L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

IDENTIFIKASI MODEL KURVA PERTUMBUHAN BERDASARKAN UKURAN- UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL UMUR 1 6 BULAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: mengukur diameter lingkar dada domba

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

Penyimpangan Bobot Badan dengan Rumus Winter Alfi Fauziah

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

POLA PERTUMBUHAN KAMBING JAWARANDU BETINA DI KABUPATEN REMBANG (Growth Pattern of Female Jawarandu Goat in Rembang Regency)

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Ir. Sri Rahayu, MSi. Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc.

KARAKTERISTIK FISIK DAN PERFORMA PRODUKSI INDUK DOMBA PRIANGAN DI KECAMATAN BANYURESMI KABUPATEN GARUT

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

PENAKSIRAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA DAN PANJANG BADAN DOMBA DONGGALA

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April-Mei 2015 di Kecamatan

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

MATERI DAN METODE. Prosedur

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea ( 5 Agustus 2011)

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah transaksi domba antara pengepul atau pembeli

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Seleksi Awal Performa Calon Bibit Domba Garut Anisa Pusparini

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

HUBUNGAN ANTARA SKALA TORSO DENGAN BOBOT HIDUP KAMBING 1

DINAMIKA REKASATWA, Vol. 2 No. 2, 21 Agustus 2017 HUBUNGAN KARAKTER KUANTITATIF UKURAN TUBUH PADA BERBAGAI BANGSA PEJANTAN KELINCI ABSTRAK

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin

METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

POLA PERTUMBUHAN DAN KORELASI UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL KOTA PADANG SUMATERA BARAT PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

ABSTRACT ESTIMATE OF BODY WEIGHT FIGHTING AND MEAT GARUT SHEEP AND CROSSBREED WITH MERFOMETRIC ANALYSIS APPROACH

POLA PERTUMBUHAN BERDASARKAN BOBOT BADAN DAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA LOKAL DI UNIT PENDIDIKAN DAN PENELITIAN PETERNAKAN JONGGOL (UP3J)

STUDI KERAGAMAN FENOTIPIK DAN JARAK GENETIK ANTAR DOMBA GARUT DI BPPTD MARGAWATI, KECAMATAN WANARAJA DAN KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang mengikuti perlombaan

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Nahl B. Dirgareindo

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan...Muhammad Iqbal

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

IDENTIFIKASI BOBOT BADAN DAN UKURAN-UKURAN TUBUH DOMBA WONOSOBO BETINA PADA KELOMPOK PETERNAK DI KECAMATAN KEJAJAR KABUPATEN WONOSOBO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah betina dewasa di Kabupaten Klaten

Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura. Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

Yogyakarta 2 Departmen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

Pengukuran Sifat Kuantitatif...Fachri Bachrul Ichsan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Tinggi Pundak dan Panjang badan dengan panjang langkah Trot kuda delman.

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KECAMATAN CIBADAK DAN SAJIRA KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN SKRIPSI SAROJI

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Garut

METODE. Materi. Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kambing Peranakan Etawah yang Diamati Kondisi Gigi. Jantan Betina Jantan Betina

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kosong (empty body weight). Ternak telah berpuasa sejak diberi makan pada sehari

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

KARAKTERISTIK FENOTIP SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KAMBING KACANG DI KABUPATEN MUNA BARAT. ABSTRAK

POLA PERTUMBUHAN KAMBING KACANG JANTAN DI KABUPATEN GROBOGAN (The Growth Pattern of Kacang Goat Bucks in Grobogan District)

Transkripsi:

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1 PERSAMAAN LAJU PERTUMBUHAN DOMBA LOKAL JANTAN DAN BETINA UMUR 1-12 BULAN YANG DITINJAU DARI PANJANG BADAN DAN TINGGI PUNDAK (Kasus Peternakan Domba Di Kampung Nenggeng, Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat) GROWTH RATE EQUATION VIEWED FROM BODY LENGTH AND SHOULDER HEIGHT OF MALE AND FEMALE LOCAL SHEEP AGES 1-12 MONTHS (Case at Sheep Farm in Nenggeng Village, Darangdan Sub-district, Purwakarta District, West Java Province) Handi Subhandiawan*, Sri Bandiati Komar**, dan Nono Suwarno** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail : handisubhandiawan@gmail.com Abstrak Penelitian mengenai, Persamaan Laju Pertumbuhan Domba Lokal Jantan dan Betina Umur 1-12 Bulan yang Ditinjau dari Panjang Badan dan Tinggi Pundak (Kasus Peternakan Domba di Kampung Nenggeng, Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat) telah dilakukan pada tanggal 10-24 Juni 2016. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui persamaan dan hubungan dari pertambahan bobot badan jantan dan betina umur 1-12 bulan terhadap pertambahan panjang badan dan tinggi pundak domba lokal jantan dan betina. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan analisis korelasi dan regresi linier berganda. Ternak yang digunakan sebanyak 15 ekor domba lokal jantan dan 15 ekor domba lokal betina. Hasil penelitian diperoleh bahwa korelasi antara pertambahan bobot badan dengan pertambahan tinggi pundak dan pertambahan panjang badan pada domba lokal jantan dan betina secara berturut-turut adalah 0,004; 0,029 (P>0,05) dan 0,010; 0,071 (P>0,05). Hasil analisis regresi berganda diperoleh persamaan regresi antara pertambahan bobot badan terhadap pertambahaan panjang badan dan pertambahan tinggi pundak pada domba lokal jantan Ŷ = 2,142 + 0,060X 1 0,045X 2 dengan koefisien determinasi sebesar 0,002; domba lokal betina Ŷ = 1,862 + 0,127X 1 0,076X 2 dengan koefisien determinasi sebesar 0,010. Disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang lemah antara pertambahan panjang badan dan pertambahan tinggi pundak terhadap pertambahan bobot badan. Kata Kunci: Domba lokal, pertambahan bobot badan, pertambahan panjang badan, pertambahan tinggi pundak. Abstract A research on Growth Rate Equation Viewed from Body Length and Shoulder Height of Male and Female Local Sheep Ages 1-12 Months had been carried out on June, 2016. The purpose of this research were to determine the equation and the correlation between increase of body length and increase of shoulder height on growth weight. The research method was descriptive and the data was analized using correlation and

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 2 regression of 30 local sheep, consist of 15 heads of male and 15 heads of female from 1-12 months. The result showed the correlation between increase of shoulder height and increase of body length on growth weight of male and female local sheep repeatedly are : 0.004; 0.029 (α >0.05) and 0.010; 0.071 (α >0.05). The equation for regression analysis between increase of body length and increase of shoulder height on growth weight of male local sheep: (1) Ŷ = 2.142 + 0.060X 1 0.045X 2 R 2 = 0.002; female local sheep Ŷ = 1.862 + 0.127X 1 0.076X 2, R 2 = 0.010. Conclusion, the quality of correlation between increase of body length and increase of shoulder height on growth weight was very low. Key Words: Local Sheep, growth weight, increase of body length, increase of shoulder height 1. PENDAHULUAN Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi dan konsumsi daging domba yang semakin meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik (2009) yang menyatakan bahwa populasi domba di Indonesia berkisar 9.514.000 ekor pada tahun 2007, sebesar 10.199.000 ekor pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 10.392.000 ekor domba pada tahun 2010. Indonesia merupakan negara yang cukup banyak memiliki jenis domba yang tersebar di beberapa wilayah, antara lain domba ekor tipis, domba garut, domba donggala, domba ekor gemuk. Cukup banyaknya jenis domba yang ada di Indonesia menandakan tingginya potensi untuk peningkatan produksi daging dengan tujuan peningkatan konsumsi protein hewani di masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya usaha peningkatan yang lebih maksimal dalam hal budidaya dan mutu genetik dari domba. Salah satu bangsa ternak domba yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah domba lokal yang berada di Kampung Nenggeng, Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Pertumbuhan adalah ciri dari suatu makhluk hidup. Pada ternak domba lokal yang dimanfaatkan sebagai domba pedaging, pertambahan panjang badan dan tinggi pundak menjadi perhatian utama untuk kuantitas dan kualitas daging. Panjang badan dan tinggi pundak dapat dijadikan penilaian dalam menentukan performa dari suatu ternak.

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 3 Semakin panjang tubuh ternak maka akan semakin banyak bagian dari tubuh ternak tersebut yang dapat diisi oleh bagian perototan atau perdagingan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, salah satunya adalah jenis kelamin. Berdasarkan pada temuan dilapangan didapatkan bahwa domba yang berjenis kelamin jantan cenderung akan lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan domba berjenis kelamin betina. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan sistem hormonal. Laju pertumbuhan dapat memperlihatkan periode pertumbuhan cepat dan periode pertumbuhan lambat dilihat dari selisih pertambahan bobot badan dari tiap waktu pengukuran. Oleh karena itu, dengan mengetahui laju pertumbuhan akan membantu manajemen pemeliharaan dan menentukan waktu panen yang tepat. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, identifikasi terhadap laju pertumbuhan domba lokal perlu dilakukan guna menambah informasi mengenai pertumbuhan panjang badan dan tinggi pundak pada domba tersebut. 2. METODE PENELITIAN Metode Penelitian ini menggunakan metode survey yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil yang ditentukan berdasarkan umur domba jantan dan betina yang berumur sampai dengan 12 bulan dengan recording data yang lengkap. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan metode Deskriptif Analitik. Metode Deskriptif Analitik adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia atau ternak, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nasir, 1988). Tujuan dari metode penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang diselidiki. Pengukuran Ukuran-ukuran Tubuh Pengukuran Panjang Badan Panjang badan diukur menggunakan pita ukur (cm) mulai dari tepi tulang processus spinosus bagian vetebra thoracalis tertinggi sampai benjolan tulang tapis

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 4 (tulang duduk /os ischium). Pengukuran Tinggi Pundak Tinggi pundak diukur menggunakan tongkat ukur (cm) mulai dari titik tertinggi pundak sampai tanah. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Bobot Badan (BB) dengan satuan kilogram (kg) 2. Tinggi pundak (TP) dengan satuan centimeter (cm) 3. Panjang badan (PB) dengan satuan centimeter (cm) Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis data yang digunakan adalah analisis statistika deskriptif. Semua data yang diperoleh kemudian diolah untuk mendapatkan nilai rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, nilai minimum, dan nilai maksimum. Analisis Korelasi Koefisien korelasi antara variabel dapat dihitung dengan metode korelasi dengan rumus (Sudjana, 2006): r = t hit Keterangan: r = Koefisien Korelasi n = Jumlah data xi = Variabel 1 yi = Variabel 2 Analisis Regresi Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis menggunakan prosedur analisis regresi. Persamaan regresi yang dipakai berdasarkan nilai koefisien determinasi (R 2 ) terbesar dengan standar error terkecil.

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 5 Analisis regresi akan dilakukan apabila jumlah variabel bebasnya minimal dua (Sugiono, 2005). Persamaan regresi linier berganda (Sugiarto, 2006): Ŷ = + 1X 1 + 2X 2 +... + nx n + i Keterangan: X 1, X 2,...,X n = Himpunan variabel kontrol (variabel independen) dan = Parameter yang nilainya tidak diketahui, sehingga diduga menggunakan statistik populasi. = Komponen sisaan yang tidak diketahui nilainya (acak) I Koefisien Determinasi Keterangan: R 2 = Koefisien Determinasi (%) R 2 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Penelitian Jumlah domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 ekor yang terdiri dari 15 ekor domba jantan dan 15 ekor domba betina. Domba tersebut merupakan domba yang lahir pada tahun 2014 dan 2015. Domba dengan kelahiran tunggal sebanyak 11 ekor, 19 ekor merupakan domba dengan tipe kelahiran kembar, dengan jumlah kelahiran kembar dua sebanyak 16 ekor, dan domba hasil kelahiran kembar tiga sebanyak 3 ekor. Hal ini merupakan bukti dari tingginya sifat profilik pada domba lokal. Laju Pertumbuhan Bobot Badan Hasil rataan pertambahan bobot badan domba lokal di desa Nenggeng dari bulan ke bulan dan jenis kelamin yang berbeda pada penelitian ini disajikan pada Rata-rata pertambahan bobot badan domba lokal jantan dan betina selama 12 bulan secara berturut-turut adalah 2,13 kg dan 1,90 kg. Hal ini sesuai dengan pernyataan Diwyanto (1982) dalam penelitiaanya mengenai domba priangan, yang menyatakan bahwa pertambahan bobot badan domba Priangan jantan lebih besar dibandingkan dengan domba betina. Pertambahan bobot badan pada bulan pertama (bulan ke 1) terlihat jauh berbeda antara domba jantan dan betina. Domba dengan jenis kelamin jantan bertambah

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 6 4,39 kg dari bobot lahir dan domba dengan jenis kelamin betina hanya bertambah 2,85 kg dari bobot lahir. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: hormon, dan kesehatan ternak domba. Pada bulan pertama merupakan titik maksimum pertambahan bobot badan pada domba lokal di desa Nenggeng. Pada bulan keempat terlihat adanya penurunan dari laju pertambahan bobot badan domba baik jantan ataupun betina. Pada bulan kelima dan keenam terjadi peningkatan kembali dan pada bulan ketujuh hingga bulan keduabelas terjadi pertambahan bobot badan yang bersifat fluktuatif untuk domba betina, sementara untuk domba jantan pada bulan ketujuh hingga bulan kesembilan terjadi pertambahan yang menurun, dan pada bulan ke kesembilan hingga bulan keduabelas terjadi peningkatan pertambahan bobot badan yang meningkat namun tidak terlalu signifikan. Domba muda mencapai 75% bobot dewasa pada umur satu tahun dan 25% lagi enam bulan kemudian yaitu pada umur 18 bulan, dengan pakan seseai dengan kebutuhannya. Pada bulan pertama, pertumbuhan sangat cepat terutama beberapa bulan setelah lahir, 50% dicapai pada tiga bulan pertama, 25% lagi pada tiga bulan kedua dan 25% berikutnya dicapai dalam 6 bulan terakhir (Herman, 2003 dalam Suryantoro, 2010). Gambar 1. Grafik Pertambahan Bobot Badan Domba Lokal BULAN

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 7 Laju Pertumbuhan Panjang Badan Panjang badan merupakan bagian dari tubuh domba yang ukurannya cukup berpengaruh terhadap bobot badan. Hasil rataan pertambahan panjang badan domba lokal di desa Nenggeng dari bulan ke bulan dan jenis kelamin yang berbeda pada penelitian ini disajikan pada grafik pertambahan bobot badan disajikan dalam Gambar 2. Rata-rata pertambahan panjang badan domba lokal jantan dan betina selama 12 bulan secara berturut-turut adalah 2,52 cm dan 2,41 cm. Pertambahan panjang badan tertinggi terjadi pada bulan kedua yaitu sebesar 5,33 cm untuk jantan dan 4,45 cm untuk betina. Gambar 2. Grafik Pertambahan Panjang Badan Domba Lokal Pertambahan panjang badan paling rendah pada domba jantan terjadi pada bulan kedelapan dengan nilai pertambahan sebesar 1,69 cm, sedangkan pada domba betina pertumbuhan paling rendah terjadi pada bulan kesembilan dengan nilai pertambahan sebesar 1,81 cm. Perbedaan waktu pertumbuhan panjang badan antara jenis kelamin ini diduga disebabkan oleh aktifitas hormon pada domba betina di umur kesembilan dan domba jantan pada umur bulan kedelapan.

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 8 Laju Pertumbuhan Tinggi Pundak Tinggi pundak merupakan perpaduan antara ukuran tulang kaki dan dalam dada. Hewan yang mempunyai dimensi tulang kaki yang besar cenderung tumbuh lebih cepat dan menghasilkan daging yang lebih banyak dibandingkan hewan yang berkaki kecil (Utami, 2008). Hasil rataan pertambahan tinggi pundak domba lokal di desa Nenggeng dari bulan ke bulan dan jenis kelamin yang berbeda pada penelitian ini disajikan pada grafik pertambahan bobot badan disajikan dalam Gambar 3. Rata-rata pertambahan tinggi pundak domba lokal jantan dan betina selama 12 bulan secara berturut-turut adalah 1,82 cm dan 1,64 cm. Pertambahan tinggi pundak tertinggi terjadi pada bulan kedua yaitu sebesar 4,27 cm untuk jantan dan 3,60 cm untuk betina. Hal tersebut terjadi karena pada umur tersebut domba masih dalam proses pertumbuhan. Selama pertumbuhan, tulang tumbuh secara kontinyu dengan kadar laju pertumbuhan yang relatif lambat, sehingga rasio otot dengan tulang meningkat selama pertumbuhan (Soeparno, 2005). Pertambahan tinggi pundak paling rendah pada domba jantan terjadi pada bulan kelima dengan nilai pertambahan sebesar 0,80 cm, sedangkan pada domba betina terjadi pada bulan kesembilan sebesar 0,93 cm. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan respon terhadap lingkungan. Perbedaan respon ini menyebabkan adanya perbedaan kadar laju pertumbuhan. Faktor jenis kelamin, hormon, dan kastrasi serta genotip juga mempengaruhi pertumbuhan (Suryantoro, 2010). Gambar 3. Grafik Pertambahan Tinggi Pundak Domba Lokal

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 9 Korelasi Antara Pertambahan Bobot Badan dengan Pertambahan Panjang Badan dan Pertambahan Tinggi Pundak Koefisien korelasi antara pertambahan panjang badan dan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan domba lokal jantan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Korelasi dan Signifikansi antara Pertambahan Bobot Badan dengan Pertambahan Panjang Badan dan Tinggi Pundak Domba Lokal Jantan Uraian PPBJ PTPJ PBBJ Korelasi Pearson 0,004 0,029 Sig. (2-tailed) 0,496 0,467 N 11 11 Keterangan: PBBJ = Pertambahan Bobot Badan Jantan PPBJ = Pertambahan Panjang Badan Jantan PTPJ = Pertambahan Tinggi Pundak Jantan Tabel 8 menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara Pertambahan bobot badan dengan Pertambahan panjang badan dan Pertambahan tinggi pundak berturut-turut adalah 0,004 dan 0,029. Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Doho (1994) tinggi pundak, lingkar dada dan panjang badan memiliki korelasi positif dengan bobot badan pada domba Ekor Gemuk, masing-masing sebesar 0,65; 0,78; 0,65. Hanibal, (2008) juga melaporkan bahwa lingkar dada dan panjang badan berkorelasi positif terhadap bobot badan domba silangan Lokal Garut jantan pada kelompok Cikadu dengan elastisitas sebesar 0,89 dan 0,70. Koefisien korelasi tersebut termasuk kategori lemah untuk pertambahan panjang badan terhadap pertambahan bobot badan, serta pertambahan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan. Hal ini dapat dilihat dengan tingkat keeratan hubungan antara dua variabel yang dikelompokan kedalam: lemah (0,1-<0,25); sedang (0,25-< 0,5); kuat (0,5-1) menurut Warwick, dkk. (1995).Koefisien korelasi antara pertambahan panjang badan dan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan domba lokal betina dapat dilihat pada Tabel 2.

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 10 Tabel 2. Nilai Korelasi dan Signifikansi antara Pertambahan Bobot Badan dengan Pertambahan Panjang Badan dan Tinggi Pundak Domba Lokal Betina Uraian PPBB PTPB PBBB Korelasi Pearson 0,010 0,071 Sig. (2-tailed) 0,488 0,418 N 11 11 Keterangan: PBBB = Pertambahan Bobot Badan Betina PPBB = Pertambahan Panjang Badan Betina PTPB = Pertambahan Tinggi Pundak Betina Tabel 2 menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara Pertambahan bobot badan dengan Pertambahan panjang badan dan Pertambahan tinggi pundak berturut-turut adalah 0,010 dan 0,071. Koefisien korelasi tersebut termasuk kategori lemah untuk pertambahan panjang badan terhadap pertambahan bobot badan, serta pertambahan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan. Hal ini dapat dilihat dengan tingkat keeratan hubungan antara dua variabel yang dikelompokan kedalam: lemah (0,1-<0,25); sedang (0,25-< 0,5); kuat (0,5-1) menurut Warwick, dkk. (1995). Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai signifikansi koefisien korelasi antara pertambahan bobot badan dengan pertambahan panjang badan, serta pertambahan bobot badan dengan pertambahan tinggi pundak memiliki memiliki nilai probabilitas lebih dari 0,05 (p>0,05). Sehingga disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut tidak signifikan. Hubungan Antara Panjang Badan dan Tinggi Pundak Terhadap Pertambahan Bobot Badan Domba Lokal Jantan Hasil analisis regresi linear berganda hubungan antara pertambahan panjang badan dan pertambahan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan diperoleh persamaan regresi dugaan sebagai berikut: Ŷ = 2,142 + 0,060X 1 0,045X 2, dengan X 1 dan X 2 secara berturut-turut adalah pertambahan tinggi pundak dan pertambahan panjang badan domba lokal jantan. Pada persamaan regresi menunjukan nilai yang negatif untuk panjang badan dan nilai positif untuk tinggi pundak. Hal tersebut dapat diartikan bahwa panjang badan memiliki hubungan yang negatif dengan pertambahan

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 11 panjang badan, sedangkan pertambahan tinggi pundak adalah sebaliknya memiliki hubungan yang positif dengan pertambahan bobot badan pada domba lokal jantan. Koefisien determinasi berganda (R 2 /R square) digunakan untuk mengetahui sumbangan pengaruh variabel bebas terhadap variable terikat. Nilai koefisien determinasi dari pertambahan panjang badan dan tinggi pundak terhadap pertambahan bobot badan adalah sebesar 0,002 atau 0,2% artinya pengaruh X 1 dan X 2 secara bersama-sama terhadap Y adalah sebesar 0,2% dengan sisa 99,8% ditentukan oleh faktor-faktor lainnya diluar X 1 dan X 2 terhadap Y. Model tersebut dapat dijadikan model untuk menunjukan hubungan antara pertambahan panjang badan dan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan domba lokal jantan, karena pengaruh pertambahan panjang badan (X 1 ) dan pertambahan tinggi pundak (X 2 ) terhadap pertambahan bobot badan (Y) bernilai cukup tinggi yaitu 0,2%. Faktor-faktor lain sebesar 99,8% menunjukan adanya pengaruh lain yang lebih menunjang terhadap pertambahan bobot badan. Faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh adalah pertambahan dari ukuran bagian-bagian lain dari tubuh domba, seperti lingkar dada, dalam dada, lebar dada, tinggi pinggul, lebar pinggul, dan panjang pinggul diperkirakan memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan meskipun kecil. Hubungan Antara Panjang Badan dan Tinggi Pundak Terhadap Pertambahan Bobot Badan Domba Lokal Betina Hasil analisis regresi linear berganda hubungan antara pertambahan panjang badan dan pertambahan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan diperoleh persamaan regresi dugaan sebagai berikut: Ŷ = 1,862 + 0,127X 1 0,076X 2, dengan X 1 dan X 2 secara berturut-turut adalah pertambahan tinggi pundak dan pertambahan panjang badan domba lokal betina. Pada persamaan regresi menunjukan nilai yang positif untuk tinggi pundak dan nilai negatif untuk panjang badan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa panjang badan memiliki hubungan yang negatif dengan pertambahan panjang badan, sedangkan tinggi pundak adalah sebaliknya pada domba lokal betina.

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 12 Koefisien determinasi berganda (R 2 /R square) digunakan untuk mengetahui sumbangan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dari pertambahan panjang badan dan tinggi pundak terhadap pertambahan bobot badan sebesar 0,010 atau 1% artinya pengaruh X 1 dan X 2 secara bersama-sama terhadap Y adalah sebesar 1% dengan sisa 99% ditentukan oleh faktor-faktor lainnya diluar X 1 dan X 2 terhadap Y. Model tersebut dapat dijadikan model untuk menunjukan hubungan antara pertambahan panjang badan dan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan domba lokal betina. Pengaruh pertambahan tinggi pundak (X 1 ) dan pertambahan panjang badan (X 2 ) terhadap pertambahan bobot badan (Y) bernilai sedang yaitu 1%. Faktor-faktor lain sebesar 99% menunjukan adanya pengaruh lain yang lebih menunjang terhadap pertambahan bobot badan. Faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh adalah pertambahan dari ukuran bagian-bagian lain dari tubuh domba, seperti: lingkar dada, dalam dada, lebar dada, tinggi pinggul, lebar pinggul, dan panjang pinggul diperkirakan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pertambahan bobot badan. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan dengan hasil sebagai berikut: 1. Diperoleh persamaan laju pertumbuhan bobot badan domba lokal yang ditinjau dari panjang badan dan tinggi pundak pada domba lokal jantan adalah Ŷ = 2,142 + 0,060X 1 0,045X 2. 2. Diperoleh persamaan laju pertumbuhan bobot badan domba lokal yang ditinjau dari panjang badan dan tinggi pundak pada domba lokal betina adalah Ŷ = 1,862 + 0,127X 1 0,076X 2.

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 13 5. DAFTAR PUSTAKA D. S. Sugiarto. 2006. Metode Statistika (Untuk Bisnis dan Ekonomi). Gramedia Pustaka Utama. Diwyanto, K. 1982. Pengamatan Fenotipik Beberapa Sifat Kualitatid dan Kuantitatif pada Domba Lokal di Indonesia. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Doho, S. R. 1994. Parameter Penotipik Beberapa Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Pada Domba Ekor Gemuk. Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor Herman, R. 1982. Ilmu Tilik Hewan (untuk Domba). Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nasir, M., 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2015. Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Suryantoro, R. 2010. Kualitas Fisik Daging dari Domba Lokal Jantan Dengan Kecepatan Tumbuh Berbeda yang Dipelihara Secara Intensif. Skripsi. Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Utami, T. 2008. Pola Pertumbuhan Berdasarkan Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Domba Lokal di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J). Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Warwick, E.J., J. M. Astuti dan W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 99: 152: 164:293.