Keywords: risk management, outsourcing workers participation, OHSAS

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENERAPAN PELAPORAN DAN PERBAIKAN KEKURANGAN TINGKAT LANJUTAN SMK3 BERDASARKAN PP NO. 50 TAHUN 2012 DI PT. X

ANALISIS IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA GUDANG BAHAN JADI DI PT

USULAN PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI RUMAH SAKIT LIMIJATI BANDUNG ABSTRAK

ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2015 TESIS.

ANALISIS PENDOKUMENTASIAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN PP NO. 50 TAHUN 2012 DI PT ANGKASA PURA II (PERSERO) BANDUNG

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN K3 PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAYUAGUNG KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

AUDIT TERHADAP SISTEM MANAJEMEN K3 BERBASIS OHSAS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAYUAGUNG

IMPLEMENTASI PROGRAM P2K3 SEBAGAI UPAYA PENERAPAN SMK3 DI PT. GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA DIVISI ROASTED PEANUTS PATI

DOKUMENTASI SMK3 PERTEMUAN #7 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #3 Ganjil 2016/2017. Sistem Manajemen K3

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU KARYAWAN LAPANGAN PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) BANDUNG TERHADAP KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA 2010

Persyaratan Dokumentasi

ABSTRAK Universitas Kristen Maranatha

SKRIPSI ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI PT. BRAJA MUSTI

Persyaratan Dokumentasi

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

GAMBARAN PELAKSANAAN UPAYA KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO

Elemen 3 ORGANISASI & PERSONIL

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

LAPORAN TUGAS AKHIR. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya. Linggar Esti Panggalih R

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL

PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM UPAYA MEMINIMALISASIKAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI PADA PT. WANGSA JATRA LESTARI.

PENERAPAN JOB HAZARD ANALYSIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA CENTRAL CONTROL ROOM (CCR) PT WIJAYA ENGINDO NUSA PROJECT PBIBDE

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

IMLEMENTASI PELAYANAN KESEHATAN WAJIB DI PUSKESMAS RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Inka Ines Soputan*, Febi K. Kolibu*, Chreisye K.F.

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) TERHADAP PERILAKU PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

: Implementation, PEKA, Accident Control

ANALISIS UPAYA PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI GEDUNG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG

CONTRACTOR HSE MANAGEMENT SYSTEM. pertamina SELECTION. April Bangkitkan Energi Negeri

ANALISIS IMPLEMENTASI TAHAP PENERAPAN DAN OPERASI KLAUSUL 4.4 OHSAS : 2007 DI PT. GMF AEROASIA TANGERANG TAHUN 2015

ABSTRAK. Kata Kunci : Kreativitas, Guru, Metode Pembelajaran

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

GAMBARAN PELAKSANAAN SISTEM TANGGAP DARURAT SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KEADAAN DARURAT DI PT. INKA (PERSERO) MADIUN JAWA TIMUR

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

Integrasi Sistem Manajemen. Ihda Taftazani

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA MAINTENANCE ELEKTRIKAL DALAM MENERAPKAN WORK PERMIT DI PT.

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: )

ANALISIS KEPATUHAN SUPERVISOR TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM OCCUPATIONAL HEALTH & SAFETY (OHS) PLANNED INSPECTION DI PT. CCAI

GAMBARAN IMPLEMENTASI HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT CONTORLS (HIRAC) DI AREA DERMAGA PT SUMBER HIJAU PERMAI

ANALISIS KOMITMEN PIMPINAN TERHADAP KESIAPAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3 PADA SALAH SATU FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA

PENERAPAN SISTEM IZIN KERJA KONTRAKTOR SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN DI PT. DENSO INDONESIA SUNTER PLANT

ANALISIS KOMPETENSI SAFETY COMMUNICATION PETUGAS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI PT. X KOTA SEMARANG

ANALISIS IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA DEPARTEMEN WEAVING 2 PT. KUSUMA HADI SANTOSA

ANALISIS IMPLEMENTASI IZIN KERJA DI KETINGGIAN TERHADAP KECELAKAAN KERJA DI PT. X

Pengaruh Kepemimpinan Keselamatan Pada Kepala Proyek Terhadap Angka Kecelakaan Kerja PT. X Dan PT. Y Di Kota Solo Jawa Tengah

PERSEPSI STAKEHOLDERS

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

mikm-detail-tesis-perpustakaan-print-abstrak-158.html MIKM UNDIP Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

TINJAUAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN GEDUNG TELKOMSEL PEKANBARU)

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

PROSEDUR PENANGANAN KONDISI DARURAT DALAM PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) MEDAN

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI

BAB 1. PENDAHULUAN. lainnya. 2 Divisi Poultry Breeder Charoen Pokphand Indonesia, menyebutkan data

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ANTISIPASI INDUSTRI DALAM MERESPON PUBLIKASI ISO TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP)

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

ABSTRACT. Keywords: ISO 9001:2008

PT BENING TUNGGAL MANDIRI GAS, OIL AND INDUSTRIAL TECHNICAL SERVICE

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL.

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN OHSAS 18001:2007 DI PT. SASMITO GENERAL CONTRACTOR SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

IMPLEMENTASI SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN SEBAGAI UPAYA KEWASPADAAN TERHADAP KEADAAN DARURAT KEBAKARAN DI PT

PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PKS RAMBUTAN PTPN-3 TEBING TINGGI TAHUN 2013

BAB V PEMBAHASAN. Dengan mendefinisikan target-target BBS, berarti perusahaan telah

Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang. Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

BAB II LANDASAN TEORI

SCHEDULE TRAINING 2016

Kepemimpinan & Komitmen

ABSTRACT. vii. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS KESELAMATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN DINDING GEDUNG BAGIAN LUAR DENGAN MEMANFAATKAN FOTO KONSTRUKSI

MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PELAKSANAAN KONTRUKSI OIL DAN GAS DENGAN METODE HAZARD IDENTIFICATION ABSTRAK ABSTRACT

Volume 7 Nomor 1 Juli 2017 P ISSN : E ISSN :

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

A. KRITERIA AUDIT SMK3

SKRIPSI. Disusun Oleh : FRANGKY SEPTIADI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008

RUANG RAWAT INAP DAN KEJADIAN KECELAKAAN PASIEN DI RUMAH SAKIT AL HUDA GENTENG KABUPATEN BANYUWANGI

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

K3 KONSTRUKSI BANGUNAN. Latar Belakang Permasalahan

USULAN ELEMEN SMK3 UI BERDASARKAN PERMENAKER No 5 Tahun 1996 dan OHSAS 18001

* Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan resiko pekerjaan yang tinggi. Resiko kerja yang tinggi disebabkan karena

Keywords: Internal Audit, Quality Public Services.

SKRIPSI PERENCANAAN PEMASANGAN ALAT PEMADAM API RINGAN DI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG GEDUNG C

BAB V PEMBAHASAN. Khusus Busway Kapten Tendean Blok.M Cileduk Paket Kapten Tendean

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERAN PETUGAS K3 DALAM MENDORONG PARTISIPASI PEKERJA KONTRAK UNTUK MEMBANTU PERENCANAAN MANAJEMEN RISIKO DI PEMBANGUNAN GEDUNG Y Mohammad Afief, Baju Widjasena, Bina Kurniawan Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email: afiefmohammad@gmail.com Abstract : To support the completeness of risk management required information from the parties that interact directly with potential dangers that exist in the work environment. Parties who interact directly with potential danger that contract workers so that the safety officer have important role in encouraging the participation of temporary workers in risk management. Implementation of risk management PT. X refers to OHSAS 18001. The results of the initial survey that there is still a minor accident that was not recorded or reported. This shows a lack of worker participation in risk management contracts. The research objective is to analyze the factors affecting the role of the safety officer in encouraging the participation of contract workers to help the planning of risk management. This research is a descriptive qualitative research with in-depth interviews and observation. Subjects were 1 and 5 main informant informant triangulation. The results showed the factors of knowledge and attitude of officers k3 regarding the parties should be involved in risk management as well as the phase of risk management is still not in accordance with OHSAS 18001, SMK3, and SKKNI. Factor methods used in encouraging the participation of contract workers, safety officer have never provides socialization and training materials about the importance of the participation of temporary workers to help the planning of hazard risk management in the workplace. Safety officer rarely discuss with contract workers to request information to workers on risk management. There has been no discussion of scheduling a regular basis to discuss risk management in each group of contract workers. More often used the lecture method when delivering socialization on safety talk, so communication which goes into one direction. There has been no documented work procedures requiring that the note of the information from the parties involved in the risk management process. Keywords: risk management, outsourcing workers participation, OHSAS 18001. 332

PENDAHULUAN Latar Belakang Bercermin pada tren internasional yang menuju pada manajemen risiko yang bersifat proaktif, pendekatan manajemen risiko yang bersifat proaktif mulai menjadi penting dalam berbagai sektor. Manajemen risiko yang bersifat proaktif artinya pihak jajaran manajemen perusahaan dan juga karyawan berpartisipasi dalam seluruh kegiatan manajemen risiko. Seperti ditekankan oleh International Labour Organization (ILO) pada tahun 2003, bahwa penting untuk menerapkan prosedur manajemen risiko yang proaktif di semua tempat kerja. (1) Menurut kemenakertrans nomor 42 tahun 2008 mengenai Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia sektor ketenagakerjaan bidang keselamatan dan kesehatan kerja (2) dalam mengakses ke sumber informasi dan data untuk mengidentifikasi bahaya, masukan dimintakan dari pemangku kepentingan, personal kunci dan spesialis K3. Personel kunci yang dimaksud adalah personal yang terlibat dalam membuat keputusan K3 atau yang terkena dampak keputusan. Pekerja kontrak merupakan salahsatu pihak yang secara langsung terkena dampak keputusan kebijakan manajemen risiko yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa seharusnya 333 petugas K3 melibatkan pekerja kontrak dalam proses manajemen risiko. (2) Untuk menunjang kelengkapan manajemen risiko membutuhkan informasi dari pihak yang berinteraksi langsung dengan potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Pihak yang berinteraksi langsung dengan potensi bahaya yaitu pekerja kontrak sehingga petugas K3 berperan penting dalam mendorong partisipasi pekerja kontrak dalam manajemen risiko. Pelaksanaan manajemen risiko PT. X mengacu pada OHSAS 18001. Hasil survei awal yaitu dalam pengelolaan manajemen risiko, pada tahap identifikasi, SHE hanya melibatkan Quality control(qc), sedangkan pada tahap penilaian dan pengendalian SHE tidak melibatkan QC maupun perwakilan pekerja kontrak. Selain itu masih terdapat kecelakaan ringan yang tidak dicatat maupun dilaporkan. Hal ini menunjukkan kurangnya partisipasi pekerja kontrak dalam manajemen risiko. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kualitatif (3) deskriptif dengan wawancara mendalam dan observasi. Subyek penelitian adalah 1 informan utama dan 5 informan triangulasi. Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik triangulasi.

Metode triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi sumber diakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik yaitu mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda, yaitu wawancara dan observasi. Triangulasi dalam penelitian ini yaitu pekerja kontrak PT. X. Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan melalui adalah pemeriksaan terhadap alur analisis data untuk mengetahui dan membandingkan rekaman recorder, catatan wawancara dan kesimpulan yang dihasilkan serta hasil observasi terhadap notulensi dan kegiatan safety meeting, kebijakan K3L, dan dan standar operasional prosedur manajemen risiko. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Informan Penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap informan utama (IU) yang terdiri dari seorang petugas Safety Health Environment Officer proyek (SHE O).Karakteristik informan utama adalah pria berusia 24 tahun. Informan utama pertama memiliki tingkat pendidikan S1 (Strata 1) teknik lingkungan dengan masa kerja 1 tahun lebih 2 bulan. Safety health environment officer proyek merupakan pembuat program kerja K3 dan 334 bertanggung jawab terhadap pelaksanaan aspek kesehatan dan keselamatan kerja khususnya pelaksanaan program IBPR pada proyek pembangunan gedung Y. Dalam penelitian ini terdapat 5 informan triangulasi yang terdiri dari 1 mandor finishing dan 4 tukang finishing. Kelima informan triangulasi berjenis kelamin pria, dengan usia 44 tahun, 42 tahun, 32 tahun, 33 tahun, dan 53 tahun. Pendidikan terakhir dari kelima informan triangulasi tersebut adalah sekolah dasar (SD). Informan tringuasi Informan triangulasi pertama merupakan mandor bagian finishing, sedangkan empat informan tringuasi lainnya merupakan tukang bagian finishing. Analisis Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan mendalam dengan informan utama didapatkan hasil bahwa informan utama telah mengetahui definisi dan manfaat manajemen risiko. Informan utama berpendapat bahwa manajemen risiko merupakan serangkaian kegiatan mengidentifikasi pekerjaan beserta langkahlangkahnya, mengidentifikasi dan menganalisis bahaya, cara penanganan, siapa saja yang bertanggungjawab, kemudian melakukan review. Dapat disimpulkan

bahwa jawaban informan utama mengenai tahapan manajemen risiko masih belum lengkap karena informan utama tidak menyebutkan mengenai penetapan konteks. Menurut risk management guidelines companion to AS/NZS 4360:2004 tahap pertama dalam proses manajemen risiko adalah penetapan konteks. Penetapan konteks meliputi penetapan konteks lingkungan internal, lingkungan eksternal, dan manajemen risiko. (4),(5) mendalam informan utama berpendapat pengertian pekerja yang dilibatkan dalam OHSAS 18001 klausul 4.4.3.2 adalah seluruh karyawan, bukan tukang sehingga informan utama beranggapan tidak perlu melibatkan tukang dalam proses manajemen risiko. Menurut kemenakertrans nomor 42 tahun 2008 mengenai Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor ketenagakerjaan bidang keselamatan dan kesehatan kerja, pada judul unit memberikan kontribusi dalam pengendalian bahaya k3, judul unit mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko k3, judul unit memberikan kontribusi terhadap proses konsultasi k3, dan judul unit menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko, disebutkan bahwa 335 mengenai pengaksesan informasi dan data dari sumber-sumber eksternal untuk mengidentifikasi bahaya, dan pengendalian bahaya dilakukan melalui mencari masukan-masukan dari para pemangku kepentingan, personil kunci, dan ahli k3. Pemangku kepentingan yang dimaksud antara lain pekerja, manajer, dan P2K3. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja kontrak seharusnya diberi kesempatan untuk berpartisipasi dengan cara memberikan masukan,informasi dalam proses pengelolaan bahaya (manajemen risiko).menurut peraturan pemerintah nomor 50 tentang penerapan SMK3 tahun 2012 pada pasal 9 ayat 2 disebutkan bahwa dalam menyusun rencana K3 harus melibatkan ahli K3, P2K3, wakil pekerja/buruh, dan pihak lain yang terkait di perusahaan. (6) Dari penjelasan SMK3 menunjukkan bahwa pekerja kontrak merupakan pihak yang seharusnya ikut dilibatkan dalam proses manajemen risiko. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan informan utama mengenai pihak-pihak yang harus dilibatkan dalam proses manajemen risiko masih belum sesuai dengan OHSAS 18001, SMK3, dan risk management guidelines companion to AS/NZS 4360:2004 maupun SKKNI.

2. Sikap mendalam informan utama berpendapat bahwa tukang tidak dapat berpartisipasi dalam manajemen risiko disebabkan karena pendidikannya yang masih rendah dan tukang merupakan pihak yang seharusnya diberi perintah dan melaksanakan perintah, bukan pihak yang memberi perintah. Sehingga informan utama beranggapan tidak perlu melibatkan pekerja kontrak dalam proses manajemen risiko. Namun berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan triangulasi petugas k3 pernah meminta masukan mengenai pengelolaan bahaya (manajemen risiko) walaupun hanya beberapa kali baik di dalam safety talk maupun di luar safety talk. Hal ini menunjukkan petugas k3 jarang berdiskusi maupun mengajak para pekerja kontrak untuk meminta masukan atau informasi kepada para pekerja kontrak mengenai manajemen risiko. Hal ini juga menunjukkan bahwa petugas k3 belum dapat menggunakan forum safety talk sebagai sarana untuk mengajak, menampung masukan dan informasi para pekerja kontrak terkait proses manajemen risiko. Sehingga menyebabkan ruang bagi pekerja 336 kontrak untuk berpartisipasi memberikan masukan semakin sedikit. Menurut SKKNI pada judul unit mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko k3, pada tabel identifikasi bahaya dan menilai risiko k3, pada kriteria unjuk kerja disebutkan dalam mengakses ke sumber informasi dan data untuk mengidentifikasi bahaya, masukan dimintakan dari pemangku kepentingan, personal kunci dan spesialis k3. Personel kunci yang dimaksud adalah personal yang terlibat dalam membuat keputusan k3 atau yang terkena dampak keputusan. Pekerja kontrak merupakan salahsatu pihak yang secara langsung terkena dampak keputusan kebijakan manajemen risiko yang telah ditetapkan. Dari penjelasan SMK3 pasal 9 ayat 2 dan SKKNI menunjukkan bahwa petugas k3 seharusnya memberikan kesempatan pada pekerja kontrak untuk berpartisipasi misalnya melakukan perundingan bersama pekerja kontrak untuk mendorong agar pekerja kontrak memberikan masukan dan informasi mengenai pengelolaan bahaya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap informan utama terhadap partisipasi pekerja kontrak masih belum sesuai dengan masih belum sesuai dengan OHSAS 18001, SMK3,

dan risk management guidelines companion to AS/NZS 4360:2004 maupun SKKNI. Analisis Faktor Pemungkin mendalam dengan informan utama didapatkan hasil bahwa informan utama telah memberikan first aid training, pelatihan body hardness, pelatihan tanggap darurat, pelatihan pemadam kebakaran serta mengadakan lomba k3 antar mandor. Sedangkan sosialisasi yang diberikan dalam safety talk antara lain sosialisasi penggunaan APD, dan potensi bahaya di proyek. Hal ini sudah sesuai dengan hasil wawancara mendalam dengan informan triangulasi. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan triangulasi didapatkan hasil bahwa selama bekerja di proyek isi materi sosialiasi safety talk yang di dapatkan antara lain mengenai ramburambu k3 yang ada di proyek, APD yang harus digunakan, pengarahan kebakaran, pengarahan mengenai bahaya pekerjaan di ketinggian, pengarahan mengenai potensi bahaya di proyek misalnya tertimpa benda jatuh, lubang-lubang, pengarahan mengenai larangan mengambil barang yang bukan miliknya, dan pengarahan 337 mengenai larangan berkelahi di tempat proyek. Berdasarkan hasil wawancara mendalam informan triangulasi berpendapat bahwa selama bekerja di proyek pelatihan yang pernah didapatkan antara lain pelatihan penggunaan body hardness, perlengkapan APD, tanggap darurat, dan pemadam kebakaran. tersebut dapat diketahui bahwa pekerja kontrak belum pernah mendapatkan materi sosialisasi mengenai pentingnya partisipasi pekerja kontrak untuk membantu perencanaan manajemen risiko bahaya di lingkungan kerja. Selama menyampaikan sosialisasi di safety talk, petugas k3 lebih sering menggunakan metode ceramah, sehingga komunikasi yang berjalan menjadi satu arah. Menurut SKKNI sektor ketenagakerjaan bidang keselamatan dan kesehatan kerja (2), pada judul unit partisipasi dalam proses konsultasi dan komunikasi k3 disebutkan pengaturan partisipasi dapat mencakup proses menginformasikan masalah K3 kepada pekerja dan pemangku kepentingan, mendapatkan masukan dan menawarkan kesempatan kepada para pemangku kepentingan untuk berpartisipasi

dalam mengambil keputusan tentang hal yang mengandung dampak K3 di tempat kerja. Pemangku kepentingan yang dimaksud antara lain pekerja, manajer, dan P2K3. Dari penjelasan SKNNI tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sosialisasi dan pelatihan yang diberikan petugas K3 belum sesuai dengan SKKNI karena petugas K3 belum pernah memberi materi sosialisasi maupun pelatihan mengenai pentingnya partisipasi pekerja kontrak dalam membantu menangani masalah K3 yaitu manajemen risiko. Hal ini untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan kesadaran para pekerja kontrak dalam berpartisipasi untuk memberikan masukan dan informasi dalam manajemen risiko. Analisis Faktor Penguat Kebijakan K3L, prosedur manajemen risiko, dan pembagian tanggung jawab, dan wewenang personil yang melaksanakan manajemen risiko yang ditetapkan oleh PT.X telah sesuai dengan OHSAS 18001, SMK3 dan handbook risk management guidelines companion to AS/NZS 4360:2004. mendalam informan utama 338 berpendapat bahwa tidak perlu dibuat prosedur pengendalian risiko yang mencantumkan kewajiban melibatkan pihak terkait dalam pelaksanaan manajemen risiko karena setiap pekerjaan dalam proyek berbedabeda. Menurut peraturan pemerintah nomor 12 tentang sistem manajemen Keselamatan tahun 2012, pada lampiran II, pada poin A kriteria audit SMK3, pada poin 6.1.3 disebutkan terdapat prosedur atau petunjuk kerja yang terdokumentasi untuk mengendalikan risiko yang teridentifikasi dan dibuat atas dasar masukan dari personil yang kompeten serta tenaga kerja yang terkait dan disahkan oleh orang yang berwenang di perusahaan. (6) Menurut SKKNI (2) Pada judul unit mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko k3, disebutkan dalam mengakses ke sumber informasi dan data untuk mengidentifikasi bahaya, masukan dimintakan dari pemangku kepentingan, personal kunci dan spesialis k3. Personel kunci yang dimaksud adalah personal yang terlibat dalam membuat keputusan k3 atau yang terkena dampak keputusan. Pekerja kontrak merupakan salahsatu pihak yang secara langsung terkena dampak keputusan kebijakan manajemen risiko yang telah

ditetapkan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa seharusnya petugas k3 membuat prosedur manajemen risiko yang dalam prosedur tersebut dicantumkan kewajiban untuk melibatkan pihak terkait dalam proses manajemen risiko. Berdasarkan observasi sudah terdapat rapat atau forum k3 yang melibatkan pekerja melalui safety talk. Namun belum terdapat notulensi rapat yang berisi pembahasan mengenai identifikasi penilaian dan pengendalian bahaya. Berdasarkan wawancara mendalam informan utama memberikan keterangan kepada peneliti bahwa setiap melaksanakan safety talk petugas k3 tidak sempat membuat notulensi, hal ini disebabkan jumlah petugas k3 yang hanya seorang. Menurut SKKNI (2) pada judul unit menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko, disebutkan catatan identifikasi bahaya dan proses pengendalian risiko dikembangkan dan dipelihara sesuai dengan tempat kerjanya. Menurut peraturan pemerintah nomor 12 tentang penerapan SMK3 tahun 2012, pada lampiran II, pada poin A kriteria audit SMK3, pada bagian keterlibatan dan konsultasi dengan tenaga kerja, pada poin 1.4.1 disebutkan bahwa keterlibatan dan penjadwalan 339 konsultasi tenaga kerja dengan wakil perusahaan didokumentasikan dan disebarluaskan ke seluruh tenaga kerja. (6) Dapat ditarik kesimpulan bahwa seharusnya petugas k3 mendokumentasikan atau membuat notulensi terhadap masukan dan informasi dari pihak terkait termasuk dari pekerja kontrak dalam proses pengendalian risiko. KESIMPULAN Berikut ini kesimpulan dari factor yang mempengaruhi peran petugas k3 dalam mendorong partisipasi pekerja kontrak dalam manajemen risiko: 1. Pengetahuan dan sikap petugas k3 mengenai pihak-pihak yang harus dilibatkan dalam manajemen risiko serta tahapan pelaksanaan manajemen risiko masih belum sesuai dengan OHSAS 18001, SMK3, dan risk management guidelines companion to AS/NZS 4360:2004 maupun SKKNI. Petugas k3 jarang berdiskusi dengan para pekerja kontrak untuk meminta masukan atau informasi kepada para pekerja kontrak mengenai manajemen risiko. Petugas k3 belum dapat menggunakan forum safety talk sebagai sarana untuk mengajak, menampung masukan dan

informasi para pekerja kontrak terkait proses manajemen risiko. Sehingga menyebabkan ruang bagi pekerja kontrak untuk berpartisipasi memberikan masukan semakin sedikit. 2. Petugas k3 telah memberikan sosialisasi mengenai potensi bahaya di proyek namun belum pernah memberikan materi sosialisasi maupun pelatihan mengenai pentingnya partisipasi pekerja kontrak untuk membantu perencanaan manajemen risiko bahaya di lingkungan kerja. Selama menyampaikan sosialisasi di safety talk, petugas k3 lebih sering menggunakan metode ceramah, sehingga komunikasi yang berjalan menjadi satu arah. 3. Kebijakan K3L, prosedur manajemen risiko, dan pembagian tanggung jawab, dan wewenang personil yang melaksanakan manajemen risiko yang ditetapkan oleh PT.X telah sesuai dengan OHSAS 18001, SMK3 dan handbook risk management guidelines companion to AS/NZS 4360:2004. Namun belum terdapat prosedur kerja yang terdokumentasi untuk membuat notulensi terhadap masukan dan 340 informasi dari pihak terkait dalam proses manajemen risiko. SARAN 1. Sebaiknya petugas k3 dalam forum safety talk lebih sering mengajak berdiskusi mengenai pengelolaan bahaya pada pekerja kontrak agar pekerja kontrak lebih aktif dalam berpartisipasi memberikan masukan dan informasi dalam proses manajemen risiko. 2. Sebaiknya membuat penjadwalan safety talk bagi setiap kelompok pekerja kontrak secara rutin untuk membahas manajemen risiko. 3. Saat melakukan safety talk sebaiknya menggunakan metode komunikasi dua arah seperti curah pendapat (brainstorming), dan kelompok-kelompok kecil (buzz grup). DAFTAR PUSTAKA 1. Kazutaka K. Roles of Participatory Action-oriented Programs in Promoting Safety and Health at Work. Saf Health Work, Vol. 3, No.6,September 2012: 156-165. 2. Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia sektor ketenagakerjaan bidang keselamatan dan kesehatan kerja. KEP 42/ MEN/ III/ 2008.

3. J.Moleong L. Metodologi Penelitian Kualitatif. Ketiga puluh satu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya; 2013. 4. Standards Association of Australia. Australian Standard/New Zealand Standard 4360:1999 Risk Mangement. Strathfield: Standards Association of Australia; 1999. 5. Standards Australia/Standards New Zealand. Handbook Risk Management Guidelines Companion to AS/NZS 4360:2004 Originated Amendment No. 1 (December 2005). Sydney: Standards Australia International Ltd; 2005. 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja. 341