KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS Nip

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir,MS Nip

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

Hal i. LAKIP-Direktorat Tanaman Semusim 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA TAHUN 2012 KATA PENGANTAR

PENETAPAN KINERJA (PK) SATKER LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013

LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, FEBRUARI 2012 DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

Direktorat Jenderal Perkebunan

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian

L A K I P - BBPPTP Medan Tahun 2014 L A K I P - BBP2TP Medan Tahun 2012 KATA PENGANTAR

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012

DAFTAR ISI. BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Perencanaan (Rencana Strategis) Sekretariat. Direktorat Jenderal Perkebunan

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

2

STANDAR BAKU INDIKATOR KINERJA (SBIK) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TERKAIT INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

L A K I P - BBP2TP Medan Tahun Page 1

Jakarta, Januari 2016 Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar. Dr.Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS NIP

BAB I PENDAHULUAN LAKIN DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

Perkebunan Kementerian

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015

2

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

Revisi ke 02 Tanggal : 08 April 2015

BAB II RENCANA STRATEJIK

KATA PENGANTAR. Surabaya, Pebruari 2014 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

LAKIP SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH)

- Hibah Luar Negeri Langsung - Pinjaman Luar Negeri

Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun. Pada bulan Januari 2015 telah disahkan Perjanjian Kinerja (PK) yang dalam

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

Direktorat Jenderal KATA PENGANTAR

LAPORAN KINERJA (LKJ)

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

Program Pembangunan Perkebunan 2018

b. pelaksanaan pelayanan dalam bidang perbenihan meliputi penyediaan, pengujian, pengawasan dan pengendalian benih/bibit bermutu, sertifikasi dan pela

Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

STANDAR PELAYANAN PUBLIK BBPPTP Ambon

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Pj Direktur Perbenihan Perkebunan. Ir.H. Muhammmad Anas,M.Si NIP

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

RKT-2014 Direktorat Perlindungan Perkebunan

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT TANAMAN TAHUNAN TAHUN LAKIP Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2012 Page 1

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran

R E N S T R A. Draft Revisi Rencana Strategis. Direktorat Jenderal Perkebunan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN DIREKTORAT JENDERAL

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

RANCANGAN PROGRAM DITJEN PERKEBUNAN PERIODE MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN ANDALAN

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014

(LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan yang kemudian menjadi Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kinerja Tahunan, Perjanjian/Penetapan Kinerja dan diakhiri dengan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Laporan Kinerja Tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis instansi. Oleh karena itu Laporan Kinerja (LAKIP) Direktorat Jenderal Perkebunan disusun dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang diamanatkan dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yang bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Pada Bulan Januari 2014 telah disyahkan Perjanjian/Penetapan Kinerja (PK) yang merupakan dokumen pernyataan kinerja antara Menteri Pertanian dan Direktur Jenderal Perkebunan untuk mewujudkan target kinerja meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan yang meliputi 7 (tujuh) kegiatan utama yaitu: (1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar; (2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim; (3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan; (4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha; (5) Dukungan Perlindungan Perkebunan; (6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan; (7) Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan. Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2014 sebesar Rp. 1.162.841.295.863,- dari total pagu anggaran sebesar Rp. 1.320.618.976.000,- atau mencapai 88,05% dengan capaian fisik seluruhnya 92,90%. Capaian per kegiatan utama secara berurutan adalah untuk kegiatan kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 95,35%, kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 93,17%, kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 92,59%, kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan sebesar 91,86%, kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya sebesar 88,92%, kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha sebesar 86,39% dan kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim sebesar 80,67% Dokumen Laporan Kinerja (LAKIP) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 ini tersusun berkat dukungan dan kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, semoga dokumen ini menjadi pertanggungjawaban kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta, Februari 2015 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir, MS Nip.19560728 198603 1 001 i

Kementerian Pertanian IKHTISAR EKSEKUTIF ini dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian bahwa Direktorat Jenderal Perkebunan adalah unsur pelaksana pada Kementerian Pertanian yang dipimpin oleh Direktur Jenderal dan bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Laporan ini disusun sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 yang diperbaharui dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dalam penyusunannya mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Per Men-PAN & RB) Nomor 29 Tahun 2010 tanggal 31 Desember 2010 yang diperbaharui dengan Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.. Berdasarkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014, Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tujuan: (1) Memfasilitasi peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar dan tanaman tahunan; (2) Memfasilitasi peningkatan kemampuan, kemandirian, dan ii

Kementerian Pertanian profesionalisme pelaku usaha perkebunan, hubungan sinergis antar pelaku usaha perkebunan; (3) Memfasilitasi peningkatan kontribusi perkebunan dalam mengembangkan perekonomian wilayah melalui pendekatan kawasan pengembangan perkebunan; (4) Memfasilitasi peningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pekebun; (5) Memfasilitasi peningkatan penerimaan dan devisa negara; (6) Memfasilitasi penyediaan pangan di wilayah perkebunan; (7) Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan konsumsi dan penyediaan bahan baku industri dalam negeri; (8) Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara arif dan berkelanjutan serta mendorong pengembangan wilayah yang berwawasan lingkungan; (9) Mendukung pengembangan penyediaan bahan bakar nabati; (10) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan kelembagaan perkebunan; (11) Meningkatkan ketersediaan dan penerapan teknologi pascapanen budidaya tanaman tahunan, rempah penyegar dan semusim serta meningkatkan penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan; (12) Memfasilitasi penyediaan lapangan kerja; (13) Menyusun perencanaan program dan anggaran, pelayanan perbendaharaan, sistem akutansi dan verifikasi, penatausahaan barang milik negara, pemutakhiran data dan informasi perkebunan, legislasi, advokasi, dan penyelenggaraan hubungan masyarakat; penataan organisasi dan tata laksana serta kepegawaian; mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan anggaran pembangunan perkebunan. Sasaran strategis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2014 yaitu: Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, iii

Kementerian Pertanian tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan, dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, dukungan perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya. Mengingat banyaknya permasalahan yang ada, sedangkan sumberdaya (SDM, teknologi, sarana dan prasarana serta dana) yang jumlahnya terbatas, maka kegiatan pembangunan perkebunan dilaksanakan berdasarkan skala prioritas. Dengan menetapkan skala prioritas, diharapkan sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efesien untuk memecahkan permasalahan yang ada secara komprehensif. Atas dasar skala prioritas tersebut pada tahun 2014 ditetapkan 7 (tujuh) fokus kegiatan pembangunan yaitu: (1) Revitalisasi Perkebunan; (2) Swasembada Gula Nasional; (3) Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio-Energy); (4) Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional; (5) Pengembangan Komoditas Ekspor; (6) Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri; (7) Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan. Pengukuran Kinerja berdasarkan capaian kinerja tingkat nasional di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 yang diwujudkan dalam bentuk produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Capaian kinerja makro Direktorat Jenderal Perkebunan selama lima tahun terakhir (2010-2014), semua indikator mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya PDB berdasarkan harga berlaku (10,14%) yang dapat digunakan untuk melihat kontribusinya terhadap iv

Kementerian Pertanian pembangunan ekonomi, dan ekspor komoditi perkebunan yang mencapai 3,21% per tahun. Selain itu, pendapatan pekebun juga mengalami kenaikan rata-rata 4,31% per tahun, dan pada tahun 2014 telah mencapai US$ 1.891 per kepala keluarga. Hasil pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran program yang berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, dapat diperoleh hasil bahwa capaian produksi 15 komoditas mencapai 40,32 juta ton dari target sebesar 40,29 juta ton atau mencapai 100,09% yang dibandingkan dengan target dalam Rencana Kinerja Tahunan/perjanjian kinerja tahun 2014. Capaian tersebut meningkat menjadi 103,97% dibandingkan capaian produksi tahun 2013 yang besarnya 38,78 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 3,97%. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014, maka capaian tahun 2014 mencapai 99,32%. Sedangkan capaian luas areal tanaman, jika dibandingkan dengan RKT tahun 2014 yang luasnya 21,61 juta hektar, maka terealisasi 23,25 juta hektar yang capaiannya sebesar 107,59%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 2,22% atau mencapai 102,22% dari 22,75 juta hektar menjadi 23,25 juta hektar untuk tahun 2014. Terhadap target Renstra 2010-2014 yang besarnya 21,61 juta ha, maka kinerja tahun 2014 sudah mencapai 107,59%. Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka mendukung pengembangan perkebunan tahun 2014 mendapat alokasi anggaran sebesar Rp.1.566.951.421.000,- dan setelah adanya penghematan v

Kementerian Pertanian anggaran dari Inpres No. 4 tahun 2014 sehingga menjadi sebesar Rp.1.320.618.976.000,- yang dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan 7 (tujuh) kegiatan utama. Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2014 sebesar Rp.1.162.841.295.863,- dari total pagu sebesar Rp. 1.320.618.976.000,- atau mencapai 88,05% dengan capaian fisik seluruhnya 92,90%. Capaian kinerja per kegiatan utama secara berurutan adalah kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 95,35%, kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 93,17%, kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 92,59%, kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan sebesar 91,86%, kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya sebesar 88,92%, kegiatan Dukungan Penanganan Pascapanen sebesar 86,39% dan kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim sebesar 80,67%. Pada Tahun 2014 pembangunan perkebunan dilaksanakan oleh 93 satker yang terdiri atas Satker Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker UPT Pusat (4 satker), Satker Dinas Provinsi (32 satker) dan Satker Dinas Kabupaten/kota (56 satker). Berdasarkan kriteria tersebut, satker yang masuk dalam kategori sangat berhasil berjumlah 4 satker (4,30%), berhasil berjumlah 70 satker vi

Kementerian Pertanian (75,27%), cukup berhasil berjumlah 16 satker (17,20%) dan tidak/kurang berhasil berjumlah 3 satker (3,23%). Apabila dilihat dari penyebaran satker, yang memperoleh kategori sangat berhasil berjumlah 4 satker yaitu (1) Dinas Perkebunan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, (2) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh, (3) Dinas Perkebunan Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara dan (4) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat. Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2016. Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2014 secara umum adalah pengadaan barang dan jasa, permodalan petani yang masih sulit di akses, dan terlambatnya penyediaan benih dan koordinasi yang belum optimal. Permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Permasalahan tersebut sebagian besar telah mampu diatasi dengan baik, sehingga capaian fisik dapat terealisasi secara signifikan. vii

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i IKHTISAR EKSEKUTIF... ii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Organisasi... 3 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA... 15 2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010 2014... 15 2.1.1. Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 16 2.1.2. Misi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 16 2.1.3. Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 19 2.1.4. Sasaran Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 20 2.1.5. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 21 2.1.6. Startegi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 22 2.1.7. Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 23 2.1.8. Komoditas Unggulan Nasional Perkebunan Tahun 2010-2014... 25 2.1.9. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 27 viii

2.1.10. Penjabaran Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 30 2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014... 32 2.2.1. Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014... 32 2.2.2. Sasaran Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014... 32 2.2.3. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014... 43 2.2.4. Fokus Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014... 44 2.3. Perjanjian Kinerja... 44 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA... 47 3.1. Pengukuran Kinerja... 47 3.1.1. Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Program (Outcomes)... 49 3.1.1.1. Produksi... 51 3.1.1.2. Produktivitas... 53 3.1.2. Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs)... 54 3.1.2.1. Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan Nasional... 54 3.1.2.2. Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan Yang Dibiayai APBN... 56 3.1.2.2.1. Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar... 56 3.1.2.2.2. Direktur Tanaman Semusim... 58 3.1.2.2.3. Direktur Tanaman Tahunan... 59 3.1.2.2.4. Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha... 61 3.1.2.2.5. Direktur Perlindungan Perkebunan... 62 ix

3.1.2.2.6. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan... 64 3.1.2.2.7. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP)... 64 3.2. Evaluasi Sasaran Pembangunan Perkebunan Tahun 2014... 65 3.2.1. Evaluasi Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Program (Outcomes)... 66 3.2.1.1. Produksi... 66 3.2.1.1.1. Capaian Kinerja Terhadap Rencana Kinerja Tahunan/ Perjanjian Kinerja 2014... 66 3.2.1.1.2. Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun 2014... 68 3.2.1.1.3. Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 68 3.2.1.2. Produktivitas... 69 3.2.1.2.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2014... 69 3.2.1.2.2. Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun 2013... 70 3.2.1.2.3. Capaian Kinerja Terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014... 71 3.2.2. Evaluasi Kinerja Terhadap Capaian Sasaran (Outputs)... 72 3.2.2.1. Tanaman Rempah dan Penyegar. 72 3.2.2.2. Tanaman Semusim... 74 3.2.2.3. Tanaman Tahunan... 75 x

3.2.2.4. Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha... 76 3.2.2.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan... 78 3.2.2.6. Dukungan Manajemen (Sekretariat) Perkebunan... 79 3.2.2.7. Dukungan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan... 79 3.3. Akuntabilitas Keuangan... 81 3.3.1. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun 2014... 82 3.3.1.1. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar... 83 3.3.1.2. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman semusim... 87 3.3.1.3. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan... 89 3.3.1.4. Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan... 92 3.3.1.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan... 95 3.3.1.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya... 98 3.3.1.7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan... 99 3.3.2. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan Per Satker Tahun 2014... 101 xi

3.3.3. Penilaian Kinerja Per Satker Tahun 2014... 102 3.3.4. Capaian Kinerja Atas Kegiatan Yang Dipantau Oleh UKP4... 106 3.4. Permasalahan dan rencana Tindak Lanjut... 107 3.4.1. Permasalahan... 107 3.4.1.1. Administrasi... 107 3.4.1.2. Teknis... 108 3.4.1.2.1. Perencanaan... 108 3.4.1.2.2. Pengorganisasian... 109 3.4.1.2.3. Pelaksanaan... 110 3.4.1.2.4. Pengawasan... 111 3.4.2. Rencana Aksi dan Upaya Penyelesaian... 112 3.4.2.1. Administrasi... 112 3.4.2.2. Teknis... 113 3.4.2.2.1. Perencanaan... 113 3.4.2.2.2. Pengorganisasian... 113 3.4.2.2.3. Pelaksanaan... 114 3.4.2.2.4. Pengawasan... 115 BAB IV PENUTUP... 117 4.1. Kesimpulan... 117 4.2. Saran Rekomendasi... 120 xii

DAFTAR TABEL Tabel 1 : Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014... 39 Tabel 2 : Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014... 46 Tabel 3 : Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2014... 48 Tabel 4 : Perkembangan Produksi Komoditas perkebunan Tahun 2010-2014... 52 Tabel 5 : Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun 2010-2014... 53 Tabel 6 : Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun 2010-2014... 55 Tabel 7 : Capaian Kinerja Produksi Tahun 2014... 67 Tabel 8 : Capaian Kinerja Produktivitas Tahun 2014... 71 Tabel 9 : Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2014... 73 Tabel 10 : Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim Tahun 2014... 74 Tabel 11 : Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2014... 76 Tabel 12 : Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha tahun 2014... 77 Tabel 13 : Capaian Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2014... 78 xiii

Tabel 14 : Capaian Kinerja BBP2TP medan, Surabaya dan Ambon Tahun 2014... 80 Tabel 15 : Capaian Serapan Anggaran Tahun 2014 per Eselon I.. 81 Table 16 : Realisasi Serapan Keuangan Per Kegiatan Utama tahun 2014... 83 Tabel 17 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2014... 86 Tabel 18 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Tahun 2014... 89 Tabel 19 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun 2014... 92 Tabel 20 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan Tahun 2014... 95 Tabel 21 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun 2014... 98 Tabel 22 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan teknis Lainnya Ditjen. Perkebunan Tahun 2014... 99 Tabel 23 : Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan tahun 2014... 100 Tabel 24 : Satker yang Serapan Anggarannya Dibawah 80% (tidak - cukup berhasil) Tahun 2014... 104 Tabel 25 : Capaian Kinerja Atas Kegiatan yang Dipantau Oleh UKP4 Tahun 2014... 106 xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 : Pengukuran Kinerja Tahun 2014 (Berdasarkan Dari RKT/Renstra)... 123 : Pengukuran Kinerja Tahun 2014 (Berdasarkan dari RKT/PK Tahun 2014)... 125 : Pengukuran Kinerja Tahun 2014 (Berdasarkan Capaian Sasaran Program / Outcomes)... 131 : Pengukuran Kinerja Tahun 2014 (Berdasarkan Capaian Sasaran Kegiatan / Outputs)... 134 : Capaian Kinerja Kegiatan Utama (Output) Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2014 (Posisi 31 Desember 2014)... 142 Lampiran 6 : Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan Per Satker Tahun 2014... 148 Lampiran 7 Lampiran 8 : Penilaian Satker Provinsi, Kabupaten dan Balai Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014...... 156 : Prioritas Nasional Kementerian Pertanian Yang Dipantau UKP4 Tahun 2014... 162 xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkebunan sebagai bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional merupakan salah satu potensi strategis dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya pengelolaannya harus diselaraskan dengan upaya pengelolaan sumberdaya alam dan pemeliharaan daya dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi kegenerasi. Undang-Undang No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat; meningkatkan penerimaan Negara dan devisa Negara; menyediakan lapangan kerja; meningkatkan produktivitas; nilai tambah dan daya saing; memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Undang-Undang tersebut telah diperbaharui dengan No.39 tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014 yang menyatakan bahwa perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya, panen, pengolahan dan pemasaran terkait tanaman perkebunan. Dengan pengertian yang luas tersebut, penyelenggaraan perkebunan mengemban amanat yang berat dalam mendukung pembangunan nasional. Amanat tersebut mengharuskan penyelenggaraan perkebunan ditujukan untuk (1) 1

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; (2) meningkatkan sumber devisa negara; (3) menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha; (4) meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing dan pangsa pasar; (5) meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku industri dalam negeri; (6) memberikan perlindungan pada pelaku usaha perkebunan dan masyarakat; (7) mengelola dan mengembangkan sumber daya perkebunan secara optimal, bertanggung jawab dan lestari, dan (8) meningkatkan pemanfaatan jasa perkebunan. Sejalan dengan tuntutan otonomi daerah sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang No. 22 dan 25 tahun 1999 dengan revisinya No. 32 dan 33 tahun 2004 serta peraturan pendukungnya, kebijakan pembangunan perkebunan kedepan harus mampu mengakomodir perubahan lingkungan stratejik yang ada serta memilah tugas dan fungsi yang akan dijalankan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah di dalam memberikan pelayanan optimal kepada para pelaku usaha perkebunan. Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumberdaya, kebijakan dan program bagi instansi pemerintah, maka diperlukan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang memadai. Penyusunan Laporan Kinerja (LAKIP) didasarkan atas Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK). Laporan ini disusun sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) 2

yang diperbaharui dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan dalam penyusunannya mengacu pada yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN & RB) Nomor 29 Tahun 2010 yang diperbaharui dengan Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dengan Format yang terdiri dari: 1) Ikhtisar Eksekutif; 2) Bab I Pendahuluan; 3) Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja; 4) Bab III Akuntabilitas Kinerja; 5) Bab IV Penutup dan Lampiran-lampiran. 1.2. Organisasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemeterian Pertanian bahwa Direktorat Jenderal Perkebunan adalah unsur pelaksana pada Kementerian Pertanian yang bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perkebunan. Untuk pelaksanaan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi: 1) Perumusan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan; 3

2) Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; 3) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; 4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; dan 5) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perkebunan. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Perkebunan terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Tanaman Semusim, Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar, Direktorat Tanaman Tahunan, Direktorat Perlindungan Perkebunan dan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian tersebut maka tugas dan fungsi dari masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut: 1) Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan menyelenggarakan fungsi: a. Koordinasi, dan penyusunan rencana dan program, anggaran, dan kerjasama di bidang perkebunan; b. Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan; 4

c. Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik; d. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang perkebunan; dan e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Perkebunan. 2) Direktorat Tanaman Semusim, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tanaman semusim. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Semusim menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan, sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman semusim; b. Pelaksanan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman semusim; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman semusim; 5

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pember-dayaan dan kelembagaan tanaman semusim; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Semusim. 3) Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, pedoman, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tanaman rempah dan penyegar. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar menye-lenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; 6

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman rempah dan penyegar; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Rempah dan Penyegar. 4) Direktorat Tanaman Tahunan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tanaman tahunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Tanaman Tahunan menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; b. Pelaksanan kebijakan di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya, serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; 7

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan pendayagunaan sumber daya, perbenihan, budidaya serta pemberdayaan dan kelembagaan tanaman tahunan; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Tanaman Tahunan. 5) Direktorat Perlindungan Perkebunan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Perkebunan menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifilkasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; b. Pelaksanan kebijakan di bidang identifilkasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; c. Penyusunan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifilkasi dan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, tanaman 8

semusim, rempah dan penyegar, dan tahunan, serta dampak perubahan iklim dan pencegahan kebakaran; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Perkebunan. 6) Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen dan pembinaan usaha. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; b. Pelaksanan kebijakan di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; 9

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah dan penyegar, tahunan, dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan, serta gangguan usaha dan penanganan konflik; e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha. 7) UPT Pusat yang berada di daerah sebanyak 4 UPT sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 08,09,10,11/Permentan /OT.140/2/2008, tanggal 9 Pebruari 2008 yaitu: BBP2TP Surabaya, BBP2TP Medan, dan BBP2TP Ambon. yang statusnya setara Eselon II.b dan BPTP Pontianak statusnya setara Eselon III.a. Kedudukan dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) adalah sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis bidang perbenihan dilaksanakan oleh Direktur Tanaman Semusim, Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar, Direktur Tanaman Tahunan, dan bidang proteksi dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan. Sedangkan untuk Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) adalah sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Perkebunan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perkebunan, pembinaan teknis dilaksanakan oleh Direktur Perlindungan Perkebunan. 10

Tugas pokok BBP2TP Surabaya, Medan, dan Ambon adalah melaksanakan pengawasan, pengembangan pengujian mutu benih, dan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan, serta pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan laboratorium. Sedangkan BPTP Pontianak mempunyai tugas pokok melaksanakan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut diatas, BBP2TP Surabaya, Medan, dan Ambon menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional; b. Pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks impor, dan yang akan di ekspor, serta rekayasa genetika; c. Pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan dalam rangka pelepasan varietas; d. Pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih perkebunan dalam rangka penarikan varietas; e. Pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan dalam rangka pemberian sertifikat layak edar; f. Pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas provinsi; 11

g. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu benih perkebunan dan uji acuan (referee fest); h. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) perkebunan; i. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi; j. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi; k. Pengembangan teknik surveillance OPT penting; l. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan; m. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT perkebunan; n. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; o. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi agens hayati OPT perkebunan; p. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu; q. Pelaksanaan pengujian dan analisis residu pestisida; 12

r. Pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; s. Pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; t. Pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan manajemen laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; u. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; v. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga Balai Besar. Sedangkan BPTP Pontianak dalam melaksanakan tugasnya, menyelenggarakan fungsi: a. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) perkebunan; b. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi; c. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi; d. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; 13

e. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan taksasi kehilangan hasil, dan teknik pengendalian OPT perkebunan; f. Pelaksanaan eksplorasi dan iventarisasi musuh alami OPT perkebunan; g. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas, dan pelepasan agens hayati OPT perkebunan; h. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu; i. Pelaksanaan pengujian dandan pemanfaatan pestisida nabati; j. Pemberian pelayanan teknik kegiatan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan; k. Pengelolaan data dan informasi kegiatan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan; l. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan; m. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga Balai. 14

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Perencanaan Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Berdasarkan perencanaan yang telah disusun dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014 yang merupakan payung bagi unit kerja eselon I dibawahnya, arah kebijakan dan strategi pembangunan pertanian disusun berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Visi pembangunan nasional 2010-2014 yang dikenal sebagai Visi Indonesia 2014 adalah: Terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan dengan penjelasan sebagai berikut: Kesejahteraan Rakyat adalah terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Demokrasi adalah terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia. Keadilan adalah terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia. Dari aspek sektoral, Visi Indonesia 2014 tersebut dirumuskan oleh Kementerian Pertanian sebagai focal point dalam pembangunan pertanian, menjadi: "Terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumber daya lokal 15

untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, ekspor dan kesejahteraan petani". 2.1.1. Visi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan pembangunan pertanian, visi pembangunan perkebunan harus selaras dengan visi pembangunan nasional dan visi pembangunan pertanian. Visi yang ingin diwujudkan melalui pembangunan perkebunan selama 2010-2014 adalah "Terwujudnya peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkebunan". Dalam rangka mendukung visi pembangunan perkebunan tahun 2010-2014, maka Visi Direktorat Jenderal Perkebunan adalah "Profesional dalam memfasilitasi peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan". 2.1.2. Misi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Mengacu pada misi pembangunan nasional dan Kementerian Pertanian maka misi pembangunan perkebunan ditetapkan sebagai berikut: 1) Memfasilitasi peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan; 2) Menfasilitasi penyediaan benih unggul bermutu serta sarana produksi; 16

3) Menfasilitasi penanganan perlindungan tanaman dan Gangguan Usaha Perkebunan (GUP); 4) Memfasilitasi pengembangan usaha perkebunan serta penumbuhan kemitraan yang sinergis antar pelaku usaha perkebunan secara berkelanjutan; 5) Mendorong penumbuhan dan pemberdayaan kelembagaan petani serta memfasilitasi peningkatan partisipasi masyarakat dalam rangka meningkatkan harmonisasi antara aspek ekonomi, sosial dan ekologi; 6) Memberikan pelayanan di bidang perencanaan, peraturan perundang-undangan, manajemen pembangunan perkebunan dan pelayanan teknis lainnya yang terkoordinasi, efisien dan efektif. Untuk dapat berkontribusi secara efektif dalam misi pembangunan perkebunan 2010-2014, maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan misi sebagai berikut: 1) Memberikan pelayanan perencanaan, program, anggaran, dan kerjasama teknis yang berkualitas; pengelolaan administrasi keuangan, dan aset yang berkualitas; memberikan pelayanan organisasi, tatalaksana, kepegawaian, humas, hukum, dan administrasi perkantoran yang berkualitas; dan melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data serta informasi yang berkualitas; 17

2) Meningkatkan kemampuan penyediaan benih unggul, dan penyediaan sarana produksi; 3) Mendorong upaya peningkatan produksi dan produktivitas usaha budidaya tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar dan tanaman tahunan; 4) Memfasilitasi terwujudnya integrasi antar pelaku usaha budidaya tanaman perkebunan dengan pendekatan kawasan, memotivasi penerapan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kondisi lokal, dan mendorong penumbuhan dan pemberdayaan petani dan kelembagaan petani; 5) Memfasilitasi ketersediaan teknologi, sistem perlindungan perkebunan, pengamatan dan pengendalian OPT dan penanganan gangguan usaha serta dampak perubahan iklim; 6) Memfasilitasi peningkatan penyediaan teknologi dan penerapan pascapanen budidaya tanaman semusim, tanaman rempah penyegar dan tanaman tahunan, memfasilitasi peningkatan bimbingan dan penanganan usaha perkebunan berkelanjutan seperti ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil), PIR (Perusahaan Inti Rakyat), Rekomtek (Rekomendasi Teknis), memfasilitasi peningkatan penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan. 18

2.1.3. Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Untuk dapat mendukung pencapaian tujuan pembangunan perkebunan 2010-2014 sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan 2010-2014, maka Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan Tujuan yang akan dicapai sesuai dengan tugas pokok dan fungsi organisasi sebagai berikut : 1) Memfasilitasi peningkatan produksi, produktivitas, mutu, tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar serta tanaman tahunan; 2) Memfasilitasi peningkatan kemampuan, kemandirian dan profesionalisme pelaku usaha perkebunan serta hubungan sinergis antar pelaku usaha perkebunan; 3) Memfasillitasi peningkatan kontribusi perkebunan dalam mengembangkan perekonomian wilayah melalui pendekatan kawasan pengembangan perkebunan; 4) Memfasilitasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan pekebun; 5) Memfasilitasi peningkatan penerimaan dan devisa negara; 6) Memfasilitasi penyediaan pangan di wilayah perkebunan; 7) Memfasilitasi pemenuhi kebutuhan konsumsi dan penyediaan bahan baku industri dalam negeri; 8) Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara arif dan berkelanjutan serta mendorong pengembangan wilayah yang berwawasan lingkungan; 19

9) Mendukung pengembangan penyediaan bahan bakar nabati; 10) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan kelembagaan perkebunan; 11) Meningkatkan ketersediaan dan penerapan teknologi pascapanen budidaya tanaman tahunan, rempah penyegar dan semusim serta meningkatkan penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan; 12) Memfasilitasi penyediaan lapangan kerja; 13) Menyusun perencanaan program dan anggaran, pelayanan perbendaharaan, sistem akutansi dan verifikasi, penatausahaan barang milik negara, pemutahiran data dan informasi perkebunan, legislasi, advokasi dan penyelenggaraan hubungan masyarakat; penataan organisasi dan tata laksana serta kepegawaian; mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan anggaran pembangunan perkebunan. 2.1.4. Sasaran Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 lebih difokuskan pada 15 komoditas unggulan nasional yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kakao, Kelapa, Jarak Pagar, Teh, Kopi, Jambu Mete, Lada, Cengkeh, Kapas, Tembakau, Tebu, Nilam, dan Kemiri Sunan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan perkebunan selama 5 (lima) tahun adalah luas areal, produksi dan produktivitas pada ke-15 komoditas tersebut dengan rincian sebagai berikut: 20

1). Luas areal komoditas unggulan nasional diproyeksikan tumbuh ratarata sebesar 1,49% per tahun dari 20,36 juta hektar pada tahun 2010 menjadi 21,61 juta hektar pada tahun 2014, kecuali Tembakau yang luasnya diproyeksikan konstan yaitu sekitar 205 ribu hektar sampai dengan tahun 2014. Sasaran target luas areal komoditas unggulan perkebunan tahun 2014 sebesar 21,61 juta hektar. 2) Produksi 15 komoditas unggulan nasional (karet, kelapa sawit, kakao, kelapa, jarak pagar, teh, kopi, jambu mete, lada, cengkeh, kapas, tembakau, tebu, nilam, dan kemiri sunan) diproyeksikan tumbuh rata-rata sebesar 4,19% per tahun dari 34,46 juta ton pada tahun 2010 menjadi 40,60 juta ton pada tahun 2014. Sasaran target produksi komoditas unggulan perkebunan tahun 2014 sebesar 40,60 juta ton. 3) Produktivitas komoditas unggulan nasional, kecuali kemiri sunan, diproyeksikan meningkat. Dengan kenaikan produktivitas rata-rata sebesar 2,10% per tahun, diharapkan pada tahun 2014 produktivitas tanaman perkebunan di lapangan mencapai 75% dari standar produktivitas yang dihasilkan lembaga penelitian. 2.1.5. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan pembangunan pertanian periode 2010-2014 dalam menjalankan tugas pelaksanaan pembangunan perkebunan di Indonesia, Direktorat Jenderal Perkebunan 21

merumuskan kebijakan yang akan menjadi kerangka pembangunan perkebunan periode 2010-2014 yang dibedakan menjadi kebijakan umum dan kebijakan teknis. Kebijakan umum Direktorat Jenderal Perkebunan adalah: Mensinergikan seluruh sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk perkebunan melalui partisipasi aktif masyarakat perkebunan, dan penerapan organisasi modern yang berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Adapun kebijakan teknis Direktorat Jenderal Perkebunan yang merupakan penjabaran dari kebijakan umum yaitu: Meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan melalui pengembangan komoditas, sumber daya manusia (SDM), kelembagaan dan kemitraan usaha, investasi usaha perkebunan sesuai kaidah pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup dengan dukungan pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan. 2.1.6. Strategi Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Untuk mencapai target dan sasaran, dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan, serta mengimplementasikan kebijakan pembangunan perkebunan selama periode 2010-2014, dengan mempertimbangkan potensi dan permasalahan yang dihadapi selama ini serta menjawab tantangan di masa mendatang maka diperlukan suatu strategi 22

pembangunan yang dikenal dengan Tujuh Gema Revitalisasi yang akan menjadi strategi umum Direktorat Jenderal Perkebunan dalam melaksanakan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014. Komponen 7 (tujuh) Gema Revitalisasi adalah: (1) Revitalisasi Lahan; (2) Revitalisasi Perbenihan dan Pembibitan; (3) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana; (4) Revitalisasi Sumber daya Manusia; (5) Revitalisasi Pembiayaan Petani; (6) Revitalisasi Kelembagaan Petani; (7) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir. Strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 merupakan strategi yang mengacu pada target utama pembangunan pertanian sehingga sifatnya masih sektoral. Agar lebih sesuai dengan karakteristik khusus sub sektor perkebunan, strategi umum dimaksud diformulasikan ke dalam strategi khusus yang meliputi: (1) Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan; (2) Pengembangan komoditas; (3) Peningkatan dukungan terhadap sistem ketahanan pangan; (4) Investasi usaha perkebunan; (5) Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan; (6) Pengembangan sumber daya manusia (SDM); (7) Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha; (8) Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungan hidup; (9) Pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan. 2.1.7. Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Pembangunan perkebunan saat ini dan dimasa yang akan datang menghadapi tantangan yang cukup berat. Selain tuntutan pembangunan 23

yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, juga mampu memecahkan masalah kemiskinan dan pengangguran. Keberhasilan pembangunan perkebunan di era yang penuh persaingan ini adalah bagaimana kita dapat mensinergikan seluruh potensi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat edaran bersama Menteri Keuangan Nomor: SE-1848/MK/2009 dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Nomor: 0142/M.PPN/06/2009 tanggal 19 Juni 2009, setiap unit Eselon I mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja unit Eselon II adalah output. Sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan, peluang dan tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah: Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim, 24

tanaman tahunan, dan tanaman rempah penyegar dengan dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha serta dukungan pelaksanaan perlindungan perkebunan. 2.1.8. Komoditas Unggulan Nasional Perkebunan Tahun 2010-2014 Perencanaan pembangunan perkebunan dengan pendekatan komoditas unggulan menekankan motor penggerak pembangunan suatu daerah pada komoditas-komoditas yang dinilai bisa menjadi unggulan baik di tingkat domestik maupun internasional. Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Ada beberapa kriteria mengenai komoditas unggulan, diantaranya: 1). Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan perekonomian yaitu dapat memberikan kontribusi yang signifikan baik pada peningkatan produksi, pendapatan maupun pengeluaran; 2). Komoditas unggulan mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang kuat baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas-komoditas lainnya; 3). Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional maupun internasional baik dalam harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan maupun aspekaspek lainnya; 25

4). Komoditas unggulan di suatu daerah memeiliki keterkaitan dengan daerah lain baik dalam hal pasar maupun pasokan bahan baku; 5). Komoditas unguulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya; 6). Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari fase kelahiran, pertumbuhan, puncak hingga penurunan; 7). Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal; 8). Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Komoditas unggulan dapat ditinjau dari sisi penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah. Sementara dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar baik pasar domestik maupun internasional. Komoditas unggulan merupakan komoditas yang memiliki nilai strategis berdasarkan pertimbangan fisik (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumber daya manusia, infrastruktur dan kondisi sosial budaya) untuk dikembangkan di suatu wilayah. Dalam rangka pengembangan komoditas unggulan nasional, Kementerian Pertanian secara intensif telah melakukan berbagai langkah strategis dengan mengidentifikasi dan mengembangkan potensi komoditas unggulan tersebut diberbagai daerah di Indonesia. Salah 26

satunya adalah dengan menetapkan pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan. Dari 127 komoditas binaan Ditjen Perkebunan sesuai keputusan Menteri Pertanian No. 511 Tahun 2006 dan No. 3599 Tahun 2009, untuk prioritas penanganan difokuskan pada 15 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Kakao, Kopi, Lada, Jambu Mete, Teh, Cengkeh, Jarak Pagar, Kemiri Sunan, Tebu, Kapas, Tembakau, dan Nilam. Sedangkan Pemerintah Daerah didorong untuk memfasilitasi dan melakukan pembinaan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masing-masing. 2.1.9. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Sebagai penjabaran dari program, masing-masing unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai 1 (satu) kegiatan. Dengan demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan terdapat 7 (tujuh) kegiatan pembangunan perkebunan sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu: 1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim. Prioritas pengembangan tanaman semusim difokuskan pada 4 komoditas strategis yaitu Tebu, Kapas, Tembakau dan Nilam, dengan fokus kegiatannya yaitu: Swasembada Gula Nasional (Tebu), Pengembangan Komoditas Ekspor (Nilam dan Tembakau), 27

Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri (Kapas) dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan; 2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar. Prioritas pengembangan tanaman rempah dan penyegar difokuskan pada 5 komoditas strategis yaitu kakao, Kopi, Lada, Teh dan Cengkeh dengan fokus kegiatannya yaitu: Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (Gernas Kakao), Pengembangan Komoditas Ekspor (Kopi, Lada, Teh dan Kakao), Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri (Cengkeh) dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan; 3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan. Prioritas pengembangan tanaman tahunan difokuskan pada 6 komoditas strategis yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Jambu Mete, Jarak Pagar dan Kimiri Sunan dengan fokus kegiatannya yaitu : Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Kakao dan Karet), Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati/Bio-Energi (Jarak Pagar, Kelapa Sawit, Kelapa dan Kemiri Sunan), Pengembangan Komoditas Ekspor (Kelapa, Kelapa Sawit, Karet dan Jambu Mete), dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan; 4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha. Prioritas kegiatan ini adalah untuk memfasilitasi peningkatan penanganan pascapanen tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar dan tanaman tahunan, bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan 28

serta memfasilitasi penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan; 5) Dukungan Perlindungan Perkebunan. Prioritas kegiatan ini adalah menurunkan luas areal perkebunan yang terserang OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan; 6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya, dengan prioritas kegiatan ini adalah jumlah Provinsi yang memperoleh pelayanan dan pembinaan yang berkualitas di bidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta pelaporan; 7) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan BBP2TP Medan, Surabaya dan Ambon dengan prioritas kegiatan yaitu: Memfasilitasi pelayanan sertifikasi benih (jumlah bibit yang disertifikasi) dan peningkatan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan; Untuk bidang Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak (BPTP Pontianak) memiliki tugas dalam melaksanakan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan dalam identifikasi dan penanganan OPT Tanaman Perkebunan, pengembangan teknologi agens hayati OPT Perkebunan, eksplorasi dan inventarisasi musuh alami OPT Perkebunan, pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu, pemanfaatan pestisida nabati serta pengelolaan data, informasi dan analisis teknis dalam bidang proteksi tanaman perkebunan. 29

2.1.10. Penjabaran Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Dari 4 target sukses Kementerian Pertanian dalam membangun pertanian selama periode 2010-2014, Direktorat Jenderal Perkebunan mendukung pencapaian target tersebut melalui penjabaran program dan kegiatan yang mengacu pada: 1). Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan yaitu melalui pencapaian swasembada gula nasional tahun 2014 pada komditi Tebu; 2). Peningkatan Diversifikasi Pangan dalam hal ini adalah kegiatan dalam rangka penganekaragaman komoditi pertanian untuk mencapai ketahanan pangan perkebunan dengan pangan lainnya seperti kegiatan integrasi kebun-ternak (contoh: Kelapa Sawit dan Sapi), sistem tumpang sari (tanaman pangan/hortikultura dan perkebunan) dan lain-lain. 3). Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor yaitu melalui fokus kegiatan diantaranya adalah: a. Pengembangan komoditi ekspor yang terdiri dari komoditi Kelapa Sawit, Karet, Kopi, Kelapa, Kakao, Jambu Mete, Lada, Tembakau, Teh dan Nilam; b. Revitalisasi perkebunan yang terdiri dari komoditi Kelapa Sawit, Karet dan Kakao; 30

c. Gerakan peningkatan produksi dan mutu Kakao nasional (Gernas kakao); d. Penyediaan bahan tanaman sumber Bahan Bakar Nabati/BBN (Bio-energy) yang terdiri dari komoditi Jarak Pagar, Kemiri Sunan, Kelapa dan Kelapa Sawit; e. Pengembangan komoditas pemenuhan dalam negeri yang terdiri dari komoditi Kapas dan Cengkeh; f. Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan yang terdiri dari dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, dukungan perlindungan perkebunan, dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Direktorat Jenderal Perkebunan serta dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi tanaman perkebunan. 4). Peningkatan Kesejahteraan Petani yaitu mencakup semua program dan kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan melalui 7 (tujuh) fokus kegiatan pembangunan perkebunan karena pada dasarnya program dan kegiatan pembangunan perkebunan yang dilaksanakan sematamata hanya untuk kepentingan masyarakat petani/pekebun dalam rangka meningkatkan pendapatannya menuju kesejahteraan petani/pekebun. Tujuh fokus kegiatan pembangunan perkebunan sebagai berikut: a. Revitalisasi Perkebunan; b. Swasembada Gula Nasional; 31

c. Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio- Energy); d. Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional; e. Pengembangan Komoditas Ekspor; f. Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri; g. Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan. 2.2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014 2.2.1. Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 Program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2014 merupakan bagian dari program Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014 yaitu: Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. 2.2.2. Sasaran Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 Sasaran strategis pada unit Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan ditetapkan sesuai dengan Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 (Edisi Revisi II) bulan November 2012 adalah: 1) Peningkatan luas areal tanaman semusim; 2) Peningkatan luas areal tanaman rempah dan penyegar; 3) Peningkatan luas areal tanaman tahunan; 32

4) Penurunan luas areal yang terserang OPT; 5) Peningkatan mutu produk perkebunan dan usaha perkebunan berkelanjutan; 6) Peningkatan pelayanan dan pembinaan di bidang manajemen dan teknis pembangunan perkebunan; 7) Peningkatan pengawasan dan pengujian benih tanaman perkebunan dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan (BBP2TP Medan, BBP2TP Surabaya dan BBP2TP Ambon). Untuk mengukur kinerja dari pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan perkebunan telah ditetapkan indikator kinerja utama berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 49/Permentan/OT.140/3/2012 Tanggal 15 Agustus 2012 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) di Lingkungan Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014, maka Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perkebunan sesuai dengan tugas dan fungsinya yaitu: 1) Tugas: Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perkebunan. 2) Fungsi: a) Perumusan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; 33

b) Pelaksanaan kebijakan di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan dan pascapanen perkebunan; c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan; d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan, budidaya, perlindungan, dan pascapanen perkebunan; e) Pelaksanaan Administrasi Direktorat Jenderal Perkebunan. 3) Sasaran dan Indikator Kinerja Utama (IKU): No Sasaran Indikator Kinerja Utama Sumber Data 1. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan. 1. Produksi tebu - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 2. Produksi kapas - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 3. Produksi nilam - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 4. Produksi tembakau - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 5. Produksi kakao - Dinas yang membidangi Perkebunan 34

No Sasaran Indikator Kinerja Utama Sumber Data Provinsi dan Kabupaten/Kota. 6. Produksi kopi - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 7. Produksi lada - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 8. Produksi teh - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 9. Produksi cengkeh - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 10. Produksi kelapa sawit - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 11. Produksi karet - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 12. Produksi kelapa - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 13. Produksi jambu mete - Dinas yang membidangi 35

No Sasaran Indikator Kinerja Utama Sumber Data Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 14. Produksi jarak pagar - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 15..Produksi kemiri sunan - Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pada Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Edisi Revisi II telah ditetapkan indikator kinerja untuk mencapai sasaran program pada unit Eselon I berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi dan produktivitas tanaman perkebunan. Sedangkan indikator kinerja untuk mencapai sasaran kegiatan pada unit Eselon II berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditas unggulan tanaman perkebunan. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2014 yang disusun dengan Indikator kinerja dan target yang telah ditetapkan dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Capaian sasaran program (oucomes) yaitu: a. Meningkatnya produksi komoditi unggulan perkebunan (tebu, kapas, nilam, tembakau, kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, 36

kelapa, kelapa sawit, jambu mete dan jarak pagar) dengan fokus kegiatan yang terdiri dari : (1) Swasembada gula nasional (Tebu) dengan target 3.102.820 ton. (2) Pengembangan komoditas pemenuhan konsumsi dalam negeri dengan target untuk Kapas 63.000 ton dan Cengkeh 86.000 ton. (3) Pengembangan komoditas ekspor dengan target untuk 10 (sepuluh) komoditas adalah: Tembakau 184.000 ton, Nilam 124.000 ton, Kopi 791.000 ton, Teh 165.000 ton, Kakao 1.174.000 ton, Lada 92.000 ton, Kelapa 3.211.000 ton, Kelapa Sawit 27.361.000 ton, Karet 2.801.000 ton, dan Jambu Mete 159.000 ton. (4) Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi) dengan target untuk 4 (empat) komoditas adalah: Jarak Pagar 35.000 ton dan Kemiri Sunan 6.000 ton, kelapa sawit 1.077.840 ton dan kelapa 169.000 ton. b. Meningkatnya produktivitas komoditi unggulan perkebunan (tebu, kapas, nilam, tembakau, kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, kelapa, kelapa sawit, jambu mete dan jarak pagar) dengan fokus kegiatan yang terdiri dari: (1) Swasembada gula nasional (Tebu) dengan target 6.800 kg/ha. 37

(2) Pengembangan komoditas pemenuhan kebutuhan dalam negeri dengan target untuk Kapas 2.500 kg/ha dan Cengkeh 295 kg/ha. (3) Pengembangan komoditas ekspor dengan target untuk 10 (sepuluh) komoditas adalah: Tembakau 893 kg/ha, Nilam 6.600 kg/ha, Kopi 756 kg/ha, Teh 1.673 kg/ha, Kakao 1.200 kg/ha, Lada 752 kg/ha, Kelapa 1.200 kg/ha, Kelapa Sawit 4.344 kg/ha, Karet 640 kg/ha, Jambu Mete 1.019 kg/ha. (4) Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi) dengan target untuk 2 (dua) komoditas adalah: Jarak Pagar 2.000 kg/ha, dan Kemiri Sunan 16.000 kg/ha. Rencana Kinerja Tahunan 2014 secara detail yang meliputi sasaran strategis, indikator kinerja dan target disajikan pada Formulir RKT berikut: 38

Tabel 1. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Unit Organisasi Eselon I : Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Anggaran : 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan I. Produksi tanaman Unggulan perkebunan (ribu ton) a Tebu (hablur) 3.103 b Kapas (kapas berbiji) 63 c Cengkeh (bunga kering) 86 d. Tembakau (daun kering) 184 e. Nilam (daun kering) 124 f. Kakao (biji kering) 1.174 g. Kopi (biji kering) 791 h. T e h (daun kering) 165 i. Lada (lada kering) 92 j. Karet (karet kering) 2.801 k. Kelapa (setara kopra) 3.380 l. Kelapa sawit (CPO) 28.439 m Jambu mete (gelondong kering) 159 n Jarak pagar (biji kering) 35 o Kemiri sunan (biji kering) 6 II. Produktivitas tanaman unggulan perkebunan (kg/ha) a Tebu (hablur) 6.800 b Kapas (kapas berbiji) 2.500 c Cengkeh (bunga kering) 295 39

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) d. Tembakau (daun kering) 893 e. Nilam (daun kering) 6.600 f. Kakao (biji kering) 1.200 g. Kopi (biji kering) 756 h. T e h (daun kering) 1.673 i. Lada (lada kering) 752 j. Karet (karet kering) 640 k. Kelapa (setara kopra) 1.200 l. Kelapa sawit (CPO) 4.344 m Jambu mete (gelondong kering) 1.019 n Jarak pagar (biji kering) 2.000 o Kemiri sunan (biji kering) 16.000 2) Capaian sasaran kegiatan (outputs) yaitu: a. Luas Areal Tanaman Semusim dengan fokus kegiatan yang terdiri dari: (1) Swasembada gula nasional (Tebu) dengan target 456.000 ha. (2) Pengembangan komoditas pemenuhan konsumsi dalam negeri dengan target untuk Kapas 25.000 ha. (3) Pengembangan komoditas ekspor dengan target untuk Tembakau 205.000 ha dan Nilam 18.000 ha. 40

b. Luas Areal Tanaman Rempah dan Penyegar dengan fokus kegiatan yang terdiri dari: (1) Pengembangan komoditas ekspor dengan target untuk 4 (empat) komoditas yaitu: Kakao 1.752.000 ha, Kopi 1.443.000 ha, Teh 124.000 ha dan Lada 196.000 ha. (2) Pengembangan komoditas pemenuhan konsumsi dalam negeri dengan target untuk Cengkeh 484.000 ha. (3) Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao untuk Rehabilitasi seluas 21.000 ha. c. Luas Areal Tanaman Tahunan dengan fokus kegiatan yang terdiri dari: (1) Pengembangan komoditas ekspor dengan target untuk 4(empat) komoditas yaitu: Karet 3.487.000 ha, Kelapa 3.833.000 ha, Kelapa Sawit 8.987 ha dan Jambu Mete 577.000 ha. (2) Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi) dengan target untuk Jarak Pagar 21.000 ha dan Kemiri Sunan 2.000 ha. (3) Revitalisasi Perkebunan dengan target untuk 3 (tiga) komoditas (Karet 5.000 ha, Kelapa Sawit 30.000 ha dan Kakao 3.000 ha). d. Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan dengan fokus kegiatan yang meliputi: 41

(1) Jumlah areal pengendalian OPT Perkebunan melalui APBN, APBD dan sumber lainnya dengan target 56.880 ha. (2) Jumlah areal pengendalian OPT Perkebunan melalui APBN Perlindungan Perkebunan dengan target 5.300 ha. (3) Jumlah kelompok tani yang menerapkan penanganan pascapanen sesuai GHP dengan target 130 Kelompok Tani. (4) Jumlah Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO dengan target 334 Perusahaan. (5) Jumlah penanganan kasus gangguan usaha perkebunan dengan target 44 Perusahaan. (6) Jumlah provinsi yang memperoleh pelayanan dan pembinaan yang berkualitas di bidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta pelaporan dengan target 32 Provinsi. (7) Jumlah bibit yang disertifikasi dengan target untuk BBP2TP Surabaya 14.950.000 batang, BBP2TP Medan 240.384.000 batang dan BBP2TP Ambon 535.000 batang. (8) Jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan dengan target untuk BBP2TP Surabaya 6 Paket, BBP2TP Medan 10 Paket dan BBP2TP Ambon 9 Paket. 42

2.2.3. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 Dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2014 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana dari APBN sebesar Rp. 1.566.951.421.000,- dan direvisi menjadi Rp. 1.320.618.976.000,- karena adanya penghematan anggaran secara nasional. Dana tersebut untuk melaksanakan 9 (sembilan) kegiatan utama pembangunan perkebunan yang dilaksanakan di Pusat dan Daerah berupa dana dekonsentrasi, dana tugas pembantuan (TP) Provinsi dan TP Kabupaten. Adapun kegiatan utama tersebut meliputi: 1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim; 2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar; 3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan; 4) Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha; 5) Dukungan Perlindungan Perkebunan; 6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya; 7) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan pada BBP2TP Medan; 8) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan pada BBP2TP Surabaya; 43

9) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan pada BBP2TP Ambon. 2.2.4. Fokus Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 Fokus kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan tahun 2014 merupakan bagian tak terpisahkan dengan fokus kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014, yang meliputi: 1) Revitalisasi Perkebunan 2) Swasembada Gula Nasional 3) Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio- Energi) 4) Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional 5) Pengembangan Komoditas Ekspor 6) Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri 7) Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan 2.3. Perjanjian Kinerja Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/penetapan kinerja antara atasan dengan bawahan dalam mewujudkan suatu capaian kinerja pembangunan dari sumber daya alam yang tersedia melalui target kinerja serta indikator kinerja yang menggambarkan keberhasilan 44

pencapaiannya yang berupa hasil (outcomes) maupun keluaran (output). Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 berdasarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2014 disusun setelah DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan diterima pada bulan Januari 2014 dan masih mengikuti Pedoman Permen-PAN dan RB No. 29 Tahun 2010. PK Direktorat Jenderal Perkebunan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian pada bulan Januari 2014. PK tersebut berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam dimensi produksi tanaman perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka melaksanakan pembangunan perkebunan tahun 2014 dengan program utama yaitu Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan mendapat alokasi dana dari APBN semula sebesar Rp. 1.566.951.421.000,- namun berkurang akibat keluarnya Inpres No. 4 tahun 2014 tentang penghematan dan pemotongan belanja Kementerian/Lembaga dalam rangka pelaksanaan APBN tahun 2014 menjadi Rp. 1.320.618.976.000,-. Dana tersebut untuk melaksanakan kegiatan utama pembangunan perkebunan yang tersebar di 93 satker yang meliputi 1 satker pusat, 4 satker UPT pusat, 32 satker Provinsi dan 56 satker Kabupaten/Kota. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja serta target yang telah disusun dalam Format Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 dan telah direvisi berikut ini: 45

Tabel 2. Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 PENETAPAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Unit Organisasi Eselon I : Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Anggaran : 2014 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan I. Produksi tanaman (Ribu ton) 1. Tebu (hablur) 2.790 2. Kapas (serat berbiji) 63 3. Nilam (daun kering) 124 4. Tembakau (daun kering) 184 5. Kakao (biji kering) 1.174 6. Kopi (biji kering) 791 7. Lada (lada kering) 92 8. T e h (daun kering) 165 9. Cengkeh (bunga kering) 86 10. Kelapa sawit (CPO) 28.439 11. Karet (karet kering) 2.801 12. Kelapa (setara kopra) 3.380 13. Jambu mete (gelondong kering) 159 14. Jarak pagar (biji kering) 35 15. Kemiri sunan (biji kering) 6 Jumlah Anggaran : Program Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan : Rp. 1.320.618.976.000 Jakarta, Agustus 2014 Menteri Pertanian Direktur Jenderal Perkebunan ( Suswono ) ( Gamal Nasir ) 46

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Pengukuran Kinerja Setiap akhir Tahun Anggaran dan berakhirnya kegiatan, instansi harus melakukan Pengukuran Kinerja untuk mengetahui pencapaian target kinerja yang ditetapkan dalam dokumen Perjanjian/Penetapan Kinerja. Pengukuran pencapaian target kinerja dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dan realisasi kinerja dengan menggunakan Format Pengukuran Kinerja yang ditetapkan dalam Permen-PAN dan RB No. 29 Tahun 2010 dan No.53 Tahun 2014. Capaian kinerja makro Direktorat Jenderal Perkebunan selama lima tahun terakhir (2010-2014), semua indikator mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya PDB berdasarkan harga berlaku 10,14% yang dapat digunakan untuk melihat kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi, investasi yang mencapai 12,83% dan ekspor komoditi perkebunan yang mengalami penurunan dengan capaian 3,21% per tahun. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani pada tahun 2014 mencapai 101,49 dan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 106,38 dengan capaian -1,16%. Selain itu, pendapatan pekebun pada tahun 2014 yang mencapai US$ 1.891 per kepala keluarga yang mengalami peningkatan, sehingga rata-rata 4,31% per tahun. 47

Capaian kinerja pembangunan perkebunan pada tahun 2014 secara makro meliputi PDB, keterlibatan tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor dan nilai tukar petani (NTP) sebagai berikut: Tabel 3. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2014 NO. INDIKATOR 1 Pertumbuhan PDB CAPAIAN 2010 2011 2012 2013 2014*) Laju Pertum b. Per th (%) - harga berlaku (Rp milyar) 136.048 153.709 159.754 175.248 199.704 10,14 - harga konstan (Rp milyar) 47.151 49.260 51.763 54.903 58.336 5,47 2 Keterlibatan tenaga kerja 20,58 20,94 21,29 22,33 22,71 2,50 (juta orang) 3 Investasi (Rp Triliun) 48,75 58,79 75,45 77,24 77,24 12,83 4 Neraca Perdagangan Perkebunan (US$ milyar) 23,23 29,36 25,77 22,63 22,87 0,76 5 Pendapatan pekebun (US$/KK) 1.600 1.702 1.832 1.886 1.891 4,31 6 Ekspor perkebunan (US$ milyar) 24,73 32,22 29,95 26,77 26,83 3,21 7 NTP Perkebunan Rakyat 106,50 109,58 108,34 107,02 101,49-1,16 Catatan: *) angka sementara Selanjutnya untuk pengukuran kinerja hanya dilaksanakan pada indikator kinerja mikro yang terdiri dari luas areal, produksi dan produktivitas tanaman unggulan nasional perkebunan. Perjanjian Kinerja (PK) untuk Direktorat Jenderal Perkebunan berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi tanaman perkebunan. Terhadap outcomes tersebut sampai dengan saat ini masih menjadi perdebatan simpul kritis sebagai berikut: (1) Mengingat tanaman perkebunan pada umumnya bersifat tahunan sehingga produksi tanaman baru dapat dihitung minimal empat tahun kedepan; (2) 48

Sebagaimana diketahui bahwa biaya investasi pengembangan perkebunan yang dibiayai dengan APBN jumlahnya sangat kecil sekitar 2% per tahun. Apabila yang dihitung hanya kegiatan yang dibiayai dengan APBN, maka pengaruhnya terhadap produksi tingkat nasional sangat kecil sekali, padahal Direktorat Jenderal Perkebunan telah membina seluruh perkebunan yang ada di Indonesia, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar melalui pembinaan, pengawalan, dan pendampingan, serta kebijakan maupun surat-menyurat. Pendekatan pertama, apabila tanaman yang ditanam pada tahun berjalan sesuai berlakunya APBN, maka tidak dapat dihitung produksinya pada tahun yang sama, dengan demikian apabila sesuai ketentuan yang berlaku maka produksinya (outcomes) adalah nol (tidak ada produksi). Pendekatan lainnya, jika yang dihitung produksi tahun berjalan, maka yang dihitung merupakan produksi dari tanaman yang tahun tanamnya minimal empat tahun yang lalu. Berkenaan dengan kedua pendekatan dimaksud, meskipun tidak sepenuhnya benar, Direktorat Jenderal Perkebunan menyepakati produksi dan produktivitas pada tahun berjalan ditetapkan sebagai outcomes dengan menggunakan target dari Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan dalam pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 sebagai acuannya. 3.1.1 Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Program (Outcomes) Sasaran strategis dalam perjanjian kinerja tersebut adalah meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan 49

yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan dengan dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi, perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya. Adapun indikator yang digunakan adalah meningkatnya produksi dan produktivitas komoditi unggulan nasional perkebunan yang meliputi tebu, kapas, nilam, tembakau, kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, kelapa sawit, karet, kelapa, jambu mete, jarak pagar, dan kemiri sunan/minyak yang dikelompokkan kedalam fokus kegiatan yaitu swasembada gula nasional, pengembangan komoditas pemenuhan komsumsi dalam negeri, pengembangan komoditi ekspor dan penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi). Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 dan No.53 tahun 2014, perjanjian kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi. Sedangkan perjanjian kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditi. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Jenderal Perkebunan adalah produksi, sehingga kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2014 yang diukur hanyalah produksi. 50

Capaian fisik pembangunan perkebunan tahun 2014 secara nasional sebesar 92,90% yang dilaksanakan oleh 93 satker di seluruh Indonesia yang terdiri atas 1 satker pusat, 4 satker UPT Pusat, 32 satker Provinsi dan 56 satker kabupaten/kota. Untuk mengukur keberhasilan kinerja sesuai kesepakatan di lingkup Kementerian Pertanian ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan yaitu: 1) Sangat Berhasil (capaian > 95%); 2) Berhasil (capaian 80%- 95%); 3) cukup berhasil (capaian 60%-79%), dan 4) tidak berhasil (capaian <59%) dari target sasaran. 3.1.1.1. Produksi Pada umumnya produksi komoditas utama perkebunan selama 5 tahun (2010 2014) mengalami kenaikan yang cukup signifikan dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 5,66% per tahun dari 32,38 juta ton pada tahun 2010 menjadi 40,32 juta ton pada tahun 2014. Meskipun perubahan iklim mengakibatkan intensitas serangan OPT meningkat yang selanjutnya berdampak pada penurunan produksi, beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan produksi per tahun yang cukup signifikan yaitu tembakau (10,96%), kelapa sawit (7,56%), nilam (6,14%), cengkeh (5,59%), karet (3,74%), tebu (3,73%) dan lada (2,40%). Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami penurunan produksi yang cukup serius yaitu, kapas (-18,08%), jarak pagar (-10,43%), kakao (-3,82%), teh (-2,11%), kelapa (-1,07%). Kenaikan produksi tersebut tidak terlepas dari keberhasilan dalam memilih kegiatan-kegiatan prioritas yang dapat menstimulasi 51

peningkatan produksi tanaman, seperti peremajaan, perluasan dan rehabilitasi tanaman yang dikemas dalam fokus kegiatan antara lain Revitalisasi Perkebunan, Swasembada gula, Gernas kakao, dan yang lainnya. Khusus untuk kemiri sunan tidak ada angka produksinya tahun 2012, 2013 dan 2014, karena tidak dipanen akibat belum tersedianya unit pengolahan hasil (UPH) dan tidak ada pembelinya. Rincian produksi per komoditi sebagaimana Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun No 2010-2014 Komoditi Capaian produksi (ton) 2010 2011 2012 2013 2014*) Laju Pertumb. Per th (%) 1 Karet 2.734.854 2.990.184 3.012.25 3.237.433 3.153.186 3,74 2 Kelapa 3.166.666 3.174.379 3.189.897 3.051.585 3.031.310-1,07 3 Kelapa Sawit 21.958.120 23.096.541 26.015.518 27.782.004 29.344.479 7,56 4 Kopi 686.921 638.647 691.163 675.651 685.089 0,09 5 T e h 156.604 150.776 145.575 145.460 143.751-2,11 6 Lada 83.663 87.089 87.841 91.039 91.941 2,40 7 Cengkeh 98.386 72.207 99.890 109.694 110.576 5,59 8 Kakao 837.918 712.231 740.513 720.862 709.331-3,82 9 Jambu Mete 115.149 114.789 116.915 116.113 116.000 0,19 10 Tebu 2.290.116 2.267.887 2.591.687 2.551.026 2.632.242 3,73 11 Tembakau 135.678 214.524 260.818 164.448 166.262 10,96 12 Kapas 3.174 2.275 2.978 1.871 1.165-18,08 13 Jarak Pagar 7.081 6.576 6.424 4.821 4.467-10,43 14 Nilam 110.300 143.281 125.700 132.950 134.500 6,14 15 Kemiri Sunan 4.800 4.800 0 0 0 0 Jumlah 32.389.430 33.676.186 37.087.173 38.785.187 40.324.299 5,66 Catatan : *) Angka Sementara **) Produksi 1 kg daun kering Nilam setara dengan 0,02% minyak nilam/atsiri 52

3.1.1.2. Produktivitas Produktivitas komoditas utama perkebunan selama 5 tahun terakhir (2010 2014) cenderung mengalami penurunan dengan laju rata-rata sebesar -3,27% per tahun akibat anomali iklim yang semakin ekstrim. Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2014, produktivitas komoditi perkebunan secara umum mengalami penurunan sebesar -9,91%. Dibalik penurunan produktivitas secara umum, ternyata beberapa komoditi masih mengalami peningkatan produktivitas yang cukup menggembirakan yaitu cengkeh (4,68%), lada (2,22%). karet (1,74%), tembakau (1,57%), tebu (1,56%), nilam (1,05%), kakao (0,44%) dan Rincian produktivitas per komoditi sebagaimana Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun 2010-2014 No Komoditi Capaian Produktivitas (kg/ha) 2010 2011 2012 2013 2014* Laju Pertumb. Per th (%) 1 Karet 986 1.071 1.073 1.083 1.053 1,74 2 Kelapa 1.159 1.158 1.157 1.130 1.128-0,67 3 Kelapa Sawit 3.595 3.526 3.722 3.536 3.568-0,11 4 Kopi 756 702 745 739 741-0,39 5 T e h 1.553 1.477 1.467 1.465 1.464-1,13 6 Lada 756 784 771 818 824 2,22 7 Cengkeh 322 238 325 350 352 4,68 8 Kakao 804 821 850 821 817 0,44 9 Jambu Mete 371 367 364 359 359-0,82 10 Tebu 5.292 5.030 5.770 5.467 5.561 1,56 11 Tembakau 884 950 1.009 928 934 1,57 12 Kapas 380 303 333 288 273-7,27 13 Jarak Pagar 462 434 342 309 306-9,47 14 Nilam 119 132 110 120 121 1,05 15 Kemiri Sunan 667 250 0 0 0 0 Catatan : *) Angka Sementara 53

3.1.2. Pengukuran Kinerja Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs) Capaian kinerja capaian sasaran kegiatan (outputs) yang disajikan dalam LAKIP tahun 2014 ini adalah capaian kinerja secara nasional dan capaian kinerja yang dibiayai APBN. 3.1.2.1. Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan Secara Nasional Sebagaimana disampaikan terdahulu, bahwa penetapan/perjanjian kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditi. Target yang digunakan adalah Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014 yang merupakan bagian dari target dalam Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014 (Edisi Revisi II). Pengukuran kinerja capaian luas areal 15 komoditas yang pembangunannya menggunakan dana dari berbagai sumber diantaranya dari APBN, APBD I, APBD II, Swasta dan Swadaya Petani, diukur dengan membandingkan RKT tahun 2014 dengan realisasi berdasarkan capaian data statistik tahun 2014. Rincian luas areal per komoditi sebagaimana Tabel 6. 54

Tabel 6. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan Tahun 2010-2014 No Komoditi Capaian luas areal (ha) 2010 2011 2012 2013 2014 *) Laju Pertumb. Per th (%) 1 Karet 3.445.415 3.456.127 3.506.201 3.555.946 3.606.245 1,15 2 Kelapa 3.739.350 3.767.704 3.781.649 3.654.478 3.631.814-0,71 3 Kelapa Sawit 8.385.394 8.992.824 9.572.715 10.465.020 10.956.231 6,93 4 Kopi 1.210.365 1.233.698 1.235.289 1.241.712 1.246.810 0,75 5 Teh 122.898 123.938 122.206 122.035 121.034-0,38 6 Lada 179.318 177.490 177.787 171.920 172.615-0,94 7 Cengkeh 470.041 485.191 493.888 501.378 502.563 1,69 8 Kakao 1.650.621 1.732.641 1.774.464 1.740.612 1.719.087 1,06 9 Jambu Mete 570.930 575.841 575.920 554.315 551.512-0,85 10 Tebu 454.111 451.788 451.255 469.227 477.881 1,30 11 Tembakau 216.271 228.770 270.290 192.809 195.260-0,87 12 Kapas 10.194 10.238 9.565 8.738 5.600-12,68 13 Jarak Pagar 50.106 47.676 44.662 38.037 35.225-8,35 14 Nilam 24.472 28.615 31.155 28.226 28.255 4,13 15 Kemiri Sunan 918 944 995 1.057 1.057 3,62 Jumlah 20.530.404 21.313.485 22.048.041 22.745.510 23.251.188 3,16 Catatan: *) angka sementara Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT yang disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2014 dapat dilihat pada Lampiran 2. 55

3.1.2.2. Pengukuran Kinerja Terhadap Capaian Sasaran Kegiatan yang Dibiayai dengan APBN. Pada Tahun 2014 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana yang tertuang dalam DIPA/POK sebesar Rp. 1.566.951.421.000,-. Namun dalam pelaksanaannya terjadi penghematan anggaran akibat keluarnya Inpres No.4 tahun 2014 tentang langkah-langkah penghematan dan pemotongan belanja Kementerian/Lembaga dalam rangka pelaksanaan APBN, sehingga anggaran Ditjen. Perkebunan berkurang menjadi sebesar Rp 1.320.618.976.000,-. Dengan adanya penghematan anggaran maka terjadi perubahan pada target outputs kegiatan yang diwujudkan dalam penurunan luas areal komoditas. 3.1.2.2.1. Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar adalah luas areal tanaman kopi, teh, kakao, lada dan cengkeh. Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tahun 2014 adalah terlaksananya pengembangan tanaman rempah dan penyegar yang meliputi kopi, teh, kakao, lada, cengkeh dan pala seluas 43.975 ha. Realisasi fisiknya mencapai 43.559 ha (99,05%). Output kegiatan penting pada tahun 2014 meliputi: 56

1) Pengembangan tanaman kopi seluas 4.600 ha yang terdiri atas Intensifikasi tanaman kopi arabika 2.800 ha, intensifikasi tanaman kopi robusta 1.450 ha dan perluasan tanaman kopi arabika 350 ha. Realisasi fisik seluas 4.600 ha (100%) dari target seluas 4.600 ha sesuai dokumen penetapan kinerja tahun 2014 yang telah direvisi. 2) Pengembangan tanaman teh seluas 3.200 ha untuk kegiatan intensifikasi tanaman teh 1.700 ha dan rehabilitasi tanaman teh 1.500 ha. dengan realisasi fisik seluas 3.200 ha atau mencapai 100% dari target seluas 3.200 ha sesuai pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014. 3) Pengembangan tanaman kakao seluas 33.125 ha yang terdiri atas Intensifikasi tanaman kakao 20.500 ha, rehabilitasi tanaman kakao 4.400 ha, peremajaan tanaman kakao 8.225 ha. Realisasi capaian fisik seluas 32.709 ha (98,74%) dari target seluas 33.125 ha sesuai pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014 yang telah direvisi. 4) Pengembangan tanaman lada seluas 600 ha, yang terdiri atas rehabilitasi tanaman lada 300 ha dan perluasan 300 ha. Realisasi capaian fisik kegiatan ini seluas 600 ha (100%) dari target 600 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014 yang telah direvisi. 5) Pengembangan tanaman cengkeh seluas 950 ha, untuk kegiatan rehabilitasi tanaman cengkeh 750 ha dan perluasan tanaman cengkeh 200 ha. Realisasi fisik mencapai 950 ha (100%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014. 6) Pengembangan tanaman pala seluas 1.500 ha, untuk kegiatan perluasan tanaman pala 1.500 ha. Realisasi capaian fisik kegiatan 57

ini seluas 1.500 ha (100%) dari target 1.500 ha pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2014 (Lampiran 2,4 dan 5). 3.1.2.2.2. Direktur Tanaman Semusim Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Semusim adalah luas areal tanaman tebu, kapas, tembakau dan nilam. Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tahun 2014 adalah terlaksananya pengembangan tanaman semusim yang meliputi tebu, kapas, tembakau dan nilam seluas 56.375 ha. Realisasi fisiknya mencapai 39.508 ha (70,08%). Output kegiatan penting pada tahun 2014 meliputi: 1) Pengembangan tanaman tebu seluas 50.675 ha yang terdiri atas kegiatan bongkar ratoon 5.729 ha terealisasi 4.290 ha (74,88%), rawat ratoon 34.157 ha terealisasi 25.419 ha (74,42%) dan perluasan tanaman tebu 8.743 ha terealisasi 2.293 ha (26,23%) serta pembangunan kebun bibit datar (KBD) 2.046 ha terealisasi 1.806 ha (88,27%). Sehingga realisasi seluruhnya seluas 33.808 ha dengan capaiannya sebesar 66,72% dari target pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2014 yang telah direvisi. 58

2) Pengembangan tanaman nilam seluas 100 ha dalam rangka pengembangan komoditas ekspor. Capaian realisasi fisik 100 ha (100%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014. 3) Pengembangan tanaman kapas seluas 5.600 ha dalam rangka pemenuhan konsumsi dalam negeri. Capaian fisik seluas 5.600 ha (100,00%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2014 (Lampiran 2, 4 dan 5). 3.1.2.2.3. Direktur Tanaman Tahunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Tahunan adalah luas areal tanaman karet, kelapa sawit, kelapa, jambu mete, jarak pagar dan kemiri sunan/minyak. Sasaran strategis dalam penetapan kinerja 2014 adalah terlaksananya pengembangan tanaman tahunan yang meliputi karet, kelapa, kelapa sawit, jambu mete, jarak pagar dan kemiri sunan/minyak serta sagu dengan luas 33.042 ha. Realisasi fisiknya mencapai 32.550 ha (98,51%). Output kegiatan penting pada tahun 2014 meliputi: 1) Pengembangan tanaman karet seluas 11.643 ha meliputi kegiatan Peremajaan tanaman karet rakyat 10.763 ha dan perluasan tanaman karet rakyat 880 ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini 59

seluas 11.513 ha (98,88%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014 yang telah direvisi. 2) Pengembangan tanaman Kelapa seluas 18.509 ha meliputi kegiatan Peremajaan seluas 17.109 ha dan perluasan 1.400 ha. Realisasi fisik mencapai 17.975 ha (97,11%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014 yang telah direvisi. 3) Pengembangan tanaman Kelapa sawit seluas 80 ha untuk kegiatan pengembangan model peremajaan 80 ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas 80 ha (100%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014. 4) Pengembangan tanaman Jambu mete seluas 2.010 ha yang terdiri atas kegiatan peremajaan tanaman Jambu mete 900 ha dan perluasan tanaman Jambu mete 1.110 ha. Capaian fisik untuk kegiatan ini seluas 2.010 ha (100%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014. 5) Pengembangan tanaman sagu seluas 800 ha yang terdiri atas perluasan tanaman sagu 200 ha dan penataan tanaman sagu 600 ha. Realisasi fisik mencapai 800 ha (100,00%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2013 (Lampiran 2, 4 dan 5). 60

3.1.2.2.4. Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/ 8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha adalah (1) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP, (2) Jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO dan (3) Jumlah perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya. Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tahun 2014 adalah terlaksananya pengembangan penanganan pascapanen tanaman rempah dan penyegar, tanaman semusim dan tanaman tahunan sebanyak 223 kelompok tani. Sedangkan jumlah perusahaan perkebunan yang mendapat sertifikat ISPO sebanyak 44 perusahaan. Realisasi fisiknya mencapai 222 kelompok tani (99,55%). Output kegiatan penting pada tahun 2014 meliputi: 1) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman semusim sesuai GHP mencapai 57 kelompok tani atau 100% dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014. 2) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman rempah dan penyegar sesuai GHP mencapai 53 kelompok tani atau 100% dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014. 3) Jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen tanaman tahunan sesuai GHP mencapai 113 kelompok tani atau 100% dari 61

target 113 kelompok tani pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014. 4) Jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO mencapai 44 perusahaan atau 100% dari target 44 perusahaan sesuai pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014. Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2014 (Lampiran 2, 4 dan 5). 3.1.2.2.5. Direktur Perlindungan Perkebunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Perlindungan Perkebunan adalah luas areal Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan. Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tahun 2014 adalah terlaksananya penanganan organisme pengganggu tanaman perkebunan (OPT) seluas 15.039 ha, dan pelaksanaan SL-PHT sebanyak 194 Kelompok Tani. Realisasi fisik untuk OPT mencapai 14.827 ha (98,59%) dari target dan SL-PHT sebanyak 194 Kelompok Tani (100%) dari target. Output kegiatan penting pada tahun 2014 meliputi: 1) Pengendalian OPT seluas 15.039 ha yang terdiri dari (a) Pengendalian OPT tanaman rempah dan penyegar seluas 3.712 ha 62

untuk kegiatan pengendalian OPT tanaman Lada seluas 101 ha, kopi seluas 931 ha, cengkeh seluas 535 ha, kakao seluas 2.145 ha; (b) Pengendalian OPT tanaman semusim seluas 5.221 ha untuk kegiatan pengendalian OPT tanaman tebu seluas 4.961 ha, tembakau seluas 100 ha, kapas seluas 150 ha dan Nilam 10 ha; (c) Pengendalian OPT tanaman tahunan seluas 6.106 ha untuk kegiatan pengendalian OPT kelapa seluas 5.070 ha, karet seluas 621 ha, Kelapa Sawit 200 ha dan jambu mete seluas 215 ha. Capaian realisasi fisik secara berurutan yaitu lada seluas 101 ha (100%), kopi seluas 921 ha (98,93%), cengkeh seluas 535 ha (100%), kakao seluas 2.145 ha (100%), tebu seluas 4.961 ha (100%), tembakau seluas 100 ha (100%), kapas seluas 150 ha (100%), nilam 8 ha (80,00%), kelapa seluas 4.870 ha (96,05%), karet seluas 621 ha (100%), kelapa sawit 200 ha (100%) dan jambu mete seluas 215 ha (100%). Sehingga capaian realisasi fisik keseluruhan seluas 14.827 ha (98,59%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014 yang telah direvisi. 2) Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan sebanyak 182 Kelompok Tani yang terdiri dari SL-PHT cengkeh sebanyak 8 KT, kakao 50 KT, karet 24 KT, kelapa 6 KT, kopi 14 KT, lada 8 KT, teh 4 KT, kapas 2 KT dan tebu 52 KT. Sedangkan SL-PHT gabungan yaitu SL-PHT kopi dan kakao 4 KT, kelapa dan karet 2 KT, karet dan kakao 4 KT, jambu mete dan kakao 2 KT, karet dan lada 2 KT. Capaian fisik dari kegiatan tersebut sebanyak 182 Kelompok Tani (100%) dari target pada dokumen penetapan kinerja tahun 2014. 63

Untuk mengetahui secara rinci capaian kinerja sasaran kegiatan (Outputs) berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2013 (Lampiran 2, 4 dan 5). 3.1.2.2.6. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan adalah jumlah provinsi yang memperoleh pelayanan dan pembinaan yang berkualitas dibidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta pelaporan sebanyak 32 Provinsi. Adapun sasaran strategis dalam penetapan kinerja tahun 2014 adalah terlaksananya pelayanan kesekretariatan dalam rangka menunjang pencapaian kinerja program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan dengan target 32 provinsi untuk 93 satker. Realisasi fisiknya mencapai 100% dari target dalam bentuk dokumen (1) perencanaan, (2) evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi, (3) pelayanan organisasi, kepegawaian, humas, hukum, administrasi perkantoran dan (4) pengelolaan administrasi keuangan dan aset. 3.1.2.2.7. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/ 2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) 64

Kementerian Pertanian, IKU BBP2TP adalah (1) jumlah benih/bibit yang disertifikasi dan (2) jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan. Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tahun 2014 untuk Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan adalah (a) BBP2TP Medan untuk jumlah benih/bibit yang disertifikasi sebanyak 2.030.000 batang dan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan 5 paket; (b) BBP2TP Surabaya sebanyak 12.920.000 batang dengan 8 paket; (c) BBP2TP Ambon sebanyak 750 batang dengan 9 paket. Realisasi fisik untuk jumlah benih/bibit yang disertifikasi secara nasional pada tahun 2014 mencapai 12.096.652 batang atau 80,91% dari target 14.950.750 batang untuk 3 Balai Besar yaitu BBP2TP Medan, Surabaya dan Ambon. Sedangkan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan mencapai 100%, yaitu dari target 22 paket dapat terealisasi semuanya. Output kegiatan penting pada tahun 2014 dari masing-masing Balai berdasarkan RKT dan PK disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja Tahun 2013 (Lampiran 2, 4 dan 5). 3.2. Evaluasi Sasaran Pembangunan Perkebunan Tahun 2014 Hasil evaluasi pembangunan perkebunan dilihat dari aspek indikator mikro yang terdiri dari luas areal, produksi dan produktivitas umumnya mengalami kenaikan. Namun demikian beberapa komoditas produksinya menurun, hal ini terjadi karena adanya banyak tanaman tua, pengelolaan tanaman yang tidak sesuai baku teknis dan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim serta serangan OPT di beberapa sentra produksi. 65

3.2.1. Evaluasi Kinerja terhadap Capaian Sasaran Program (Outcomes) Evaluasi dan pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran program untuk tahun 2014 ini masih dilakukan terhadap produksi dan sekilas tentang produktivitas tanaman perkebunan karena penetapan kinerja (PK) Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian Tahun 2014 sebagaimana Tabel 2 masih mencantumkan kedua indikator dimaksud. 3.2.1.1. Produksi Evaluasi produksi perkebunan tahun 2014 dilaksanakan terhadap (a) Rencana Kinerja Tahunan/Perjanjian Kinerja tahun 2014, (b) Capaian Kinerja tahun 2013 dan (c) Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014. 3.2.1.1.1. Capaian Kinerja terhadap Rencana Kinerja Tahunan/ Perjanjian Kinerja Tahun 2014 Secara umum capaian produksi 15 komoditas unggulan mencapai 40,32 juta ton dari target sebesar 40,60 juta ton dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) atau mencapai 99,32% dan dibandingkan dengan target dari Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2014 sebesar 40,30 juta ton atau mencapai 100,09%. Capaian tertinggi terhadap RKT dan PK adalah pada komoditi cengkeh (128,58%) dan secara berurutan sebagai berikut karet (112,57%), nilam (108,47%), kelapa sawit (103,18%). Sebaliknya untuk komoditi yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim sehingga 66

mengakibatkan capaian produksi turun cukup tajam yaitu kapas (1,85%), kakao (60,42%), jambu mete (72,96%), kopi (86,61%), teh (87,12%). Sedangkan khusus tebu capaiannya berbeda antara RKT dengan PK yaitu pada RKT (84,83%) dan pada PK (94,35%). Selain itu untuk dua komoditi unggulan nasional lainnya yang produksinya rendah karena tidak/belum ada jaminan pasarnya adalah jarak pagar (17,27%) dan kemiri minyak/sunan (0%). Rincian secara detail capaian kinerja masing-masing komoditi dibandingkan RKT/PK tahun 2014 sebagaimana pada Tabel 7. Tabel 7. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2014 NO KOMODITAS Realisasi 2013 Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2014 Realisasi* 2014 Capaian 2013 Target Renstra RKT/PK 2014 1 Karet 3.237.433 2.801.000 2.801.000 3.153.186 97,40 112,57 112,57 2 Kelapa Sawit 27.782.004 28.439.000 28.439.000 29.344.479 105,62 103,18 103,18 3 Kelapa 3.051.585 3.380.000 3.380.000 3.031.310 99,34 89,68 89,68 4 Kopi 675.915 791.000 791.000 685.089 101,36 86,61 86,61 5 Kakao 720.862 1.174.000 1.174.000 709.331 98,40 60,42 60,42 6 Jambu Mete 116.113 159.000 159.000 116.000 99,90 72,96 72,96 7 Lada 91.039 92.000 92.000 91.941 100,99 99,94 99,94 8 Cengkeh 109.694 86.000 86.000 110.576 100,80 128,58 128,58 9 Teh 145.460 165.000 165.000 143.751 98,83 87,12 87,12 10 Jarak Pagar 6.218 35.000 35.000 6.045 97,22 17,27 17,27 11 Kemiri Sunan 0 6.000 6.000 0 0,00 0,00-12 Tebu 2.551.026 3.103.000 2.790.000 2.632.242 103,18 84,83 94,35 13 Kapas 1.871 63.000 63.000 1.165 62,27 1,85 1,85 14 Tembakau 164.448 184.000 184.000 166.262 101,10 90,36 90,36 15 Nilam 132.950 124.000 124.000 134.500 101,17 108,47 108,47 Total 38.786.618 40.602.000 40.289.000 40.325.877 103,97 99,32 100,09 Catatan : * Angka sementara 67

3.2.1.1.2. Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2013 Pada tahun 2014, capaian produksi 15 komoditas unggulan sebesar 40,32 juta ton meningkat menjadi 103,97% dibandingkan capaian produksi tahun 2013 yang besarnya 38,78 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 3,97% seperti yang disajikan pada Tabel 7. Peningkatan produksi tersebut, selain karena pembinaan dan pengawalan yang lebih intensif juga didukung dengan harga yang relatif menguntungkan dan iklim yang lebih kondusif. Peningkatan tertinggi terjadi pada komoditi kelapa sawit (105,62%), tebu (103,18%), dan disusul secara berurutan komoditi kopi (101,36%), nilam (101,17%), tembakau (101,10%), lada (100,99%), cengkeh (100,80%). Sebaliknya terdapat beberapa komoditi yang mengalami penurunan produksi yaitu kapas, karet, kakao, teh, kelapa, jambu mete, jarak pagar dan kemiri sunan/minyak. 3.2.1.1.3. Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Pada tahun 2014, capaian produksi 15 komoditas unggulan sebesar 40,32 juta ton. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014, maka capaian tahun 2014 telah mencapai 99,32%. Capaian yang telah melebihi target RENSTRA adalah komoditi cengkeh (128,58%), karet (112,57%), nilam (108,47%), kelapa sawit (103,18%). Sedangkan capaian yang telah mendekati target RENSTRA adalah komoditi lada (99,94%), tembakau (90,36%), 68

kelapa (89,68%), teh (87,12%), kopi (86,61%), dan tebu (84,83%). Lebih lanjut untuk capaian yang masih jauh dari target adalah kemiri sunan/minyak (0,00%), kapas (1,85%), jarak pagar (12,76%), kakao (60,42%) dan jambu mete (72,96%). Pengukuran Kinerja Tahun 2014 berdasarkan capaian sasaran program (Outcomes) secara detail yang meliputi sasaran strategis, indikator kinerja, target dan realisasi serta anggaran disajikan pada Formulir Pengukuran Kinerja (Lampiran 1 dan 3). 3.2.1.2. Produktivitas Evaluasi produktivitas perkebunan tahun 2014 dilaksanakan terhadap (a) Rencana Kinerja Tahunan tahun 2014, (b) Capaian Kinerja tahun 2013 dan (c) Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014. Beberapa komoditi selama lima tahun terakhir sangat terpengaruh oleh adanya perubahan iklim yang ekstrim sehingga berdampak pada penurunan rata-rata produktivitas yang daoat dilihat dari laju pertumbuhan pada tabel 5 sebelumnya. 3.2.1.2.1. Capaian Kinerja terhadap Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2014 Capaian produktivitas untuk 15 komoditas unggulan pada tahun 2014 tidak mencapai target sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Kinerja Tahunan tahun 2014. Sebagaimana disampaikan terdahulu, bahwa produktivitas tahun 2014 ditargetkan sesuai dengan rencana strategis 69

tahun 2010-2014 yang disusun tahun 2009 dengan asumsi kondisi normal. Namun dalam perkembangannya, pada tahun 2014 telah terjadi anomali iklim yang sangat berpengaruh nyata dalam menurunkan produktivitas tanaman perkebunan. Capaian produktivitas tanaman perkebunan secara berurutan yaitu karet (164,53%), cengkeh (119,32%), lada (109,57%), tembakau (104,59%), kopi (98,02%), kelapa (94,00%), teh (87,51%), nilam (82,58%), kelapa sawit (82,14%), dan tebu (81,78%). Untuk tanaman yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim, dan capaiannya dibawah 80% secara berurutan yaitu kakao (68,08%), jambu mete (35,23%) dan kapas (10,92%). Sedangkan untuk komoditi yang diharapkan sebagai sumber bahan bakar nabati, produktivitasnya masih sangat rendah karena belum ditangani secara serius, yaitu jarak pagar (15,30%) dan kemiri sunan (0,00%) dari target dalam Rencana Kinerja Tahunan tahun 2014. 3.2.1.2.2. Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2013 Pada umumnya capaian produktivitas tanaman perkebunan tahun 2014 hanya sedikit mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2013, secara berurutan yaitu tebu (101,72%), kelapa sawit (100,90%), lada (100,73%), tembakau (100,65%), cengkeh (100,57%), dan kopi (100,27%). Sedangkan yang tetap dan yang mengalami penurunan produktivitas adalah jambu mete (100,00%), nilam (100,00%), teh (99,93%), kelapa (99,82%), kakao (99,51%), karet (97,23%), dan Kapas (94,79%). Selain itu untuk komoditi yang diharapkan sebagai sumber bahan bakar nabati, produktivitasnya yang mengalami penurunan yaitu jarak pagar (99,93%) dan yang masih sangat rendah dan cenderung 70

menurun karena belum ditangani secara serius, yaitu kemiri sunan (0,00%) dari target dalam Rencana Kinerja Tahunan tahun 2014. 3.2.1.2.3. Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014 Terdapat empat komoditas yang capaian produktivitasnya telah melebihi target RENSTRA yaitu karet (164,53%), cengkeh (119,32%), lada (109,57%), tembakau (104,59%). Sebaliknya produktivitas yang masih jauh dari target adalah kemiri sunan (0,00%), kapas (10,92%), jarak pagar (15,30%) dan jambu mete (35,23%). Rincian secara detail dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Capaian Kinerja Produktivitas Tahun 2014 PRODUKTIVITAS PERKEBUNAN (TON) REALISASI KINERJA Thd (%) NO KOMODITAS Realisasi 2013 Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2014 Realisasi* 2014 Capaian 2013 Target Renstra RKT/PK 2014 1 Karet (Karet Kering) 1.083 640 640 1.053 97,23 164,53 164,53 2 Kelapa Sawit (CPO) 3.536 4.344 4.344 3.568 100,90 82,14 82,14 3 Kelapa (Kopra) 1.130 1.200 1.200 1.128 99,82 94,00 94,00 4 Kopi (Kopi Berasan) 739 756 756 741 100,27 98,02 98,02 5 Kakao (Biji Kering) **) 821 1.200 1.200 817 99,51 68,08 68,08 6 Jambu Mete (Gldg Kering) 359 1.019 1.019 359 100,00 35,23 35,23 7 Lada (Lada Kering) 818 752 752 824 100,73 109,57 109,57 8 Cengkeh (Bunga Kering) 350 295 295 352 100,57 119,32 119,32 9 Teh (Daun Kering) 1.465 1.673 1.673 1.464 99,93 87,51 87,51 10 Jarak Pagar (Biji Kering) 348 2.000 2.000 354 101,72 17,70 17,70 11 Kemiri Sunan (Biji Kering) 0 16.000 16.000 0 #DIV/0! 0,00-12 Tebu (Hablur) 5.467 6.800 6.800 5.561 101,72 81,78 81,78 13 Kapas (Serat Kering) 388 2.500 2.500 273 70,36 10,92 10,92 14 Tembakau (Daun Kering) 928 893 893 934 100,65 104,59 104,59 15 Nilam (Daun Kering) 5.450 6.600 6.600 5.450 100,00 82,58 82,58 Catatan : * Angka sementara 71

3.2.2. Evaluasi Kinerja terhadap Capaian Sasaran Kegiatan (Outputs) Evaluasi Kinerja terhadap capaian sasaran kegiatan (outputs) yang disajikan dalam LAKIP ini adalah capaian kinerja luas areal dan kegiatan dukungan untuk mencapai target nasional tersebut. Secara umum luas areal komoditas perkebunan selama tahun 2010-2014 mengalami peningkatan setiap tahunnya rata-rata 3,16% dari 20,53 juta hektar pada tahun 2010 menjadi 23,25 juta hektar pada tahun 2014. Jika dibandingkan dengan RKT tahun 2014 yang nilainya 21,61 juta hektar, maka capaiannya sebesar 107,59%. Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2013, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 2,22% dari 22,74 juta hektar menjadi 23,25 juta hektar untuk tahun 2014. Terhadap target Renstra 2010-2014 yang besarnya 21,61 juta ha, maka kinerja tahun 2014 sudah mencapai 107,59%. 3.2.2.1. Tanaman Rempah dan Penyegar Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar untuk 5 komoditi unggulan nasional mencapai 3,76 juta hektar dari target sebesar 3,99 juta hektar atau mencapai 94,08%. Capaian tertinggi pada komoditi cengkeh (103,84%), sebaliknya yang tidak mencapai target secara berurutan sebagai berikut kakao (98,12%), teh (97,61%), lada (88,07%) dan kopi (86,40%). 72

Namun bila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013, maka capaian kinerja 2014 dengan kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar mengalami peningkatan sebesar 5,51% menjadi 99,59%. Luas areal yang mengalami peningkatan adalah tanaman kopi (100,41%), lada (100,40%), dan cengkeh (100,24%). Sedangkan yang mengalami penurunan yaitu kakao (98,76%) dan teh (99,18%). Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar mencapai 94,08%. Hal ini sama dengan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014 yaitu hanya luas areal cengkeh yang telah melebihi target renstra yaitu 103,84%. Sedangkan capaian tanaman lainnya dibawah target yaitu: kopi (86,40%), kakao (98,12%), lada (88,07%) dan teh (97,61%). Capaian Kinerja Luas Areal Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2014 sebagai berikut: Tabel 9. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2014 Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) No Komoditi Realisasi 2013 Target Renstra 2010-2014 RKT 2014 Realisasi* 2014 Capaian 2013 Target Renstra RKT 2014 1 Kopi 1.241.836 1.443.000 1.443.000 1.246.809 100,40 86,40 86,40 2 Kakao 1.740.612 1.752.000 1.752.000 1.719.087 98,76 98,12 98,12 3 Lada 171.920 196.000 196.000 172.615 100,40 88,07 88,07 4 Cengkeh 501.378 484.000 484.000 502.563 100,24 103,84 103,84 5 Teh 122.035 124.000 124.000 121.034 99,18 97,61 97,61 Total 3.777.781 3.999.000 3.999.000 3.762.108 99,59 94,08 94,08 Catatan : * Angka Sementara 73

3.2.2.2. Tanaman Semusim Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman semusim untuk 4 komoditi unggulan nasional mencapai 706.996 hektar dari target sebesar 704.000 hektar atau mencapai 100,43%. Capaian tertinggi pada komoditi nilam (156,97%) dan diikuti tebu (104,80%). Sedangkan yang tidak mencapai target adalah tembakau (95,25%) dan kapas (22,40%). Capaian kinerja 2014 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013, mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,71% menjadi 101,14%. Hampir seluruh areal tanaman semusim mengalami peningkatan secara berurutan yaitu tanaman tebu (101,84%), tembakau (101,27%), dan nilam (100,10%), kecuali kapas turun menjadi 64,09%. Rincian secara detail capaian kinerja masing-masing komoditi tahun 2014 sebagaimana pada Tabel 10 berikut: Tabel 10. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim Tahun 2014 Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) No Komoditi Realisasi 2013 Target Renstra 2010-2014 RKT 2014 Realisasi* 2014 Capaian 2013 Target Renstra RKT 2014 1 Tebu 469.227 456.000 456.000 477.881 101,84 104,80 104,80 2 Kapas 8.738 25.000 25.000 5.600 64,09 22,40 22,40 3 Tembakau 192.809 205.000 205.000 195.260 101,27 95,25 95,25 4 Nilam 28.226 18.000 18.000 28.255 100,10 156,97 156,97 Total 699.000 704.000 704.000 706.996 101,14 100,43 100,43 Catatan : *) Angka sementara 74

Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, kinerja luas areal tanaman semusim yang sesuai target yaitu mencapai 100,43%. Sumbangan terbesar dari luas areal nilam (156,97%) dan tebu mencapai 104,80%. Sedangkan untuk tanaman kapas baru mencapai 22,40% dan tembakau (95,25%). 3.2.2.3. Tanaman Tahunan Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014, secara umum capaian kinerja luas areal tanaman tahunan untuk 6 komoditi unggulan nasional mencapai 18,78 juta hektar dari target sebesar 16,91 juta hektar atau mencapai 111,09%. Capaian tertinggi pada komoditi jarak pagar (167,74%) diikuti kelapa sawit (121,91%), karet (103,42%), dan sebaliknya yang tidak mencapai target secara berurutan sebagai berikut jambu mete (95,58%), kelapa (94,75%), dan kemiri sunan/minyak (52,85%). Capaian kinerja 2014 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013, mengalami peningkatan sebesar 2,81% menjadi 102,81%. Sebagian areal tanaman tahunan mengalami sedikit peningkatan secara berurutan yaitu kelapa sawit (104,69%), karet (101,41%), kemiri sunan (100%). Sedangkan sebagian lagi mengalami penurunan yaitu kelapa (99,38%), jambu mete (99,49%) dan jarak pagar 92,61%. Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, kinerja luas areal tanaman tahunan sudah sesuai target yaitu mencapai 111,09%. Sumbangan terbesar dari luas areal jarak pagar (167,74%), kelapa sawit 75

(121,61%) dan karet (103,42%). Sedangkan untuk tanaman kemiri sunan baru mencapai 52,85%, jambu mete (95,58%) dan kelapa mencapai 94,75%. Rincian secara detail capaian kinerja masing-masing komoditi tahun 2014 sebagaimana pada Tabel 11 berikut: Tabel 11. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan Tahun 2014 Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%) No Komoditi Realisasi 2013 Target Renstra 2010-2014 RKT 2014 Realisasi* 2014 Capaian 2013 Target Renstra RKT 2014 1 Karet 3.555.946 3.487.000 3.487.000 3.606.245 101,41 103,42 103,42 2 K. Sawit 10.465.020 8.987.000 8.987.000 10.956.231 104,69 121,91 121,91 3 Kelapa 3.654.478 3.833.000 3.833.000 3.631.814 99,38 94,75 94,75 4 Jambu Mete 554.315 577.000 577.000 551.512 99,49 95,58 95,58 5 Jarak Pagar 38.037 21.000 21.000 35.225 92,61 167,74 167,74 6 Kemiri Sunan 1.057 2.000 2.000 1.057 100,00 52,85 52,85 Total 18.268.853 16.907.000 16.907.000 18.782.084 102,81 111,09 111,09 Catatan : * Angka sementara 3.2.2.4. Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/Perjanjian Kinerja tahun 2014, capaian kinerja jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP sebanyak 222 kelompok tani atau 99,55% dari target 223 Kelompok Tani yang ditetapkan dalam PK. Sedangkan jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO sampai akhir tahun sudah mencapai 376 perusahaan atau sebesar 112,57% dari target 334 perusahaan. Untuk perusahaan yang ditangani 76

kasus gangguan usahanya sebanyak 44 kasus sudah terlaksana semuanya dan sudah mencapai 100%. Capaian kinerja 2014 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013, untuk jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP mengalami peningkatan sebesar 0,91% menjadi 100,91%. Untuk perusahaan yang layak mengajukan sertifikat ISPO mengalami peningkatan sebesar 241,82% menjadi 341,82% dan perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya mengalami peningkatan menjadi 104,76%. Rincian Capaian Kinerja Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha tahun 2014 sebagai berikut: Tabel 12. Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha Tahun 2014 Target dan capaian Realisasi kinerja thd (%) No. Kegiatan Realisasi 2013 Target Renstra 2010-2014 RKT /PK 2014 Realisasi 2014 Capaian 2013 Target Renstra RKT/PK 2014 1 2 3 Penanganan panen sesuai GHP Perusahaan yang mengajukan sertifikat ISPO Penanganan gangguan usaha 220 130 223 222 100,91 170,77 99,55 110 334 334 376 341,82 112,57 112,57 42 44 44 44 104,76 100,00 100,00 Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, jumlah kelompok tani yang menerapkan pascapanen sesuai GHP sudah melebihi target yaitu mencapai 170,77%. Sedangkan jumlah perusahaan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO mencapai 77

112,57% dari target 334 perusahaan. Untuk perusahaan yang ditangani kasus gangguan usahanya sebanyak 44 kasus sesuai target Renstra sebanyak 44 kasus (100%). 3.2.2.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/Perjanjian Kinerja tahun 2014, capaian kinerja pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan mencapai 14.827 hektar dari target sebesar 15.039 hektar atau mencapai 98,59%. Luas areal pengendalian OPT terbesar pada tanaman kelapa seluas 4.870 ha, kemudian secara berurutan kakao seluas 2.145 ha, tebu seluas 4.961 ha, kopi seluas 921 ha, karet seluas 621 ha, cengkeh seluas 535 ha, jambu mete seluas 215 ha, kelapa sawit 200 ha, kapas seluas 150 ha, lada seluas 101 ha, tembakau seluas 100 ha dan nilam seluas 8 ha. Rincian Capaian Kinerja pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan tahun 2014 sebagai berikut: Tabel 13. Capaian Kinerja Dukungan Perlindungan Perkebunan Tahun 2014 No. Kegiatan Realisasi 2013 Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2014 Realisasi 2014 Capaian 2013 Target Renstra RKT/PK 2014 1 Pengendalian OPT 14.408 5.300 15.039 14.827 102,91 279,75 98,59 Total 14.408 5.300 15.039 14.827 102,91 279,75 98,59 78

Capaian kinerja 2014 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013, mengalami peningkatan menjadi 102,91%. Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tanaman perkebunan mencapai 279,75% dari target 5.300 hektar pada tahun 2014. 3.2.2.6. Dukungan Manajemen (Sekretariat) Perkebunan Realisasi fisiknya mencapai 100% dari target 32 provinsi yang memperoleh pelayanan dan pembinaan yang berkualitas. Realisasi dalam bentuk dokumen: (1) perencanaan, (2) evaluasi pelaksanaan kegiatan dan penyediaan data dan informasi, (3) pelayanan organisasi, kepegawaian, humas, hukum, administrasi perkantoran dan (4) pengelolaan administrasi keuangan dan aset. 3.2.2.7. Dukungan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Realisasi fisik untuk jumlah benih/bibit yang disertifikasi secara nasional pada tahun 2014 mencapai 202,92% dan hanya Balai Besar Medan yang dibawah target RKT/PK tahun 2014 yaitu 73,47%. Sedangkan Balai Besar Surabaya dan Ambon capaian realisasinya diatas target RKT/PK tahun 2014. Capaian kinerja 2014 tersebut apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013, meningkat sebesar 22,11% yaitu dari 180,81% 79

menjadi 202,92%% dan pada Balai Besar Ambon yang terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 250,48%. Demikian juga apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, secara nasional telah mencapai 150,76%, dimana Balai Besar Surabaya telah melebihi target sebesar 111,35%. Untuk indikator kegiatan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan, secara nasional pada tahun 2014 mencapai 92,86% dan Balai Besar Surabaya dengan Ambon yang telah memenuhi target RKT/PK tahun 2014. Rincian Capaian Kinerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan tahun 2014 seperti tabel 14 berikut ini: Tabel 14. Capaian Kinerja BBP2TP Medan, Surabaya dan Ambon Tahun 2014 Target dan capaian Realisasi kinerja thd (%) No. Kegiatan Realisasi 2013 Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2014 Realisasi 2014 Capaian 2013 Target Renstra 2010-2014 RKT/PK 2014 1 Jumlah benih yang disertifikasi (ribu batang) BBP2TP Medan 194.231 240.384 175.000 128.577,00 66,20 53,49 73,47 BBP2TP Surabaya 18.953 14.950 14.950 16.647,00 87,83 111,35 111,35 BBP2TP Ambon 154 535 150 385,74 250,48 72,10 257,16 2 Jumlah teknoilogi terapan perlindungan perkebunan (paket) Total 213.338 255.869 190.100 145.609,74 68,25 56,91 76,60 BBP2TP Medan 9 10 4 3 33,33 30,00 75,00 BBP2TP Surabaya 6 6 6 6 100,00 100,00 100,00 BBP2TP Ambon 9 9 4 4 44,44 44,44 100,00 Total 24 25 14 13 54,17 52,00 92,86 80

3.3. Akuntabilitas Keuangan Berdasarkan pagu definitif Kementerian Negara/Lembaga tahun 2014, alokasi anggaran untuk Kementerian Pertanian Rp. 14,230 trilyun dan sebesar Rp 1,320 trilyun (9,27%) dialokasikan untuk Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka mendukung pengembangan perkebunan tahun 2014 khususnya dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan 7 (tujuh) kegiatan utama. Serapan anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2014 mencapai 88,05% menduduki urutan ke 8 (delapan) di lingkup Kementerian Pertanian dan masih dibawah serapan anggaran secara nasional Kementerian Pertanian yang mencapai 89,57%. Perbandingan capaian per eselon I dapat dilihat pada Tabel 15 berikut: Tabel 15. Capaian Serapan Anggaran Tahun 2014 per Eselon I No ESELON 1 Urutan Penyerapan Anggaran PAGU ANGGARAN (Rp. 000,-) REALISASI (Rp. 000,-) % 1 SETJEN 4 1.103.062.672 1.016.735.294 92,17 2 ITJEN 5 65.528.157 60.347.785 92,09 3 DITJEN TP 9 2.273.831.705 2.000.337.582 87,97 4 DITJEN HORTI 7 524.669.821 466.801.480 88,97 5 DITJEN BUN 8 1.320.619.437 1.162.841.296 88,05 DITJEN NAK 1 1.391.463.833 1.346.602.451 96,78 6 KESWAN 7 DITJEN PPHP 11 502.959.082 441.542.772 87,79 8 DITJEN PSP 10 3.294.030.743 2.895.145.140 87,89 9 BALITBANG 12 1.574.600.000 1.316.210.000 83,59 10 BPPSDMP 3 1.114.979.737 1.049.902.650 94,16 11 BKP 6 459.973.578 411.352.994 89,43 12 BARANTAN 2 604.699.761 578.997.227 95,75 TOTAL 14.230.418.526 12.746.816.671 89,57 81

Capaian serapan anggaran tahun 2014 ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar 4,32% dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 83,73% yaitu dari total pagu Rp. 1.709.421.139.000,- yang terealisasi sebesar Rp. 1.431.311.655.000,-. Dalam laporan akuntabilitas keuangan ini akan disajikan (a) Capaian kinerja keuangan berdasarkan kegiatan utama dan (b) Capaian kinerja keuangan berdasarkan serapan per satker. 3.3.1. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Kegiatan Utama Tahun 2014 Capaian kinerja keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2014 yang disajikan adalah realisasi keuangan berdasarkan kegiatan utama pembangunan perkebunan dan berdasarkan serapan satuan kerja (satker). Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2014 sebesar Rp. 1,162 trilyun atau 88,05% dari total pagu sebesar Rp.1,320 trilyun. Realisasi terbesar tercapai untuk kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar sebesar 95,35%, diikuti secara berturut-turut kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar 93,17%, Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar 92,59%, Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan sebesar 91,86%, Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya sebesar 88,92%, 82

Dukungan Penanganan Pascapanen sebesar 86,39% dan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim sebesar 80,67%. Adapun rinciannya sebagaimana disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama Tahun 2014 KODE 1775 1776 1777 1778 PROGRAM/KEGIATAN Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Pengembangan Penanganan Pasca panen Komoditas Perkebunan PAGU (Rpjuta) ANGGARAN REALISASI (Rpjuta) % 325.707 310.547 95,32 511.357 412.499 80,67 173.967 159.800 91,86 37.076 32.030 86,39 1779 Dukungan Perlindungan Perkebunan 76.813 71.123 92,59 1780 1781 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen. Perkebunan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan 129.096 114.787 88,92 66.603 62.055 93,17 JUMLAH 1.320.619 1.162.841 88,05 3.3.1.1. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar berdasarkan SAU-Kementerian Keuangan sebesar Rp 310.453.375.541,- (95,32%) dari pagu yang ada. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama 83

dikarenakan adanya optimalisasi anggaran dari pengadaan dan tender serta penghematan. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar pada tahun 2014 meliputi: 1) Pengembangan tanaman kopi 4.600 ha dengan anggaran sebesar Rp. 29.830.112.000,- untuk kegiatan intensifikasi, dan perluasan tanaman kopi. Terdapat dua jenis kopi yang dikembangkan meliputi (1). Intensifikasi kopi arabika seluas 2.800 ha yang dilaksanakan di 8 kabupaten 5 provinsi yaitu Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Selatan, NTT, Sulawesi Barat; (2). Intensifikasi kopi robusta seluas 1.450 ha yang dilaksanakan di 10 kabupaten 7 provinsi yaitu Aceh, Riau, Lampung, Bali, NTB, NTT dan Bengkulu; (3) Perluasan kopi arabika seluas 350 ha yang dilaksanakan di 3 kabupaten 3 provinsi yaitu Jawa Tengah, Papua dan Jawa Timur. Capaian serapan keuangan untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp. 27.287.028.225,- (91,47%). 2) Pengembangan Tanaman teh seluas 3.200 ha dengan anggaran sebesar Rp. 47.965.070.000,- untuk kegiatan intensifikasi dan rehabilitasi tanaman teh. Kegiatan intensifikasi teh seluas 1.700 ha yang dilaksanakan di 8 kabupaten 1 provinsi yaitu Jawa Barat. Sedangkan untuk rehabilitasi teh seluas 1.500 ha dilaksanakan di 5 kabupaten 1 provinsi yaitu Jawa Barat. Realisasi anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp. 47.735.619.004,- (99,52%). 84

3) Pengembangan tanaman kakao seluas 33.125 ha dengan anggaran sebesar Rp. 194.375.172.000,- untuk kegiatan intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan tanaman kakao. Kegiatan intensifikasi tanaman kakao seluas 20.500 ha yang dilaksanakan di 31 kabupaten 7 provinsi di Indonesia yaitu Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, NTT dan Sulawesi Barat. Untuk rehabilitasi tanaman kakao seluas 4.400 ha yang dilaksanakan di 14 kabupaten 4 provinsi yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat. Sedangkan peremajaan tanaman kakao seluas 8.225 ha yang dilaksanakan di 23 kabupaten 7 provinsi yaitu: D.I. Yogyakarta, Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Bali dan NTB. Realisasi anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp. 185.430.655.048,- (95,40%). 4) Pengembangan tanaman lada seluas 600 ha dengan anggaran sebesar Rp. 6.363.642.000,- untuk kegiatan rehabilitasi dan perluasan tanaman lada. Kegiatan rehabilitasi tanaman lada seluas 300 ha yang dilaksanakan di 5 kabupaten 1 provinsi yaitu Lampung dan perluasan tanaman lada seluas 300 ha yang dilaksanakan di 3 kabupaten 2 provinsi yaitu Bengkulu dan Kep. Bangka Belitung. Anggaran yang terserap untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp. 6.036.678.800,- (94,86%). 5) Pengembangan tanaman pala seluas 1.500 ha dengan dengan anggaran sebesar Rp. 2.940.362.000,- untuk kegiatan perluasan tanaman pala yang dilaksanakan di 7 kabupaten 1 provinsi yaitu Maluku. Anggaran yang terserap sebesar Rp 2.562.259.000,- (87,14%). 85

6) Pengembangan tanaman cengkeh seluas 950 ha dengan anggaran sebesar Rp. 3.290.000.000,- untuk kegiatan rehabilitasi dan perluasan. Kegiatan rehabilitasi tanaman cengkeh seluas 750 ha yang dilaksanakan di 5 kabupaten 2 provinsi yaitu Sumatera Utara dan Maluku Utara. Dan perluasan tanaman cengkeh seluas 200 ha yang dilaksanakan di kabupaten Kaur provinsi Bengkulu. Serapan anggaran sebesar Rp. 3.232.931.000,- (98,27%). Rincian capaian serapan keuangan output kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar seperti pada Tabel 17. Tabel 17. Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2014 No I Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar Output/ Anggaran (Rp000) Fisik Pagu Realisasi % % 325.706.836 310.546.652 95,35 99,25 1 PengembanganTanaman Kopi 29.830.112 27.287.028 91,47 100,00 2 Pengembangan tanaman teh 47.965.070 47.735.619 99,52 100,00 3 PengembanganTanaman Kakao 194.375.172 185.430.655 95,40 98,74 4 PengembanganTanaman Lada 6.363.642 6.036.679 94,86 100,00 5 PengembanganTanaman Cengkeh 3.290.000 3.232.931 98,27 100,00 6 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Rempah 8.337.967 7.956.170 95,42 100,00 dan Penyegar 7 Pengembangan Tanaman Pala 2.940.362 2.562.259 87,14 100,00 8 Pengembangan Kebun Benih Tanaman Rempah dan Penyegar 799.198 639.326 80.00 100,00 Koordinasi, Pembinaan dan Monev 9 Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar 6.615.640 6.077.678 91,87 100,00 10 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar 24.629538 23.070.883 93,67 100,00 11 Layanan Perkantoran 560.135 517.423 92,37 100,00 86

3.3.1.2. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Semusim sebesar Rp 412.499.441.350,- (80,67%) dari target sebesar Rp. 511.356.581.000,-. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh masih mengalami sedikit kesulitan dalam penyediaan benih kultur jaringan dan kurang tersedianya areal untuk perluasan tebu dan pengadaan barang dan jasa yang banyak mengalami sanggahan dan ada beberapa kqgiatan tidak terealisasi. Selain itu beberapa kegiatan masih menunggu musim hujan. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim pada tahun 2014 meliputi: 1) Pengembangan tanaman tebu seluas 50.675 ha dengan anggaran Rp. 351.079.327.000,- untuk kegiatan yang terdiri dari: (a) kegiatan bongkar ratoon seluas 6.385 ha dilaksanakan di 55 kabupaten 6 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan; (b) Kegiatan rawat ratoon seluas 31.518 ha yang dilaksanakan di 75 kabupaten 10 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan Gorontalo; (c) Kegiatan perluasan tanaman tebu seluas 9.107 ha yang dilaksanakan di 52 kabupaten 11 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, 87

Sulawesi Selatan dan Gorontalo; dan (d) Pembangunan KBD seluas 2.236 ha yang dilaksanakan di 68 kabupaten 7 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan. Realisasi anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp. 278.860.954.363,- (79,43%). 2) Pengembangan tanaman nilam seluas 100 ha dengan anggaran Rp. 2.392.200.000,- untuk yang dilaksanakan di 9 kabupaten 5 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo. Realisasi anggaran yang terserap sebesar Rp. 2.248.656.389,- (94,00%). 3) Pengembangan tanaman kapas seluas 5.600 ha dengan anggaran sebesar Rp. 13.940.901.000,- yang dilaksanakan di 18 kabupaten 4 provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Anggaran yang terserap sebesar Rp. 13.749.160.450,- (98,62%). Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim disajikan pada Tabel 18. 88

Tabel 18. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim tahun 2014 No Program Anggaran (Rp000) Output/ Fisik Pagu Realisasi % % II Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman 511.356.581 412.499.441 80,67 77,15 Semusim 1 Pengembangan Tanaman Tebu 351.079.327 278.860.954 79,43 66,72 2 Penanaman Tanaman Kapas 13.940.901 13.749.160 98,62 100,00 3 Penanaman Tanaman Nilam 2.392.200 2.248.656 94,00 100,00 4 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim 132.169.794 109.143.807 82,58 100,00 5 Koordinasi, Pembinaan dan Monev 11.558.528 8.367.142 72,39 100,00 Pengembangan Tanaman Semusim 6 Layanan Perkantoran 215.831 129.720 60,10 100,00 3.3.1.3. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Realisasi serapan untuk kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Tanaman Tahunan pada tahun 2014 sebesar Rp. 156.799.998.001,- (80,67%) dari pagu sebesar Rp. 173.966.864.000,-. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih bermutu. Sertifikasi lahan petani belum ada, tidak dibangunnya kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam. Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang menyulitkan perusahaan mitra dalam pelaksanaan Program Revitalisasi. Output kegiatan penting untuk Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan pada tahun 2014 meliputi: 89

1) Pengembangan tanaman karet seluas 11.643 ha dengan anggaran Rp. 82.841.017.000,- untuk kegiatan peremajaan dan perluasan. Untuk kegiatan peremajaan tanaman karet seluas 10.763 ha yang dilaksanakan di 65 kabupaten 16 provinsi yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur. Sedangkan kegiatan perluasan tanaman karet seluas 880 ha yang dilaksanakan di 6 kabupaten 3 provinsi yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Bengkulu. Realisasi anggaran untuk kegiatan output tersebut Rp. 75.656.911.890,- (91,33%). 2) Pengembangan tanaman kelapa seluas 18.509 ha dengan anggaran Rp. 42.587.849.000,- untuk kegiatan peremajaan dan perluasan. Untuk kegiatan peremajaan tanaman kelapa seluas 18,509 ha yang dilaksanakan di 90 kabupaten 19 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Bali, NTB, NTT, Maluku, Malut, dan Banten. sedangkan kegiatan perluasan tanaman kelapa seluas 1.400 ha yang dilaksanakan di 6 kabupaten 4 provinsi yaitu Papua, Bengkulu, Gorontalo dan Papua Barat. Capaian serapan anggaran untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp. 39.199.689.110,- (92,04%). 90

3) Pengembangan tanaman kelapa sawit seluas 80 ha dengan anggaran Rp. 714.320.000,- untuk kegiatan peremajaan kelapa sawit yang dilaksanakan di 4 kabupaten 3 provinsi yaitu Jambi, Kalimantan Barat dan Bengkulu. Realisasi anggaran sebesar Rp. 702.317.380,- (98,32%). 4) Pengembangan tanaman jambu mete seluas 2.010 ha dengan anggaran Rp. 5.186.354.000,- untuk kegiatan peremajaan dan perluasan. Untuk kegiatan peremajaan seluas 900 ha yang dilaksanakan di 9 kabupaten 5 provinsi yaitu D.I. Yogyakarta, Sulawesi Tenggara, Balu, NTB dan NTT. Sedangkan untuk perluasan 1.110 ha dilaksanakan di 6 kabuapten 5 provinsi yaitu Jawa Timur, Sulawesi Selatan, NTB, NTT, Maluku Utara. Realisasi Anggaran yang terserap sebesar Rp. 4.884.932.800,- (94,19%). 5) Pengembangan tanaman sagu seluas 800 ha dengan anggaran Rp. 6.402.545.000,- yang dilaksanakan di 3 kabupaten 2 Provinsi yaitu Papua dan Papua Barat. Realisasi serapan anggaran sebesar Rp. 6.382.660.800,- (99,69%) Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan seperti pada Tabel 19. 91

Tabel 19. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Tahun 2014 No III Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan Anggaran (Rp 000) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % 173.966.864 159.799.998 91,86 98,76 1 Pengembangan tanaman karet rakyat 82.841.017 75.656.912 91,33 98,88 2 Pengembangan Tanaman Kelapa 42.587.849 39.199.689 92,04 97,11 3 Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit 714.320 702.317 98,32 100,00 4 Pengembangan tanaman Jambu Mete 5.186.354 4.884.933 94,19 100,00 5 Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Kakao, Karet) 6 Pengembangan Sistem Pertanian Berbasis Tanaman Tahunan 7 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Tahunan 8 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Tahunan 9 Pengembangan Kebun Benih TanamanTahunan 10 Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Tahunan 11 Koordinasi Pengembangan Sagu di Pusat 13.509.848 11.764.134 87,08 100,00 1.661.813 1.543.702 92,89 100,00 4.425.392 4.242.658 95,87 100,00 4.720.910 4.599.786 97,43 100,00 2.986.532 2.780.231 93,09 100,00 6.455.971 5.918.498 91,67 100,00 1.642.363 1.309.666 79,74 100,00 12 Pengembangan Tanaman Sagu 6.402.545 6.382.661 99,69 100,00 13 Layanan Perkantoran 831.950 814.811 97,94 100,00 3.3.1.4. Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan Realisasi serapan keuangan untuk kegiatan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan adalah sebesar Rp 32.030.441.943,- (86,39%) dari pagu sebesar Rp. 37.076.062.000,-. Tidak tercapainya target serapan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten masih belum berjalan dengan 92

baik, tidak adanya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan, banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan gangguan usaha, banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas, dan kewajiban perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B seluas 20% (dua puluh per seratus) dari total luas areal kebun untuk masyarakat belum terlaksana dengan baik dan sosialisasi Peraturan Menteri Pertanian No. 98 Tahun 2013 yang belum memadai. Output kegiatan penting untuk Dukungan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan pada tahun 2014 meliputi: 1) Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan sebanyak 44 Kasus dengan anggaran Rp. 5.390.550.000,- yang dilaksanakan di 56 kabupaten 26 provinsi yaitu: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangaka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Riau dengan serapan anggaran sebesar Rp. 4.414.044.041,- (81,88%). 2) Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan dilaksanakan di 32 provinsi dengan anggaran sebesar Rp. 3.286.996.000,- dengan serapan anggaran sebesar Rp 2.723.927.880,- (82,87%). 93

3) Penilaian Usaha Perkebunan dengan anggaran sebesar Rp. 1.219.380.000,- yang dilaksanakan di 213 kabupaten 27 provinsi yaitu: Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangaka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Riau dengan serapan anggaran sebesar Rp. 1.024.716.010,- (84,04%). 4) Penerapan standar Perkebunan Besar/Rakyat Berkelanjutan Indonesia (ISPO) untuk 223 Kelompok Tani dengan anggaran sebesar Rp. 19.695.532.000,- yang dilaksanakan di 129 kabupaten 18 propinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Papua dengan serapan anggaran sebesar Rp. 18.290.149.514,- (92,86%). Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan seperti pada Tabel 20 berikut : 94

Tabel 20. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen Komoditas Perkebunan tahun 2014 No IV Program Pengembangan Penanganan Pascapanen komoditas perkebunan 1 Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan 2 Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan Anggaran (Rp000) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % 37.076.062 32.030.441 86,39 99,76 5.390.550 4.414.044 81,88 100,00 3.286.996 2.723.928 82,87 100,00 3 Penilaian Usaha Perkebunan 1.219.380 1.024.716 84,04 100,00 4 Penerapan Standar Perkebunan Besar/Rakyat Berkelanjutan 5 Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan 6 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Tanaman Kegiatan Pascapanen dan Pembinaan Usaha 963.922 820.391 85,11 100,00 19.695.532 18.290.149 92,86 99,55 5.935.182 4.328.344 72,93 100,00 7 Layanan Perkantoran 584.500 428.869 73,37 100,00 3.3.1.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan sebesar Rp 71.122.537.188,- (92,59%) dari pagu anggaran sebesar Rp. 76.813.092.000,-. Output kegiatan penting untuk Dukungan Perlindungan Perkebunan pada tahun 2014 meliputi: 1) Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan sebanyak 182 Kelompok Tani yang terbagi atas: (a) SL-PHT Cengkeh 8 KT di 4 kabupaten 4 provinsi yaitu Jateng, Sulsel, Sultra, Bali; (b) SL-PHT Kakao 46 KT di 23 kabupaten 14 provinsi Jateng, DI Yogyakarta. Aceh, Lampung, 95

Sulteng, Sulsel, Sultra, Bali, NTB, NTT, Bengkulu, Malut, Gorontalo dan Sulbar; (c) SL-PHT Karet 24 KT di 12 kabupaten 7 provinsi yaitu Jabar, Aceh, Sumut, Riau, Sumsel, Kalbar dan Banten; (d) SL-PHT Kelapa 6 KT di 3 kabupaten 2 propinsi yaitu DI Yogyakarta, dan Sulut; (e) SL-PHT Kopi 14 KT di 7 kabupaten 5 provinsi yaitu Jabar, Jateng, Sulut, Sulsel dan Bali; (f) SL-PHT Lada 8 KT di 5 kabupaten 3 provinsi yaitu Lampung, Babel dan Kaltim; (g) SL-PHT Teh 4 KT di 2 kabupaten 1 provinsi (Jabar); (h) SL-PHT Kapas KT di kabupaten Bulukumba provinsi Sulawesi Selatan; (i) SL-PHT Kopi dan Kakao 4 KT di 2 kabupaten provinsi NTB; (j) SL-PHT Kelapa dan Karet 2 KT di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalbar; (k) SL-PHT Jambu Mete dan Kakao 2 KT di Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DI Yogyakarta; (l) SL-PHT Karet dan Lada 2 KT di Panajem Paser Utara Provinsi Kaltim; dan (m) SL-PHT Tebu 52 KT di 26 Kabupaten 6 provinsi yaitu Jateng, DI Yogyakarta, Jatim, Sumsel, Lampung dan Sulsel; Realisasi anggaran yang terserap untuk output kegiatan tersebut sebesar Rp. 15.959.706.275,- (96,48%) dari pagu anggaran Rp.16.541.395.000,-. 2) Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman perkebunan seluas 15.039 ha yang terdiri dari : a) Pengendalian OPT Tanaman Rempah dan Penyegar dilaksanakan seluas 3.712 ha dengan komoditi tanaman yaitu: (1) OPT tanaman Lada seluas 101 ha di 11 kabupaten 5 propinsi yaitu Babel, Kalbar, Kaltim, Sumsel dan Sulsel; (2) OPT Tanaman Kopi seluas 931 ha di 12 kabupaten 7 propinsi yaitu Aceh, Sumsel, 96

Bengkulu, Lampung, Jabar, Bali dan NTB; (3) OPT Tanaman Cengkeh seluas 535 ha di 7 kabupaten 4 propinsi yaitu Jateng, Sulut, Bali, dan Maluku; (4) OPT Tanaman Kakao seluas 2.145 ha di 11 kabupaten 6 propinsi yaitu Bali, NTB, Sulbar, Sulsel, Sulteng dan Sultra; b) Pengendalian OPT Tanaman Semusim seluas 5.221 ha dengan komoditi tanaman yaitu: (1) OPT Tanaman Tebu seluas 4.961 ha dilaksanakan di 21 kabupaten 8 propinsi yaitu DI Yogyakarta, Jateng, Jatim, Jabar, Lampung, Sumsel, sulsel dan Gorontalo; (2) OPT Tanaman Tembakau 100 ha di 3 kabupaten 3 privinsi yaitu Jateng, Jatim dan NTB; (3) OPT Tanaman Kapas 150 ha di 11 kabupaten 7 propinsi yaitu Jateng, Jatim, Sulsel, NTB, NTT, DIY dan Bali; dan (4) OPT Tanaman Nilam 10 ha di 5 kabupaten 5 provinsi yaitu Jateng, Aceh, Sumbar, Jambi dan Sultra. c) Pengendalian OPT Tanaman Tahunan seluas 6.106 ha dengan komoditi tanaman yaitu: (1) OPT Tanaman Kelapa 5.070 ha dilaksanakan di 25 kabupaten 14 propinsi yaitu Aceh, Riau, Kalteng, NTB, Sulut, Sulteng, Sulsel, Malut, Jateng, DIY, Jatim, NTT, Kalbar, dan Lampung; (2) OPT Tanaman Karet 621 ha dilaksanakan di 7 kabupaten 6 propinsi yaitu Sumut, Riau, Sumsel, Kalbar, Kalsel dan Jabar; (3) OPT Tanaman Kelapa Sawit 200 ha dilaksanakan di kabupaten Kampar provinsi Riau (4) OPT Tanaman Jambu Mete 215 ha dilaksanakan di Karangasem provinsi Bali. kabupaten 97

Realisasi anggaran untuk kegiatan output tersebut yang terserap sebesar Rp. 28.125.731.135,- (94,60%) dari pagu anggaran sebesar Rp. 29.730.551.000,-. Rincian capaian serapan keuangan untuk kegiatan Utama Dukungan Perlindungan Perkebunan seperti pada Tabel 21. Tabel 21. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan tahun 2014 No Program Anggaran (Rp) Pagu Realisasi % Output/ Fisik % V Dukungan Perlindungan Perkebunan 76.813.092 71.122.537 92,59 99,45 1 Pemberdayaan perangkat 12.274.185 10.939.822 89,13 100,00 2 Pelaksanaan SL-PHT Perkebunan 16.541.395 15.959.706 96,48 100,00 3 Antisipasi Dampak Perubahan Iklim 4.161.459 3.601.497 86,54 100,00 4 Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Perkebunan 5 Koordinasi Kegiatan Perlindungan Perkebunan 6 Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan Perkebunan 29.730.551 28.125.731 94,60 98,59 9.544.202 8.906.810 93,32 100,00 3.833.155 2.946.180 76,86 100,00 7 Layanan Perkantoran 728.145 642,91 88,28 100,00 3.3.1.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan sebesar Rp. 114.786.978.015,- (88,92%) dari pagu sebesar Rp.129.096.249.000,- dengan realisasi fisik sebesar 100%. Rincian capaian serapan keuangan untuk output kegiatan Utama Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan seperti pada Tabel 22 berikut: 98

Tabel 22. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan tahun 2014 No Program VI Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan 1 Administrasi kegiatan dana dekonsentrasi (DK)) 2 Administrasi kegiatan dana tugas pembantuan (TP) 3 Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya Anggaran (Rp000) Pagu Realisasi % Output / Fisik % 129.096.249 114.786.978 88,92 100,00 4.539.462 4.441.745 97,85 100,00 8.483.809 8.017.487 94,50 100,00 45.102.838 41.919.121 92,94 100,00 4 Dokumen Perencanaan 5.396.265 4.725.287 87,57 100,00 5 Dokumen Keuangan dan Perlengkapan 6 Dokumen Kepegawaian, Hukum dan Humas 9.414.662 8.232.514 87,44 100,00 11.255.393 8.485.223 75,39 100,00 7 Dokumen Evaluasi dan Pelaporan 4.797.100 4.124.113 85,97 100,00 8 Layanan Perkantoran 37.708.722 32.444.583 86,04 100,00 9 Kendaraan Bermotor 2.292.998 2.292.998 100,00 100,00 10 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 105.000 103.906 98,96 100,00 3.3.1.7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Realisasi serapan untuk kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan sebesar Rp 62.055.246.825,- (93,17%) dari pagu anggaran sebesar Rp. 66.603.292.000,- dengan realisasi fisik sebesar 99,41%. 99

Rincian capaian serapan keuangan untuk output Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan seperti pada Tabel 23 berikut : Tabel 23. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Tahun 2014 No VII Program Dukungan Pengujian dan pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Anggaran (Rp 000) Pagu Realisasi % Output / Fisik % 66.603.292 62.055.247 93,17 99,41 1 Opersional Laboratorium 2.226.269 1.886.251 84,73 100,00 2 Pembangunan kebun contoh, demplot, uji, koleksi dll 1.360.575 1.266.596 93,09 90,38 3 Pengawasan peredaran benih 2.411.188 1.266.595 88,12 100,00 4 Rakitan teknologi spesifikasi proteksi tanaman perkebunan 2.435.329 2.276.046 93,46 95,83 5 Pemanfaatan agensia hayati 809.900 796.188 98,31 100,00 6 Sertifikasi dan pengujian mutu benih 679.845 529.511 77,89 76,62 7 Administrasi Keuangan dan Kepegawaian 2.236.438 2.081.404 93,07 100,00 8 Penyusunan Rencana Kerja 485.553 382.376 78,75 100,00 9 Peningkatan Kapabilitas Pegawai/ Petugas 2.199.374 1.868.176 84,94 100,00 10 Monitoring dan Evaluasi 2.310.399 2.168.998 93,88 100,00 11 Layanan Perkantoran 46.138.093 43.494.317 94,27 100,00 12 Kendaraan Bermotor 226.210 210.892 93,23 100,00 13 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 110.500 72.169 65,31 100,00 14 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 2.694.619 2.622.856 97,34 100,00 15 Gedung/Bangunan 279.000 274.744 98,47 100,00 100

3.3.2. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun 2014 Sebagaimana diketahui bahwa jumlah kabupaten dan kota di seluruh Indonesia sebanyak 511 yang tersebar di 34 provinsi. Dengan keterbatasan APBN, untuk memenuhi rasa keadilan dan ketidakberpihakan kepada kebupaten/kota yang ingin melaksanakan pembangunan perkebunan, maka ditetapkan kriteria untuk penetapan satker mandiri (otonom) sebagai berikut: (a) Kinerja satker dua tahun terakhir (2012 dan 2013); (b) Nomenklatur Dinas. Urutan prioritas pengalokasian anggaran terkait dengan nomenklatur dinas secara berurutan: apabila Dinas Perkebunan berdiri sendiri akan memperoleh prioritas utama, Dinas Gabungan namun masih tersurat kata "Perkebunan", seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan menjadi prioritas kedua, dan Dinas Gabungan tanpa kata "Perkebunan" akan menjadi prioritas terakhir; (c) Alokasi anggaran yang dikelola minimal Rp 1 milyar. Bila anggaran yang dikelola dibawah Rp 1 milyar, maka dana tersebut dialokasikan dan dikelola oleh Provinsi sebagai Tugas Pembantuan (TP) Provinsi; dan (d) Besar-kecilnya kontribusi terhadap sasaran produksi dan luas areal secara nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Perkebunan tahun 2010-2014. Berdasarkan kriteria tersebut, pada tahun 2014 pembangunan perkebunan dilaksanakan oleh satuan kerja (satker) lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan yang berjumlah 93 satker yang terdiri atas Satker Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat), Satker UPT Pusat (4 satker), 101

Satker Dinas Provinsi (32 satker) dan Satker Dinas Kabupaten/kota (56 satker). Rincian capaian serapan keuangan masing-masing satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 sebagaimana disajikan pada Lampiran 6. 3.3.3. Penilaian Kinerja per Satker Tahun 2014 Penilaian kinerja disusun sesuai dengan Pedoman Penilaian Kinerja Pembangunan Perkebunan tahun 2014. Pedoman tersebut mengatur kriteria penilaian tingkat keberhasilan satker dalam melaksanakan pembangunan perkebunan tahun 2014. Penilaian ini dilaksanakan dengan menjumlah bobot tertimbang dari semua parameter. Rincian bobot masing-masing parameter sebagai berikut : a. Capaian keuangan triwulan I, triwulan II dan triwulan III bobotnya 15%; b. Capaian serapan keuangan sampai dengan triwulan IV bobotnya 35%; c. Capaian kinerja pelaksanaan kegiatan fisik (menggunakan pembobotan untuk menilai capaian kinerja fisik) bobotnya 35%; d. Pelaporan tertib dan sesuai ketentuan yang berlaku (ketepatan waktu dan keteraturan penyampaian) bobotnya 10%; e. Tindak lanjut penyelesaian LHA/LHP (administrasi dan kerugian negara) bobotnya 5%. 102

Adapun kriteria nilainya sebagai berikut: 00-59 : Kurang/Tidak Berhasil 60-79 : Cukup Berhasil 80-95 : Berhasil > 95 : Sangat Berhasil Berdasarkan kriteria tersebut, satker yang masuk dalam kategori sangat berhasil berjumlah 4 satker (4,30%), berhasil berjumlah 70 satker (75,27%), cukup berhasil berjumlah 16 satker (17,20%) dan kurang berhasil berjumlah 3 satker (3,23%). No. Satker Sangat Berhasil Penilaian Kinerja tahun 2013 Cukup Berhasil Berhasil Kurang Berhasil 1 Ditjen Perkebunan 0 0 1 0 2 Balai/UPT Pusat 0 3 1 0 3 Provinsi 0 21 9 2 4 Kabupaten/kota 4 46 5 1 Total 4 70 16 3 Apabila dilihat dari penyebaran satker, yang memperoleh kategori sangat berhasil berjumlah 4 satker yaitu (1) Dinas Perkebunan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, (2) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh, (3) Dinas Perkebunan Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara dan (4) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat. 103

Sebaliknya untuk satker yang kinerjanya memperoleh kategori tidak berhasil (nilainya < 60) berjumlah 3 satker dan cukup berhasil (nilainya antara 60-79) berjumlah 16 satker yang dapat dilihat pada Tabel 24 dibawah ini. Tabel 24. Satker yang Serapan Anggarannya Dibawah 80% (tidak - cukup berhasil) Tahun 2014 No. Satker Nilai Tertimbang Kinerja Satker Sebutan A Provinsi dengan Kriteria Cukup Berhasil 1 Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 78 Cukup Berhasil 2 Dinas Perkebunan Provinsi D.i. Yogyakarta 76 Cukup Berhasil 3 Dinas Perkebunan Provinsi Riau 78 Cukup Berhasil 4 Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan 65 Cukup Berhasil 5 Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan 75 Cukup Berhasil 6 Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur 60 Cukup Berhasil 7 Dinas Pertanian Provinsi Maluku 79 Cukup Berhasil 8 9 Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat Dinas Pertanian Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Riau 78 Cukup Berhasil 63 Cukup Berhasil B Provinsi dengan Kriteria Tidak Berhasil 1 Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur 43 Tidak Berhasil 2 Dinas Perkebunan Provinsi Aceh 56 Tidak Berhasil C 1 2 3 4 Kabupaten dengan Kriteria Cukup Berhasil Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Nagan Raya Dinas Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Tanah Laut Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Balangan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bone 75 Cukup Berhasil 65 Cukup Berhasil 65 Cukup Berhasil 65 Cukup Berhasil 104

No. Satker Nilai Tertimbang Kinerja Satker Sebutan D 1 Kabupaten dengan Kriteria Tidak Berhasil Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Batubara 15 Tidak Berhasil E UPT Pusat dan Unit Eselon II dengan Kriteria Cukup Berhasl 1 Balai (BPTP) Pontianak 79 Cukup Berhasil 2 Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar 79 Cukup Berhasil 3 Direktorat Tanaman Semusim 60 Cukup Berhasil 4 Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha 65 Cukup Berhasil 5 Direktorat Perlindungan Perkebunan 65 Cukup Berhasil 6 Sekretariat Ditjen Perkebunan 79 Cukup Berhasil 5 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bangka 70 Cukup Berhasil Dari tabel tersebut, terlihat bahwa terdapat 2 (dua) satker provinsi yang masuk katagori tidak berhasil adalah Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur dan Dinas Perkebunan Provinsi AcehGorontalo. Sedangkan 1 (satu) satker kabupaten/kota yang masuk katagori tidak berhasil adalah Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara. Satker yang serapan anggarannya dibawah 80% akan dipertimbangkan untuk dikenakan punishment pada pengalokasian anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2016. Rincian penilaian masing-masing satker Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 sebagaimana disajikan pada Lampiran 7. 105

3.3.4. Capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh UKP4 Kegiatan pembangunan perkebunan Tahun 2014 yang dipantau oleh UKP4 meliputi 3 kegiatan terdiri dari (1) Terlaksananya CP/CL untuk tanaman tebu seluas 47.010 ha, (2) Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon tebu seluas 5.000 ha, dan (3) Terlaksananya perluasan dan bongkar ratoon seluas 1.500 ha. Capaian pelaksanaan kegiatan tersebut untuk 2 kegiatan tercapai 100%, sedangkan kegiatan bongkar ratoon tercapai 64,70% dengan penilaian capaian kinerja oleh UKP4 masing-masing sebagai berikut: Tabel 25. Capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh UKP4 Tahun 2014 No Kegiatan Capaian kinerja (%) Warna Kategori 1 Terlaksananya CP/CL untuk tanaman tebu seluas 47.010 ha 100,00 Biru Sangat berhasil 2 Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon seluas 5.000 ha 100,00 Biru Sangat berhasil 3 Terlaksananya perluasan dan bongkar ratoon seluas 1.500 ha 64,70 Kuning Cukup berhasil Adapun rinciannya untuk masing-masing kegiatan sebagaimana disajikan pada Lampiran 8. 106

3.4. Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut. Dalam mendukung keberhasilan pembangunan perkebunan dan terkait dengan keragaan pembangunan perkebunan yang telah mampu dicapai, perubahan lingkungan strategis, permasalahan, tantangan dan peluang yang dihadapi serta tuntutan pembangunan ke depan dan tujuan serta program pembangunan perkebunan pada tahun 2014, maka terdapat permasalahan dan upaya penyelesaian serta rencana tindak lanjut yang dapat diuraikan sebagai berikut: 3.4.1. Permasalahan Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2014 secara umum adalah tahun fiskal yang tidak sinkron dengan kalender tanam, dampak perubahan iklim, permodalan petani yang masih sulit di akses, dan prasarana terutama jalan, jembatan, pelabuhan yang belum memadai. Permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. 3.4.1.1. Administrasi Secara administrasi masih ditemui di banyak satker permasalahan sebagai berikut: 1) Sistem adminsitrasi keuangan di daerah masih belum tertib 107

2) Sistem administrasi kepegawaian, kehumasan dan penempatannya di daerah masih belum efektif 3) Sampai posisi bulan Oktober masih banyaknya Revisi POK/DIPA yang diajukan; 4) Keterbatasan Unit Layanan Pengadaan (ULP) di daerah menyebabkan pelaksanaan kegiatan menjadi terhambat; 5) Adanya kebijakan pengadaan satu pintu di sebagian besar Pemda, menyebabkan ketergantungan satker terhadap kinerja Pemda; 6) Proses pengadaan mengalami hambatan/kendala teknis karena masih adanya intervensi dari pihak-pihak yang berkepentingan; 7) Penggunaan uang yang tidak mengikuti ROPAK; 8) Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD provinsi dan kabupaten; 9) Terjadinya reorganisasi dalam tubuh dinas yang membidangi perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota, yang berdampak pada kelambanan dalam penanganan Tindaklanjut Laporan Hasil Audit/Pemeriksaan (TLHA/P). 10) Sebagian besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung pada musim tanam/iklim. Perubahan iklim global mengakibatkan ketidakjelasan musim tanam. 3.4.1.2. Teknis 3.4.1.2.1. Perencanaan 1) Sertifikasi lahan petani belum semuanya ada; 108

2) Pengetahuan dan pemahaman implementasi MP3EI belum optimal di lapangan; 3) Petugas kurang memahami dalam menangani TLHA/P; 4) Kurang tersedianya areal untuk perluasan tebu; 5) Masih terbatasnya investasi yang dapat menciptakan lapangan kerja; 6) Masih terbatasnya anggaran untuk pembangunan, baik yang bersumber dari PAD maupun Dana Perimbangan; 7) Kebun induk sebagai sumber bahan untuk benih sebar/siap tanam belum memadai; 8) Revitalisasi Pabrik Gula khususnya milik BUMN belum berjalan sesuai dengan rencana; 9) Tumpang tindih lahan dan RTRWP/RTRWK provinsi yang belum selesai; 10) Persyaratan bank dan syarat-syarat sebagai avalis yang menyulitkan perusahaan mitra; 11) Beberapa kegiatan masih menunggu musim hujan; 12) Terjadinya anomali iklim. 3.4.1.2.2. Pengorganisasian 1) Terlambatnya proses pengadaan benih dan distribusi pupuk; 109

2) SDM Petugas kurang profesional, penempatan petugas yang tidak tepat, Sebagian Pemandu lapang (PL) memasuki usia pensiun; 3) Kurangnya transparansi dan sinergi antara KPA, PPK, dan pelaksana kegiatan; 4) Kapabiliti UPTD pada umumnya masih lemah; 5) Petunjuk teknis seringkali tidak sampai ke tingkat lapangan (petugas dan petani); 6) Sistem Informasi dan Dokumentasi belum baik; 7) Terbatasnya sumber benih yang legal dan bermutu, sehingga petani sulit mendapatkan benih bermutu; 8) Perijinan dan tata ruang di Provinsi maupun Kabupaten belum berjalan dengan baik; 9) lembaga Penjaminan Kredit Petani belum memadai; 10) Kurangnya pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; 11) Kurangnya dukungan pendanaan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten; 12) Banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam penanganan gangguan usaha. 3.4.1.2.3. Pelaksanaan 1) Implementasi Teknologi belum sepenuhnya diterapkan dan belum tersosialisasi dengan baik; 110

2) Banyaknya permasalahan dan luasnya wilayah gangguan usaha yang harus ditangani dengan waktu yang terbatas; 3) Pengetahuan dan keterampilan petani sebagian besar petani belum memadai; 4) Ketepatan waktu penyediaan bibit dan pengadaan sarana dan prasarana yang tidak sinkron antara provinsi dan kabupaten/kota; 5) Kurang tersedianya infrastruktur khususnya jalan produksi dan jalan usaha tani; 6) Penyediaan bibit kuljar oleh P3GI terbatas dan masih belum memenuhi pesanan petani, sehingga terjadi carry over; 7) Koperasi komoditi rata-rata belum berjalan karena keterbatasan modal untuk menampung hasil produksi anggotanya. 3.4.1.2.4. Pengawasan 1) Monev dan pelaporan terlambat; 2) Pimpinan Unit Kerja kurang komitmen dalam memfasilitasi penanganan Laporan Hasil Audit/Pemeriksaan; 3) Tim SPI belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan; 4) Penerapan ISPO belum sepenuhnya terlaksana. 111

3.4.2. Rencana Aksi dan Upaya Penyelesaian Rencana aksi dan upaya penyelesaian permasalahan yang dihadapi telah dirancang dan dilaksanakan dalam rangka mempercepat pelaksanaan serapan anggaran dan pencapaian fisik. Rencana aksi tersebut meliputi: 3.4.2.1. Administrasi 1) Reviu dan pengawalan sistem administrasi keuangan di daerah; 2) Reviu dan pengawalan sistem administrasi kepegawaian, kehumasan dan penempatannya di daerah; 3) Percepatan proses pengadaan barang/jasa; 4) Percepatan proses revisi penggantian pejabat pengelola keuangan (KPA, PPK, Bendahara, dll); 5) Percepatan kesiapan petani dan pihak ke-3 dalam menyiapkan benih; 6) Penerapan reward dan punishment; 7) Pemesanan benih agar dilaksanakan sedini mungkin dan sesuai rencana operasional kegiatan; 8) Melakukan rekonsiliasi SAK dan SIMAK-BMN baik internal maupun antara satker dengan KPPN dan KPKNL. 9) Menempatkan uang jaminan di bank untuk memastikan pekerjaan pembibitan selesai sesuai dengan kontrak. 112

3.4.2.2. Teknis 3.4.2.2.1. Perencanaan 1) Membagikan database berisi rekapitulasi hasil temuan administrasi dan kerugian negara untuk masing-masing provinsi agar segera ditindak lanjuti; 2) Mempercepat usulan revisi; 3) Mencairkan dana secepatnya dan dipilih kegiatan yang tidak tergantung pada musim; 4) Mempersiapkan CP/CL dari tahun sebelumnya; 5) Dukungan pemerintah daerah dari sisi perencanaan, sinergisitas anggaran, dll 3.4.2.2.2. Pengorganisasian 1) Evaluasi kinerja satker per triwulan yang disampaikan kepada setiap satker. Penilaian capaian kinerja yang meliputi realisasi keuangan dan fisik dimaksudkan untuk memotivasi satker dalam mempercepat pelaksanaan pembangunan perkebunan dan mencapai target sebagaimana ditetapkan Menteri Pertanian; 2) Menyampaikan hasil penilaian capaian kinerja setiap triwulan kepada seluruh Satker otonom Provinsi/Kab/Kota dengan tembusan Gubernur/ Bupati/Walikota; 3) Menugaskan Tim ke lapangan dalam rangka mengidentifikasi masalah keterlambatan dan mencari upaya penyelesaiannya; 113

4) Mengintensifkan pengawalan, pedampingan dan pembinaan dalam melaksanakan kegiatan; 5) Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI di masing-masing Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan perkebunan; 6) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan secara intensif baik di internal dinas maupun dilapangan/petani; 7) Melakukan koordinasi dengan BMG untuk mendapatkan informasi perubahan iklim yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan jadwal kegiatan lapangan; 8) Perlu diupayakan sharing APBD I maupun APBD II untuk mendukung kegiatan teknis budidaya dan pendampingan pada petani yang telah mendapatkan pelatihan Pemberdayaan; 9) Mempersiapkan kelembagaan petani yang kuat dan profesional; 10) Meminimalkan intervensi dari internal dan eksternal instansi. 3.4.2.2.3. Pelaksanaan 1) Mengambil langkah-langkah yang luar biasa untuk percepatan penyerapan keuangan; 2) Diupayakan unitcost disesuaikan dengan perkembangan harga yang berlaku di daerah; 3) Pengembangan program integrasi sawit-ternak sapi pada perkebunan rakyat perlu diarahkan pada suatu gerakan yang terkonsentrasi dengan orientasi bisnis; 114

4) Proses sertifikasi lahan dapat dilakukan sebelum akad kredit, (didahulukan belum ada); dengan cover letter jikasertifikasi lahan petani 5) Diperlukan adanya Pedum dari bank pelaksana di tingkat Pusat kepada seluruh cabang-cabang untuk mendukung Program Revitalisasi Perkebunan; 6) Mengoptimalisasi dan pemberdayaan tim kerja; 7) Peningkatan peranan Tim Koordinasi Penanganan Gangguan Usaha di Propinsi dan Kabupaten; 3.4.2.2.4. Pengawasan 1) Memerlukan kontrol dan komitmen pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan; 2) Mengintensifkan pengawalan, pedampingan dan pembinaan petugas pusat ke satker daerah; 3) Melaksanakan pengawalan, pendampingan dan monitoring pelaksanaan kegiatan secara intensif; 4) Menerapkan fungsi dan peranan Tim SPI di masing-masing Satker dalam melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan pembangunan perkebunan; 5) Melakukan koordinasi dengan BPKP setempat dalam mempercepat penyelesaian temuan administrasi dan kerugian negara, khususnya temuan lama; 115

6) Membuat surat teguran kepada Kadisbun Provinsi/Kab./Kota untuk mempercepat penyelesaian tindak lanjut hasil audit (TLHA); 7) Melaporkan capaian keuangan setiap bulan kepada Sekretariat Ditjen Perkebunan, baik melalui email, faksimile, telepon maupun media lainnya; 8) Koordinasi dengan instansi/institusi terkait dalam rangka pelaksanaan monitoring pembangunan kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% dari total luas areal kebun yang diusahakan. 116

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Laporan Kinerja (LAKIP) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 yang disusun ini merupakan salah satu pertanggung-jawaban penyelenggaraan tugas dan fungsi yang dilaksanakan pada tahun ke-5 pada periode Pembangunan Perkebunan tahun 2010-2014. Kesemuanya itu merupakan penjabaran dari penyelenggaraan program kerja Kementerian Pertanian yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014 dalam Pembangunan Perkebunan yang dilaksanakan pada tahun 2014. Program Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010 2014 yang menjadi tanggung jawab adalah: Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan. Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui peremajaan, perluasan, rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman rempah penyegar, tanaman semusim dan tanaman tahunan, yang didukung oleh penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, pelaksanaan perlindungan perkebunan, manajemen dan dukungan teknis lainnya Ditjen Perkebunan, dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi tanaman. 117

Dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2014 Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat alokasi dana dari APBN sebesar Rp. 1.566.951.421.000,- dan setelah direvisi karena penghematan anggaran sesuai Inpres No.4 tahun 2014 menjadi sebesarrp. 1.320.618.976.000,-. Dana tersebut untuk melaksanakan 7 (tujuh) kegiatan utama pembangunan perkebunan yang dilaksanakan di 93 satker baik di Pusat maupun Daerah berupa dana Dekonsentrasi, dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi dan TP Kabupaten. Adapun kegiatan utama tersebut meliputi: (1) Peningkatan roduksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar; (2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim; (3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan; (4) Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha; (5) Dukungan Perlindungan Perkebunan; (6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya; (7) Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan di 3 UPT Pusat di Daerah (BBP2TP Medan, BBP2TP Surabaya dan BBP2TP Ambon). Capaian kinerja makro Direktorat Jenderal Perkebunan selama lima tahun terakhir (2010-2014), semua indikator mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya PDB berdasarkan harga berlaku (10,14%) yang dapat digunakan untuk melihat kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi, Investasi di sektor perkebunan yang mencapai 12,83% dan ekspor komoditi perkebunan yang mencapai 3,21% per tahun. Selain itu, pendapatan pekebun juga mengalami kenaikan rata- 118

rata 4,31% per tahun, dan pada tahun 2014 telah mencapai US$ 1,891 per kepala keluarga. Hasil pengukuran kinerja terhadap capaian sasaran program yang berupa outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi dan produktivitas tanaman perkebunan, dapat diperoleh hasil bahwa capaian produksi 15 komoditas mencapai 40,32 juta ton dari target sebesar 40,29 juta ton atau mencapai 100,09% yang dibandingkan dari target dalam Rencana Kinerja Tahunan/penetapan kinerja tahun 2014. Namun meningkat menjadi 103,97% bila dibandingkan dengan capaian produksi tahun 2013 yang besarnya 38,78 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 3,97%. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014, maka capaian tahun 2014 telah mencapai 99,32%. Sedangkan capaian luas areal tanaman, jika dibandingkan dengan RKT tahun 2014 yang nilainya 21,61 juta hektar, maka capaiannya sebesar 107,59%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 2,22% atau mencapai 102,22% dari 22,75 juta hektar menjadi 23,25 juta hektar untuk tahun 2014. Terhadap target Renstra 2010-2014 yang besarnya 21,61 juta ha, maka kinerja tahun 2014 sudah mencapai 107,59%. Realisasi penyerapan anggaran pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan pada tahun 2014 sebesar Rp 1.162.841.295.863,- dari total pagu 119

sebesar Rp. 1.320.618.976..000,- atau keuangan mencapai 88,05% dengan capaian fisik seluruhnya 92,90%. Permasalahan yang mengakibatkan kurang efektif dalam pencapaian sasaran pembangunan perkebunan tahun 2014 secara umum adalah tahun fiskal yang tidak sinkron dengan kalender tanam, dampak perubahan iklim, permodalan petani yang masih sulit di akses, dan prasarana terutama jalan, jembatan, pelabuhan yang belum memadai. Permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis. Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Permasalahan tersebut sebagian besar telah mampu diatasi dengan baik. 4.2. Saran Rekomendasi Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan yang disusun dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan laporan pertanggungjawaban pimpinan pada akhir tahun anggaran dan merupakan tahun ke 5 (kelima) dari periode 5 (lima) tahun Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II di lingkungan Kementerian Pertanian. Laporan ini merupakan sistem yang sangat aspiratif dalam mendukung penilaian kinerja suatu unit kerja seperti Direktorat Jenderal Perkebunan. Berdasarkan pengalaman penyusunan laporan yang telah dibuat, perlu dilakukan beberapa perbaikan dalam proses penilaian mulai dari penyusunan perencanaan, perekaman penyelenggaraan kegiatan, sampai dengan kompilasi pelaporan 120

penyelenggaraan maupun cara penilaiannya. Berdasarkan permasalahan dan target yang ditetapkan, maka direkomendasikan sebagai berikut: (1). Swasembada Gula Nasional, perlu disiapkan secara cermat penyediaan benih/bibitnya terutama kultur jaringan yang belum begitu dikenal oleh petani; (2). Revitalisasi perkebunan, capaiannya hingga saat ini masih jauh dari target semula yang 2 juta hektar. Provinsi yang tidak menunjukkan kemajuan dalam pelaksanaan program ini sebaiknya tidak perlu lagi dialokasikan anggaran untuk tahun berikutnya; (3). Pengembangan kapas perlu ditinjau ulang karena produktivitasnya yang hanya mencapai 273 kg/ha atau 10,92% dari target 2.500 kg/ha, padahal diberikan secara penuh benihnya dan sebagian pupuk. Sebaiknya dialihkan ke kegiatan lainnya yang dapat mengungkit peningkatan produktivitas; (4). Pengembangan tanaman penghasil bahan bakar nabati, khususnya jarak pagar dan kemiri sunan yang capaian produktivitasnya sangat rendah yaitu jarak pagar sebesar 306 kg/ha atau hanya 15,30% dari target 2.000 kg/ha dan kemiri sunan yang tidak terlaksana padahal telah ditargetkan sebesar 16.000 kg/ha. Sepanjang produk tersebut tidak dapat bersaing, maka pengembangan kedua komoditi tersebut kurang bermanfaat dan cenderung ditinggalkan oleh petani; (5). Pengembangan jambu mete yang merupakan komoditi ekspor, namun produktivitasnya masih sangat rendah yang hanya mencapai 359 kg/ha atau 35,23% dari target 1.019 kg/ha. Hal ini 121

perlu perhatian pihak stakeholders terutama dalam pemilihan bibit unggul yang akan dibudidayakan dan pangsa pasarnya. (6). Pengembangan kakao yang telah dilakukan dengan Gernas kakao, meskipun telah dilaksanakan sejak tahun 2009 dengan paket bantuan penuh namun sampai tahun 2014 belum mampu meningkatkan produktivitas secara signifikan. Saat ini capaian produktivitas diperkirakan masih mencapai 817 kg/ha atau 68,08% dari target 1.200 kg/ha tahun 2014. Sehingga perlu dilaksanakan evaluasi secara menyeluruh terhadap pelaksanaan pengembangan kakao khususnya kegiatan Gernas kakao yang berakhir pada tahun 2014 ini; (7). Komoditi yang ditujukan untuk pengembangan ekspor perlu dicermati fluktuasi harga ditingkat petani yang cenderung merugikan petani, sehingga dapat lebih menggairahkan petani dalam melaksanakan usahataninya; (8). Kinerja Tim SPI baik pusat maupun satker daerah perlu dioptimalkan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan perkebunan; (9). Penilaian kinerja atas satker terbukti dapat meningkatkan realisasi keuangan dan fisik yang cukup signifikan, sehingga perlu dilanjutkan; (10). Laporan ini sangat berguna sebagai acuan dalam penyusunan laporan kinerja pada tahun-tahun berikutnya. 122

PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2014 (Berdasarkan Dari RKT / Renstra) Lampiran 1 Eselon I Program : Direktorat Jenderal Perkebunan. : Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) I. Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan, duku ngan pascapanen dan pembinaan usaha, perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya I. Produksi tanaman (ribu ton) a Tebu (hablur) 2.790,00 2.632,24 94,35 b Kapas (kapas berbiji) 63,00 1,17 1,86 c Cengkeh (bunga kering) 86,00 110,58 128,58 d. Tembakau (daun kering) 184,00 166,26 90,36 e. Nilam (daun kering) 124,00 134,50 108,47 f. Kakao (biji kering) 1.174,00 709,33 60,42 g. Kopi (biji kering) 791,00 685.09 86,61 h. T e h (daun kering) 165,00 143,75 87,12 i. Lada (lada kering) 92,00 91,94 99,93 j. Karet (karet kering) 2.801,00 3.153,19 112,57 k. Kelapa (setara kopra) 3.380,00 3.031,31 89,68 l. Kelapa sawit (CPO) 28.439,00 29.344,48 103,18 m Jambu mete (gelondong kering) 159,00 116,00 72,96 123

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) n Jarak pagar (biji kering) 35,00 4,46 12,76 o Kemiri sunan (biji kering) 6,00 0 0 Jumlah Produksi 15 Komoditas 40.289,00 40.324,30 100,09 II. Produktivitas tanaman (kg/ha/tahun) a Tebu (hablur) 6.800 5.561 81,78 b Kapas (kapas berbiji) 2.500 273 10,92 c Cengkeh (bunga kering) 295 352 119,32 d. Tembakau (daun kering) 893 934 104,59 e. Nilam (daun kering) 6.600 5.450 82,58 f. Kakao (biji kering) 1.200 817 68,08 g. Kopi (biji kering) 756 741 98,02 h. T e h (daun kering) 1.673 1.464 87,51 i. Lada (lada kering) 752 824 109,57 j. Karet (karet kering) 640 1.053 164,53 k. Kelapa (setara kopra) 1.200 1.128 94,00 l. Kelapa sawit (CPO) 4.344 3.568 82,14 m Jambu mete (gelondong kering) 1.019 817 80,18 n Jarak pagar (biji kering) 2.000 306 15,30 o Kemiri sunan (biji kering) 16.000 0 0 124

Lampiran 2 PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2014 (Berdasarkan Capaian sasaran Kegiatan/Outpots Dari RKT) Eselon I Eselon II Program : Direktorat Jenderal Perkebunan : Direktorat, Sekretariat dan Balai Besar Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan : Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) I. Peningkatan Luas Areal Tanaman 1. Luas Areal Tanaman Semusim (ribu ha) (ribu ha) Semusim 1). Swasembada Gula Nasional a. Tebu 456,00 477,88 104,80 2). Pengembangan Komoditas Pemenuhan Konsumsi Dalam Negeri a. Kapas 25,00 5,60 22,40 3) Pengembangan Komoditas Ekspor a. Tembakau 205,00 195,26 95,25 125

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) b. Nilam 18,00 28,26 156,97 II. Peningkatan Luas Areal Tanaman 2. Luas Areal Tanaman Rempah dan Penyegar (ribu ha) (ribu ha) Rempah dan Penyegar 1). Pengembangan komoditas ekspor a. Kakao 1.752,00 1.719.09 98,12 b. Kopi 1.443,00 1.246,81 86,40 c. Teh 124,00 121,03 97,61 d. Lada 196,00 172,62 88,07 2). Pengembangan Komoditas Pemenuhan Konsumsi Dalam Negeri a. Cengkeh 484,00 502,56 103,84 3). Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (ribu ha) a. Rehabilitasi 21,00 21,00 100,00 b. Intensifikasi 0,00 0,00 0,00 c. Peremajaan 0,00 0,00 0,00 126

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) III. Peningkatan Luas Areal Tanaman 3. Luas Areal Tanaman Tahunan (ribu ha) (ribu ha) Tahunan 1). Pengembangan komoditas ekspor a. Karet 3.487,00 3.606,25 103,42 b. Kelapa 3.833,00 3.631.81 94,75 c. Kelapa Sawit 8.987,00 10.956,23 121,91 d. Jambu Mete 577,00 551,51 95,58 2). Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi) a. Jarak Pagar 21,00 35,23 167,74 b. Kemiri Sunan 2,00 1,06 52,85 4). Revitalisasi Perkebunan a. Karet 5,00 5,00 100,00 b. Kelapa sawit 30,00 30,00 100,00 c. Kakao 3,00 3,00 100,00 127

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) IV. Penurunan luas areal yang 4. Dukungan pengembangan tanaman terserang OPT perkebunan berkelanjutan 1). Jumlah areal pengendalian OPT 56.880,00 9.527,00 16,75 Perkebunan yang bersumber dari APBN, APBD dan lain-lain (ha) 2). Jumlah areal pengendalian OPT 5.300,00 5.300,00 100,00 Perkebunan yang bersumber dari APBN (ha) V. Peningkatan mutu produk 5. Dukungan pengembangan tanaman perkebunan dan usaha perkebunan berkelanjutan. perkebunan berkelanjutan 1). Jumlah kelompok tani yang menerapkan 130,00 130,00 100,00 penanganan pascapanen sesuai GHP (Kelompok Tani) 2). Jumlah Perusahaan Perkebunan Kelapa 334,00 Sawit yang layak mengajukan permo- permohonan sertifikat ISPO (Perusahaan) 128

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) 3). Jumlah penanganan kasus ganggunan 44,00 usaha perkebunan (Perusahaan) VI. Peningkatan pelayanan dan 6. Dukungan Pengembangan tanaman pembinaan di bidang manajemen perkebunan berkelanjutan dan teknis pem bangunan 1). Jumlah provinsi yang memperoleh 32,00 32,00 100,00 perkebunan pelayanan dan pembinaan yang berkualitas di bidang perencanaan, keuangan, umum dan evaluasi serta pelaporan (Provinsi) VII. Peningkatan pengawasan dan 7. Dukungan Pengembangan Tanaman pengujian benih tanaman Perkebunan Berkelanjutan perkebunan & penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan a). BBP2TP Surabaya 7.a). 1). Jumlah bibit yang disertifikasi (batang) 14.950.000 16.687.485 111,62 2). Jumlah teknologi terapan perlindungan 6,00 6,00 100,00 perkebunan (Paket) 129

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) b). BBP2TP Medan 7.b). 1). Jumlah bibit yang disertifikasi (batang) 240.384.000 128.577.000 53,49 2). Jumlah teknologi terapan perlindungan 10,00 3,00 30,00 perkebunan (Paket) c). BBP2TP Ambon 7.c). 1). Jumlah bibit yang disertifikasi (batang) 535.000 385.746 72,10 2). Jumlah teknologi terapan perlindungan 9,00 4,00 44,44 perkebunan (Paket) 130

Lampiran 3 PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2014 (Berdasarkan Capaian Sasaran Program/Outcomes) Eselon I Program : Direktorat Jenderal Perkebunan. : Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) I. Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya bengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan, dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan usaha, dukungan perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya 1. Produksi Tanaman (ribu ton) (ribu ton) Peningkatan 1.320.618.976 1.162.841.296 88,05 a. Tebu (hablur) 2.790,00 2.632,24 94,35 produksi, b. Kapas 63,00 1,17 1,86 produktivitas dan c. Cengkeh 86,00 110,58 128,58 Mutu tanaman d Tembakau 184,00 166,26 90,36 perkebunan e. Nilam 124,00 134,50 108,47 berkelanjutan f. Kakao 1.174,00 709,33 60,42 g. Kopi 791,00 685,09 86,61 h. T e h 165,00 143,75 87,12 i. Lada 92,00 91,94 99,93 j. Karet 2.801,00 3.153,19 112,57 131

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) k. Kelapa 3.380,00 3.031,31 89,68 l. Kelapa sawit 28.439,00 29.344,48 103,18 m. Jambu Mete 159,00 116,00 72,96 n. Jarak Pagar 35,00 4,46 12,76 k. Kemiri Sunan 6,00 0,00 0,00 Jumlah Produksi 15 Komoditas 40.289,00 40.324,30 100,09 II Produktivitas Tanaman (Kg/Ha) (Kg/Ha) a. Tebu 6.800 5.561 81,78 b. Kapas 2.500 273 10,92 c. Cengkeh 295 352 119,32 d. Tembakau 893 934 104,59 e. Nilam 6.600 5.450 82,58 f. Kakao 1.200 817 68,08 g. Kopi 756 741 98,02 h. Teh 1.673 1.464 87,51 i. Lada 752 824 109,57 j. Karet 640 1.053 164,53 k. Kelapa 1.200 1.128 94,00 132

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) l. Kelapa sawit 4.344 3.568 82,14 m. Jambu mete 1.019 817 80,18 n. Jarak pagar 2.000 306 15,30 o. Kemiri sunan 16.000 0 0,00 133

PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2014 (Berdasarkan Capaian Sasaran Kegiatan/Output sesuai PK) Lampiran 4 Eselon I Eselon II Program : Direktorat Jenderal Perkebunan : Direktorat, Sekretariat dan Balai Besar Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan : Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) I. Peningkatan Luas 1. Luas Areal Tanaman Semusim (ha) (ha) Peningkatan 511.356.581 412.429.117 80,65 Areal Tanaman produksi Semusim 1). Swasembada Gula produktivitas dan Nasional (ha) mutu tanaman a. Tebu 48.284 33.097 68,55 Semusim (Prioritas 2). Pengembangan Nasional dan Komoditas Pemenuhan Bidang) Konsumsi Dalam Negeri (ha) 134

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) a. Kapas 5.600 5.600 100,00 3) Pengembangan Komoditas Ekspor (ha) a. Tembakau 0 0 0 b. Nilam 100 100 100,00 II. Peningkatan Luas 2. Luas Areal Tanaman Rempah (ha) (ha) Peningkatan 325.706.836 310.546.653 95,35 Areal Tanaman dan Penyegar produksi Rempah dan 1). Pengembangan produktivitas dan Penyegar komoditas ekspor (ha) mutu tanaman 2). a. Kakao 33.125 32.709 98,74 rempah dan b. Kopi 4.600 4.600 100,00 Penyegar c. Teh 3.200 3.200 100,00 (Prioritas d. Lada 600 600 100,00 Nasional dan Pengembangan Komoditas Pemenuhan Bidang) 135

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Konsumsi Dalam Negeri (ha) a. Cengkeh 950 950 100,00 b. Pala 1.500 1.500 100,00 3). Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (ha) a. Rehabilitasi 0 0 0,00 b. Intensifikasi 0 0 0,00 c. Peremajaan 0 0 0,00 III. Peningkatan Luas 3. Luas Areal Tanaman Tahunan (ha) (ha) Peningkatan 173.966.864 156.696.142 91,80 Areal Tanaman 1). Pengembangan produksi Tahunan komoditas ekspor (ha) Produktivitas dan a. Karet 11.643 11.513 98,88 mutu tanaman b. Kelapa 18.509 17.975 97,11 tahunan c. Kelapa Sawit 80 80 100,00 136

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) d. Jambu Mete 2.010 2.010 100,00 e. Sagu 800 800 100,00 2). Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi) (ha) a. Jarak Pagar 0 0 0,00 b. Kemiri Sunan 0 0 0,00 3). Revitalisasi Perkebunan (Pengawalan) (ha) a. Karet 0 0 0,00 b. Kelapa sawit 0 0 0,00 c. Kakao 0 0 0,00 IV. Penurunan luas 4. Dukungan pengembangan Dukungan 76.813.092 71.122.537 92,59 areal yang terserang tanaman perkebunan perlindungan 137

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) OPT berkelanjutan perkebunan (Prioritas Bidang) 1). Luas areal pengendalian OPT Perkebunan (ha) 15.039 14.827 98,59 2). Pelaksanaan SL-PHT (KT) 194 194 100,00 V. Peningkatan mutu 5. Dukungan pengembangan Dukungan 37.076.062 32.030.442 86,39 produk perkebunan tanaman perkebunan pascapanen dan usaha berkelanjutan. dan pembinaan perkebunan usaha berkelanjutan 1). Jumlah kelompok tani 130 222 170,77 perkebunan yang menerapkan penanganan pascapanen sesuai GHP (Kelompok Tani) 138

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 2). Jumlah Perusahaan 334 510 152,05 Perkebunan kelapa sawit yang layak mengajukan permohonan sertifikat ISPO (Perusahaan) 3). Jumlah penanganan 44 50 113,64 kasus ganggunan usaha perkebunan (Perusahaan) VI. Peningkatan 6. Dukungan Pengembangan Dukungan 129.096.249 114.786.978 88,92 pelayanan dan tanaman perkebunan manajemen pembinaan di berkelanjutan dan dukungan bidang manajemen 1). Jumlah provinsi yang 32 32 100,00 teknis lainnya di dan teknis pem- memperoleh pelayanan 93 93 100,00 Direktorat bangunan dan pembinaan yang Jenderal perkebunan berkualitas di bidang Perkebunan perencanaan, keuangan, 139

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) umum dan evaluasi serta Satker) VII. Peningkatan 7. Dukungan Pengembangan Dukungan 66.603.292 62.055.247 93,17 pengawasan dan Tanaman Perkebunan pengujian & pengujian benih Berkelanjutan pengawasan tanaman perkebunan mutu benih & penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan a). BBP2TP Surabaya 7.a). 1). Jumlah bibit yang 14.950.000 16.687.485 111,62 disertifikasi (batang) 2). Jumlah teknologi terapan 5 6 100,00 perlindungan perkebunan (Paket) serta penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan 140

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Program Anggaran (Rp. 000,-) Pagu Realisasi % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) b). BBP2TP Medan 7.b). 1). Jumlah bibit yang 175.000 128.577 73,47 disertifikasi (ribu batang) 2). Jumlah teknologi terapan 4 3 75,00 perlindungan perkebunan (Paket) c). BBP2TP Ambon 7.c). 1). Jumlah bibit yang 150.000 385.746 388,86 disertifikasi ( batang) 2). Jumlah teknologi terapan 4 4 100,00 perlindungan perkebunan (Paket) Total Pagu Anggaran : 1.320.618.976 1.162.841.296 88,05 141

Capaian Kinerja Kegiatan Utama (Output) Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2014 Posisi 31 Desember 2014 Lampiran 5 NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % 1 2 3 4 5 6 7 8 018.05.08 - Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan 1.320.618.976.000 1.162.841.295.863 88,05 92,90 Penyegar 1 1775 - Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan 325.706.836.000 310.546.652.541 95,35 99,25 1775.001 - Pengembangan Tanaman Kopi 29.830.112.000 27.287.028.225 91,47 4.600 Ha 4.600 Ha 100,00 1775.002 - Pengembangan Tanaman T e h 47.965.070.000 47.735.619.004 99,52 3.200 Ha 3.200 Ha 100,00 1775.003 - Pengembangan Tanaman Kakao 194.375.172.000 185.410.655.048 95,40 33.125 Ha 32.709 Ha 98,74 1775.004 - Pengembangan Tanaman Lada 6.363.642.000 6.036.678.800 94,86 600 Ha 600 Ha 100,00 1775.005 - Pengembangan Tanaman Cengkeh 3.290.000.000 3.232.931.000 98,27 950 Ha 950 Ha 100,00 1775.027 - Pemberdayaan Pekebun Tanaman Rempah dan Penyegar 8.337.967.000 7.956.170.900 95,42 9.789 Org 9.789 Org 100,00 1775.028 - Pengembangan Tanaman Pala 2.940.362.000 2.562.259.500 87,14 1.500 Ha 1.500 Ha 100,00 1775.029 - Pengembangan Kebun Benih Tanaman Rempah dan Penyegar 799.198.000 639.325.800 80,00 46 Ha 46 Ha 100,00 142

NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % 1 2 3 4 5 6 7 8 1775.030 - Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Rempah dan 6.615.640.000 6.077.883.199 91,87 18 Lap 18 Lap 100,00 Penyegar 1775.032 - Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar 24.629.538.000 23.070.883.199 93,67 12 Bln 12 Bln 100,00 1775.994 - Layanan Perkantoran 560.135.000 517.422.605 92,37 12 Bln 12 Bln 100,00 2 1776 - Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim 511.356.581.000 412.429.441.350 80,67 77,15 1776.001 - Pengembangan Tanaman Tebu 351.079.327.000 278.860.954.363 79,43 50.675 Ha 33.808 Ha 66,72 1776.002 - Penanaman Tanaman Kapas 13.940.901.000 13.749.180.450 98,62 5.600 Ha 5.600 Ha 100,00 1776.004 - Penanaman Tanaman Nilam 2.392.200.000 2.248.656.389 94,00 100 Ha 100 Ha 100,00 1776.021 - Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim 132.169.794.000 109.143.807.453 82,58 12 Bln 12 Bln 100,00 1776.022 - Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Semusim 11.558.528.000 8.367.142.555 72,39 17 Lap 17 Lap 100,00 1776.994 - Layanan Perkantoran 215.831.000 129.720.140 60,10 12 Bln 12 Bln 100,00 3 1777 - Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan 173.966.864.000 159.696.142.201 91,80 99,48 1777.001 - Pengembangan Tanaman Karet 82.841.017.000 75.656.911.890 91,33 11.643 Ha 11.513 Ha 98,88 1777.003 - Pengembangan Tanaman Kelapa 42.587.849.000 39.199.689.110 92,04 18.509 Ha 17.975 Ha 97,11 1777.004 - Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit 714.320.000 702.317.380 98,32 80 Ha 80 Ha 100,00 143

NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % 1 2 3 4 5 6 7 8 1777.007 - Pengembangan Tanaman Jambu Mete 5.186.354.000 4.884.932.800 94,19 2.010 Ha 2.010 Ha 100,00 1777.015 - Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Kakao, Karet) 13.509.848.000 11.764.133.613 87,08 88 Lap 88 Lap 100,00 1777.018 - Pengembangan Sistem Pertanian Berbasis Tanaman Tahunan 1.661.813.000 1.543.701.591 92,89 18 KT 18 KT 100,00 1777.027 - Pemberdayaan Pekebun Tanaman Tahunan 4.425.392.000 4.242.658.350 95,87 5.835 Org 5.835 Org 100,00 1777.030 - Koordinasi, Pembinaan dan Monev Pengembangan Tanaman Tahunan 4.720.910.000 4.599.786.270 97,43 13 Lap 13 Lap 100,00 1777.031 - Pengembangan Kebun Benih TanamanTahunan 2.986.532.000 2.780.230.800 93,09 172 Ha 172 Ha 100,00 1777.032 - Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Tahunan 6.455.971.000 5.918.498.500 91,67 324 Bln 324 Bln 100,00 1777.033 - Koordinasi Pengembangan Sagu di Pusat 1.642.363.000 1.309.665.705 79,74 12 Bln 12 Bln 100,00 1777.034 - Pengembangan Tanaman Sagu 6.402.545.000 6.382.660.800 99,69 800 Ha 800 Ha 100,00 1776.994 - Layanan Perkantoran (Bulan) 831.950.000 814.811.192 97,94 12 Bln 12 Bln 100,00 4 1778 - Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan 37.076.062.000 32.030.441.943 86,39 99,76 1778.011 - Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan 5.390.550.000 4.414.044.041 81,88 44 kab 44 kab 100,00 1778.012 - Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan 3.286.996.000 2.723.927.880 82,87 32 Prov 32 Prov 100,00 1778.013 - Penilaian Usaha Perkebunan 1.219.380.000 1.024.716.010 84,04 27 Prov 27 Prov 100,00 144

NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % 1 2 3 4 5 6 7 8 1778.014 - Penerapan Standar Perkebunan Besar/Rakyat Berkelanjutan 963.922.000 820.391.000 85,11 22 Prov 22 Prov 100,00 1778.015 - Peralatan Penanganan Pascapanen Tanaman Perkebunan 19.695.532.000 18.290.149.514 92,86 223 KT 222 KT 99,55 1778.017 - Koordinasi, Pembinaan dan Monev Tanaman Kegiatan Pascapanen dan 5.935.182.000 4.328.344.452 72,93 18 Bln 18 Bln 100,00 Pembinaan Usaha 1776.994 - Layanan Perkantoran 584.500.000 428.869.046 73,37 12 Bln 12 Bln 100,00 5 76.813.092.000 71.122.537.188 92,59 99,45 1779 - Dukungan Perlindungan Perkebunan 1779.002 - Pemberdayaan Perangkat 12.274.185.000 10.939.822.367 89,13 73 Unit 73 Unit 100,00 1779.005 - SL-PHT Perkebunan 16.541.395.000 15.959.706.275 96,48 194 KT 194 KT 100,00 1779.011 - Antisipasi Dampak Perubahan Iklim 4.161.459.000 3.601.496.883 86,54 40 Dok 40 Dok 100,00 1779.012 - Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman Perkebunan 29.730.551.000 28.125.731.135 94,60 15.039 Ha 14.827 Ha 98,59 1779.013 - Koordinasi Kegiatan Perlindungan Perkebunan 9.544.202.000 8.906.810.050 93,32 12 Bln 12 Bln 100,00 1779.014 - Koordinasi, Pembinaan dan Monev Kegiatan Perlindungan Perkebunan 3.833.155.000 2.946.179.732 76,86 18 Lap 18 Lap 100,00 1776.994 - Layanan Perkantoran 6 1780 - Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Teknis Lainnya 1780.008 - Administrasi Kegiatan Dana 728.145.000 642.790.746 88,28 12 Bln 12 Bln 100,00 129.096.249.000 114.786.978.015 88,92 100,00 4.539.462.000 4.441.744.915 97,85 12 Bln 12 Bln 100,00 145

NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % 1 2 3 4 5 6 7 8 Dekonsentrasi (DK) 1780.009 -Administrasi Kegiatan Dana Tugas Pembantuan (TP) 8.483.809.000 8.017.487.520 92,94 1780.010 - Dukungan Kegiatan Manajemen dan 45.102.838.000 41.919.121.195 92,94 Teknis Lainnya 1780.011 -Dukungan Perencanaan 5.396.265.000 4.725.286.913 87,57 1780.012 - Dukungan Keuangan dan perlengkapan 9.414.662.000 8.232.514.348 87,44 1780.013 - Dukungan Kepegawaian, Hukum dan 11.255.393.000 8.485.222.794 75,39 Humas 1780.014 - Dukungan Evaluasi dan Pelaporan 4.797.100.000 4.124.113.088 85,97 1780.994 - Layanan Perkantoran 37.708.722.000 32.444.583.542 86,04 1780.995 - Kendaraan Bermotor 2.292.998.000 2.292.998.000 100,00 1780.997 - Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 105.000.000 103.905.700 98,96 12 12 3 3 3 3 12 11 2 Bln 12 Bln 100,00 Bln 12 Bln 100,00 Dok 3 Dok 100,00 Dok 3 Dok 100,00 Dok 3 Dok 80,00 Dok 3 Dok 100,00 Bln 12 Bln 100,00 Unit 11 Unit 100,00 Unit 2 Unit 100,00 7 1781 - Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih dan Teknologi Proteksi 66.603.292.000 62.055.246.825 93,17 97,90 Perkebunan 1781.005 -Operasional Laboratorium 2.226.269.000 1.886.251.000 84,73 12 Bln 11 Bln 100,00 1781.006 -Pembangunan Kebun Contoh, Demplot, Uji 1.360.575.000 1.266.595.650 93,09 62 Ha 47 Ha 90,38 Koleksi, dll 1781.007 -Pengawasan Peredaran Benih 2.411.188.000 2.124.723.250 88,12 35 Dok 35 Dok 100,00 146

NO PROGRAM / KEGIATAN UTAMA ANGGARAN (Rp.) KELUARAN TARGET REALISASI % TARGET REALISASI % 1 2 3 4 5 6 7 8 1781.008 -Rakitan Teknologi Spesifikasi Proteksi 2.435.329.000 2.276.045.657 93,46 Tanaman Perkebunan 24 Pkt 23 Pkt 95,83 1781.009 -Pemanfaatan Agensia Hayati (Jenis) 809.900.000 796.188.335 98,31 15 Jns 15 Jns 100,00 1781.010 -Sertifikasi dan Pengujian Mutu benih 679.845.000 529.511.236 77,89 190.100.000 Btg 145.650.231 Btg 76,62 1781.011 -Administrasi Keuangan dan Kepegawaian 2.236.438.000 2.081.403.752 93,07 12 Bln 12 Bln 100,00 1781.012 -Penyusunan Rencana Kerja 485.553.000 382.376.140 78,75 11 Lap 11 Lap 100,00 1781.013 -Peningkatan Kapabilitas Pegawai/Petugas 2.199.374.000 1.868.175.850 84,94 342 Org 342 Org 140,00 1781.014 -Monitoring dan Evaluasi 2.310.399.000 2.168.997.980 93,88 15 Lap 15 Lap 100,00 1781.994 -Layanan Perkantoran 46.138.093.000 43.494.317.033 94,27 48 Bln 48 Bln 100,00 1781.995 -Kendaraan Bermotor 226.210.000 210.892.000 93,23 10 Unit 10 Unit 100,00 1781.996 -Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 110.500.000 72.168.600 65,31 1 Unit 1 Unit 100,00 1781.997 -Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 2.694.619.000 2.622.856.342 97,34 325 Unit 325 Unit 100,00 1781.998 -Gedung/Bangunan 279.000.000 274.744.000 98,47 404 M2 404 M2 100,00 T o t a l 1.320.618.976.000 1.162.841.295.863 88,05 92,90 147

CAPAIAN KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN SERAPAN PER SATKER TAHUN 2014 Lampiran 6 NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 1 JAWA BARAT 79.436.861.000,00 77.517.551.849,00 97,58 99,71 1 DISBUN PROVINSI JAWA BARAT 2 DISHUTBUN KAB CIANJUR 3 DISBUN KAB GARUT 56.757.691.000,00 55.155.708.649,00 97,18 100,00 2.667.790.000,00 2.557.271.435,00 95,86 100,00 54.089.901.000,00 52.598.437.214,00 97,24 100,00 2 JAWA TENGAH 149.915.816.000,00 139.395.963.725,00 92,98 99,06 4 DISBUN PROVINSI JAWA TENGAH 149.915.816.000,00 139.395.963.725,00 92,98 99,06 3 D. I. YOGYAKARTA 14.848.548.000,00 13.899.497.517,00 93,61 93,21 5 DISHUTBUN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 14.848.548.000,00 13.899.497.517,00 93,61 93,21 4 JAWA TIMUR 289.552.665.000,00 212.640.643.463,00 73,44 75,32 6 DISBUN PROVINSI JAWA TIMUR 289.552.665.000,00 212.640.643.463,00 73,44 75,32 5 A C E H 33.569.749.000,00 27.549.986.380,00 82,07 93,80 7 DISHUTBUN PROVINSI A C E H 21.246.311.000,00 16.027.577.400,00 75,44 91,34 8 DISHUTBUN KAB BENER MERAH 3.037.500.000,00 2.990.814.000,00 98,46 99,50 9 DISHUTBUN KAB PIDIE 1.619.020.000,00 1.393.151.200,00 86,05 99,00 10 DISHUTBUN KAB ACEH UTARA 1.566.000.000,00 1.407.983.280,00 89,91 100,00 148

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 11 DISHUTBUN KAB ACEH TIMUR 3.857.919.000,00 3.658.861.500,00 94,84 99,00 12 DISHUTBUN KAB NAGAN RAYA 2.242.999.000,00 2.071.599.000,00 92,36 92,35 6 SUMATERA UTARA 13.815.581.000,00 12.310.345.199,00 89,10 95,07 13 DISBUN PROVINSI SUMATERA UTARA 12.294.736.000,00 11.926.543.199,00 97,01 100,00 14 DISBUN KAB BATUBARA 1.520.845.000,00 383.802.000,00 25,24 55,18 7 SUMATERA BARAT 15.079.032.000,00 12.947.605.860,00 85,86 98,56 15 DISBUN PROVINSI SUMATERA BARAT 13.681.217.000,00 11.801.796.760,00 86,26 98,51 16 DISBUN KAB PASAMAN BARAT 1.397.815.000,00 1.145.809.100,00 81,97 99,00 8 R I A U 18.510.787.000,00 16.944.246.620,00 91,54 97,54 17 DISBUN PROVINSI RIAU 12.355.341.000,00 11.396.328.945,00 92,24 96,31 18 DISBUN KAB KAMPAR 2.326.450.000,00 2.080.742.675,00 89,44 100,00 19 DISHUTBUN KAB MERANTI 2.718.996.000,00 2.550.789.600,00 93,81 100,00 20 DISBUN KAB INDRAGIRI HILIR 1.110.000.000,00 916.385.400,00 82,56 100,00 9 JAMBI 19.287.655.000,00 18.535.662.667,00 96,10 98,41 21 DISBUN PROVINSI JAMBI 17.944.825.000,00 17.317.528.767,00 96,50 98,33 22 DISBUN KAB TANJUNG JABUNG BARAT 1.342.830.000,00 1.218.133.900,00 90,71 99,50 10 SUMATERA SELATAN 27.737.293.000,00 21.311.642.575,00 76,83 98,75 149

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 23 DISBUN PROVINSI SUMATERA SELATAN 20.293.003.000,00 14.524.715.000,00 71,57 99,13 24 DISBUN KAB MUARA ENIM 2.029.460.000,00 1.815.810.100,00 89,47 100,00 25 DISBUN KAB MUSI RAWAS 2.029.460.000,00 2.586.688.475,00 113,50 93,86 26 DISBUN KAB O K I 2.657.140.000,00 2.384.429.000,00 89,74 100,00 11 LAMPUNG 24.373.111.000,00 22.759.961.570,00 93,38 100,00 27 DISBUN PROVINSI LAMPUNG 24.373.111.000,00 22.759.961.570,00 93,38 100,00 12 KALIMANTAN BARAT 14.214.545.000,00 13.600.339.668,00 95,68 99,50 28 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN BARAT 8.521.836.000,00 8.060.994.150,00 94,59 100,00 29 DISHUTBUN KAB SANGGAU 1.997.036.000,00 1.936.592.078,00 96,97 99,79 30 DISHUTBUN KAB SINTANG 1.135.114.000,00 1.067.159.140,00 94,01 95,00 31 DISBUNHUT KAB KAPUAS HULU 1.364.129.000,00 1.347.739.300,00 98,80 99,70 32 DISHUTBUN KAB BENGKAYANG 1.196.430.000,00 1.187.855.000,00 99,28 99,50 13 KALIMANTAN TENGAH 8.498.306.000,00 8.241.502.240,00 96,98 100,00 33 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 5.261.566.000,00 5.051.335.040,00 96,00 100,00 34 DISBUN KAB KOTAWARINGIN BARAT 1.767.950.000,00 1.739.410.000,00 98,39 100,00 35 DISBUN KAB KOTAWARINGIN TIMUR 1.468.790.000,00 1.450.757.200,00 98,77 100,00 14 KALIMANTAN SELATAN 10.957.510.000,00 9.371.054.265,00 85,52 91,40 150

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 36 37 38 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DISTANPANGANBUN KAB TANAH LAUT DISHUTBUN KAB HULU SUNGAI TENGAH 5.002.845.000,00 4.099.944.560,00 81,95 94,26 493.110.000,00 385.700.000,00 78,22 100,00 630.570.000,00 575.161.700,00 91,21 95,10 39 DISBUN KAB KOTABARU 1.220.045.000,00 1.084.533.655,00 88,89 89,52 40 DISBUN KAB TABALONG 1.982.685.000,00 1.749.937.250,00 88,26 93,59 41 DISHUTBUN KAB BALANGAN 1.628.255.000,00 1.475.777.100,00 90,64 77,34 15 KALIMANTAN TIMUR 6.865.832.000,00 4.719.665.975,00 68,74 88,60 42 43 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DISBUNPANGANNAKPERIKANAN KAB KUTAI BARAT 4.683.225.000,00 2.897.971.975,00 61,88 85,61 2.182.607.000,00 1.821.694.000,00 83,46 95,00 16 SULAWESI UTARA 11.585.759.000,00 11.421.118.100,00 98,58 100,00 44 DISBUN PROVINSI SULAWESI UTARA 9.653.284.000,00 9.532.843.100,00 98,75 100,00 45 DISBUN KAB MINAHASA SELATAN 1.932.475.000,00 1.888.275.000,00 97,71 100,00 17 SULAWESI TENGAH 97.924.953.000,00 94.909.468.220,00 96,92 100,00 46 DISBUN PROVINSI SULAWESI TENGAH 87.690.180.000,00 86.211.128.300,00 98,31 100,00 47 DISBUN KAB TOLI-TOLI 3.510.800.000,00 2.967.543.200,00 84,53 100,00 48 DISHUTBUN KAB SIGI 3.836.910.000,00 3.420.554.620,00 89,15 100,00 49 DISTANHUTKELAUTAN KOTA PALU 2.887.063.000,00 2.310.242.100,00 80,02 100,00 151

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 18 SULAWESI SELATAN 50.849.456.000,00 45.690.737.594,00 89,85 98,48 50 DISBUN PROVINSI SULAWESI SELATAN 45.381.036.000,00 40.983.276.460,00 90,31 98,46 51 DISHUTBUN KAB BONE 1.305.500.000,00 881.534.390,00 67,52 99,46 52 DISHUTBUN KAB BULUKUMBA 1.624.910.000,00 1.454.791.409,00 89,53 99,23 53 DISHUTBUN KAB SOPPENG 1.221.300.000,00 1.124.150.535,00 92,05 100,00 54 DISHUTBUN KAB LUWU UTARA 1.316.710.000,00 1.246.984.800,00 94,70 96,11 19 SULAWESI TENGGARA 54.629.861.000,00 53.890.130.950,00 98,65 98,82 55 DISBUNHORTI PROV SULAWESI TENGGARA 48.652.081.000,00 48.247.375.400,00 99,17 98,94 56 DISTAN KAB KONAWE 1.210.630.000,00 1.171.522.550,00 96,77 99,99 57 DISBUN KAB KOLAKA 1.289.380.000,00 1.070.243.000,00 83,00 98,00 58 DISBUNHORTI KAB KONAWE SELATAN 3.477.770.000,00 3.400.990.000,00 97,79 97,00 20 MALUKU 10.316.875.000,00 9.400.617.885,00 91,12 100,00 59 DISTAN PROVINSI MALUKU 8.832.388.000,00 8.059.075.885,00 91,24 100,00 60 DISBUNHUT KAB MALUKU TENGGARA 1.484.487.000,00 1.341.542.000,00 90,37 100,00 21 BALI 21.436.032.000,00 19.484.060.190,00 90,89 100,00 61 DISBUN PROVINSI BALI 21.436.032.000,00 19.484.060.190,00 90,89 100,00 22 NUSA TENGGARA BARAT 15.992.706.000,00 15.311.364.830,00 95,74 95,00 152

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 62 DISBUN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 15.992.706.000,00 15.311.364.830,00 95,74 95,00 23 NUSA TENGGARA TIMUR 23.516.099.000,00 21.416.740.308,00 91,07 100,00 63 DISTANBUN PROV NUSA TENGGARA TIMUR 20.739.189.000,00 18.829.306.658,00 90,79 100,00 64 DISTANBUNNAK KAB SIKKA 1.085.255.000,00 1.084.659.450,00 99,95 100,00 65 DISBUN KAB ALOR 1.691.655.000,00 1.502.774.200,00 88,83 100,00 24 PAPUA 11.220.149.000,00 10.793.136.200,00 96,19 98,80 66 DISBUNNAK PROVINSI PAPUA 11.220.149.000,00 10.793.136.200,00 96,19 98,80 25 BENGKULU 14.485.362.000,00 14.053.425.550,00 97,02 99,08 67 DISBUN PROVINSI BENGKULU 13.267.862.000,00 12.839.128.550,00 96,77 99,00 68 DISTANBUNHUT KAB BENGKULU TENGAH 1.217.500.000,00 1.214.298.000,00 99,74 100,00 26 MALUKU UTARA 13.107.978.000,00 13.056.704.600,00 99,61 99,64 69 DISTAN PROVINSI MALUKU UTARA 8.260.528.000,00 8.228.444.000,00 99,61 99,50 70 DISTAN KAB HALMAHERA UTARA 2.228.140.000,00 2.226.881.000,00 99,94 100,00 71 DISTAN KAB HALMAHERA BARAT 1.451.270.000,00 1.436.970.000,00 99,01 100,00 72 DISBUN KAB HALMAHERA TENGAH 1.168.040.000,00 1.164.409.600,00 99,69 99,50 27 BANTEN 5.286.178.000,00 5.133.925.150,00 97,12 100,00 73 DISHUTBUN PROVINSI BANTEN 2.297.115.000,00 2.215.417.500,00 96,44 100,00 153

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 74 DISTANBUN KAB PANDEGLANG 961.410.000,00 935.657.000,00 97,32 100,00 75 DISHUTBUN KAB LEBAK 2.027.653.000,00 1.982.850.650,00 97,79 100,00 28 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 11.333.260.000,00 9.863.205.370,00 87,03 96,67 76 DISTANBUNNAK PROV KEP. BABEL 5.867.200.000,00 5.179.185.170,00 88,27 98,23 77 DISBUNHUT KAB BANGKA SELATAN 2.297.220.000,00 2.026.905.500,00 88,23 89,10 78 DISHUTBUN KAB BANGKA 1.910.090.000,00 1.508.017.800,00 78,95 100,00 79 DISBUNHUT KAB BANGKA TENGAH 1.258.750.000,00 1.149.096.900,00 91,29 100,00 29 GORONTALO 14.761.238.000,00 13.667.601.600,00 97,59 99,00 80 DISBUNNAK PROVINSI GORONTALO 13.563.433.000,00 12.507.903.500,00 92,22 98,92 81 DISTANPANGANBUN KAB PAHUWATO 1.197.805.000,00 1.159.698.100,00 96,82 100,00 30 KEPULAUAN RIAU 2.866.730.000,00 2.283.618.250,00 79,66 90,10 82 DISTANHUTNAK PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2.866.730.000,00 2.283.618.250,00 79,66 90,10 31 PAPUA BARAT 7.442.905.000,00 7.336.125.000,00 98,57 95,76 83 DISHUTBUN PROVINSI PAPUA BARAT 7.442.905.000,00 7.336.125.000,00 98,57 95,76 32 SULAWESI BARAT 52.457.273.000,00 50.814.263.380,00 96,87 100,00 84 DISBUN PROVINSI SULAWESI BARAT 37.640.376.000,00 36.542.666.250,00 97,08 100,00 85 DISHUTBUN KAB MAJENE 1.091.200.000,00 1.057.974.200,00 96,96 100,00 154

NO. SATKER PROVINSI & KABUPATEN PAGU ( Rp. 000,-) KINERJA SATKER REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK ( Rp.000,- ) ( % ) ( % ) 1 2 3 5 6 7 86 DISHUTBUN KAB MAMUJU 2.375.538.000,00 2.317.496.760,00 97,56 100,00 87 DISHUTBUN KAB POLEWALI MANDAR 2.796.859.000,00 2.407.957.200,00 86,10 100,00 88 DISTANBUNHORTI KAB MAMASA 8.553.300.000,00 8.488.168.970,00 99,24 100,00 33 UPT PUSAT 66.603.292.000,00 62.055.246.825,00 93,17 95,28 89 BALAI BESAR ( BBP2TP ) SURABAYA 17.752.199.000,00 16.528.667.516,00 93,11 95,48 90 BALAI BESAR ( BBP2TP ) MEDAN 25.534.390.000,00 23.804.790.103,00 93,23 95,21 91 BALAI BESAR ( BBP2TP ) AMBON 14.895.513.000,00 13.894.855.065,00 93,28 95,34 92 BALAI ( BPTP ) PONTIANAK 8.421.190.000,00 7.826.934.141,00 92,94 94,99 34 P U S A T 108.139.579.000,00 90.514.135.288,00 83,70 96,34 93 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN DIRAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR 7.158.875.000,00 6.578.201.065,00 91,89 96,65 DIRAT TANAMAN SEMUSIM 11.734.359.000,00 8.456.862.695,00 72,07 94,78 DIRAT TANAMAN TAHUNAN 7.195.223.000,00 6.724.263.167,00 93,45 96,84 DIRAT PENANGANAN PASCA PANEN 6.519.682.000,00 4.757.213.498,00 72,97 96,10 DIRAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN TOTAL DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN 4.561.300.000,00 3.588.970.478,00 78,68 96,25 4.561.300.000,00 3.588.970.478,00 85,12 96,55 1.320.618.976.000,00 1.162.841.295.863,00 88,05 92,90 155

Lampiran 7 PENILAIAN SATKER PROVINSI LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2014 NO PROVINSI NILAI TERTIMBANG SEBUTAN 1 DISBUN PROVINSI JAWA BARAT 83 Berhasil 2 DISBUN PROVINSI JAWA TENGAH 78 Cukup Berhasil 3 DISHUTBUN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA 76 Cukup Berhasil 4 DISBUN PROVINSI JAWA TIMUR 43 Tidak Berhasil 5 DISBUN PROVINSI A C E H 58 Tidak Berhasil 6 DISBUN PROVINSI SUMATERA UTARA 80 Berhasil 7 DISBUN PROVINSI SUMATERA BARAT 80 Berhasil 8 DISBUN PROVINSI RIAU 78 Cukup Berhasil 9 DISBUN PROVINSI JAMBI 81 Berhasil 10 DISBUN PROVINSI SUMATERA SELATAN 65 Cukup Berhasil 11 DISBUN PROVINSI LAMPUNG 82 Berhasil 12 13 14 15 DISBUN PROVINSI KALIMANTAN BARAT DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DISBUN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DISBUN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 83 Berhasil 86 Berhasil 75 Cukup Berhasil 60 Cukup Berhasil 16 DISBUN PROVINSI SULAWESI UTARA 83 Berhasil 17 DISBUN PROVINSI SULAWESI TENGAH 86 Berhasil 18 DISBUN PROVINSI SULAWESI SELATAN 87 Berhasil 19 DISBUNHORTI PROV SULAWESI TENGGARA 85 Berhasil 156

NO PROVINSI NILAI TERTIMBANG SEBUTAN 20 DISTAN PROVINSI MALUKU 79 Cukup Berhasil 21 DISBUN PROVINSI BALI 80 Berhasil 22 23 DISBUN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DISTANBUN PROV. NUSA TENGGARA TIMUR 86 Berhasil 78 Cukup Berhasil 24 DISBUNNAK PROVINSI PAPUA 83 Berhasil 25 DISBUN PROVINSI BENGKULU 85 Berhasil 26 DISTAN PROVINSI MALUKU UTARA 95 Berhasil 27 DISHUTBUN PROVINSI BANTEN 92 Berhasil 28 DISTANBUNNAK PROV KEP. BANGKA BELITUNG 80 Berhasil 29 DISBUNNAK PROVINSI GORONTALO 80 Berhasil 30 DISTANHUTNAK PROV. KEP. RIAU 63 Cukup Berhasil 31 DISBUN PROVINSI PAPUA BARAT 83 Berhasil 32 DISBUN PROVINSI SULAWESI BARAT 83 Berhasil 157

PENILAIAN SATKER KABUPATEN/KOTA LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2014 NO KABUPATEN/KOTA NILAI TERTIMBANG SEBUTAN 1 DISHUTBUN KAB CIANJUR 90 Berhasil 2 DISBUN KAB GARUT 100 Sangat Berhasil 3 DISHUTBUN KAB BENER MERIAH 96 Sangat Berhasil 4 DISHUTBUN KAB PIDIE 80 Berhasil 5 DISHUTBUN KAB ACEH UTARA 86 Berhasil 6 DISHUTBUN KAB ACEH TIMUR 80 Berhasil 7 DISHUTBUN KAB NAGAN RAYA 75 Cukup Berhasil 8 DISBUN KAB BATUBARA 15 Tidak Berhasil 9 DISBUN KAB PASAMAN BARAT 88 Berhasil 10 DISBUN KAB KAMPAR 87 Berhasil 11 DISHUTBUN KAB MERANTI 83 Berhasil 12 DISBUN KAB INDRAGIRI HILIR 81 Berhasil 13 DISBUN KAB TANJUNG JABUNG BARAT 81 Berhasil 14 DISBUN KAB MUARA ENIM 90 Berhasil 15 DISBUN KAB MUSI RAWAS 85 Berhasil 16 DISBUN KAB OGAN KOMERING ILIR 80 Berhasil 17 DISHUTBUN KAB SANGGAU 85 Berhasil 18 DISHUTBUN KAB SINTANG 85 Berhasil 19 DISHUTBUN KAB KAPUAS HULU 85 Berhasil 20 DISHUTBUN KAB BENGKAYANG 90 Berhasil 21 DISBUN KAB KOTAWARINGIN BARAT 95 Berhasil 22 DISBUN KAB KOTAWARINGIN TIMUR 95 Berhasil 23 DISTANPANGANBUN KAB TANAH LAUT 65 Cukup Berhasil 158

NO KABUPATEN/KOTA NILAI TERTIMBANG SEBUTAN 24 DISHUTBUN KAB HULU SUNGAI TENGAH 85 Berhasil 25 DISBUN KAB KOTABARU 80 Berhasil 26 DISBUN KAB TABALONG 85 Berhasil 27 DISHUTBUN KAB BALANGAN 65 Cukup Berhasil 28 DISBUNPANGANNAKPERIKANAN KAB KUTAI BARAT 80 Berhasil 29 DISBUN KAB MINAHASA SELATAN 95 Berhasil 30 DISBUN KAB TOLI-TOLI 83 Berhasil 31 DISHUTBUN KAB SIGI 83 Berhasil 32 DISTANHUTKELAUTAN KOTA PALU 89 Berhasil 33 DISHUTBUN KAB BONE 66 Cukup Berhasil 34 DISHUTBUN KAB BULUKUMBA 95 Berhasil 35 DISHUTBUN KAB SOPPENG 83 Berhasil 36 DISHUTBUN KAB LUWU UTARA 87 Berhasil 37 DISTAN KAB KONAWE 88 Berhasil 38 DISBUN KAB KOLAKA 83 Berhasil 39 DISBUNHORTI KAB KONAWE SELATAN 91 Berhasil 40 DISBUNHUT KAB MALUKU TENGGARA 80 Berhasil 41 DISTANBUNNAK KAB SIKKA 90 Berhasil 42 DISBUN KAB ALOR 93 Berhasil 43 DISTANBUNHUT KAB BENGKULU TENGAH 90 Berhasil 44 DISTAN KAB HALMAHERA UTARA 90 Berhasil 45 DISTAN KAB HALMAHERA BARAT 86 Berhasil 46 DISBUN KAB HALMAHERA TENGAH 100 Sangat Berhasil 47 DISTANBUN KAB PANDEGLANG 91 Berhasil 48 DISHUTBUN KAB LEBAK 95 Berhasil 159

NO KABUPATEN/KOTA NILAI TERTIMBANG SEBUTAN 49 DISBUNHUT KAB BANGKA SELATAN 85 Berhasil 50 DISHUTBUN KAB BANGKA 70 Cukup Berhasil 51 DISBUNHUT KAB BANGKA TENGAH 90 Berhasil 52 DISTANBUNPANGAN KAB PAHUWATO 86 Berhasil 53 DISHUTBUN KAB MAJENE 100 Sangat Berhasil 54 DISHUTBUN KAB MAMUJU 87 Berhasil 55 DISHUTBUN KAB POLEWALI MANDAR 84 Berhasil 56 DISTANBUNHORTI KAB MAMASA 85 Berhasil 160

PENILAIAN SATKER BALAI DAN UNIT ESELON II LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2014 NO BALAI NILAI TERTIMBANG SEBUTAN 1 BALAI BESAR ( BBP2TP ) SURABAYA 89 Berhasil 2 BALAI BESAR ( BBP2TP ) MEDAN 87 Berhasil 3 BALAI BESAR ( BBP2TP ) AMBON 91 Berhasil 4 BALAI ( BPTP ) PONTIANAK 79 Cukup Berhasil 5 DiREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN 5a. DIRAT TAN. REMPAH DAN PENYEGAR 79 Cukup Berhasil 5b. DIRAT. TAN. SEMUSIM 60 Cukup Berhasil 5c. DIRAT. TAN. TAHUNAN 81 Berhasil 5d. DIRAT. PASCA PANEN DAN PEMBINAAN USAHA 65 Cukup Berhasil 5e. DIRAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 65 Cukup Berhasil 5f. SEKRETARIAT DITJEN PERKEBUNAN 79 Cukup Berhasil 161

Prioritas Nasional Kementerian Pertanian Yang Dipantau UKP4 Tahun2014 Lampiran 8 RENCANA AKSI KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN B04, B06, B09, B12 UKURAN KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN B04, B06, B09, B12 % CAPAIAN KETERANGAN 1 2 3 4 5 6 7 8 SEMULA MENJADI N5PXX: PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI UNTUK PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN Rawat Ratoon, Bongkar ratoon dan perluasan areal tanaman tebu TARGET B03: 1. Teridentifikasinya CP/CL untuk kegiatan pengembangan tebu seluas 15.600 - B03 : 141,4% CPL/CL untuk rawat ratoon, bongkar ratoon dan perluasan seluas 22.059 Ha. N5PXXAX: Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim TARGET 1. Tersalurkannya pupuk untuk rawat ratoon 61.000 ha 2. Terlaksanaanya perluasan dan bongkar ratoon 16.200 ha di 2014 (1.800 ha di tahun 2015) TERGET : (RKP 79.000 Ha) 1. Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon 31.518 Ha. 2. Terlaksananya Perluasan TARGET B06: 1. Teridentifikasinya CP/CL untuk kegiatan pengembangan tebu seluas 40.800 Ha. 2. Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon tebu seluas 12.000 Ha. TARGET B09: 1) Teridentifikasinya CP/CL untuk tanaman tebu seluas 79.000 Ha 2) Terlaksananya pengadaan dan Bongkar Ratoon 10.000 Ha pupuk untuk rawat ratoon tebu di Tahun 2014 (5.492 di Tahun seluas 30.000 Ha 2015). 3) BR dan atau perluasan 3.600 Ha. TARGET: 1. Teridentifikasinya CP/CL untuk tanaman tebu seluas 47.010 Ha 2.Tersalurkannya pupuk untuk rawat ratoon 31.518Ha 3. Terlaksanaanya perluasan dan bongkar ratoon 10.000 Ha di Tahun 2014 (5.492 Ha di Tahun 2015) - B06 : 126,53% CP/CL untuk rawat ratoon, bongkar ratoon dan perluasan seluas 51.627 Ha. - B06 : 25,68% Pengadaan pupuk untuk rawat ratoon seluas 3.081 Ha. TARGET B09: 1) Teridentifikasinya CP/CL untuk tanaman tebu seluas 47.010 Ha 2) Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon tebu seluas 5.000 Ha. B09 : 100,21% B09 : 64,33% CP/CL untuk tanaman tebu seluas 47.110 ha.berubahnya realisasi CP/CL dari 51.627 Ha (B06) ke 47.010 ha (B09) dikarenakan adanya penghematan nasional sehingga SK CPCL yg sudah di SK kan dibuat ulang kembali. 1. Sebagian besar petani tebu melaksanakan BR/perluasan pada pola II (Oktober-Desember) 162

RENCANA AKSI KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN B04, B06, B09, B12 UKURAN KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN B04, B06, B09, B12 % CAPAIAN KETERANGAN 1 2 3 4 5 6 7 8 SEMULA MENJADI 3) Terlaksananya perluasan dan bongkar raton 1.500 Ha. B09 : 63,08% 2. Lahan petani rata-rata merupakan lahan tegalan yang tidak berpengairan 3. Penundaan untuk penyaluran dana Bansos baru dicabut tanggal 14 Juli 2014. Setelah petani baru menyiapkan pelaksanaan BR/perluasan seperti mencari benih. TARGET B12: 1) Terlaksananya pengadaan pupuk untuk rawat ratoon tebu seluas 61.000 Ha 2) Terlaksananya Bongkar Ratoon dan Perluasan areal tebu seluas 16.200 Ha di tahun 2014 TARGET B12: 1) Teridentifikasinya CP/CL untuk tanaman tebu seluas 47.010 Ha B12: 100 % 2) Terlaksananya pengadaan B12: 100 % 3) Terlaksananya Bongkar B12: 64,70 % - Realisasi BR dan Perluasan -.Pertumbuhan KBD mengalami 163