BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

PERUBAHAN SIFAT KIMIA DAN BIOLOGI TANAH PASCA KEGIATAN PERAMBAHAN DI AREAL HUTAN PINUS REBOISASI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

DAMPAK KEGIATAN PERAMBAHAN HUTAN PINUS REBOISASI TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA DAN BIOLOGI TANAH DI KAWASAN LINDUNG DANAU TOBA, SUMATERA UTARA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dan kelangsungan hidup mahluk hidup. Karakteristik unsur-unsur dalam

TINJAUAN PUSTAKA. karena itu mikroorganisme merupakan salah satu aspek penting yang berperan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

PENDAHULUAN. Latar Belakang

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah merupakan habitat kompleks untuk organisme. Di dalam tanah hidup

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Reaksi tanah menyatakan tingkat kemasaman suatu tanah. Reaksi tanah dapat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Rhizobium sp. merupakan hal yang penting dalam bidang pertanian saat ini. Salah

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lestari Alamku, Produktif Lahanku

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3. Lahan Hutan di Kawasan Hulu DAS Padang

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

I. PENDAHULUAN. Perkebunan karet rakyat di Desa Penumanganbaru, Kabupaten Tulangbawang

TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia tanah yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Nilai rata-rata sifat kimia tanah pada hutan pinus dan lahan terbuka Sifat Kimia Tanah Hutan Pinus Lahan Terbuka ph (H 2 O) 6,13 4,53 C-Organik (%) 7,55 2,45 N Total (%) 0,22 0,17 P Bray (ppm) 25,40 15,80 Ca (me/100g) 6,97 1,11 Mg (me/100g) 3,95 2,39 K (me/100g) 0,59 0,83 KTK (me/100g) 16,55 14,56 Data hasil analisis sifat kimia tanah dari kedua lokasi penelitian kemudian dianalisis secara statistik untuk mengetahui perbedaan sifat kimia tanah akibat kegiatan perambahan hutan seperti yang disajikan pada Lampiran 1. Hasil analisis statisitik untuk sifat kimia tanah di kedua lokasi penelitian tersaji pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil analisis Uji T sifat kimia tanah Sifat Kimia Tanah Hutan Pinus Lahan Terbuka ph (H 2 O) 6,13 ± 0,55 4,53 ± 0,45 * C-Organik (%) 7,55 ± 9,56 2,45 ± 1,27 tn N Total (%) 0,22 ± 0,09 0,17 ± 0,06 tn P Bray (ppm) 25,40 ± 3,81 15,80 ± 13,81 tn Ca (me/100g) 6,97 ± 2,23 1,11 ± 0,27 * Mg (me/100g) 3,95 ± 1,00 2,39 ± 1,74 tn K (me/100g) 0,59 ± 0,55 0,83 ± 1,13 tn KTK (me/100g) 16,55 ± 1,95 14,56 ± 5,50 tn Keterangan : tn = tidak nyata pada selang kepercayaan 95% * = berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji T pada selang kepercayaan 95% diperoleh bahwa hampir seluruh parameter sifat kimia tanah antara hutan pinus dan lahan terbuka pasca perambahan tidak berbeda nyata kecuali pada variabel ph tanah dan Kalsium. Secara statistik hal tersebut

14 menyatakan bahwa dari data yang diperoleh kegiatan perambahan hutan berpengaruh terhadap ph tanah dan unsur kalsium dalam tanah. Reaksi Tanah (ph) Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai ph pada hutan pinus sebesar 6,13 dan nilai ph pada lahan terbuka sebesar 4,53. Menurut Hardjowigeno (2003) nilai ph yang diperoleh di hutan pinus termasuk ke dalam kelas agak masam. Sedangkan nilai ph di lahan terbuka termasuk dalam kelas masam. C-Organik C-Organik di hutan pinus diketahui memiliki nilai yang lebih tinggi yakni sebesar 7,55% dibandingkan C-Organik di lahan terbuka yang hanya 2,45%. Karena C-Organik merupakan penyusun utama bahan organik maka dapat dikatakan bahwa bahan organik di hutan pinus lebih banyak jumlahnya daripada bahan organik di lahan terbuka. N Total Jumlah N Total tertinggi terdapat pada hutan pinus dengan persentase sebesar 0,22%. Di lahan terbuka hanya memiliki jumlah N Total sebesar 0,17%. Berdasarkan data Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno (2003) tentang kriteria penilaian sifat kimia tanah, kandungan N Total pada lahan terbuka termasuk dalam kategori rendah dan pada hutan pinus tergolong sedang. P Bray Fosfor adalah unsur hara esensial yang berasal dari bahan organik, pupuk buatan, dan mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor berperan dalam menangkap dan mengubah energi matahari menjadi senyawa-senyawa yang selanjutnya akan dimanfaatkan tanaman. Dari hasil analisis contoh tanah yang telah dilakukan, menginformasikan bahwa kandungan fosfor di hutan pinus termasuk dalam kategori sedang yakni sebesar 25,40 ppm. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan kandungan fosfor di lahan terbuka yang hanya sebesar 15,80 ppm dan termasuk dalam kategori rendah.

15 Kalium (K) Ketersediaan unsur kalium di hutan pinus tergolong sedang yakni sekitar 0,59 me/100 gram. Di lahan terbuka pasca perambahan unsur kalium mengalami peningkatan menjadi sekitar 0,83 me/100 gram dan termasuk dalam kategori tinggi. Magnesium (Mg) Kandungan unsur magnesium di kedua lokasi penelitian termasuk dalam kategori tinggi. Akan tetapi kandungan unsur magnesium di lahan terbuka pasca perambahan lebih sedikit daripada di hutan pinus. Kandungan unsur magnesium pada hutan pinus sebesar 3,95 me/100 gram, sedangkan pada lahan terbuka pasca perambahan adalah sebesar 2,39 me/100 gram. Kalsium (Ca) Unsur Ca di hutan pinus memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan unsur Ca di lahan terbuka pasca perambahan. Penurunan kadar unsur Ca pada lahan terbuka pasca perambahan sebesar 5,86 me/100 gram. Kadar unsur Ca pada hutan pinus tergolong sedang dan pada lahan terbuka tergolong sangat rendah. Kapasitas Tukar Kation (KTK) Nilai KTK pada lahan terbuka pasca perambahan yakni sebesar 14,56 me/100 gram, sedangkan nilai KTK di hutan pinus sebesar 16,55 me/100 gram. Selisih nilai KTK dari kedua lokasi tersebut sebesar 1,99 me/100 gram. Nilai KTK di kedua lokasi penelitian termasuk dalam kategori rendah. 5.1.2. Sifat Biologi Tanah Sifat biologi tanah yang dianalisis adalah mikroorganisme tanah, fungi tanah, bakteri pelarut P, dan respirasi tanah. Hasil analisis sifat biologi tanah yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 5.

16 Tabel 5 Nilai rata-rata sifat biologi tanah pada hutan pinus dan lahan terbuka Sifat Biologi Tanah Hutan Pinus Lahan Terbuka Mikroorganisme Tanah (x 10 6 spk/g) 31,67 3,50 Fungi Tanah (x 10 4 spk/g) 5,17 1,00 Bakteri Pelarut P (x 10 3 spk/g) 6,83 0,67 Respirasi Tanah (mgc-co 2 /kg tanah/hari) 14,43 11,00 Keterangan : spk = satuan pembentuk koloni Data hasil analisis sifat biologi tanah dari kedua lokasi penelitian kemudian dianalisis secara statistik untuk mengetahui perbedaan sifat biologi tanah akibat kegiatan perambahan hutan seperti yang disajikan pada lampiran 2. Hasil analisis statistik untuk sifat biologi tanah di kedua lokasi penelitian tersaji pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil analisis Uji T sifat biologi tanah Sifat Biologi Tanah Hutan Pinus Lahan Terbuka Mikroorganisme Tanah (x 10 6 spk/g) 31,67 ± 17,26 3,50 ± 1,50 tn Fungi Tanah (x 10 4 spk/g) 5,17 ± 0,76 1,00 ± 0,86 * Bakteri Pelarut P (x 10 3 spk/g) 6,83 ± 5,39 0,67 ± 1,15 tn Respirasi Tanah (mgc-co 2 /kg tanah/hari) 14,43 ± 3,05 11,00 ± 1,35 tn Keterangan : tn = tidak nyata pada selang kepercayaan 95% * = berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% Berdasarkan hasil analisis statistika dengan menggunakan uji T pada selang kepercayaan 95% diperoleh bahwa hampir seluruh parameter sifat biologi tanah antara hutan pinus dan lahan terbuka pasca perambahan tidak berbeda nyata kecuali pada variabel fungi tanah. Secara statistik berdasarkan data yang diperoleh menyatakan bahwa kegiatan perambahan hutan memberikan pengaruh terhadap jumlah fungi tanah. Mikroorganisme Tanah Mikroorganisme tanah pada hutan pinus lebih tinggi nilainya yakni 31,67 x10 6 spk/g. Sedangkan mikroorganisme pada lahan terbuka pasca perambahan hanya sebesar 3,50x10 6 spk/g. Fungi Tanah Jumlah fungi tanah pada lahan terbuka pasca perambahan jauh lebih sedikit dibandingkan pada hutan pinus. Penurunan jumlah fungi tanah di kedua lokasi sebesar 4,17x10 4 spk/g.

17 Bakteri Pelarut P Jumlah bakteri pelarut P pada hutan pinus sebesar 6,83x10 3 spk/g, sedangkan pada lahan terbuka sebesar 0,67x10 3 spk/g. Penurunan jumlah bakteri pelarut P pasca perambahan hutan pinus sebesar 6,16x10 3 spk/g. Respirasi Tanah Berdasarkan hasil analisis sifat biologi tanah diperoleh nilai respirasi tanah pada hutan pinus sebesar 14,43 mgc-co 2 /kg tanah/hari. Nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai respirasi tanah pada lahan terbuka pasca perambahan yakni sebesar 11 mgc-co 2 /kg tanah/hari. 5.2. Pembahasan 5.2.1. Sifat Kimia Tanah Berdasarkan sifat-sifat kimia tanah yang diamati diperoleh bahwa keseluruhan variabel di lahan terbuka pasca perambahan memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan di hutan pinus kecuali pada variabel unsur kalium (K) tanah. Kegiatan perambahan hutan mengakibatkan penurunan nilai ph menjadi bersifat masam. Hal tersebut disebabkan oleh hilangnya tutupan lahan akibat pemanenan pohon, sehingga kation-kation basah pada tanah akan sangat mudah mengalami pencucian di saat hujan. Munawar (2011) menyatakan bahwa curah hujan yang berlebihan merupakan penyebab efektif hilangnya kation-kation basa seperti Ca 2+, Mg 2+, K +, dan Na + dari larutan tanah yang digantikan dengan H + dan Al 3+ yang bersifat masam. C-Organik merupakan penyusun utama bahan organik. Dari hasil analisis laboratorium tanah, jumlah C-Organik mengalami penurunan yang signifikan pada lahan terbuka pasca perambahan dibandingkan pada hutan pinus. Maka dapat dikatakan bahwa bahan organik di hutan pinus lebih banyak jumlahnya daripada bahan organik di lahan terbuka. Perbedaan nilai C-Organik yang signifikan di kedua lokasi tersebut dipengaruhi oleh perbedaan jumlah dan jenis vegetasi antara hutan pinus dan lahan terbuka pasca perambahan. Menurut Hanafiah (2007) sumber primer bahan organik tanah adalah jaringan organik tanaman, baik berupa daun, batang/cabang, ranting, buah, maupun akar. Sedangkan yang menjadi

18 sumber sekunder berupa jaringan organik fauna termasuk kotorannya serta mikroflora. Sehingga kecenderungan pemasok terbesar bahan organik tanah pada hutan pinus berasal dari seluruh bagian tanaman pinus dan tambahan dari jaringan tumbuhan lain yang tumbuh di bawah tegakan pinus serta biota tanah. Akan tetapi di lahan terbuka pasca perambahan kebanyakan bahan organik yang ditambahkan ke tanah hanya berasal dari tumbuhan bawah yang tumbuh pasca perambahan hutan. Penurunan kandungan nilai unsur hara terjadi untuk beberapa parameter seperti jumlah nitrogen (N) total, fosfor (P), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg) di lahan terbuka pasca perambahan. Penurunan jumlah N Total di lahan terbuka pasca perambahan hutan pinus dipengaruhi oleh hilangnya tutupan lahan. Karena di saat hujan potensi terjadinya aliran permukaan semakin besar yang mengakibatkan nitrogen dalam bentuk NO 3 akan sangat mudah tercuci bersama dengan mengalirnya air. Selain itu penurunan jumlah nitrogen juga dipengaruhi oleh penurunan jumlah bahan organik dan mikroorganime tanah di lokasi tersebut. Karena di dalam susunan jaringan bahan organik terkandung unsur nitrogen organik yang di dekomposisi oleh mikroorganisme tanah menjadi nitrogen tersedia bagi tanaman. (Supardi 1983) menyatakan bahwa Penambahan jumlah N Total dipengaruhi oleh proses azofikasi, yakni jasad mikro tertentu yang dengan menggunakan bahan organik sebagai sumber energi dan nitrogen yang dimanfaatkan dalam tubuhnya akan tertinggal dalam bentuk protein dan senyawa serupa apabila mereka mati. Sama halnya dengan unsur nitrogen, penurunan jumlah fosfor di lahan terbuka pasca perambahan hutan pinus banyak dipengaruhi oleh penurunan jumlah bahan organik. Menurut Hardjowigeno (2003) salah satu pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro, dan lain-lain. Penurunan jumlah kalsium (Ca) di lahan terbuka pasca perambahan dipengaruhi oleh pencucian dan kemasaman tanah. seperti yang telah dijelaskan di bagian atas bahwa pada tanah-tanah masam aktivitas Al dan H tinggi yang mengakibatkan mudah hilangnya kation basa seperti Ca 2+. Hilangnya vegetasi

19 pohon yang berperan untuk melindungi tanah dari benturan air hujan secara langsung menyebabkan aliran permukaan menjadi meningkat. Penebangan pohon pada kegiatan perambahan hutan menyebabkan kation basa seperti Ca 2+ mudah mengalami pencucian di saat hujan. Leiwakabessy et al. (2003) menyatakan bahwa ion Ca dalam larutan dapat habis jika diserap tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai endapanendapan sekunder dan tercuci. Berdasarkan data penelitian tanah (1983) dalam Hardjowigeno (2003) tentang kriteria penilaian sifat kimia tanah, kandungan unsur magnesium (Mg) di kedua lokasi penelitian termasuk dalam kategori tinggi (2,1 8,0 me/100g). Akan tetapi terdapat penurunan unsur magnesium di lahan terbuka pasca perambahan. Leiwakabessy et al. (2003) menyatakan bahwa ketersediaan Mg dipengaruhi oleh ph, kejenuhan Mg, tipe liat, dan perbandingan dengan kation yang terutama Ca dan K. Kandungan unsur Kalium di lahan terbuka pasca perambahan lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan kalium di hutan pinus. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kandungan kation-kation lainnya seperti kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Karena kandungan Ca dan Mg yang tinggi di dalam larutan tanah dapat mengurangi kandungan kalium. Penurunan sebagian besar kadar unsur hara essensial (N, P, Ca, Mg) di lahan terbuka pasca perambahan diikuti juga oleh penurunan kapasitas tukar kation (KTK). Menurut Supardi (1983) setengah dari KTK tanah biasanya berasal bahan organik dan merupakan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Liat memiliki daya jerapan berkisar 8 100 me tiap gram, sedangkan humus memiliki kapasitas tukar kation sebesar 150 300 me tiap 100 gram. Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah (Hardjowigeno 2003). Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa KTK juga turut berperan dalam penurunan kandungan unsur hara pada lahan terbuka pasca perambahan.

20 5.2.2. Sifat Biologi Tanah Berdasarkan analisis laboratorium untuk sifat-sifat biologi tanah, diperoleh bahwa untuk keseluruhan parameter memiliki jumlah yang lebih rendah pada lahan terbuka pasca kegiatan perambahan hutan. Secara statistik untuk seluruh paramater sifat biologi tanah menunjukkan hasil uji tidak berbeda nyata kecuali pada variabel fungi tanah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan perambahan hutan berpengaruh terhadap jumlah fungi tanah. Selisih perbedaan jumlah mikroorganisme tanah di kedua lokasi diketahui sebesar 28,17x10 6 spk/g. Sedangkan selisih perbedaan jumlah bakteri pelarut P sebesar 6,16x10 3 spk/g. Jumlah mikroorganisme tanah dan bakteri pelarut P di lahan terbuka sangat dipengaruhi oleh bahan organik yang juga mengalami penurunan di lahan terbuka. Karena semakin banyak bahan organik menunjukkan semakin banyak pula sumber energi bagi organisme tanah. Mikroorganisme tanah akan berperan dalam dekomposisi bahan organik tanah. Sedangkan bakteri pelarut P berperan dalam mineralisasi fosfor organik yang terkandung pada bahan organik menjadi fosfor inorganik yang tersedia bagi tanaman. Hanafiah (2007) menyatakan bahwa bakteri merupakan jasad bersel satu dan berkembang biak melalui pembelahan sel. Diversitas dan kelimpahan bakteri tergantung pada ketersediaan hara dan kondisi lingkungannya. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa respirasi tanah di lahan terbuka juga memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan di hutan pinus. Penurunan jumlah respirasi tanah yakni sebesar 3,43 mgc-co 2 /kg tanah/hari. Menurut Anas (1989) kecepatan respirasi tanah lebih mencerminkan aktivitas metabolik mikrobia tanah daripada jumlah, tipe, atau perkembangan tanah. Sama halnya dengan respirasi tanah, dibandingkan pada hutan pinus untuk jumlah fungi tanah di lahan terbuka memiliki nilai yang lebih kecil. Selisih nilai diantara kedua lokasi tersebut sebesar 4,17x10 4 spk/g. Penurunan jumlah fungi tanah tersebut dapat dipengaruhi oleh hilangnya vegetasi pohon akibat penebangan sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi pohon sebagai pelindung tanah dari sinar matahari secara langsung. Kondisi tersebut akan mempengaruhi suhu dan kelembapan tanah. karena populasi dan biodiversitas biota tanah sangat

21 dipengaruhi oleh faktor cuaca, kondisi tanah, dan juga tipe vegetasi penutupan lahan. Kondisi yang terjadi pada sifat-sifat kimia dan biologi tanah di lahan terbuka tersebut banyak dipengaruhi oleh jumlah bahan organik dan pencucian. Rendahnya bahan organik mengakibatkan berkurangnya sumber energi untuk biota tanah yang kemudian akan menghasilkan tambahan unsur hara tanah. Kondisi tersebut akan terus menerus mengalami penurunan kuantitas dan kualitas tanah apabila tidak segera dilakukan usaha penanaman pohon untuk membentuk kembali iklim mikro hutan yang akan mendukung keberlangsungan siklus hara dan populasi serta biodiversitas biota tanah. Penurunan kualitas dan kuantitas tanah di lahan terbuka sangat mungkin terjadi karena besarnya potensi erosi akibat pencucian yang akan mengikis tanah beserta unsur hara yang terkandung di dalamnya.