SEMESTER I-2007/2008 STUDIO PERANCANGAN AKHIR A. A. Putra Munchana / BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan. Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Jumlah

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GELANGGANG REMAJA MUSIK DI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

GELANGGANG REMAJA DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. :Bangunan untuk tempat tinggal. (

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. metal yaitu Seringai sebagai bahan untuk penelitian. Kebanyakan lirik pada

BAB I PENDAHULUAN. yang ada terkadang membawa hal yang positif dan negatif, tergantung dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar Pendidikan non formal sebagai wadah aktifitas diluar sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah masyarakat manusia umumnya, membaca merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO

1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar belakang pengadaan proyek

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

I.1. LATAR BELAKANG I.1.1.

BAB 1 PENDAHULUAN. diri seseorang. Musik tidak hanya menyentuh, tetapi meresap dan merasuk jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 profesi anak jalanan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN. terlihat di kota Yogyakarta. Ini terlihat dari banyaknya komunitaskomunitas

BAB I PENDAHULUAN. Sepuluh tahun belakangan ini, perkembangan otomotif di tanah air sangat

Seminar Tugas Akhir KBA BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Berbicara di depan umum atau lebih dikenal dengan public speaking adalah

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB 1 PENDAHULUAN. mengespresikan kegiatan positifnya. Jumlah pemuda kota medan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang dapat dirasakan, dipikirkan, dan dihayati, dalam seni

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri telah berkembang secara pesat seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. daya alam dan sumber daya manusia harus maksimal agar bisa menyejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Fotografi Semarang. Ilham Abi Pradiptha Andreas Feininger, Photographer,

SEKOLAH TINGGI PERFILMAN JAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan mutlak dan primer saat ini. Sebelumnya, pendidikan hanya menjadi milik kalangan atas namun

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan % dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ( diakses 2 Maret 2015) ( diakses 2 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN. remaja yang mempunyai tujuan ideologi yang sama. Hal ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baru yang tergabung dalam major label maupun indie label. Major label dan

BAB I PENDAHULUAN. Service), serta media alam sebagai media pembelajaran dan tempat. school melalui penyediaan fasilitas yang mengacu pada aktivitas

Olahraga ekstrem telah lama lahir dan dikenal oleh masyarakat luas, dengan banyak pilihan jenis serta spesifikasi yang berbeda beda.

BAB I PENDAHULUAN. Concert : Pagelaran musik atau pementasan musik (Wikipedia, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

3. Bagaimana menciptakan sebuah ruangan yang dapat merangsang emosi yang baik untuk anak dengan menerapkan warna-warna di dalam interior?

BAB I PENDAHULUAN. baru, baik yang bergabung dalam major label maupun indie label. Indie label dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

2016 PROSES BELAJAR MANDIRI PEMAIN KEYBOARD PADA BAND MTM COMMUNITY BANDUNG

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk at au penataan

BAB I PENDAHULUAN. berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berpikir dan berperasaan

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2006/2007 PUSAT KEBUDAYAAN JEPANG DI BANDUNG TEMA: ORIGAMI DALAM ARSITEKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB I. : 1. Masa muda, 2. Kaum muda, 3. Remaja. : Tempat yang dianggap penting/pumpunan dari berbagai kedudukan/kegiatan sesuai dengan golongannya 2

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Sekolah Tinggi Musik Bandung 1

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, tantangan dan persaingan di era

STUDIO TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN


I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SHOPPING MALL BERKONSEP CITYWALK DI SEMARANG. Nama : SEPTIADI ARI NUGROHO NIM : L2B308026


I. 1 Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB III IDENTIFIKASI DATA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perjalanan hidupnya, manusia mengalami beberapa tahapan hidup seiring dengan pertumbuhan fisiknya. Masing masing tahapan tersebut unik, memiliki ciri khas, dan problematikanya sendiri. Di antara tahapan hidup tersebut biasanya terdapat tahap transisi dimana terjadi perubahan pola pikir atau bahkan lebih parah lagi dapat berupa sebuah krisis identitas. Tahapan transisi yang paling krusial dalam hidup manusia adalah masa remaja, yaitu masa transisi perkembangan mental dan fisik remaja dari seorang anak menjadi dewasa. Pada tahap ini, perkembangan seseorang baik dari segi fisik maupun mental berlangsung lebih cepat daripada saat mereka kanak kanak, sehingga proses perubahan itu bisa mereka sadari dan itu seringkali membuat orang tersebut bingung, sehingga pada akhirnya berdampak pada kebingungan orang sekitarnya. Tiap orang hanya mengalami masa dengan ciri seperti remaja ini sekali seumur hidup. Masa remaja ini memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari tahapan tahapan hidup manusia yang lain, sehingga dari karakteristik yang berbeda tersebut muncullah tuntutan tuntutan kebutuhan yang berbeda pula daripada kebutuhan orang orang pada tahapan hidup yang lain, baik yang berupa kebutuhan fisik maupun kebutuhan mental. Satu lagi hal yang yang semakin membuat fase remaja semakin memusingkan adalah bervariasinya reaksi tiap orang akan kejutan kejutan yang mereka alami saat menginjak masa remaja, sehingga sulit menemukan satu solusi yang benar benar ideal untuk memecahkan masalah masalah yang berhubungan dengan remaja karena variasi permasalahannya yang sangat luas. 2

Remaja yang dianggap bermasalah biasanya adalah remaja yang bereaksi negatif atas perubahan fisik, mental, keingintahuannya, atau mereka yang mengikuti norma norma yang salah dalam memenuhi kebutuhan keremajaan mereka. Misalnya mereka yang mulai merampok atau mencopet untuk mendapatkan uang karena keadaan ekonominya yang memaksa atau karena tak adanya sarana pelampiasan energi mereka, bisa pula diambil contoh remaja yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas atau dunia obat obatan terlarang karena mengikuti informasi yang salah. Hal ini bukan sepenuhnya salah mereka karena memang itulah kebutuhan mereka, keingintahuan, pelampiasan, dan jawaban atas idealisme yang biasanya muncul. Permasalahan ini harus menjadi perhatian dari semua kalangan masyarakat karena kaum remaja adalah calon generasi penerus bangsa. Keadaan dunia remaja sekarang adalah gambaran dari bagaimana keadaan bangsa kita 10 15 tahun lagi. Oleh karena itu dirasa perlu untuk menciptakan sebuah atmosfir positif bagi remaja, dengan pemberian media yang cukup untuk pelampiasan kreativitas dan energi kaum remaja, pengarahan melalui informasi informasi yang baik dan benar, penggemblengan iman mereka melalui kegiatan keagamaan, dan kegitan kegiatan lain yang mencegah eksplorasi mereka terhadap hal hal yang dianggap negatif bagi masyarakat. Pada dasarnya semua remaja ingin berbuat positif dan mereka yang akhirnya berbuat hal hal negatif adalah karena tidak punya atau tidak tahu cara pelampiasan yang bersifat positif. Di Bandung sendiri, populasi kaum remaja berjumlah sekitar 22% dari seluruh penduduk Bandung (Bandung dalam Angka, 2005). Seperti yang kita ketahui, Bandung terkenal karena atmosfir kreatifnya yang kental, dan kaum yang aktif menggerakkan roda dunia kreatif di Bandung sebagian besar terdiri dari kaum remaja. Hal ini bisa menjadi sesuatu yang positif bagi dunia keremajaan di Bandung karena hal tersebut menyebabkan banyaknya terdapat media penyaluran kreativitas, perasaan, dan gejolak energi kaum remaja yang meluap luap. Jika dilihat lebih luas lagi, remaja yang ada di Bandung tidak sepenuhnya adalah remaja remaja yang benar benar berasal dari Bandung. Karena banyaknya institusi institusi pendidikan khususnya yang setingkat perguruan tinggi membuat banyaknya kaum remaja dari kota kota di seluruh Indonesia datang kemudian mempengaruhi serta dipengaruhi dan 3

dididik oleh atmosfir dunia remaja di Bandung. Hal ini seharusnya menjadi pemicu munculnya fasilitas fasilitas rekreatif, edukatif, dan kreatif yang benar benar bertujuan mengarahkan kaum remaja agar tidak terjerumus ke dalam hal hal yang dianggap negatif oleh masyarakat, bukan lagi fasilitas fasilitas remaja yang bertujuan komersial seperti yang banyak kita jumpai di Bandung ini. Mungkin adanya fasilitas fasilitas dengan segmentasi remaja ini banyak memberi dampak positif, namun dengan tujuan komersil seperti ini tentunya sudah ada satu hal yang jelas, yaitu mencuatnya budaya konsumtif di kalangan remaja di Bandung. Industri kreatif dari yang semacam distro baju, aksesoris, hingga tukang tatoo, berbagai komunitas seperti komunitas-komunitas otomotif hingga pencinta budaya Jepang sangat marak berkembang di Bandung. Dengan adanya organisasi dan kepengurusan yang terstruktur, komunitas dan industri industri tersebut bisa menjadi sarana pemenuhan kebutuhan kebutuhan remaja sekaligus mengarahkan energi mereka ke arah yang positif bagi masyarakat. Begitu pula dengan dunia musik di Bandung yang saat ini menjadi salah satu media kreativitas remaja yang paling digemari. Hal ini telah berlangsung lama hingga Bandung dikenal sebagai kota penghasil musisi musisi berbakat di tanah air. Seniman seniman besar dalam dunia musik Indonesia seperti Harry Roesli, Sujiwo Tejo, solois seperti Nicky Astria, Marcell, grup band yang memiliki aliran unik seperti Homogenic, Goodnight Electric, Ecoutez, hingga grup grup band papan atas seperti Project Pop, /Rif, Seurieus, Peterpan, Mocca lahir dan besar di Bandung. Dalam ajang-ajang festival musik skala nasional pun grup grup band dari Bandung telah sering mencetak prestasi yang mengagumkan seperti band Mukjizat dalam ajang Djarum Rock Festival, atau band Pluto dan Numero dalam ajang DreamBand. Dengan atmosfir permusikan yang begitu kondusif, dengan pengaruh kreatif yang sangat beranekaragam, tidak heran jika di Bandung selalu muncul bibit bibit musisi potensial yang amatlah sayang jika tidak dikembangkan. Fasilitas pendukung permusikan di Bandung sudah cukup banyak, mulai dari toko kaset dan CD, toko alat alat musik, pendidikan musik kursus, bahkan sudah ada Sekolah Tinggi Musik, studio rekaman dan latihan sudah bertebaran 4

di seluruh Bandung. Namun sebagian besar masih berorientasi pada komersial sehingga dalam hal ini kurang ideal untuk menjadi sarana pengarahan bagi remaja sebagai pengguna fasilitas tersebut. Selain itu, lokasi fasilitas fasilitas ini pun cenderung terpencar pencar dan berjauhan satu sama lain sehingga menghalangi terbentuknya suatu komunitas musisi Bandung dalam skala besar. Hal yang membuat Bandung sangat maju dalam bidang musik adalah karena musik telah merasuk ke dalam setiap sektor kreatif di Bandung. Hampir seluruh bidang kreatif di Bandung memiliki genre musik tersendiri. Contohnya seperti komunitas distro identik dengan genre musik punk dan musik eksperimental tempoe doeloe atau komunitas desain yang identik dengan genre musik elektronik, dan komunitas pecinta musik Jepang membuat genre musik baru yang merupakan gabungan pop/rock Indonesia dengan gaya musik, kostum, serta aksi panggung khas Jepang. Hal inilah yang menyebabkan variatifnya genre band band baru dari Bandung yang berakar dari variatifnya dunia kreatif di Bandung itu sendiri. Hal tersebut berarti pula hampir semua kalangan remaja di Bandung bermusik. Oleh karena itulah tidaklah aneh jika kebutuhan kreativitas remaja di Bandung diwadahi dalam sebuah fasilitas musik yang memiliki atmosfir permusikan yang produktif dan positif yang sekaligus juga sebagai sarana pencegahan remaja melampiaskan energinya ke arah hal hal yang dianggap negatif oleh masyarakat. Yang dimaksud dengan atmosfir permusikan yang produktif adalah remaja di dalamnya tidak hanya sekedar bermusik, tetapi bermusik untuk menghasilkan produk musik yang dapat dinikmati orang lain. Sementara atmosfir permusikan yang positif adalah bermusik yang tidak diikuti oleh hal hal yang destruktif seperti yang kita ketahui pada beberapa genre musik diikuti oleh aksi perusakan alat alat musik atau bahkan mendorong penikmatnya memakai obat obatan terlarang atau sejenisnya. Dengan adanya fasilitas ini juga diharapkan bisa menambah pesat lagi perkembangan musik di Bandung dengan munculnya bibit bibit musisi yang telah digembleng dalam fasilitas ini. Dari semua hal-hal yang berusaha diwadahi tersebut di atas, maka fasilitas ini dapat diwujudkan dalam sebuah Gelanggang Remaja Musik. 5

1.2 PEMAHAMAN JUDUL DAN TEMA 1.2.1 Gelanggang Remaja Tipologi gelanggang remaja adalah tipologi yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Youth centre. Ini adalah sebuah wadah perkumpulan sosial dan berbagai aktivitas yang khusus ditujuan untuk kelompok usia remaja. Menurut Buku Penyelenggaraan Gelanggang yang diterbitkan oleh kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, pengertian Gelanggang Remaja adalah sebagai berikut : Suatu arena atau tempat yang bersifat tetap bagi para remaja untuk menyelenggarakan berbagai macam kegiatan secara teratur dan terarah dengan penanggungjawab tertentu. Sementara tugas utamanya adalah menyelenggarakan kegiatan untuk pembinaan dan pengembangan remaja ke masa depan sebagai generasi yang tangguh dan mandiri, melalui penyediaan fasilitas, program jenis kegiatan, serta metode pembinaannya. 1.2.2 Musik Musik sebagai sebuah aktivitas dapat diartikan sebagai berikut : Hal mengaktualisasi diri (atau kelompok) melalui komposisi suara yang terorganisasi untuk menyampaikan suatu pesan kepada pendengar atau mengekspresikan dirinya (http://en.wikipedia.com) 1.2.3 Gelanggang Remaja Musik Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Gelanggang Musik Remaja adalah : Suatu fasilitas yang bersifat tetap untuk mewadahi pembinaan dan pengembangan kaum muda dan remaja agar dalam segala problematika dan eksplorasinya terhadap dunia dewasa dapat terhindar dari pengaruh pengaruh negatif, yang diselenggarakan melalui salah satu media kreativitas yang sangat populer, yaitu kegiatan yang berhubungan dengan musik. Musik dianggap sebagai media berekspresi yang positif. 6

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PERANCANGAN 1.3.1 Maksud Menciptakan suatu rancangan yang ideal bagi remaja untuk memenuhi kebutuhan remaja khususnya remaja di Bandung melalui berbagai kegiatan sosialisasi, aktivitas fisik, dan keterampilan, dalam rangka mencegah terjerumusnya remaja ke dalam hal hal yang bersifat negatif. Pemenuhan kebutuhan ini dilakukan melalui musik karena konteksnya, Bandung yang merupakan salah satu kota dengan atmosfir permusikan yang paling berkembang dan musik dapat menjadi media yang paling baik untuk menjangkau remaja di sini. 1.3.2 Tujuan Tujuan Umum : Menciptakan suatu rancangan fasilitas untuk menyampaikan informasi informasi positif dan pengarahan bagi remaja yang menggunakan fasilitas ini, Menciptakan suatu rancangan fasilitas publik bagi remaja untuk berinteraksi secara positif dan produktif, Menciptakan suatu rancangan yang dapat menjadi wadah untuk menggali potensi potensi musik yang tersembunyi dalam kalangan remaja Bandung dan mengembangkannya agar dapat menjadi nilai positif bagi dunia musik di Bandung, dan Menciptakan suatu rancangan yang dapat menjadi pusat fasilitas fasilitas permusikan di Bandung dengan harapan akan terciptakan suatu komunitas musisi Bandung yang lebih besar. Tujuan Perancangan : Menciptakan fasilitas yang benar benar ideal bagi remaja, baik secara visual, keruangan, antropometri, maupun sesuai dengan sifat sifat dan kebutuhan remaja sebagai pengguna utamanya, Mewujudkan rancangan yang rekreatif, menarik, dan inspiratif bagi penggunanya yang diwujudkan dalam suatu pengalaman ruang. 7

1.4 MASALAH PERANCANGAN Masalah perancangan yang muncul antara lain adalah : Rancangan harus dibuat sedemikian rupa sehingga benar benar ideal untuk kelompok usia remaja, baik secara antropometris, psikologis, serta dapat merespon perilaku dan karakteristik remaja dengan baik, bukan sekedar mengikuti standar standar tipologi yang ada, Kelompok usia remaja sangat heterogen dan ada kecenderungan segmentasi berdasarkan kelas sosial tertentu, sehingga fasilitas yang ada harus merespon seluruh kalangan tersebut, Terbatasnya luas lahan perancangan untuk program program yang akan ditampung serta ikutannya (contohnya seperti kebutuhan parkir) oleh fasilitas ini mengharuskan perhatian yang sungguh sungguh terhadap efisiensi penggunaan lahan, Lokasi perancangan adalah daerah dengan kepadatan tinggi, memiliki beberapa simpul simpul keramaian di sekelilingnya, berada dekat dengan fungsi residensial, serta berada di tepi jalan yang cukup ramai di Bandung. 1.5 LINGKUP PERANCANGAN Lingkup perancangan dari kasus ini adalah perancangan arsitektural sebuah Gelanggang Remaja yang mengkhususkan diri pada kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan musik. Fasilitas ini akan mewadahi berbagai kegiatan musik seperti pertunjukan, produksi, apresiasi, kreasi musik, serta kegiatan kegiatan operasional dan manajerial. 1.6 PENDEKATAN Sasaran perancangan Gelanggang Remaja Musik ini yang utama adalah sebuah rancangan gelanggang remaja yang seideal mungkin untuk remaja yang beraktivitas di dalamnya, serta seideal mungkin pula untuk aktivitas di dalamnya. Tiga aspek ini, yaitu Gelanggang, Musik, dan Remaja menempati peran yang berbeda-beda pada kasus ini : 8

Gelanggang sebagai tempat, Musik sebagai aktivitas, dan Remaja sebagai pengguna. Dengan mengkaji interaksi antar aspek ini diharapkan akan dapat disimpulkan ruang seperti apa yang harusnya dirancang untuk dapat mewadahi penggunanya, aktivitas di dalamnya, dan tetap berada pada koridor tipologisnya. Gambar 1 Diagram hubungan tempat-pengguna-aktivitas untuk menyimpulkan ruang seperti apa yang akan dirancang Untuk melakukan pendekatan tersebut dilakukan berbagai pengumpulan data yang antara lain dengan : Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk : Melakukan pendekatan masalah melalui kajian pustaka untuk menambah pemahaman mengenai pengertian pengertian akan aspek aspek yang akan terlibat dalam perancangan, serta teknis perancangan bangunan dengan tipologi gelanggang remaja 9

Mencari kajian kajian teoritis mengenai aspek aspek yang potensial menjadi solusi permasalahan desain dalam rangka menguji kelayakannya menjadi koridor perancangan sekaligus mendalaminya jika nantinya telah terbukti layak. Pengamatan Lapangan Pengamatan lapangan diadakan untuk : Mendapatkan data data mengenai kondisi lahan, potensi lokasi serta permasalahannya terhadap daerah sekitar, dan hal hal lain yang dapat mempengaruhi atau menjadi batasan batasan dalam proses perancangan nantinya, Mempelajari karakter lokasi dan merasakan langsung berada di lokasi sehingga memudahkan munculnya ide ide atau konsep konsep dalam perancangan. Studi Banding Studi banding dilakukan terhadap beberapa fungsi bangunan yang terkait dengan kasus perancangan, baik yang memiliki kesamaan fungsi, tipologi, dan masalah, maupun kesamaan tema dan pemecahan masalah. Studi banding ini dilakukan terutama untuk mengetahui contoh contoh masalah yang ada, usaha pemecahan masalah, hingga sejauh mana solusi tersebut bisa memecahkan masalah yang ada. Hal hal tersebut dapat disimpulkan dengan mengamati jejak jejak fisik yang kurang lebih dapat menggambarkan perilaku penggunanya. Masukan mengenai standar standar tipologi yang berkaitan juga bisa didapatkan dari studi banding ini, selain data standar standar dari literatur yang notabene adalah standar dari luar negeri dan bukan tidak mungkin kurang ideal diterapkan di Indonesia. 1.7 SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN, memuat latar belakang kasus ini, maksud dan tujuan kasus ini diajukan, lingkup perancangan kasus, pendekatan yang digunakan, serta permasalahan perancangan yang dihadapi; BAB II DATA AWAL PROYEK, memuat penjelasan umum kasus, interpretasi kasus, program kegiatan, studi banding kasus sejenis, serta kesimpulan dari studi banding; 10

BAB III ANALISA, memuat berbagai analisis data-data yang telah terkumpul, yaitu analisa lahan, alur kegiatan pengguna, analisa perilaku, serta program ruang; BAB IV KONSEP PERANCANGAN memuat konsep pemintakatan, konsep gubahan massa, konsep ruang dalam, konsep ruang terbuka, dan konsep struktur dan utilitas; BAB V HASIL RANCANGAN, memuat aplikasi dari konsep-konsep perancangan ke dalam perancangan, improvisasi-improvisasi yang terjadi, serta gambar-gambar hasil rancangan final; BAB VI REFLEKSI PERANCANGAN, memuat pengalaman, susah senang, hal-hal penting, serta proses pembelajaran yang dialami perancang selama merancang Gelanggang Remaja Musik Bandung pada studio perancangan tugas akhir ini. 11