Korelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu Laktasi Pertama dengan Daya Produksi Susu Sapi Fries Holland

dokumen-dokumen yang mirip
ESTIMASI POTENSI GENETIK SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong

Faktor Koreksi Lama Laktasi Untuk Standarisasi Produksi Susu Sapi Perah

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIES HOLLAND DI PT CIJANGGEL-LEMBANG

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

ESTIMATION OF GENETIC PARAMETERS, GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION ON MADURA CATTLE. Karnaen Faculty of Animal Husbandry University of Padjadjaran

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN

Penyusunan Faktor Koreksi Produksi Susu Sapi Perah

PENGGUNAAN TAKSIRAN PRODUKSI SUSU DENGAN TEST INTERVAL METHOD (TIM) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

PENDUGAAN NILAI RIPITABILITAS DAN DAYA PRODUKSI SUSU 305 HARI SAPI PERAH FRIES HOLLAND DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS)

Nena Hilmia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

Ripitabilitas dan MPPA Sapi Perah FH di BBPTU HPT Baturraden...Deriany Novienara

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)

SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

KAJI KOMPARATIF PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI PERAH BERDASARKAN SKALA PEMILIKAN TERNAK DI KABUPATEN REJANG LEBONG

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan

Simulasi Uji Zuriat pada Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh (Progeny Test Simulation for Growth Traits in Aceh Cattle)

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

PENDUGAAN KEMAMPUAN PRODUKSI SUSU PADA KAMBING SAANEN (KASUS DI PT TAURUS DAIRY FARM) Ine Riswanti*, Sri Bandiati Komar P.

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

PERFORMANS PERTUMBUHAN DAN BOBOT BADAN SAPI PERAH BETINA FRIES HOLLAND UMUR 0-18 Bulan

EVALUASI PEJANTAN FRIES HOLLAND DENGAN METODE CONTEMPORARY COMPARISON DAN BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

PARAMETER GENETIK: Pengantar heritabilitas dan ripitabilitas

ESTIMASI NILAI HERITABILITAS BERAT LAHIR, SAPIH, DAN UMUR SATU TAHUN PADA SAPI BALI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

MILK PRODUCTION CURVE MODEL ON FIRST AND SECOND LACTATION IN FRIESIAN HOLSTEIN COWS AT PT.ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah FH berasal dari Belanda bagian utara, tepatnya di Provinsi Friesland,

PEMANFAATAN CATATAN TEST DAY (HARI UJI) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI PT. TAURUS DAIRY FARM. Universitas Padjadjaran

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

POTENSI GENETIK PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BETINA DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN, PURWOKERTO SKRIPSI ERNI SITI WAHYUNI

EFISIENSI SELEKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND BERDASARKAN LINGKAR DADA, BOBOT BADAN DAN UMUR. Dwi Wahyu Setyaningsih

EVALUASI KEUNGGULAN GENETIK SAPI PERAH BETINA UNTUK PROGRAM SELEKSI [Evaluation of Dairy Cow Genetic Superiority for Selection Program]

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

Korelasi Nilai Pemuliaan Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan Test Day Laktasi 1, Laktasi 2, Laktasi 3, dengan Gabungannya

EFEKTIVITAS CATATAN TEST DAY UNTUK EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU PADA SAPI PERAH

ANDI IRWAN ( ) UNDER GUIDANCE : SYAMARUDDIN SIREGAR AND BAMBANG KUNTORO ABSTRACT

PENDUGAAN HERITABILITAS, KORELASI GENETIK DAN KORELASI FENOTIPIK SIFAT BOBOT BADAN PADA SAPI MADURA

PEMULIABIAKAN PADA SAPI PERAH

ESTIMASI NILAI PEMULIAAN DAN MOST PROBABLE PRODUCING ABILITY SIFAT PRODUKSI SAPI ACEH DI KECAMATAN INDRAPURI PROVINSI ACEH

PENDUGAAN NILAI PEJANTAN SAPI PERAH DI BBTU SAPI PERAH BATURRADEN ( THE PREDICTION OF STUD DIARY CATTLE AT BBTU DAIRY CATTLE BATURRADEN )

UJI PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN KETURUNAN PEJANTAN IMPOR DI BBPTU-HPT BATURRADEN

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

KATA PENGANTAR. kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul. Ripitabilitas dan MPPA Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Friesian

Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein

Dugaan Produksi Susu 305 Hari pada Sapi Perah FH.Herman

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. laktasi 2 sebanyak 100 ekor, laktasi 3 sebanyak 50 ekor, dan laktasi 4 sebanyak 40

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. dan dikenal sebagai Holstein di Amerika dan di Eropa terkenal dengan

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK SIFAT-SIFAT PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO

PARAMETER GENETIK BOBOT BADAN DAN LINGKAR DADA PADA SAPI PERAH

EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)

PENGARUH STRES PANAS TERHADAP PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI PERAH BATURRADEN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN PEMERAHAN DENGAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT RAHMAWATI JAYA PENGADEGAN JAKARTA SELATAN

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

PEMERIKSAAN INTERAKSI GENETIK DAN LINGKUNGAN DARI DAYA PEWARISAN PRODUKSI SUSU PEJANTAN FRIESIAN-HOLSTEIN

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN SIFAT PRODUKSI SUSU PADA PEJANTAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN PURWOKERTO

ESTIMASI PARAMETER GENETIK SIFAT PERTUMBUHAN KAMBING BOERAWA DI KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

Moch. Makin Fakultas Peternakaan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitan ini menggunakan catatan produksi susu 305 hari dari

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

EFEK SUPLEMEN PAKAN TERHADAP PUNCAK PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PADA LAKTASI PERTAMA

Model Kurva Produksi dan korelasinya...kurniawan

Korelasi Genetik Pada Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh di Kecamatan Indrapuri Provinsi Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

EVALUASI GENETIK PRODUKSI SUSU SAP1 FRIES HOLLAND DI PT CIJANGGEL-LEMBANG

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

IMBANGAN HIJAUAN-KONSENTRAT OPTIMAL UNTUK KONSUMSI RANSUM DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH HOLSTEIN LAKTASI

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Seleksi Awal Calon Pejantan Sapi Aceh Berdasarkan Berat Badan

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN SISTEM PEMELIHARAAN TERHADAP KORELASI GENETIK BOBOT LAHIR DENGAN BOBOT DEWASA SAPI BALI

KOMPARASI ESTIMASI PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI BALI BERDASARKAN SELEKSI DIMENSI TUBUHNYA WARMADEWI, D.A DAN IGN BIDURA

ESTIMASI NILAI KEUNGGULAN PRODUKSI SUSU DAN SIFAT REPRODUKSI SAPI PERAH BETINA DI PT NAKSATRA KEJORA ROWOSENENG TEMANGGUNG SKRIPSI.

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

Pengaruh Pembeian Konsentrat Basah dan...risyad Sidqi

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

PERFORMA REPRODUKSI SAPI DARA FRIESIAN-HOLSTEIN PADAPETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT SP CIKOLE DI LEMBANG

PENGGUNAAN CATATAN TEST DAY UNTUK MENGEVALUASI MLTTU GENETIK SAP1 PERAH OLEH : HEN1 INDRIJANI

PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN PUYUH PEJANTAN BERDASARKAN BOBOT BADAN KETURUNANNYA PADA PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak

STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

Transkripsi:

ISSN 1978-3000 Korelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu Laktasi Pertama dengan Daya Produksi Susu Sapi Fries Holland Genetic and phenotypic correlation between first lactating milk production and milk production ability for Fries Holland cows Dadang Suherman Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu Jalan Raya Kandang Limun. Telp. (0736) 21170. Pst. 219. ABSTRACT The aim of the study was to investigate milk production during first lactation, milk production ability, and genetic and phenotypic correlation between first lactating milk production and milk production ability. Data were collected from the milk production record for first, second, third, and forth lactation of 161 lactating cows in which they were mated with 20 Fries Holland bull. Data of milk production were then standardized and adjusted to 305 days milking, two milking per-day, and age or maturity equivalent. The research method was comparative method, in which data was calculated for repeatability estimation of milk production using intra class correlation. Milk production repeatability was then used for estimating milk production ability using Lush (1979) formula. Genetic and phenotypic correlation between first lactating milk production and milk production ability was calculated using variance and covariance of one way lay out paternal half sib model. Results showed that the total averages of milk production at first lactation was 2.919,04 Kg, repeatability value of 0.41, mean milk production ability was 2.920,23 Kg, and genetic and phenotypic correlation between first lactating milk production and milk production ability was 0,89 and 0,76 respectively. Key words : Genetic correlation, phenotypic correlation, first lactation. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya produksi susu laktasi pertama, daya produksi susu, serta nilai korelasi genetik dan fenotipik antara produksi susu. Data yang dianalisis berupa catatan produksi susu laktasi pertama, kedua, ketiga, dan keempat dari 161 ekor sapi perah betina keturunan 20 ekor pejantan Fries Holland. Sebelum dianalisis data produksi susu distandarkan pada 305 hari lamanya pemerahan, dua kali frekuensi pemerahan per hari, umur setara dewasa (Mature equivalent). Metode penelitian yang digunakan secara kausal komparatif, analisis statistika untuk menghitung besarnya nilai ripitabilitas produksi susu dengan korelasi dalam kelas (intra class correlation), nilai ripitabilitas produksi susu yang didapat kemudian digunakan untuk menduga daya produksi susu yaitu dengan menggunakan rumus daya produksi susu dari Lush (1979). Nilai korelasi genetik dan fenotipik antara produksi susu digunakan analisis ragam dan peragam pola satu arah model saudara tiri sebapak. Rataan produksi susu laktasi pertama yang didapat dari hasil penelitian ini sebesar 2.919,04 kilogram, nilai ripitabilitas produksi susu sebesar 0,41, rataan daya produksi susu sebesar 2.920,23 kilogram, serta nilai korelasi genetik dan fenotipik antara produksi susu laktasi pertama dengan daya produksi susu masing-masing sebesar 0,89 dan 0,76. Kata kunci : Korelasi, genetik, fenotipik, laktasi pertama PENDAHULUAN Tujuan pemeliharaan ternak sapi perah adalah untuk mengubah bahan pakan menjadi produk yang diharapkan yaitu berupa susu. Hal ini karena susu merupakan produk utama dari sapi perah, maka semua sifat yang berhubugan dan dapat menunjang kemampuan sapi perah untuk berproduksi secara maksimal perlu diperhatikan lebih seksama. Peningkatan produktivitas sapi perah melalui perbaikan lingkungan belum cukup tetapi lebih sempurna apabila disertai dengan peningkatan mutu genetik, diantaranya melalui seleksi. Dalam hal Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 2, No 1, Januari Juni 2007 27

ini Makin at, al., (1985) mengemukakan bahwa berhasil tidaknya peningkatan mutu genetik sangat bergantung kepada : pertama cara menentukan sapi perah yang akan digunakan yaitu yang memiliki genetik superior dan kedua bagaimana efektivitas sifat superior tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut. Dalam suatu program pemuliaan ternak terutama melalui seleksi, data tentang sifat-sifat yang akan diseleksi sangat diperlukan. Johansson (1961) mengemukakan bahwa langkah awal dalam program perbaikan genetik ternak adalah pencatatan produksi yang dilaksanakan dengan teratur dan lengkap serta silsilah keturunan setiap individu dicatat. Sudono dan Martojo (1977) mengemukan bahwa untuk menghitung parameter genetik dan fenotipik sifat-sifat produksi susu diperlukan sejumlah ternak yang mempunyai catatan lengkap. Beberapa sifat yang dapat dijadikan bahan pertimbangan seleksi sapi perah, diantaranya sifat produksi susu serta sifat-sifat lainnya yang berhubungan dengan produksi susu. Adanya korelasi genetik yang tinggi antara produksi susu laktasi pertama dengan produksi susu laktasi berikutnya, hal ini berarti bahwa apabila seleksi dilakukan pada produksi susu laktasi pertama akan berhasil baik terhadap produksi laktasi berikutnya. Sapi perah berproduksi tinggi pada laktasi pertama akan berproduksi tinggi pula pada laktasi berikutnya dibandingkan dengan sapi perah yang produksi susu laktasi pertama rendah. Tinggi rendahnya produksi susu laktasi pertama dapat dijadikan pegangan dalam menentukan produksi susu laktasi berikutnya, serta dapat dijadikan dasar untuk melakukan seleksi sapi perah dalam kriteria bibit pada generasi berikutnya (Bath et al., 1978). Daya produksi susu seekor sapi perah dalam suatu peternakan sering dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan seleksi. Seleksi berdasarkan daya produksi susu memberikan ketelitian yang lebih akurat karena ada kaitannya dengan nilai ripitabilitas. Pengukuran ternak sapi perah berdasarkan daya produksi sangat bermanfaat dan efektip untuk menentukan pilihan sapi perah yang dijadikan bibit dalam usaha peternakan (Campbell and Marshall, 1975). Lebih lanjut dikemukakan bahwa pengujian daya produksi susu sapi perah pada akhirnya dapat diperoleh informasi sampai sejauh mana program pemuliaan, pemberian makanan serta tatalaksana yang telah dilaksanakan berhasil. Seleksi terhadap suatu sifat akan berpengaruh pada sifat yang lainnya apabila diantara sifat tersebut terdapat nilai korelasi yang besar (Hargrove et al., 1969). Dalam hal ini pendugaan nilai korelasi genetik dan fenotipik merupakan kelengkapan informasi, karena dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya perubahan-perubahan pada generasi berikutnya bila digunakan sebagai kriteria seleksi. Pendugaan ini berguna apakah seleksi untuk satu sifat tertentu akan mempunyai pengaruh menguntungkan atau tidak terhadap sifat yang lainnya (Warwick et al., 1987). Besarnya nilai korelasi genetik dan fenotipik antara produksi susu laktasi pertama dengan daya produksi susu pada sapi perah Fies Holland berkisar antara 0,62 0,85 untuk korelasi genetik dan 0,29 0,74 untuk korelasi fenotipik (Sudono et al.., 1983). MATERI DAN METODE Materi penelitian adalah catatan hidup produktif sapi perah Fries Holland yang ada pada perusahaan-perusahaan di kabupaten Bandung dari tahun 2001-2004. Data yang diamati mulai tahun 2001 sampai dengan tahun 2004, selanjutnya diseleksi berdasarkan kelengkapan catatan berupa tanggal dilahirkan, tanggal berproduksi, lama produksi, dan catatan silsilahnya. Data terseleksi diperoleh 161 ekor individu sapi yang berasal dari 20 ekor pejantan, serta kemudian digunakan untuk menghitung ripitabilitas, daya produksi susu serta korelasi genetik dan fenotipik.peubah yang diamati adalah catatan produksi susu laktasi pertama, kedua, ketiga, dan keempat dari sapi perah produktif yang telah dikoreksikan terhadap lama laktasi 305 hari, dua kali frekuensi pemerahan, dan umur setara dewasa (mature equivalent). Syarat untuk menghitung daya produksi susu, terlebih dahulu harus diketahui nilai ripitabilitas produksi susu. Untuk maksud tersebut ripitabilitas produksi susu dianalisis dengan rancangan acak lengkap pola korelasi dalam kelas (intra class correlation) dengan Korelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu 28

ISSN 1978-3000 jumlah pengamatan yang berbeda per individu menurut petunjuk Backer (1975). Daya produksi susu seekor sapi perah dihitung menggunakan rumus dari Lush (1979).Nilai korelasi genetik dan fenotipik produksi susu yang diduga menggunakan rancangan acak lengkap dengan analisis keragaman dan peragam menurut petunjuk Becker (1979). HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Produksi susu sapi perah Fries Holland dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi susu sapi perah Fries Holland pada perusahaan-perusahaan di kabupaten Bandung Periode laktasi Jumlah sapi perah (ekor) Rataan produksi susu (kilogram) Simpangan baku (kilogram) Laktasi pertama 161 2.919,04 562,96 Laktasi kedua 160 2.934,29 572,61 Laktasi ketiga 148 2.969,83 690,50 Laktasi keempat 77 2.766,60 400,88 Jumlah 546 2.917,92 873,32 Rataan 546 2.917,92 873,32 Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan produksi susu laktasi pertama pada perusahaan-perusahaan di kabupaten Bandung sebesar 2.917,04 ± 562,96 kilogram. Rataan produksi susu laktasi pertama bila dibandingkan dengan rataan produksi susu sapi perah Fries Holland yang dilaporkan Sudono, et. al. (1983) sebesar 2.558,30 3.494,98 kilogram dan Makin (1983) sebesar 2.646,39 4.789,03 kilogram, hal ini ternyata masih termasuk dalam kisaran produksi susu laktasi pertama kedua peneliti tersebut. Produksi susu laktasi pertama sapi perah pada perusahaanperusahaan di kabupaten Bandung cukup baik. Namun demikian, bila dibandingkan dengan produksi susu laktasi pertama sapi perah Fries Holland di Kanada sebesar 4.896,00 kilogram (Hoque and Hodges, 1980), ternyata produksi susu laktasi pertama pada perusahaan di Bandung termasuk rendah. Rendahnya produksi susu laktasi pertama pada perusahaan tersebut dibandingkan di daerah sedang disebabkan oleh mutu genetick sapi perah yang lebih rendah serta keadaan lingkungan yang kurang baik. Hal tersebut juga dikemukakan Yousef (1982) bahwa sapi perah Fries Holland di daerah tropis produksi susunya lebih rendah bila dibandingkan dengan di daerah sedang, keadaan tersebut disebabkan mutu pakan rendah, tatalaksana yang belum baik serts mutu genetik ternak yang masih rendah. Produksi susu sapi perah Fries Holland pada perusahaan ini untuk setiap periode laktasi ternyata lebih rendah bila dibandingkan dengan produksi susu sapi perah Fries Holland hasil penelitian Miller et. al. (1976) yaitu sebesar 5.657,00; 5.789,00; 5.893,00; dan 5.893,00 kilogram masing-masing untuk laktasi pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Rendahnya produksi susu di daerah tropis pada setiap laktasinya bila dibandingkan dengan produksi susu di daerah subtropis, diduga disebabkan faktor pemberian pakan, tatalaksana, program pemuliaan dan kontrol penyakit yang belum baik disamping pengaruh musim di tropis. Daya Produksi Susu Hasil analisis besarnya dugaan daya produksi susu sapi perah Fries Holland pada perusahaan-perusahaan ini dengan menggunakan data produksi susu 546 catatan produksi susu dari 161 ekor sapi perah sebesar 2.920,93 kilogram. Besarnya daya produksi Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 2, No 1, Januari Juni 2007 29

susu ditentukan oleh besarnya rataan produksi susu peternakan, rataan produksi susu individu, besarnya nilai ripitabilitas, dan banyaknya laktasi dari individu yang akan dievaluasi. Nilai ripitabilitas produksi susu sapi perah FH dari hasil penelitian menunjukkan sebesar 0,41. Hal ini berarti kemampuan ternak sapi perah FH pada perusahaan-perusahaan untuk mengulangi sifat produksi susu dari laktasi ke laktasi sebesar 41 persen dipengaruhi Faktor genetik dan lingkungan yang permanen. Variasi produksi susu setiap laktasi dipengaruhi facktor lingkungan yang bersifat sementara dan facktor lain yang belum dapat ditentukan sebesar 59 persen. Nilai ripitabilitas tersebut termasuk dalam kisaran nilai ripitabilitas produksi susu yang dikemukakan Warwick, et. al. (1987) yaitu sebesar 0,40 0,60.Perbedaan nilai ripitabilitas produksi susu sapi perah Fries Holland yang didapat dari hasil penelitian ini dengan nilai ripitabilitas produksi susu ditempat lain baik didalam negeri maupun diluar negeri, diduga disebabkan kondisi peternakan yang berbeda, jumlah catatan dan waktu pencatatan produksi yang berbeda, sebagaimana yang dikemukakan Lasley (1978) bahwa besarnya nilai ripitabilitas dipengaruhi pada jumlah catatan yang digunakan metode perhitungan, tempat, dan waktu pencatatan. Daya produksi susu sapi perah Fries Holland hasil penelitian pada perusahaan-perusahaan tersebut dibandingkan dengan daya produksi susu sapi perah Fries Holland hasil penelitian Ibrahim (1978) sebesar 2.435,00 kilogram dan tertinggi hasil penelitian Makin (1983) sebesar 4.793,33 kilogram, ternyata termasuk ke dalam kisarannya. Berbeda bila dibandingkan dengan besarnya daya produksi susu sapi perah Fries Holland di daerah subtropis sebesar 6.000,00 kilorgam (McDowell,1987), ternyata lebih rendah hasil penelitian ini. Perbedaan besarnya daya produksi susu ini diduga disebabkan perbedaan mutu genetik dan kondisi peternakan baik dalam hal pemberian pakan, tingkat tatalaksana maupun kontrol penyakit. Korelasi Genetik dan Fenotipik Nilai korelasi genetik produksi susu dari hasil penelitian ini sebesar 0,89. Hal ini berarti bahwa produksi susu laktasi pertama pada keturunannya secara genetik menentukan terhadap daya produksi susu sebesar 89 persen dan 11 persen ditentukan diluar faktor genetik. Nilai korelasi tersebut termasuk dalam kategori tinggi menurut kategori Warwick et. al., (1987) yaitu lebih besar dari 0,50. Adanya nilai korelasi genetik yang tinggi antara produksi susu laktasi pertama dengan daya produksi susu, hal ini berarti bahwa kapasitas genetik untuk produksi susu tinggi akan selalu dipertahankan individu sapi perah tersebut sampai mencapai usia tua. Dengan demikian sapi perah yang menunjukkan produksi susu laktasi pertama tinggi secara genetik akan memperlihatkan daya produksi susu yang tinggi pula. Nilai korelasi genetik hasil penelitian ini lebih besar bila dibandingkan dengan kisaran nlai korelasi genetik antara produksi susu yang dilaporkan oleh Sudono, et. al. (1983) yaitu berkisar antara 0,62 0,85. Perubahan ini diduga disebabkan jumlah catatan yang digunakan dalam perhitungan, perbedaan kondisi peternakan dan cara perhitungan. Nilai korelasi fenotipik antara produksi susu laktasi pertama dengan daya produksi susu hasil penelitian ini sebesar 0,76. Artinya bahwa penampilan daya produksi susu sapi perah Fries Holland 76 persen ditentukan oleh variasi produksi laktasi pertama. Nilai korelasi tersebut termasuk dalam kategori tinggi berdasarkan kategori Warwick et al., (1987). Besarnya nilai korelasi fenotipik antara produksi susu laktasi pertama dengan daya produksi susu bila dibandingkan dengan korelasi genetik, ternyata korelasi genetik lebih besar dibandingkan dengan nilai korelasi fenotipik. Hal ini berarti bahwa potensi gentik untuk berproduksi susu pada laktasi pertama tidak ditampilkan seluruhnya pada daya produksi susu yang disebabkan perubahan lingkungan bersifat sementara. Sebagaimana yang dikemukakan Bath et al., (1978) bahwa kapasitas genetik untuk berproduksi susu tinggi akan selalu dipertahankan individu sapi perah sampai mencapai usia tua selama faktor lingkungan tidak berubah. Scmidt and Van Vleck (1974) mengemukakan faktor lingkungan dapat menghalangi kemampuan genetik dari seekor sapi perah betina untuk berproduksi susu. Korelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu 30

ISSN 1978-3000 Nilai korelasi fenotipik antara produksi susu laktasi pertama dengan produksi susu hasil penelitian ini bila dibandingkan dengan nilai korelasi fenotipik antara produksi susu hasil penelitian Sudono et al., (1983) yaitu berkisar antara 0,29 0,74, ternyata hasil penelitian ini lebih besar. Perbedaan ini diduga disebabkan perbedaan dari jumlah data yang dipergunakan serta kondisi peternakan. Berdasarkan uraian korelasi genetik dan fenotipik antara produksi susu laktasi pertama dengan daya produksi susu, maka dapat dinyatakann bahwa seleksi terhadap sapi perah dapat dilakukan berdasarkan produksi susu laktasi pertama serta diikuti dengan perbaikan keadaan lingkungan yang bersifat sementara, seperti makanan dan tatalaksana SIMPULAN. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1). Rataan produksi susu laktasi pertama dan daya produksi susu sapi perah Fries Holland pada perusahaan-perusahaan masing-masing sebesar 2.919,04 ± 562,96 kilogram dan 2.920,93 kilogram. (2). Nilai korelasi genetik dan fenotipik produksi susu laktasi pertama dengan daya produksi susu masing-masing sebesar 0,89 dan 0,76. DAFTAR PUSTAKA Bath, D.L., F.N. Dickinson, H.A. Tucker, and R.D. Appleman. 1978. Dairy Cattle Principles, Practices, Problems and Profits. Second Edition. Lea and Fabringer. Becker, W.A. 1975. Manual of Procedures in quantitative Genetics. Third Edition. Washington State University Press. Washington State University Pullman Washington USA. Campbell, J.R. and R.T. Marshall. 1975. The Science of Providing Milk Man. Mc Graw Hill Book Co. New York. USA. Hargrove, G.L., J.J. Salazar, and J.E. Legates. 1969. Relationships Among Frist Lactation and Lifetime Measurements in Dairy Population. J. Dairy Sci. 52:651-656. Hoque, M. and J. Hodges. 1980. Genetic and Phenotypic Parameters of Lifetime Production Traits in Holstein Lows. J.Dairy Sci. 63: 1900-1910. Lee, A.J. and C.R. Herderson. 1972. Effect of Cow on Repeatability Estimates. J. Animal Sci. 32:167-173. Lush, J.L. 1979. Animal Breeding Plams. The Iowa State University Press. Ames. Iowa.USA. Makin, M., E. Sukraeni, W. Djaja, N. Kasim, I. Hamidah, dan I.B. Suamba. 1985. Korelasi Genetik dan Fenotipik Sifat-sifat Reproduksi dan Produksi Air Susu Sapi Perah Fries Hollands di Jawa Barat. Laporan Penelian. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung. Mc Intyre, K.H. 1971. Milk Production From Bos Taurus Dairy Cows in Fiji. Trop. Agric. 48:317-326. Mekir, W.S. 1982. Parameter Fenotipik dan Genetik Sifat-sifat Reproduksi dan Produksi Sapi Perah Fries Holland di beberapa Perusahaan Peternakan. Laporan penelitian. IPB. Miller, R.H., R.E. Pearson, B.T. Weinland, and L.A. Fulton. 1976. Genetic Parameters of Several Measures of Milk Flow Rate and Milking Time. J. Dairy Sci. 59:957-964. Sudono, A. dan H. Martojo. 1977. Program Pemuliaan Sapi Perah. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. Sudono, A., H. Martojo, dan W.Sumudhita. 1983. Parameter Fenotipik dan Genetik Sifat-sifat Produksi Sapi Perah Fries Holland Pada Perusahaan-perusahaan Peternakan. Proceding. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta. Warwick, E.J., J.M. Astuti, dan W. Hardjosubroto. 1987. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yousef, M.K. 1982. Animal Product in The Tropics. Preager Special Studies-Preager Scitipik Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 2, No 1, Januari Juni 2007 31

Korelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu 30