VERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan kata-kata yang mubajir dan terlalu berbelit-belit.

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB V PENUTUP. rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA. (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

SATUAN GRAMATIK. Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAHASA INDONESIA RAGAM FILSAFAT DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGEMBANGAN LEKSIKON. Oleh: Bambang Widiatmoko ABSTRAK

pada Fakultas Sastra Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

PEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI Jurnal Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

ANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

AFIKSASI BAHASA JAWA-BANTEN PADA LAGU DAERAH BANTEN SEBAGAI PESONA IDENTITAS LOKAL. Sundawati Tisnasari 1 Agustia Afriyani 2

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.

JURNAL. Javanese Language Interferance in Language Essay of Fifth Grader in MI Yaa Bunayya Dandong Srengat Blitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditemukan hasil yang sesuai dengan judul penelitian dan tinjauan pustaka.

AFIKS PEMBENTUK VERBA BAHASA BUGIS DIALEK SIDRAP Masyita FKIP Universitas Tadulako ABSTRAK Kata kunci: Afiks, Verba, Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

SINONIM KATA KASIH DAN PERUBAHAN BENTUK, PERILAKU DAN MAKNA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

PROSES MORFOLOGIS KATA MINTA DAN SINONIMNYA. Siti Azizah*), Ary Setyadi, dan Sri Puji Astuti

Transkripsi:

VERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK Cut Poetri Keumala Sari Abstrak Skripsi ini berjudul Verba yang Berkaitan dengan Aktivitas Mulut: Kajian Morfosemantik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses morfemis pembentukkan kata yang berkaitan dengan mulut dan mendeskripsikan makna kata yang berkaitan dengan mulut setelah mengalami proses morfemis. Analisis proses morfemis dan makna dilihat berdasarkan afiks yang melekat pada bentuk dasar yang membentuk kelas kata verba dan makna pada bentuk dasar setelah mengalami proses morfemis. Kata kunci: Morfosemantik, Verba Pendahuluan Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa sangat berperan penting untuk melancarkan komunikasi juga untuk bersosialisasi dengan masyarakat luas. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain dengan mudah. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat penting di negara ini. Karena seperti kita ketahui Indonesia memiliki banyak bahasa daerah atau bahasa ibu yang sangat banyak sehingga dengan adanya bahasa Indonesia semuruh masyarakat Indonesia dapat berkomunikasi. Di dalam bahasa Indonesia terdapat ilmu yang mempelajari sistem-sistem yang membentuk bahasa tersebut. Ilmu yang mempelajari tentang bahasa Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Sastra Indonesia, lulus tanggal 31 Mei 2012. 1

disebut Linguistik. Kushartanti (2007: 13) mengatakan, secara singkat, dapat dikatakan bahwa linguistik mempunyai manfaat teoretis bagi orang yang mempelajari bahasa secara mendalam. Bagi yang lain, linguistik mempunyai manfaat praktis. Penelitian tentang bahasa dapat dilakukan dengan berbagai macam ilmu linguistik. Pada makalah ini penelitian akan dilakukan dengan kajian morfologi dan semantik yang merupakan cabang ilmu yang ada pada linguistik. Chaer (2008: 3) mengatakan, secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti `bentuk` dan kata logi yang berarti `ilmu`. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti `ilmu mengenai bentuk. Kajian morfologi yang akan digunakan adalah analisis tentang afiksasi dan reduplikasi. Ramlan (1985: 55) mengatakan, pengimbuhan atau afiksasi adalah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata atau pokok kata, yang sanggup melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Pengimbuhan hanya dapat dilakukan oleh kelas terbuka. Menurut Chaer (2008; 65) kelas-kelas terbuka adalah kelas yang keanggotaannya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial buadaya yang terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa. Yang termasuk kelas terbuka adalah katakata yang termasuk dalam kelas verba, nomina, dan ajektiva. Reduplikasi menurut Samsuri (1994: 191) adalah pengulangan yang merupakan pula suatu proses yang banyak sekali terdapat pada bahasa-bahasa di dunia ini. Penelitian ini akan dibatasi dengan kajian pada kelas kata verba agar penelitian ini lebih fokus dan tidak terlalu luas pembahasannya. Pengertian verba menurut Kridalaksana (2008: 254) adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat; dalam beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala, aspek, persona, atau jumlah. Sebagian besar verba mewakili unsur semantis perbuatan, keadaan, atau proses; kelas ini dalam 2

bahasa Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak dan tidak mungkin diawali dengan kata seperti sangat, lebih, dsb.; mis. datang naik, bekerja, dsb. Imbuhan yang dapat digabungkan pada kelas kata verba di antaranya adalah prefiks ber-, konfiks dan klofiks ber-an, klofiks berkan, sufiks kan, sufiks i, prefiks per-, konfiks per-kan, konfiks per-i, prefiks me-, prefiks di-, prefiks ter-, prefiks ke-, konfiks ke-an. Semantik menurut Kridalaksana (2008: 216) adalah 1. Bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara; 2. Sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Pada penelitian ini penulis menggunakan kajian Semantik Leksikal dan Semantik Gramatikal. Kridalaksana (2008: 217) mengatakan semantik leksikal adalah penyelidikan makna unsur-unsur kosakata suatu bahasa pada umumnya. Semantik gramatikal adalah penyelidikan makna bahasa dengan menekankan hubungan-hubungan dengan pelbagai tataran gramatikal. Pembahasan Verba yang berkaitan dengan mulut yang diteliti dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi tujuh bagian, yaitu verba yang berkaitan dengan mengeluarkan suara dari mulut: bicara, teriak, nyanyi, siul, dan batuk, verba yang berkaitan dengan bicara: diskusi, gumam, bisisk, dan komentar, verba yang berkaitan dengan memasukkan sesuatu ke dalam mulut: makan, minum, telan, dan sedak, verba yang berkaitan dengan mengeluarkan sesuatu dari mulut: muntah, ludah, dan iler, verba yang berkaitan dengan aktivitas menggunakan gigi: gigit, kunyah, dan gertak, verba yang berkaitan dengan aktivitas menggunakan lidah: jilat, dan verba yang berkaitan dengan aktivitas menggunakan bibir: cium, senyum, kulum isap, sedot, cibir, nganga, dan senyum. Di akhir tiap uraian disertai dengan tabel untuk memperjelas narasi pada tiap data. Data yang dicantumkan dalam penelitian ini hanya data yang diperoleh dari sumber data. Namun pada 3

jurnal ini hanya empat bagian yang tertera sebagai contoh dan masing-masing bagian hanya satu contoh yang akan dianalisis. Berikut ini adalah analisisnya: Verba yang Berkaitan dengan Mengeluarkan Suara dari Mulut Verba yang berkaitan dengan mulut terbagi menjadi lima bagian, yaitu bicara, teriak, nyanyi, siul, dan batuk. Berikut ini adalah contoh dari salah satu analisisnya: Kata Dasar Bicara Makna leksikal kata bicara adalah n akal budi; pikiran; (2) n cak perundingan; (3) v beperkara; berurusan; (4) n kl pertimbangan pikiran; pendapat; (5) v cak berbahasa; berkata; (6) a sedang dipakai untuk bercakap (dalam telepon); (7) Jk a cak tanggung, tentu (pasti). Kata dasar bicara merupakan bentuk dasar nonverba. Namun setelah mengalami proses afiksasi, bentuk dasar bicara berubah menjadi kategori verba. Afiks pembentuk verba yang dapat melekat pada kata dasar bicara hanya dapat dilakukan afiks me-kan dan ber-. Berikut ini adalah analisisnya: a. Membicarakan (1) Hari ini atau besok saya akan ketemu dengan pimpinan bank untuk membicarakan lebih dalam mengenai sistem pengamanan. (K/22/01/2010) Makna leksikal pada kata membicarakan adalah v (1) mempercakapkan; memperkatakan; merundingkan; (2) ark memesan. Makna gramatikal pada kata membicarakan adalah membuat sebuah pembicaraan atau sebuah percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk merundingkan sesuatu. Proses afiksasi pada kata 4

membicarakan adalah kombinasi afiks yaitu, prefiks me- dan sufiks kan. Prefiks me- pada kata membicarakan berbentuk mem- karena bentuk dasarnya dimulai dengan fonem b. b. Berbicara (2) iphone bantu pasien stroke berbicara. (MI/08/04/2011) Makna leksikal v (1) berkata; bercakap; berbahasa; (2) melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dsb); (3) berunding; merundingkan; (4) ki digunakan untuk (membunuh, melukai). Makna gramatikal yang terdapat pada kata berbicara adalah menghasilkan atau mengeluarkan kata-kata. Proses afiksasi pada kata berbicara adalah prefiksasi dengan prefiks ber-. Tabel 3.1 Afiksasi Verba yang Berkaitan dengan Mengeluarkan Suara dari Mulut Klasif Proses Morfologi ikasi Verba Afiksasi yang me- di- mekakai di- me- di-i ber- ter- ke- Berka itan Meng eluark an Suara dari 5

Mulut Bicara Tabel 3.2 Makna Verba yang Berkaitan dengan Mengeluarkan Suara dari Mulut Klasifikasi Verba yang Makna Berkaitan Mengeluarkan Suara dari Mulut leksikal gramatikal Membicarakan v (1) mempercakapkan; memperkatakan; merundingkan; (2) ark memesan. membuat sebuah pembicaraan atau sebuah percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk merundingkan sesuatu. Berbicara v (1) berkata; bercakap; berbahasa; (2) melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dsb); (3) berunding; merundingkan; (4) ki digunakan untuk (membunuh, melukai). Verba yang Berkaitan dengan Bicara menghasilkan atau mengeluarkan kata-kata. Verba yang berkaitan dengan bicara dibagi menjadi empat bagian, yaitu diskusi, gumam, bisisk, dan komentar. Berikut ini salah satu contoh analisisnya: Kata dasar Diskusi Makna leksikal kata diskusi adalah n pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Kata dasar diskusi merupakan bentuk dasar nonverba. Namun setelah diimbuhkan atau mengalami proses afiksasi, bentuk dasar diskusi 6

berubah menjadi kelas kata verba. Tidak semua afiks dapat membentuk verba. Afiks pembentuk verba yang dapat melekat pada kata dasar diskusi hanya dapat dilakukan afiks ber-. Berikut ini adalah analisisnya: a. Berdiskusi (3) Ia juga mengungkapkan dirinya sering pula berdiskusi dengan Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali dan Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa, serta pendiri Partai Nasdem Surya Paloh. (MI/20/01/2012) Makna leksikal kata berdiskusi adalah v mengadakan diskusi; bertukar pikiran. Makna gramatikal pada kata berdiskusi adalah saling mengungkapkan pendapat atau bertukar pikiran yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Proses afiksasi pada kata berdiskusi adalah prefiksasi dengan prefiks ber-. Tabel 3.3 Afiksasi Verba yang Berkaitan dengan Bicara Klasif Proses Morfologi ikasi Verba Afiksasi yang me- di- mekakai di- me- Berka itan denga n Bicar a Diskusi di-i ber- ter- ke- Tabel 3.4 Makna Verba yang Berkaitan dengan Bicara Klasifikasi Verba yang Makna Berkaitan dengan Bicara 7

leksikal Gramatikal Berdiskusi v mengadakan diskusi; bertukar pikiran. saling mengungkapkan pendapat atau bertukar pikiran yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Verba yang Berkaitan dengan Memasukkan Sesuatu ke Dalam Mulut Verba yang berkaitan dengan memasukkan sesuatu ke dalam mulut dibagi menjadi empat, yaitu makan, minum, telan, dan sedak. Berikut adalah salah satu contoh analisisinya: Kata Dasar Makan Makna leksikal kata makan adalah v memasukkan makanan pokok ke dalam mulut serta mengunyah dan menelannya; (2) v memasukkan sesuatu ke dalam mulut, kemudian mengunyah dan menelannya; (3) v memasukkan sesuatu ke dalam mulut dan mengunyah-ngunyahnya; (4) v memasukkan sesuatu ke dalam mulut dan menelannya; (5) v mengisap; (6) v memakai; memerlukan; menghabiskan (waktu, biaya, dsb); (7) v menyerang, mematikan, mengambil (dalam permainan catur); (8) v bekerja sebagaimana mestinya (tentang rem, gigi roda, dsb); (9) v melukai; (10) v mengenai; menembus; (11) v memperoleh sesuatu; mencapai sesuatu. Kata dasar makan merupakan bentuk dasar verba. Setelah mengalami proses afiksasi, bentuk dasar makan yang sudah tergolong kelas kata verba dapat membentuk kata-kata baru yang juga berkalas kata verba. Afiks pembentuk verba yang dapat melekat pada kata dasar makan hanya dapat dilakukan afiks me-, me-i, me-kan dan ter-. Berikut ini adalah analisisnya: a. Memakan 8

(4) Ribuan penderita asma mengantre untuk dapat memakan ikan sarden hidup yang diolesi campuran bumbu masala untuk menyembuhkan penyakit mereka. (K/14/06/2011) Makna leksikal kata memakan adalah v makan (biasanya mengandung arti lebih aktif). Makna gramatkal yang terdapat pada kata memakan adalah memasukkan makanan atau benda lainnya ke dalam mulut kemudian menelannya. Kata memakan proses yang terjadi adalah prefiksasi dengan prefiks me-. b. Memakani (5) Kera memakani buah dan sayuran petani di perkebunan warga. (MI/23/10/2010) Makna leksikal kata memakani adalah v (1) memberi pakan (untuk binatang); (2) memakan berkali-kali atau banyak. Kata memakani memiliki makna gramatikal memasukkan makanan berulang-ulang kali atau memakan banyak makanan. Memakani mengalami proses yaitu kombinasi afiks prefiks me- dan sufiks -i. c. Memakankan 9

(6) Resep ini juga cukup mujarab untuk bayi yang terkena BAB, tapi jangan memakankan buah pepaya pada si bayi, cukup ibunya yang memakan pepaya dan si bayi melalui ASI atau penyusuan akan menerima pengobatan tersebut. (bakritomaiwanusantara.blogspot.com/07/02/2012) Makna leksikal kata memakankan adalah v (1) membiarkan supaya dimakan; (2) memberi sesuatu supaya dimakan; (3) memakan untuk.makna gramatikal kata memaknkan adalah memberikan makanan atau sesuatu agar dimakan oleh subjek yang dituju. Kata memakankan mengalami proses yaitu kombinasi afiks prefiks me- dan sufiks kan. d. Termakan (7) Jika termakan racun, gajah akan minum sebanyakbanyaknya untuk menetralisir itu. (MI/07/03/2012) Makna leksikal kata termakan adalah v (1) sudah dimakan; (2) dapat dimakan; (3) tidak sengaja dimakan; (4) ki dirusakkan; dihabiskan; (5) ki dipengaruhi; (6) ki terserap; masuk; (7) ki dikenai, dilukai, dsb. Makna gramatikal kata termakan adalah sesuatu yang dimakan secara tidak sengaja. Kata termakan juga bisa diartikan sesuatu yang dapat dimakan. Pada kata termakan peroses yang terjadi adalah prefiksasi dengan prefiks ter-. Tabel 3.5 Afiksasi Verba yang Berkaitan dengan Memasukkan Sesuatu ke Dalam Mulut Klasif Proses Morfologi ikasi Verba Afiksasi 10

yang Berka itan denga n Mem asukk an Seuat u ke Dala m Mulut me- di- mekan dikan mei di-i ber- ter- kean Makan Tabel 3.6 Makna Verba yang Berkaitan dengan Memasukkan Sesuatu ke Dalam Mulut Klasifikasi Verba yang Makna Berkaitan dengan leksikal gramatikal Memasukkan Seuatu ke Dalam Mulut Memakan v makan (biasanya mengandung arti lebih aktif). memasukkan makanan atau benda lainnya ke dalam mulut kemudian Memakani v (1) memberi pakan (untuk binatang); (2) memakan berkali-kali atau banyak. Memakankan v (1) membiarkan supaya dimakan; (2) memberi sesuatu supaya dimakan; (3) memakan untuk. Termakan v (1) sudah dimakan; (2) dapat dimakan; (3) tidak sengaja dimakan; (4) ki dirusakkan; dihabiskan; (5) ki dipengaruhi; (6) ki terserap; masuk; (7) ki dikenai, dilukai, dsb. menelannya. memasukkan makanan berulang-ulang kali atau memakan banyak makanan. memberikan makanan atau sesuatu agar dimakan oleh subjek yang dituju. sesuatu yang dimakan secara tidak sengaja. Kata termakan juga bisa diartikan sesuatu yang dapat dimakan. Verba yang Berkaitan dengan Mengeluarkan Sesuatu dari Mulut Verba yang berkaitan dengan mengeluarkan sesuatu dari mulut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu muntah, ludah, dan iler. Berikut ini adalah analisisnya: 11

Kata Dasar Muntah Makna leksikal kata muntah adalah v keluar kembali makanan (minuman dsb) yg telah masuk ke dl mulut atau perut; (2) n barang yg dimuntahkan; muntahan; (3) v cak luntur (tentang warna); (4) v ki lepas dari. Kata dasar muntah merupakan bentuk dasar verba. Setelah mengalami proses afiksasi, bentuk dasar muntah yang sudah tergolong kelas kata verba dapat membentuk kata-kata baru yang juga berkalas kata verba. Afiks pembentuk verba yang dapat melekat pada kata dasar muntah hanya dapat dilakukan afiks me-i, me-kan dan di-kan. Berikut ini adalah analisisnya: a. Memuntahi Kata memuntahi tidak ditemukan pemakaiannya dalam masyarakat. Makna leksikal kata muntahi adalah v muntah sehingga mengenai sesuatu. Kata memuntahi memiliki makna gramatikal mengeluarkan muntah sehingga mengenai sesuatu yang ada di sekitarnya. Memuntahi mengalami proses yaitu kombinasi afiks prefiks me- dan sufiks -i. b. Memuntahkan (8) Aku terbiasa memuntahkan kembali makananku. (MI/09/03/2011) Makna leksikal kata memuntahkan adalah v (1) mengeluarkan apaapa yang sudah masuk ke dalam perut (mulut); (2) ki mengeluarkan banyak-banyak; (3) ki mengeluarkan segala yang terkandung dalam hatinya; melampiaskan.makna gramatikal pada kata memuntahkan adalah 12

mengeluarkan kembali apa yang sudah dimakan. Kata memuntahkan mengalami proses yaitu kombinasi afiks prefiks me- dan sufiks kan. c. Dimuntahkan (9) Ada juga cara diet unik dengan mengunyah makanan hingga 32 kali hingga halus kemudian sisa makanan di mulut dimuntahkan. (MI/10/05/2011) Makna leksikal kata dimuntahkan adalah v dikeluarkan apa-apa yang sudah masuk ke dalam perut. Makna gramatikal kata dimuntahkan adalah dimuntahkan apa yang masuk ke dalam perut karena berbagai hal. Kata dimuntahkan adalah bentuk pasif kata memuntahkan. Pada kata dimuntahkan proses yang terjadi adalah kombinasi afiks prefiks di- dan sufiks kan. Tabel 3.7 Afiksasi Verba yang Berkaitan dengan Mengeluarka Sesuatu dari Mulut Klasif Proses Morfologi ikasi Verba Afiksasi yang me- di- mekakai di- me- di-i ber- ter- ke- Berka itan denga n Meng eluark an Sesua tu dari Mulut Muntah 13

Tabel 3.8 Makna Verba yang Berkaitan dengan Mengeluarka Sesuatu dari Mulut Klasifikasi Verba yang Makna Berkaitan dengan Mengeluarkan Sesuatu dari Mulut leksikal gramatikal Memuntahkan Dimuntahkan v (1) mengeluarkan apaapa yang sudah masuk ke dalam perut (mulut); (2) ki mengeluarkan banyakbanyak; (3) ki mengeluarkan segala yang terkandung dalam hatinya; melampiaskan. v dikeluarkan apa-apa yang sudah masuk ke dalam perut. mengeluarkan kembali apa yang sudah dimakan. dimuntahkan apa yang masuk ke dalam perut karena berbagai hal. Memuntahi v muntah sehingga mengenai sesuatu. mengeluarkan muntah sehingga mengenai sesuatu yang ada di sekitarnya. Simpulan 1. Proses morfemis pada verba yang berkaitan dengan mulut banyak yang mengalami kombinasi afiks. Kombinasi afiks yang banyak dilakukan adalah kombinasi afiks me-kan pada kata membicarakan, memakankan, memuntahkan. Kombinasi afiks me-i pada kata memakani, memuntahi. Afiks pembentuk verba yang banyak melekat pada verba yang berkaitan dengan mulut adalah prefiks ber- pada kata berbicara,berdiskusi. Prefiks me- pada kata memakan. Prefiks ter- pada kata termakan. 14

2. Makna kata yang berkaitan dengan mulut setelah mengalami proses morfemis adalah sebagai berikut. a. Makna pada kombinasi afiks me-kan yang banyak terjadi adalah memiliki makna menjadikan dan melakukan untuk. b. Makna pada kombinasi afiks me-i yang banyak terjadi adalah berulang kali, melakukan kegiatan pada sesuatu atau seseorang, dan memberi. c. Makna pada prefiks ber- yang banyak terjadi adalah melakukan kegiatan dan mengeluarkan atau menghasilkan. d. Makna pada prefiks me- yang banyak terjadi adalah melakukan kegiatan, mengeluarkan suara, dan membuat. e. Makna pada prefiks ter- yang banyak terjadi adalah sanggup dilakukan, tidak sengaja, dan sudah terjadi. Makna pada konfiks ke-an yang banyak terjadi adalah terkena, menderita, mengalami. f. Makna pada kombinasi afiks di-kan yang banyak terjadi adalah menjadikan dalam suatu bentuk. Daftar Sumber: Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Djajasudarma, Fatimah. 2009. Semantik 1. Bandung: PT Refika Aditama. Djajasudarma, Fatimah. 2009. Semantik 2. Bandung: PT Refika Aditama. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 15