Untuk mengetahui ketelitian dari hasil groundtruth dan diperoleh 83.67% maka klasifikasi dianggap benar. (Purwadhi, 2001) Pembahasan

dokumen-dokumen yang mirip
PEMETAAN POTENSI PANAS BUMI (GEOTHERMAL) UNTUK MENDUKUNG PROGRAM ENERGI NASIONAL JAWA TIMUR (Studi Kasus : G. Lamongan, Kab.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Mei, 2013) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

Manifestasi Panas Bumi Gradien Geothermal Eksplorasi Panas Bumi Analisis Geologi

BAB I PENDAHULUAN. barat dan kelompok timur. Kawah bagian barat meliputi Kawah Timbang, Kawah

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Geofisika merupakan cabang ilmu kebumian yang menerapkan konsep

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Tantangan masa depan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

Sari. Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS DISTRIBUSI ANOMALI MEDAN MAGNET TOTAL DI AREA MANIFESTASI PANASBUMI TULEHU

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

IDENTIFIKASI POTENSI PANAS BUMI MENGGUNAKAN LANDSAT 8 SERTA PENENTUAN LOKASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (Studi Kasus : Kawasan Gunung Lawu)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu kawasan yang terbentuk akibat pertemuan tiga

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SNI Standar Nasional Indonesia. Pengawasan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

Metode Geofisika untuk Eksplorasi Panasbumi

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB I PENDAHULUAN. geologi secara detail di lapangan dan pengolahan data di studio dan laboratorium.

Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. curam, hanya beberapa tempat yang berupa dataran. Secara umum daerah Pacitan

BAB I PENDAHULUAN. dan sejarahnya (termasuk perkembangan kehidupan), serta proses-proses yang telah

Latar Belakang KEMENTERIAN ESDM

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

Aplikasi Penginderaan Jauh dan Metode Geolistrik untuk Analisa Potensi Batuan Fosfat (Studi Kasus : Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep)

III. BAHAN DAN METODE

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI LAINEA, KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV ANALISA TAPAK

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH RIA-RIA, SIPOHOLON, KABUPATEN TAPANULI UTARA, SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 1

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju dan termasuk 10 (sepuluh) negara besar di dunia pada tahun 2025 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan. Untuk mencapai hal tersebut, diharapkan pertumbuhan ekonomi riil rata-rata sekitar 7-9 persen per tahun secara berkelanjutan. Koridor Ekonomi Jawa, memiliki tema pembangunan sebagai Pendorong Industri dan Jasa Nasional

Semakin tinggi daerah tertentu, maka suhu permukaan daratnya akan semakin menurun. Hal ini karena Karakteristik dari adalah terjadinya penurunan suhu dengan adanya kenaikan altitude, dengan adanya penambahan jarak dari radiasi panas bumi. (vertical thermal structure of the atmosphere). Salah satu prospek dari manifestasi panas bumi adalah terdapat suatu anomali dari hasil pengolahan suhu permukaan dibandingkan dengan daerah disekitarnya (Wahyudi, 2005)

Interpretasi struktur geologi dilakukan dengan analisis kelurusan pada peta topografi serta mengambil data rekahan dan sesar di lapangan. Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa manifestasi dipengaruhi oleh struktur geologi sehingga bisa mencapai permukaan. (Tim eksplorasi gunung api lamongan Dinas ESDM, 2010)

Untuk mengetahui ketelitian dari hasil groundtruth dan diperoleh 83.67% maka klasifikasi dianggap benar. (Purwadhi, 2001)

Hubungan antara Indeks vegetasi dengan Ketinggian lahan bersifat positif Hubungan antara Indeks Vegetasi dengan Suhu Permukaan Darat bersifat Positif Hubungan antara Ketinggian lahan dengan Suhu Permukaan Darat bernilai negatif

Kesimpulan Penutup lahan yang ada di daerah penelitian memiliki 8 jenis tutupan lahan, yaitu badan air, pemukiman, hutan, kebun, ladang, semak, sawah, tanah kosong dengan nilai uji klasifikasi 83,67% dengan nilai RMS error 0,6843 dan SOF 0,1594 Hasil korelasi antara indeks vegetasi dengan ketinggian termasuk korelasi sangat rendah (0,00 0,199). Koefisien korelasinya bertanda (+), artinya hubungan ketinggian tempat dengan indeks vegetasi satu arah, sehingga jika ketinggian semakin tinggi, maka nilai indeks vegetasi juga semakin tinggi. Hasil korelasi antara indeks vegetasi dengan suhu permukaan termasuk tingkat korelasi rendah (0,20 0,399). Hasil korelasi antara ketinggian dengan suhu permukaan termasuk tingkat korelasi sedang (-0,40-0,599). Terdapat 2 sesar/kelurusan batuan dimana menjadi penanda dari potensi panas bumi ini berada yang terletak di bagian utara Gunung Lamongan. Hal ini diperkuat dengan adanya anomali dari suhu permukaan darat daerah gunung lamongan dan anomali nilai indeks vegetasi di tempat yang sama. Karena beberapa faktor yang menandakan terdapatnya potensi panas bumi adalah terdapatnya sesar, anomali vegetasi, dan anomali suhu permukaan di daerah yang saling bertampalan\ Hasil pemanfaatan panas bumi daerah jawa timur digunakan sesuai dengan MP3EI. Maka Pulau Jawa dikhususkan untuk pendorong industri dan jasa nasional dimana meliputi bidang peralatan transportasi, perkapalan, dan makanan minuman

Saran Bagi peneliti selanjutnya, untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat perlu melihat kembali variabel yang belum dianalisis seperti mineral permukaan, alterasi hidrotermal, titik panas (hot spot), dan penelitian secara geofisika. Dapat diketahui bahwa indikator permukaan area panas bumi adalah mineral permukaan, alterasi hidrotermal, anomali vegetasi, dan anomali termal. Bagi Dinas ESDM diharapkan untuk menganalisis adanya potensi panas bumi tidak hanya terbatas pada survey geologi dan geokimia, tapi kedepannya perlu diadakan survey secara geofisika Bagi Dinas Perindustrian dan Perekonomian diharapkan memiliki langkah strategis untuk pemanfaatan energi panas bumi dengan dasar dari MP3EI yang sudah ada. Potensi panas bumi diwilayah ini, terdapat pada sekitar lokasi 756818,468 E dan 9119287,025 S pada zone 49S