI FOTON 10 MV PADA PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR ANALISIS KUALITAS BERKAS RADIASI FOTON 10 MV PADA PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: Raditya Faradina Pratiwi

Lebih terperinci

PEMBUATAN PROGRAM REKONSTRUKSI KONTUR CITRA 3D PADA ORGAN MENGGUNAKAN MATLAB 2008a

PEMBUATAN PROGRAM REKONSTRUKSI KONTUR CITRA 3D PADA ORGAN MENGGUNAKAN MATLAB 2008a Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 1, No. 5, Oktober 2013, Hal 213-220 PEMBUATAN PROGRAM REKONSTRUKSI KONTUR CITRA 3D PADA ORGAN MENGGUNAKAN MATLAB 2008a Siti A isyah,kusworo Adi dan Choirul

Lebih terperinci

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN Ismail T., Syamsir Dewang, Bualkar Abdullah Jurusan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Dosis Radiasi Kanker Nasofaring Dengan Menggunakan Wedge Pada Pesawat Linear Accelerator (LINAC)

Analisis Dosis Radiasi Kanker Nasofaring Dengan Menggunakan Wedge Pada Pesawat Linear Accelerator (LINAC) Analisis Dosis Radiasi Kanker Nasofaring Dengan Menggunakan Wedge Pada Pesawat Linear Accelerator (LINAC) Iskandar 1, Bualkar Abdullah, Syamsir Dewang, Satrial Male Jurusan Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

KONTROL KUALITAS TERAPI RADIASI PADA UNIT RADIOTERAPI MRCCC RS MRCCC

KONTROL KUALITAS TERAPI RADIASI PADA UNIT RADIOTERAPI MRCCC RS MRCCC KONTROL KUALITAS TERAPI RADIASI PADA UNIT RADIOTERAPI MRCCC Fielda Djuita 1, Rina Taurisia 2 & Andreas Nainggolan 2 1 Kepala Unit Radioterapi 2 Fisikawan Medis RS MRCCC ABSTRAK KONTROL KUALITAS TERAPI

Lebih terperinci

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011 UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011 Ivonne Chirsnia 1, Dian Milvita 1, Heru Prasetio 2, Helfi Yuliati 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN POLYDIMETHYL SILOXANE SEBAGAI BOLUS DALAM RADIOTERAPI MENGGUNAKAN ELEKTRON 8 MeV PADA LINAC

ANALISIS PENGGUNAAN POLYDIMETHYL SILOXANE SEBAGAI BOLUS DALAM RADIOTERAPI MENGGUNAKAN ELEKTRON 8 MeV PADA LINAC Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal. 391-398 ANALISIS PENGGUNAAN POLYDIMETHYL SILOXANE SEBAGAI BOLUS DALAM RADIOTERAPI MENGGUNAKAN ELEKTRON 8 MeV PADA LINAC Dodi

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 ABSTRAK

ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 ABSTRAK SEMINAR NASIONAL ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 Cacaelia Tuti Budiarti 1, Nurman Rajagukguk 2, Assef Firnando

Lebih terperinci

PENENTUAN DOSIS SERAP LAPANGAN RADIASI PERSEGI PANJANG BERKAS FOTON 10 MV DENGAN PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN

PENENTUAN DOSIS SERAP LAPANGAN RADIASI PERSEGI PANJANG BERKAS FOTON 10 MV DENGAN PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN PENENTUAN DOSIS SERAP LAPANGAN RADIASI PERSEGI PANJANG BERKAS FOTON 10 MV DENGAN PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN SRI INANG SUNARYATI Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir Batan ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

VERIFIKASI PENENTUAN LAJU DOSIS SERAP DI AIR BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100 C MILIK RUMAH SAKIT

VERIFIKASI PENENTUAN LAJU DOSIS SERAP DI AIR BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100 C MILIK RUMAH SAKIT VERIFIKASI PENENTUAN LAJU DOSIS SERAP DI AIR BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100 C MILIK RUMAH SAKIT dr. CIPTO MANGUNKUSUMO Nurman R. dan C. Tuti Budiantari Pusat Teknologi

Lebih terperinci

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin UJI KELAYAKAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) BERKAS SINAR- X 6 MV DAN 10 MV DENGAN VARIASI SOURCE TO SKIN DISTANCE (SSD) DAN KEDALAMAN PADA WATER PHANTOM Aji Purnomo, Wira Bahari Nurdin, Syamsir Dewang

Lebih terperinci

Correction of 2D Isodose Curve on the Sloping Surface using Tissue Air Ratio (TAR) Method

Correction of 2D Isodose Curve on the Sloping Surface using Tissue Air Ratio (TAR) Method Correction of 2D Isodose Curve on the Sloping Surface using Tissue Air Ratio (TAR) Method Nurul Firdausi Nuzula, Kusworo Adi, Choirul Anam 1 Physics Department, Faculty of Sciences and Mathematics, Diponegoro

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60 PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60 Kristiyanti, Budi Santoso, Abdul Jalil, Sukandar Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir (PRPN) BATAN E-mail : kristiyantiwst@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGUKURAN PDD DAN BEAM PROFILE ANTARA DETEKTOR IONISASI CHAMBER DAN GAFCHROMIC FILM PADA LAPANGAN 10 X 10 CM 2

PERBANDINGAN PENGUKURAN PDD DAN BEAM PROFILE ANTARA DETEKTOR IONISASI CHAMBER DAN GAFCHROMIC FILM PADA LAPANGAN 10 X 10 CM 2 Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 15-22 PERBANDINGAN PENGUKURAN PDD DAN BEAM PROFILE ANTARA DETEKTOR IONISASI CHAMBER DAN GAFCHROMIC FILM PADA LAPANGAN 10 X 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1 Latar belakang Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Dalam bidang kedokteran, pemanfaatan

Lebih terperinci

EVALUASI VERIFIKASI LAPANGAN PENYINARAN PADA KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN TEKNIK INTENSITY MODULATED RADIOTHERAPY DENGAN BERBAGAI FRAKSI

EVALUASI VERIFIKASI LAPANGAN PENYINARAN PADA KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN TEKNIK INTENSITY MODULATED RADIOTHERAPY DENGAN BERBAGAI FRAKSI EVALUASI VERIFIKASI LAPANGAN PENYINARAN PADA KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN TEKNIK INTENSITY MODULATED RADIOTHERAPY DENGAN BERBAGAI FRAKSI (EVALUATION OF RADIATION FIELD VERIFICATION IN BREAST CANCER USING

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DOSIMETRI SUMBER BRAKITERAPI IR-192 MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT

KARAKTERISASI DOSIMETRI SUMBER BRAKITERAPI IR-192 MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT KARAKTERISASI DOSIMETRI SUMBER BRAKITERAPI IR-192 MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT Mahmudi Rio Putra (1), Dian Milvita (1), Heru Prasetio (2) (1) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang Kampus Unand

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT GANTRI TERHADAP KONSTANSI DOSIS SERAP DI AIR PESAWAT TELETERAPI Co-60 XINHUA MILIK RUMAH SAKIT dr. SARJITO YOGYAKARTA

PENGARUH SUDUT GANTRI TERHADAP KONSTANSI DOSIS SERAP DI AIR PESAWAT TELETERAPI Co-60 XINHUA MILIK RUMAH SAKIT dr. SARJITO YOGYAKARTA C Tuti Budiantari, dkk. ISSN 016-318 73 PENGARUH SUDUT GANTRI TERHADAP KONSTANSI DOSIS SERAP DI AIR PESAWAT TELETERAPI Co-60 XINHUA MILIK RUMAH SAKIT dr. SARJITO YOGYAKARTA C Tuti Budiantari dan Nurman

Lebih terperinci

Metode Monte Carlo adalah metode komputasi yang bergantung pada. pengulangan bilangan acak untuk menemukan solusi matematis.

Metode Monte Carlo adalah metode komputasi yang bergantung pada. pengulangan bilangan acak untuk menemukan solusi matematis. Bab II. Teori Dasar II.1. Metode Monte Carlo Metode Monte Carlo adalah metode komputasi yang bergantung pada pengulangan bilangan acak untuk menemukan solusi matematis. Metode ini sering digunakan untuk

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Feni Fitriyani 1, Suharyana 1, Muhtarom 2

Lebih terperinci

ANALISIS KOLIMASI BERKAS SINAR-X PADA PESAWAT FLUOROSCOPY (MOBILE C-ARM) DIRUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

ANALISIS KOLIMASI BERKAS SINAR-X PADA PESAWAT FLUOROSCOPY (MOBILE C-ARM) DIRUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN ANALISIS KOLIMASI BERKAS SINAR-X PADA PESAWAT FLUOROSCOPY (MOBILE C-ARM) DIRUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN Gusti Ayu Desi Sinta Dewi*, Bualkar Abdullah**, Dahlang Tahir ** *Alumni Prodi Fisika Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON

BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON 33 BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON Kita telah melakukan simulasi dengan berbagai settingan peralatan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60 PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60 Kristiyanti, Budi Santoso, Abdul Jalil, Sukandar PRPN BATAN, Kawasan PUSPIPTEK, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK. PERANCANGAN

Lebih terperinci

Pendidikan dan Peran Fisikawan Medik dalam Pelayanan Kesehatan

Pendidikan dan Peran Fisikawan Medik dalam Pelayanan Kesehatan Pendidikan dan Peran Fisikawan Medik dalam Pelayanan Kesehatan Wahyu Setia Budi Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Pendahuluan Fisika Medis adalah cabang fisika yang merupakan

Lebih terperinci

Dosis Transmisi Berkas Sinar-X 6 MV untuk Lapangan Tidak Teratur dengan Variasi Blok TESIS

Dosis Transmisi Berkas Sinar-X 6 MV untuk Lapangan Tidak Teratur dengan Variasi Blok TESIS Dosis Transmisi Berkas Sinar-X 6 MV untuk Lapangan Tidak Teratur dengan Variasi Blok TESIS Juni Sinarinta Purba 0806421180 Universitas Indonesia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program S2

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DOSIS PADA SIMULASI RADIOTERAPI PARU-PARU ANTARA HASIL KALKULASI TPS DENGAN PENGUKURAN

PERBANDINGAN DOSIS PADA SIMULASI RADIOTERAPI PARU-PARU ANTARA HASIL KALKULASI TPS DENGAN PENGUKURAN PERBANDINGAN DOSIS PADA SIMULASI RADIOTERAPI PARU-PARU ANTARA HASIL KALKULASI TPS DENGAN PENGUKURAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Fisika OLEH WAHYU EDY WIBOWO

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN DATA DAN ANALISIS JUMLAH MONITOR UNIT OUTPUT SOFTWARE ISIS DENGAN OUTPUT SIMULASI MONTE CARLO

BAB IV PERBANDINGAN DATA DAN ANALISIS JUMLAH MONITOR UNIT OUTPUT SOFTWARE ISIS DENGAN OUTPUT SIMULASI MONTE CARLO BAB IV PERBANINGAN ATA AN ANALISIS JUMLAH MONITOR UNIT OUTPUT SOFTWARE ISIS ENGAN OUTPUT SIMULASI MONTE CARLO 4.1 ata ata yang diambil adalah nilai jumlah Monitor Unit hasil software ISIS dan nilai jumlah

Lebih terperinci

Simulasi Monte Carlo untuk Menentukan Rasio Deposisi Dosis pada a-si Epid dengan Deposisi Dosis pada Air

Simulasi Monte Carlo untuk Menentukan Rasio Deposisi Dosis pada a-si Epid dengan Deposisi Dosis pada Air NATURAL B, Vol. 2, No. 3, April 2014 Simulasi Monte Carlo untuk Menentukan Rasio Deposisi Dosis pada a-si Epid Sri Herwiningsih 1)*, Sugeng Rianto 1), Firdy Yuana 1) 1) Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DETEKTOR IN VIVO UNTUK DOSIMETRI RADIOTERAPI EKSTERNA

KARAKTERISASI DETEKTOR IN VIVO UNTUK DOSIMETRI RADIOTERAPI EKSTERNA UNIVERSITAS INDONESIA KARAKTERISASI DETEKTOR IN VIVO UNTUK DOSIMETRI RADIOTERAPI EKSTERNA SKRIPSI ADEN RENDANG SUMEDI PUTRI 0906601916 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34 Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34 PENGARUH VARIASI JARAK DETEKTOR, LUAS LAPANGAN RADIASI DAN POSISI DETEKTOR DARI PUSAT BERKAS RADIASI MENGGUNAKAN MULTI PURPOSE

Lebih terperinci

VERIFIKASI PENYINARAN IMRT MENGGUNAKAN FILM GAFCHROMIC

VERIFIKASI PENYINARAN IMRT MENGGUNAKAN FILM GAFCHROMIC UNIVERSITAS INDONESIA VERIFIKASI PENYINARAN IMRT MENGGUNAKAN FILM GAFCHROMIC SKRIPSI DEVI KRISTINA 0906601973 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM FISIKA MEDIS DEPOK DESEMBER 2011 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif Ella nurlela 1, purwantiningsih 1, Budi Santoso 1 1 Program Studi Fisika, Universitas Nasional, Jalan Sawo Manila,

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR KELUARAN BERKAS ELEKTRON LAPANGAN KECIL PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR

PENENTUAN FAKTOR KELUARAN BERKAS ELEKTRON LAPANGAN KECIL PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR DOI: doi.org/10.21009/spektra.011.04 PENENTUAN FAKTOR KELUARAN BERKAS ELEKTRON LAPANGAN KECIL PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR Cahya Wulandari 1,a), Wahyu Edy Wibowo 2,b), Supriyanto Ardjo Pawiro 1,c) 1

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR KELUARAN BERKAS ELEKTRON LAPANGAN KECIL PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR

PENENTUAN FAKTOR KELUARAN BERKAS ELEKTRON LAPANGAN KECIL PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR PENENTUAN FAKTOR KELUARAN BERKAS ELEKTRON LAPANGAN KECIL PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR Cahya Wulandari 1,a), Wahyu Edy Wibowo 2,b), Supriyanto Ardjo Pawiro 1,c) 1 Departemen Fisika, FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

PENENTUAN CT DOSE INDEX (CTDI) UNTUK VARIASI SLICE THICKNESS DENGAN PROGRAM DOSXYZNRC

PENENTUAN CT DOSE INDEX (CTDI) UNTUK VARIASI SLICE THICKNESS DENGAN PROGRAM DOSXYZNRC Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 15, No. 3, Juli 2012, hal 69-76 PENENTUAN CT DOSE INDEX (CTDI) UNTUK VARIASI SLICE THICKNESS DENGAN PROGRAM DOSXYZNRC Intan Andriani, Choirul Anam dan Evi Setiawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian akibat keganasan di dunia, kira-kira sepertiga dari seluruh kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian akibat keganasan di dunia, kira-kira sepertiga dari seluruh kematian akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah sel yang pertumbuhan dan penyebarannya tidak terkontrol. Pertumbuhannya menyebar ke sekitar jaringan dan dapat bermetasis pada tempat yang jauh. Penyakit

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DOSIS PHOTON MENGGUNAKAN TEKNIK 3DCRT DAN IMRT PADA RADIASI WHOLE PELVIC KARSINOMA SERVIKS

DISTRIBUSI DOSIS PHOTON MENGGUNAKAN TEKNIK 3DCRT DAN IMRT PADA RADIASI WHOLE PELVIC KARSINOMA SERVIKS Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 17, No. 4, Oktober 2014, hal 121-128 DISTRIBUSI DOSIS PHOTON MENGGUNAKAN TEKNIK 3DCRT DAN PADA RADIASI WHOLE PELVIC KARSINOMA SERVIKS Bambang Haris Suhartono 1 *, Wahyu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PENELITIAN KOREKSI GERAKAN SHUTTER PESAWAT CO - 60 Habib Syeh Az / 0606068221 Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIVERSITAS INDONESIA 2011 Fisikawan medik Page 1 1.

Lebih terperinci

ANALISIS DENSITAS FILM GAFCHROMIC TERHADAP LINEAR ACCELERATOR (LINAC) DENGAN VARIASI SUDUT SKRIPSI

ANALISIS DENSITAS FILM GAFCHROMIC TERHADAP LINEAR ACCELERATOR (LINAC) DENGAN VARIASI SUDUT SKRIPSI ANALISIS DENSITAS FILM GAFCHROMIC TERHADAP LINEAR ACCELERATOR (LINAC) DENGAN VARIASI SUDUT SKRIPSI BHINTARI SAKTI PASAKI NITA NINGTYAS PROGRAM STUDI S1 FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah satu modalitas pemeriksaan di bidang radiologi. Pemeriksaan CT scan meskipun

Lebih terperinci

Perhitungan Laju Dosis Serap untuk Simulasi Terapi Kanker Serviks dengan Metode High Dose Rate Berdasarkan TG-43U1

Perhitungan Laju Dosis Serap untuk Simulasi Terapi Kanker Serviks dengan Metode High Dose Rate Berdasarkan TG-43U1 Perhitungan Laju Dosis Serap untuk Simulasi Terapi Kanker Serviks dengan Metode High Dose Rate Berdasarkan TG-43U1 Saumi Ramdhani 1, Siti Nurul Khotimah 1, Susila Wardaya 2 dan Freddy Haryanto 1 1 Program

Lebih terperinci

TREATMENT PLANNING SYSTEM PADA KANKER PROSTAT DENGAN TEKNIK BRACHYTERAPY

TREATMENT PLANNING SYSTEM PADA KANKER PROSTAT DENGAN TEKNIK BRACHYTERAPY TREATMENT PLANNING SYSTEM PADA KANKER PROSTAT DENGAN TEKNIK BRACHYTERAPY Junios )*, Kariman D ) STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Jl. Kusuma Bhakti No. 99 Gulai Bancah STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DOSIS RADIASI SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX SKRIPSI

OPTIMALISASI DOSIS RADIASI SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX SKRIPSI OPTIMALISASI DOSIS RADIASI SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX SKRIPSI Oleh : Kadek Miniati JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi XVMC adalah yang. pertama, instalasi dilakukan pada linux distro Ubuntu versi 7.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi XVMC adalah yang. pertama, instalasi dilakukan pada linux distro Ubuntu versi 7. Bab III. X Ray Voxel Monte Carlo (XVMC) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi XVMC adalah yang pertama, instalasi dilakukan pada linux distro Ubuntu versi 7.04 yang dikenal sebagai Fiesty

Lebih terperinci