BAB I PENDAHULUAN. pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tahunan rata-rata sebesar 5,6% (BPS 2015). Peningkatan pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu

BAB I PENDAHULUAN. persen ke depan, dibutuhkan investasi sekitar Rp Trilyun per tahun. Investasi

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund b. Panin Dana Maksima c. Trim Syariah Saham

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengusahakan agar pasar modal menjadi salah satu sektor kegiatan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan dimasa mendatang. Secara umum, investasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di suatu perusahaan. Perkembangan suatu pasar tentu saja

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melalui perusahaan investasi. Terdapat beberapa alasan seseorang me

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets

BAB I PENDAHULUAN. maka hal yang perlu dilakukan oleh calon investor adalah menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil (return) dan risiko (risk). Return merupakan hasil yang diperoleh dari

BAB V PENUTUP. reksa dana saham sampel periode Januari 2013 Desember 2015

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. investasi. Investasi adalah penundaan berbagai konsumsi hari ini, dengan tujuan

Pasar modal sebagai salah satu pilar perekonomian, yang menggambarkan. suatu Negara membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Pasar modal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. investor karena modal yang dibutuhkan tidak sebanyak yang berinvestasi pada

BAB I PENDAHULUAN. PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) merupakan anak perusahaan dari

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian untuk mengelola investasinya. Menurut Undang-Undang Republik

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara ekonomi terkuat di dunia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan di masa depan. Menurut Undang Undang No. 8 tentang Pasar Modal,

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar

BAB I PENDAHULUAN. Seorang investor individual ataupun investor institusi, manajer investasi (fund

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat atau investor masih banyak yang memiliki masalah dalam memilih

BAB I PENDAHULUAN. harus memikirkan cara untuk memenuhi kebutuhannya. Kondisi yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. 214,48%, begitu pula dengan Nilai Kapitalisasi BEI sebesar 274,16% (Kementrian Keuangan RI Bapepam-LK,2012).

BAB I PENDAHULUAN. bagi investor untuk menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dunia, khususnya perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa. memberikan keuntungan tertentu di masa yang akan datang.

I. PENDAHULUAN. Investasi adalah kegiatan penempatan uang atau dana dengan harapan untuk

I. PENDAHULUAN. tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin sadar akan kebutuhan untuk berinvestasi. Hal ini


BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan segmen pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. suku bunga menyebabkan pengembalian (return) yang diterima oleh investor pun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai analisis perbandingan kinerja reksadana saham, reksadana terproteksi, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sumber pembiayaan bagi perusahaan dan alternatif investasi bagi para. (Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2009).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang

BAB I PENDAHULUAN. rumah pribadi atau memiliki sebuah mobil mewah dan masih banyak tujuan

BAB I PENDAHULUAN. usia yang semakin lanjut. Hal ini juga dapat dikarenakan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. investasi mereka. Pada dasarnya investasi pada Reksa Dana bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir berkembang cukup dinamis. Kedinamisan tersebut salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (pihak yang membutuhkan dana) melalui penjualan saham, obligasi,

I. PENDAHULUAN. Reksa dana adalah wadah pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibedakan menjadi dua, yakni investasi pada aktiva riil seperti emas, perak,

MEMILIH INVESTASI REKSA DANA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih dari satu aset (asset) selama periode tertentu dengan harapan dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks sehingga memunculkan beragam alternatif dalam berinvestasi.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ekonomi nasional di Indonesia, sedangkan bagi masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27).

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tersedia berbagai pilihan instrumen investasi. Adanya alternatif instrumen

BAB I PENDAHULUAN. masa mendatang (Tandelilin, 2010:2). Proses investasi terlebih dahulu harus

BAB I PENDAHULUAN. Manusia, sadar atau tidak sadar, sejak lahir sudah mengenal. dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan atau memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu media yang mempertemukan antara

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain

BAB I PENDAHULUAN. ini menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)

I. PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian Indonesia yang masih belum stabil ini,

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, pasar modal mulai menunjukkan peranan penting

BAB IV PEMBAHAS AN. Padahal reksa dana syariah memiliki perkembangan yang cukup pesat, tercatat

Program Pelatihan Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana (WAPERD)

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja masing-masing unit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tandelilin (2001 : 3), investasi merupakan komitmen atas

BAB I PENDAHULUAN. merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current

INSTRUMEN INVESTASI BAGI PEMODAL YANG MEMILIKI DANA TERBATAS (INVESTOR INDIVIDUAL)

I. PENDAHULUAN. panjang seperti saham, obligasi, reksadana, instrumen derivatif dan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini membuktikan semakin berkembangnya dunia investasi yang kemudian

BAPPENAS, 2010 : 53 Tahun Investasi BAPPENAS, 2010 : 28

BAB I PENDAHULUAN. akibat inflasi di masa depan. Dari semua hal di atas, dapat disimpulkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan tersebut dan juga mengharapkan dana yang diinvestasikan akan


ANALISIS KINERJA REKSADANA PENDAPATAN TETAP DAN REKSADANA CAMPURAN PADA MANAJER INVESTASI TERBAIK TAHUN Oleh : Dedi Setia Ardi

EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN

ANALISIS KINERJA INVESTASI REKSADANA PADA PHILLIP SEKURITAS MANADO DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN

BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. Dalam pengukuran kinerja reksa dana saham dengan menggunakan ukuran Sharpe,

BAB I PENDAHULUAN. pada april 2009 menjadi Rp 1,857 triliun pada September 2009.

ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan kegiatan ekonomi beberapa cara yang dilakukan seperti

2015 ANALISIS KINERJA REKSA DANA SYARIAH CAMPURAN PERIODE : MENGGUNAKAN MODEL SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investor dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi saat ini atau di investasikan pada berbagai jenis pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Investasi adalah komitmen menanamkan aset saat ini untuk beberapa waktu yang akan datang agar mendapatkan penghasilan atas pengorbanan investor karena keterikatan asetnya pada waktu tertentu, adanya ketidaktentuan inflasi dan penghasilan di masa mendatang (Reily dan Keith, 2003 dikutip dari Duguleana et al, 2009, h.51). Berinvestasi pada pasar modal menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan investor. Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, pasar modal merupakan suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sumber dana pasar modal berasal dari perusahaan-perusahaan atau individu masyarakat yang mempunyai kelebihan dananya, kemudian dana tersebut diinvestasikan melalui pembelian instrumen pasar modal yang disebut sekuritas. Menurut Jogiyanto (2011, h.58), investor dapat melakukan investasi secara langsung (direct investment) maupun tidak langsung (indirect investment), 1

investasi langsung adalah investor dapat melakukan investasi dengan membeli langsung aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market), sedangkan investasi tidak langsung (indirect investment) merupakan investasi yang dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. Investasi tidak langsung dapat dilakukan dengan berinvestasi pada sekuritas pasar modal yaitu reksa dana. Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat (27), reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.48), reksa dana merupakan wadah yang berisi sekumpulan sekuritas yang dikelola oleh perusahaan investasi dan dibeli oleh investor. Sehingga dapat disimpulkan pengertian reksa dana adalah suatu wadah untuk menghimpun dana masyarakat kemudian diinvestasikan dalam portofolio/reksa dana yang dapat terdiri dari berbagai macam sekuritas jangka pendek di pasar uang maupun sekuritas jangka panjang seperi obligasi, saham, reksa dana dan derivatif oleh manajer investasi. Berdasarkan data BAPEPAM, industri reksa dana di Indonesia dimulai pada tahun 1996 dengan dana investasi sebesar Rp 2,78 Triliun. Pada bulan Juli 1997, jumlah reksa dana sebanyak 76 dan total aset sebesar Rp 8,3 Triliun. Pada tahun 1998, reksa dana mengalami penurunan sampai Rp 3 Triliun. Pada akhir tahun 1998, aset reksa dana turun lebih dari 250 %. Pada tahun 2000 terjadi peningkatan aset reksa dana, aset reksa dana sebesar 5,4 Triliun. Pada tahun 2002, aset reksa dana sebesar Rp 46,6 Triliun dengan jumlah reksa dana sebanyak 131 reksa dana. 2

Tahun 2003, total NAB reksa dana mencapai Rp 69,47 Triliun dengan jumlah reksa dana sebanyak 186 reksa dana. Pada tahun 2005 terdapat kebijakan peningkatan suku bunga Bank Indonesia, sehingga terjadi redemption besarbesaran dalam industri reksa dana karena suku bunga Bank Indonesia yang meningkat menyebabkan investor beralih ke industri reksa dana yang mempunyai return lebih tinggi dari Sertifikat Berharga Indonesia (SBI) (Mutiara, 2008, h.5). Pada akhir tahun 2009, jumlah reksa dana telah mencapai 610 dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) mencapai Rp 109 Triliun. Berdasarkan Tabel 1.1 kinerja reksa dana tahun 2008-2013 menunjukkan bahwa total NAB dan unit penyertaan reksa dana di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai tahun 2012. Tabel 1.1 Kinerja Reksa Dana Tahun 2008-2013 Tahun Bulan Total NAB Jumlah Unit yang Beredar 2008 73,259,964,417,955.20 60,837,794,453.64 2009 109,959,523,922,678.00 69,708,202,522.26 2010 139,096,653,052,739.00 81,464,548,528.77 2011 163,150,847,266,127.00 98,545,955,665.54 2012 182,797,476,134,098.00 113,263,337,849.98 2013 Januari 181,106,444,586,526.00 111,790,416,966.59 Februari 183,253,489,955,941.00 110,692,091,408.57 Maret 187,962,852,856,524.00 111,369,073,526.69 April 190,221,515,092,519.00 111,258,972,427.27 Mei 195,692,153,310,851.00 112,600,012,621.37 Juni 195,308,568,774,784.00 115,316,906,154.10 Juli 189,855,130,485,313.00 116,521,040,705.85 Agustus 182,770,013,318,723.00 119,341,037,094.87 September 184,979,245,988,323.00 119,092,323,513.55 Oktober 191,084,233,851,803.00 118,584,716,821.35 November 184,420,217,600,042.00 119,947,339,325.21 Desember 2013 185,497,908,210,020.00 120,300,726,429.06 Sumber: BAPEPAMlk, 2014 3

NAB (Triliun Rupiah) Berdasarkan Tabel 1.1 Kinerja Reksa Dana tahun 2008-2013 menunjukkan bahwa pada akhir tahun 2010, total NAB mengalami peningkatan sebesar 26 % dan total unit penyertaan mengalami peningkatan sebesar 16 %. Sedangkan ditahun 2011, total NAB hanya mengalami peningkatan sebesar 17 % dan total unit penyertaan meningkat 20.9 %. Presentase peningkatan total NAB dan total unit penyertaan, ditahun 2012 total NAB sebesar 12 % dan total unit penyertaan sebesar 14 %. Peningkatan total NAB dapat dilihat pada Gambar 1.1 total NAB dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, menunjukan bahwa kinerja reksa dana semakin mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai tahun 2013. Gambar 1.1 Total NAB Tahun 2008-2013. 200 160 21.5 % 120 80 40 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun Sumber: BAPEPAMlk, 2014 Menurut Eduardus Tandelilin (2010, h.49), reksa dana yang ditawarkan dapat dikelompokkan ke dalam lima jenis yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana campuran dan reksa dana terproteksi. Investor dapat memilih jenis reksa dana sesuai dengan tujuan investasi 4

masing-masing investor. Berdasarkan Gambar 1.2 menunjukkan bahwa jenis reksa dana konvensional di Indonesia yang memiliki alokasi dana reksa dana terbesar pada Desember 2013 adalah reksa dana saham sebesar 37 %. Gambar 1.2 Alokasi dana reksa dana Desember 2013 Syariah 1% ETF 4% Penyertaan Terbatas 13% Pendapatan Tetap 13% Terproteksi 18% Campuran 9% Saham 37% Pasar Uang 5% Sumber: Investor (2014), h.40 Berdasarkan Gambar 1.2 menunjukkan bahwa masyarakat tertarik melakukan investasi pada reksa dana yang return tinggi tetapi harus menanggung risiko lebih tinggi dibanding reksa dana jenis lainnya. Pada umumnya, investor memilih reksa dana dengan mengukur dan mengevaluasi kinerja reksa dana agar mendapatkan return sesuai dengan harapan investor. Pemodal biasanya mengacu pada seberapa besar return yang dihasilkan oleh produk reksa dana yang dibelinya, namun pemodal sebaiknya juga memperhatikan risiko yang akan ditanggung dan kredibilitas dari manajer investasi. Sehingga pengukuran kinerja reksa dana dapat dilakukan dengan menghitung return, risiko dan menganalisis kemampuan manajer investasi dalam mengelola reksa dana. Akan tetapi sebelum 5

mengukur dan mengevaluasi kinerja reksa dana, investor memilih jenis reksa dana berdasarkan tingkat preferensi investor terhadap return dan risiko. Gambar 1.3 Jenis reksa dana berdasarkan tingkat return dan risiko yang diperoleh. Return Higher Lower Equity Funds Balance Funds Fixed Income Funds Money Market Funds Lower Higher Sumber: Jones (2004) h. 98 Risk Gambar 1.3 menunjukkan bahwa reksa dana saham merupakan jenis reksa dana yang menghasilkan return tinggi, akan tetapi risikonya juga tinggi. Berdasarkan data BAPEPAM, pada tahun 2009 (pasca krisis tahun 2008), reksa dana berhasil mengungguli performa IHSG. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan NAB seluruh reksa dana pada bulan Oktober 2008-2009 sebesar 61 %, dari NAB bulan oktober sebesar Rp 66.218 Miliar menjadi Rp 106.638 Miliar. Padahal IHSG hanya mengalami peningkatan return indeks pasar (IHSG) sebesar 39 %, dari Rp 1766 menjadi Rp 2467. Evaluasi kinerja portofolio akan memungkinkan mengidentifikasi portofolio yang telah terbentuk memberikan tingkat return yang relatif lebih tinggi dibandingkan return portofolio lainnya dan apakah return tersebut juga sesuai dengan tingkat risiko yang di tanggung (Tandelilin, 2010, h.488). Investor dapat mengetahui kinerja reksa dana dengan membandingkan kinerja reksa dana yang 6

diinvestasikan dengan kinerja reksa dana pasar, menggunakan metode risk adjusted method yaitu Metode Treynor, Jensen dan Marcus (Husnan, 2005, h.203). Penilaian kemampuan manajer investasi dengan menganalisis variabel stock selection skill dan market timing manajer investasi yang menjadi pertimbangan untuk investor dalam berinvestasi. Stock selection skill merupakan kemampuan manajer portofolio dalam memilih sekuritas yang tepat, memilih sekuritas yang diekspektasikan akan memberikan kontribusi return tinggi (Baker, Litov, dan Wurgler, 2009). Sedangkan market timing ability merupakan ukuran kemampuan manajer portofolio dalam hal antisipasi terhadap perubahan pasar, apabila pasar akan menurun maka manajer mengubah komposisi portofolio yang dikelolanya ke sekuritas yang lebih rendah volatilitasnya dan begitu pula sebaliknya (Baker, Litov, dan Wurgler, 2009). Beberapa penelitian mengenai pengukuran kinerja reksa dana menggunakan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen serta mengenai kemampuan market timing dan stock selection telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Kaur (2013) pada penelitiannya berjudul Performance, timing and selectivity skills of Indian equity mutual fund bertujuan mengevaluasi kinerja reksa dana, kemampuan manajer investasi dalam hal market timing dan stock selection pada reksa dana di India yang dilakukkan selama periode 2008 sampai tahun 2010. Penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata reksa dana memiliki kinerja yang lebih unggul dibandingkan kinerja pasar dan sepuluh ekuitas reksa dana di India untuk periode 2008-2010 menunjukkan bahwa ada alpha positif yang signifikan pada reksa dana 7

di India. Jadi beberapa manajer investasi reksa dana yang dijadikan sampel memiliki kemampuan market timing dan stock selection. Penelitian yang dilakukan oleh Budi Frensidy dan Assan Ivana tahun 2010 berjudul The performance and the rangking of equity fund in Indonesia for the period 2007-2009 using risk adjusted returns, stock selection and market timing capabilities bertujuan untuk menganalisis kinerja reksa dana saham di Indonesia dengan memperhatikan kemampuan market timing dan stock selection manajer investasi yang dilakukan dari Januari 2007 sampai Desember 2009. Hasilnya secara statistik, peneliti tidak menemukan kemampuan market timing dan stock selection manajer investasi yang signifikan. Investor dapat meminimumkan risiko tanpa harus mengurangi return yang diterima, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan diversifikasi risiko. Kemampuan untuk diversifikasi portofolio di berbagai saham mengarah ke pembagian risiko yang efisien. Diversifikasi memungkinkan investor untuk mengurangi risiko-risiko yang tidak memberikan kompensasi tanpa mengorbankan return yang diharapkan. Rao, Shrivastava dan Ramachandra (2005) melakukan penelitian berjudul Single and Multi-Criteria Ranking of Mutual Fund Schemes pada reksa dana saham di India pada periode 1997-2000 dan 2001-2003 dengan sampel sebanyak 21 reksa dana saham. Hasilnya menunjukkan bahwa test of concordance Kendall s W yang signifikan, karena Chi-square hitung lebih besar dibandingkan Chi-square Tabel dan nilai concordance Kendall s W lebih besar dari 0,50. Implikasinya terdapat konsistensi 8

rangking kinerja reksa dana menggunakan Metode Sharpe, Treynor, Jensen berarti reksa dana saham di Indonesia telah terdiversifikasi dengan baik. Sehingga dilakukan penelitian mengenai kinerja reksa dana saham periode pasca krisis karena peneliti ingin menjelaskan kepada investor atau pelaku pasar modal mengenai kinerja reksa dana saham, konsistensi hasil pengukuran kinerja reksadana saham dan menunjukkan analisis kemampuan market timing, stock selection pada manajer reksa dana saham di Indonesia. Melalui hasil penelitian ini diharapkan investor dapat menggunakannya sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan pengambilan keputusan memilih investasi pada reksa dana saham. Penelitian yang dilakukan berjudul Analisis Konsistensi Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia dan Kemampuan Manajer Investasi dalam Hal Market Timing serta Stock Selection 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, masalah diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah kinerja reksa dana saham di Indonesia berbeda dengan kinerja tolok ukur pasar yaitu IHSG? 2. Apakah terdapat konsistensi kinerja reksa dana saham di Indonesia apabila pengukuran kinerja reksa dana dilakukan menggunakan Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen? 3. Apakah manajer investasi memiliki kemampuan dalam hal market timing pada reksa dana saham di Indonesia? 9

4. Apakah manajer investasi memiliki kemampuan dalam hal stock selection pada reksa dana saham di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengevaluasi dan Menganalisis kinerja reksa dana saham di Indonesia dibandingkan dengan tolok ukur pasar. 2. Menganalisis konsistensi kinerja reksa dana saham di Indonesia apabila pengukuran kinerja reksa dana dilakukan menggunakan Indeks Sharpe, Treynor dan Jensen. 3. Menganalisis kemampuan manajer investasi reksa dana saham di Indonesia dalam hal market timing. 4. Menganalisis kemampuan manajer investasi reksa dana saham di Indonesia dalam hal stock selection. 1.4 Batasan Penelitian Penelitian ini hanya meneliti dengan lingkup sesuai dengan topik sehingga penelitian ini dibatasi dengan meneliti reksa dana saham yang telah terdaftar dan aktif di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) serta memiliki data historis NAB bulanan per unit yang lengkap dalam periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Peneliti menggunakan periode pengamatan selama lima tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dengan benchmark IHSG. 10

1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Praktisi Memberikan hasil evaluasi dan hasil analisis kepada investor atau pelaku pasar modal mengenai kinerja reksa dana saham, konsistensi kinerja reksa dana saham dan kemampuan market timing dan stock selection pada manajer investasi reksa dana saham di Indonesia. Melalui hasil penelitian ini diharapkan investor dapat menggunakannya sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan pengambilan keputusan memilih investasi pada reksa dana saham di Indonesia. 2. Manfaat Bagi Akademisi Memberikan informasi tambahan dan memberikan pengetahuan yang dapat dikembangkan bagi akademisi mengenai kinerja reksa dana saham, konsistensi kinerja reksa dana saham dan kemampuan market timing dan stock selection pada manajer investasi reksa dana saham di Indonesia. 1.6 Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori yang mencakup pemahaman teoritis, penelitianpenelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan kerangka penelitian. 11

BAB III : Metode penelitian, terdiri dari pemilihan sampel penelitian, sumber dan jenis data dan metode pengolahan data. BAB IV : Analisis Data, yang berisi hasil pengolahan data dan intrepretasinya. BAB V : Kesimpulan, yang berisi kesimpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran. 12