KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH

dokumen-dokumen yang mirip
SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

III. METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

III. BAHAN DAN METODE

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

Apa yang dimaksud dengan PHSL?

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

BAB III METODE PENELITIAN

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

ANALISIS BEBERAPA PAKET TEKNOLOGI PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI METODA SRI (System of Rice Intensification) DI KABUPATEN

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)


III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Sumber : Nurman S.P. (

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

PENGUJIAN MUTU DAN EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS PUPUK ALTERNATIF DI SULAWESI SELATAN

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil)

dwijenagro Vol. 4 No. 1 ISSN :

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

TEKNIK PEMUPUKAN N DENGAN MENGGUNAKAN BWD PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DAN JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL GABAH BERBAGAI GALUR PADI GOGO BERAS MERAH TERHADAP DOSIS PUPUK P

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

II. TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTNITAS PUPUK UREA-ZEOLIT TABLET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PAD1 SAWAH. Oleh NOVALLNA

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR PADI TAHAN TUNGRO DI KABUPATEN BANJAR

III. METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN PUPUK MAJEMUK NPK (30-6-8) DAN PUPUK ORGANIK KUJANG PADA PADI SAWAH VARIETAS INPARI 13 DI DAERAH PENGAIRAN SETENGAH TEKNIS DI PURWAKARTA

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

Transkripsi:

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH Gatot Kustiono 1), Jajuk Herawati 2), dan Indarwati 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur 2) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian UWKS Email: herawati_yayuk@yahoo.com ABSTRAK Kedaulatan Pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal yang diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dalam upaya menciptakan kedaulatan pangan menuju keamanan pangan pemerintah haruslah melaksanakan kebijakan yang mempromosikan keberlanjutan. Kedaulatan pangan dapat tercapai dengan melakukan teknologi pertanian agroekologi di antaranya dengan meningkatkan penggunaan pupuk organik dan mengurangi pupuk anorganik. Gejala penurunan peningkatan produktivitas padi merupakan salah satu penghambat upaya ketahanan pangan. Penyebab gejala ini diantaranya disebabkan oleh degradasi kesuburan lahan akibat praktek pemupukan yang hanya menekankan pada satu /dua unsur saja. Untuk mengatasi degradasi kesuburan tanah tersebut, tidak dapat hanya dilakukan dengan cara pemupukan anorganik saja, tetapi harus dilakukan dengan cara kombinasi pemupukan organik dan anorganik. Pemberian bahan organik ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik tanah, dan perbaikan sifat kimia tanah melalui pemupukan anorganik secara rasional, yaitu pemberian pupuk yang didasarkan atas ketersediaan unsur hara dalam tanah dan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengkaji aplikasi pemberian kombinasi pupuk organik dan anorganik terhadap produksi padi sawah, dan (2) untuk mengetahui kombinasi terbaik dari pemberian pupuk organik dan anorganik terhadap produksi padi sawah. Hipotesis yang diajukan : (1) aplikasi pemberian kombinasi pupuk organik dan anorganik dapat meningkatkan produksi padi sawah (2) peningkatan dosis pupuk organik dapat mengurangi kebutuhan penggunaan pupuk anorganik. Penelitian dilaksanakan di Desa Pekukuhan, Mojosari, Mojokerto mulai bulan Maret - Agustus 2011. Jenis tanah untuk percobaan adalah Inceptisol, dengan ketinggian tempat 100 m dpl. Metode yang digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial, faktor I: Aplikasi pupuk organik, yang terdiri dari 4 level O 1 = kontrol (tanpa pemberian pupuk organik) O 2 = pemberian pupuk organik 500 kg/ha O 3 = pemberian pupuk organik 1000 kg/ha O 4 = pemberian pupuk organik 1500 kg/ha Faktor II: Aplikasi pupuk an-organik (Urea;SP-36;KCl), yang terdiri dari 3 level A 1 = 150;50;50 A 2 = 225;75;75 A 3 = 300;100;100 Dari dua faktor tersebut diperoleh 12 kombinasi perlakuan (4x3), dan masing-masing diulang 3 kali sehingga dibutuhkan 36 petak percobaan (12x3), Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah : tinggi tanaman (49 HST dan saat panen), jumlah anakan/rumpun (49 HST), jumlah malai/rumpun (saat panen), gabah isi ( persen) dan

Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi bobot 1000 butir gabah (gram) serta gabah kering giling/gkg (ton/ha). Data diolah dengan menggunakan analisis ANOVA (sidik ragam), apabila terdapat perbedaan di antara perlakuan, maka dilanjutkan dengan UJI BNT 5 persen. Kaca kunci: kombinasi, pupuk organik, dan produksi padi PENDAHULUAN Program peningkatan ketahanan pangan dimaksudkan untuk mengoperasionalkan pembangunan dalam rangka mengembangkan sistem ketahanan pangan baik di tingkat nasional maupun masyarakat. Indonesia adalah Negara pengkonsumsi beras nomor 4 terbesar di dunia. Konsumsi beras penduduk Indonesia mencapai 139 kg /kapita/th. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus tumbuh, kebutuhan akan beras terus meningkat/th. Di sisi lain, luas lahan pertanian tidak banyak bertambah, dan jumlah petani mengalami penurunan. Jika kedua hal ini berarti penurunan produksi beras nasional, maka ada potensi masalah ketahanan pangan yang dapat terjadi. Dari hasil pemikiran Prihatiningrum (2003), disimpulkan bahwa ketahanan pangan akan mantap apabila ada transparasi pemahaman terhadap kepentingan petani. Pendekatan dan praktek pertanian konvensional yang dilaksanakan di sebagian besar negara maju dan negara sedang berkembang termasuk Indonesia merupakan praktek pertanian yang tidak mengikuti prinsip pembangunan berkelanjutan. Pertanian konvensional dilandasi oleh pendekatan industrial dengan orientasi pertanian agribisnis skala besar, padat modal, padat inovasi teknologi, penanaman benih/varietas unggul secara seragam spasial dan temporal, serta ketergantungan pada masukan produksi dari luar, termasuk penggunaan berbagai jenis agrokimia (pupuk dan pestisida). Kedaulatan Pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal yang diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dalam upaya menciptakan kedaulatan pangan menuju keamanan pangan pemerintah haruslah melaksanakan kebijakan yang mempromosikan keberlanjutan. Bila kebijakan dan praktek pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah dan petani yang masih bertumpu pada kebijakan dan praktek konvensional, akan membahayakan masa depan petani, lingkungan pertanian, masyarakat, bangsa negara serta dunia. Kebijakan dan praktek pertanian konvensional harus diubah menjadi kebijakan dan praktek pertanian berkelanjutan yang bertujuan memenuhi kebutuhan produk pertanian dan pangan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan produk pertanian dan pangan generasi masa mendatang. Secara teoritis dan perhitungan ekonomi penerapan pertanian konvensional dianggap sebagai alternatif teknologi yang tepat untuk menyelesaikan masalah kekurangan pangan dan gizi serta ketahanan pangan yang dihadapi penduduk dunia. Setelah sekitar setengah abad diterapkan dan dikembangkan pertanian konvensional, sederetan daftar panjang dampak negatif telah dilaporkan dan dikemukakan oleh berbagai lembaga, peneliti dan perseorangan baik pada tingkat internasional, nasional dan lokal. Berbagai dampak ekologi, ekonomi, sosial, budaya dan kesehatan masyarakat

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 semakin meragukan masyarakat dunia akan keberlanjutan ekosistem pertanian dalam menopang kehidupan manusia pada masa mendatang. Pendekatan pragmatis peningkatan produksi pangan jangka pendek cenderung mendorong dan meningkatkan praktek pengurasan dan eksploitasi sumberdaya alam secara besar-besaran dan terus menerus sehingga mengakibatkan semakin menurunnya daya dukung lingkungan pertanian dalam menyangga kegiatan-kegiatan pertanian. Kedaulatan pangan dapat tercapai dengan melakukan teknologi pertanian agroekologi di antaranya dengan meningkatkan penggunaan pupuk organik dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Pemberian bahan organik ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik/fisiko-kimia, kemudian diikuti dengan perbaikan sifat kimia tanah melalui pemupukan anorganik secara rasional. Pemupukan rasional adalah pemberian pupuk yang didasarkan atas ketersediaan unsur hara dalam tanah dan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian rekomendasi pemupukan adalah spesifik lokasi (Fagi dan Makarim, 1990). Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi masih terbatas pada lokasi pengkajian atau di daerah memiliki Peta Status Hara P dan K yang lebih rinci. Namun peta status hara P dan K tanah sawah yang telah tersebar belum dilengkapi dengan arahan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi hingga tingkat hamparan (Anonimus, 2003). Pemberian bahan organik pada lahan sawah umumnya masih sulit dilaksanakan, hal ini disebabkan belum ditemukannya teknologi pengomposan yang sesuai, pada segi lain sebagian besar jerami padi digunakan untuk pakan ternak dan bahan baku industri. Usaha yang telah dilakukan saat ini adalah meningkatkan mutu intensifikasi melalui perbaikan penerapan pemupukan anorganik, yakni pemupukan berimbang (N, P, K, S dan unsur mikro). Dalam perkembangannya, pemupukan berimbang diterapkan secara umum, sehingga tingkat efisiensi pemupukan menjadi rendah (Sri Adiningsih dan Soepartini, 1995). Sebagian besar petani memberikan pupuk N dalam dosis relatif tinggi, pupuk P dosisnya rendah dan pupuk K jarang atau tidak diberikan. Pergiliran tanaman di lahan sawah yang berlangsung sangat ketat dan intensitas pertanaman yang tinggi dengan menggunakan varietas unggul berdaya hasil tinggi serta berumur genjah, tanpa pengembalian biomas ke petakan sawah menyebabkan terjadinya pengurasan unsur secara cepat. Kondisi semacam ini menyebabkan terjadinya penurunan kesuburan lahan sawah. Penurunan kesuburan tanah ini berkaitan dengan semakin rendahnya kandungan bahan organik tanah sawah (Ponnamperuma, 1977). Hasil kajian pemuukan pada 20 lokasi kebupaten di Jawa Timur (Suwono et al., 2000) menunjukkan bahwa hampir 80 persen lokasi yang dikaji mempunyai kandungan bahan organik yang rendah (1-2 persen). Pada daerah semacam ini kebutuhan pupuk anorganik, utamanya N, relatif tinggi (lebih dari 400 kg urea/ha), dengan tingkat hasil 5,0 t/ha gabah Untuk mencapai produktivitas lahan yang tinggi dan lestari, perlu dikembangkan teknologi usahatani intensifikasi rasional yang menekankan pada pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik yang seimbang. Pemberian pupuk organik diduga mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah dan pada gilirannya mampu meningkatkan hasil padi sawah.

Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Penelitian bertujuan (1) untuk mengkaji aplikasi pemberian kombinasi pupuk organik dan anorganik terhadap produksi padi sawah, dan (2) mengetahui kombinasi terbaik dari pemberian pupuk organik dan anorganik terhadap produksi padi sawah. METODE Penelitian dilaksanakan di Desa Pekukuhan, Mojosari, Mojokerto mulai bulan Maret - Agustus 2011. Jenis tanah untuk percobaan adalah Inceptisol. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok pola faktorial, yaitu dengan dua perlakuan: pemupukan organik dengan 4 level dan pe-mupukan an-organik dengan 3 level di mana masing-masing kombinasi perlakuan (3x4=12) diulang 3 kali, sehingga dibutuhkan 36 petak percobaan. Pemberian Pupuk Organik : 4 level O 1 = tanpa pupuk organik O 2 = 500 kg/ha O 3 = 1.000 kg/ha O 4 = 1.500 kg/ha Pemberian Kombinasi Pupuk An-organik (Urea; SP36; KCl) : 3 level A 1 = 150; 50; 50 (kg/ha) A 2 = 225; 75; 75 (kg/ha) A 3 = 300;100;100 (kg/ha) Pelaksanaan penelitian diawali melalui pengolahan tanah dilakukan dengan membajak tanah dua kali, dirotari dan diratakan. Luas petak perlakuan 4mx5m, masing -masing petak dibatasi oleh pematang selebar 25 cm dan tinggi 25 cm. Bibit padi varietas Ciherang dipindah tanam pada umur 21 hari dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Pemupukan dilakukan sebagai berikut: Seluruh dosis pupuk organik, P dan K yang berasal dari SP36 dan pupuk KCl diberikan sebelum tanam dengan cara disebar merata. Sepertiga dosis pupuk urea diberikan pada umur 7 hari, sepertiga dosis sisanya masingmasing diberikan pada umur 21 hari dan 35 hari setelah tanam. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit dilakukan sebaik mungkin, pertanaman diusahakan terhindar dari kekeringan dan pengaruh buruk dari gulma serta serangan hama dan penyakit. Pengamatan terhadap respon perlakuan meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, jumlah gabah isi dan hampa per malai, bobot butir gabah dan hasil gabah kering panen. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam, apabila terdapat perbedaan di antara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) 5 persen.

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman Tabel. 1. Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Organik dan An-organik terhadap Tinggi Tanaman Padi Kombinasi Dosis Pemupukan (kg/ha) Tinggi tanaman (cm) Perlakuan. Urea SP-36 KCl Pupuk Organik 49 HST Saat panen O 1 A 1 150 50 50 0 50,3 e 74,7 d O 2 A 1 150 50 50 500 57,2 d 77,8 cd O 3 A 1 150 50 50 1000 60,9 cd 82,5 bc O 4 A 1 150 50 50 1500 61,8 cd 82,7 bc O 1 A 2 225 75 75 0 66,4 bc 87,7 ab O 2 A 2 225 75 75 500 69,8 ab 86,0 ab O 3 A 2 225 75 75 1000 70,7 ab 87,2 ab O4A 2 225 75 75 1500 71,9 ab 87,2 ab O 1 A 3 300 100 100 0 70,8 ab 89,2 a O 2 A 3 300 100 100 500 72,7 ab 88,5 a O 3 A 3 300 100 100 1000 73,2 a 90,2 a O 4 A 3 300 100 100 1500 74,7 a 89,5 a BNT (5 persen) 6,70 6,40 Koefisien Keragaman 9,23 10,1 (persen) Keterangan: Setiap angka pada kolom yang sama bila diikuti huruf tidak sama, berbeda (BNT-5 persen), HST: Hari Setelah Tanam Dari tabel 1 dapat dilihat untuk parameter pengamatan tinggi tanaman, pada umur pengamatan 49 hst kombinasi perlakuan O4A3 menunjukkan tinggi tanaman yang terbaik, meskipun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan O2A3, O1A3, O4A2, O3A2 dan O2A2, tetapi berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan O4A1,O3A1,O2A1 dan O1A1. Sedang pada umur pengamatan saat panen O3A3 menunjukkan tinggi tanaman yang terbaik, meskipun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan O2A3, O1A3, O4A2, O3A2, O2A2 dan O1A2 tetapi berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan O2A1 dan O1A1. Pada tabel 1. dapat dibaca bahwa dengan pemberian pupuk an-organik yang sama, ternyata semakin tinggi pemberian pupuk organik semakin baik tinggi tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa pemupukan an-organik yang dibarengi dengan pemberian pupuk organik mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman, yang disebabkan karena pemberian pupuk Organik mampu meningkatkan ketersediaan hara N, P dan K dalam tanah. Sehingga pemberian pupuk Organik mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme, dan pada gilirannya penyerapan hara menjadi meningkat dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Jumlah Anakan dan Jumlah Malai/Rumpun Dari tabel 2 dapat dilihat untuk parameter pengamatan jumlah anakan/rumpun, pada umur pengamatan 49 hst kombinasi perlakuan O2A3 menunjukkan jumlah anakan/rumpun yang terbaik, meskipun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan lain, tetapi berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan O1A1. Tabel 2. Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Organik dan An-organik terhadap Jumlah Anakan/Rumpun dan Jumlah Malai/Rumpun Kombinasi Perlakuan Dosis Pemupukan (kg/ha) Urea SP-36 KCl Pupuk Organik Jumlah Anak an/ Rumpun 49 HST Jumlah Malai / Rumpun Saat Panen O1A1 150 50 50 0 14,8 f 8,8 f O2A1 150 50 50 1000 20,1 e 10,9 e O3A1 150 50 50 1000 21,3 de 11,4 e O4A1 150 50 50 1500 24,2 cd 12,9 de O1A2 225 75 75 0 24,0 cd 14,7 cd O2A2 225 75 75 500 25,7 abcd 15,8 bc O3A2 225 75 75 1000 26,5 abc 17,4 ab O4A2 225 75 75 1500 26,4 abc 17,5 ab O1A3 300 100 100 0 26,1 abcd 18,3 ab O2A3 300 100 100 500 29,0 a 18,1 ab O3A3 300 100 100 1000 27,6 abc 18,6 a O4A3 300 100 100 1500 28,7 a 19,4 a BNT-5 persen 4,0 2,71 Koefisien Keragaman ( persen) 14,2 12,3 Keterangan: Setiap angka pada kolom yang sama bila diikuti huruf tidak sama, berbeda(bnt-5 persen). Dari tabel 3 dapat dilihat untuk parameter pengamatan jumlah malai/rumpun, pada umur pengamatan saat panen kombinasi perlakuan O4A3 menunjukkan jumlah malai/rumpun yang terbaik, meskipun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan lain, tetapi berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan O1A1. 2. Hasil Tanaman (Gabah Isi, Bobot 1000 Butir dan Gabah Kering Giling) Dari tabel 4 dapat dilihat untuk parameter pengamatan gabah isi, pada pengamatan saat panen kombinasi perlakuan O1A1 menunjukkan persentase gabah isi yang terbaik, meskipun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan lain. Pada parameter pengamatan bobot 1000 butir kombinasi perlakuan O3A2 cenderung menunjukkan bobot 1000 butir terbaik meskipun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan yang lain, tetapi berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan O1A1. Sedang pada parameter pengamatan gabah kering giling kombinasi perlakuan O4A3 menunjukkan hasil GKG yang cenderung lebih tinggi, meskipun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan O3A3, O2A3, O1A3, O4A2 dan O3A2, tetapi berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan O3A2, O3A2, O4A1, O3A1, O2A1 dan O1A1. Pada perlakuan tanpa pupuk organik, dibandingkan dengan pemupukan organik mulai 500 kg/ha, 1000 kg/ha dan 1500 kg/ha baik yang dikombinasikan dengan A1, A2 dan A3 cenderung mampu meningkatkan hasil gabah kering giling secara nyata. Misal pada kombinasi perlakuan O1A1 dibanding O2A1 meningkat sebesar 20,6 persen, yakni dari 4,16 t/ha tanpa pupuk organik (kontrol) menjadi 5,02 t/ha pada kombinasi pemberian pupuk an-organik yang sama yaitu dengan komposisi 150;50;50. Hal ini

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 terjadi juga pada kombinasi perlakuan yang lain. Pada komposisi pupuk an-organik 225;75;75 terjadi peningkatan hasil gabah kering giling 16,0 persen, dari 6,29 t/ha tanpa pupuk organik pada kombinasi O1A2 menjadi 7,30 t/ha pada kombinasi perlakuan O4A2.Sedang pada komposisi pemberian pupuk anorganik 300;100;100 tidak menunjukkan perbedaan nyata. Menurut Budi (2002), bahwa media campuran antara tanah dan pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Tabel 3. Pengaruh Pemberian Kombinasi Pupuk Organik dan An-organik terhadap Gabah isi ( persen), Bobot 1000 Butir (Gram) dan Hasil GKG (Ton/ha) Kombinasi Perlakuan Dosis Pemupukan (kg/ha) Urea SP-36 KCl Pupuk Organik Gabah isi (persen) Bobot 1000 butir (g) Hasil GKG (t/ha) O1A1 150 50 50 0 90,9 a 25,4 b 4,16 f O2A1 150 50 50 500 89,8 ab 26,0 ab 5,02 e O3A1 150 50 50 1000 90,0 ab 26,3 ab 5,83 d O4A1 150 50 50 1500 89,9 ab 26,5 ab 6,12 cd O1A2 225 75 75 0 88,5 ab 26,5 ab 6,29 cd O2A2 225 75 75 500 89,1 ab 26,7 ab 6,77 bc O3A2 225 75 75 1000 90,4 ab 27,2 a 7,30 ab O4A2 225 75 75 1500 88,6 ab 26,9 a 7,52 a O1A3 300 100 100 0 87,8 ab 26,9 a 7,34 ab O2A3 300 100 100 500 89,6 ab 27,1 a 7,68 a O3A3 300 100 100 1000 88,8 ab 26,8 a 7,84 a O4A3 300 100 100 1500 86,5 b 27,0 a 7,88 a BNT-5 persen 5.46 1,4 0,62 Koefisien Keragaman ( persen) 12,6 3,7 9,93 Keterangan : Setiap angka pada kolom yang sama bila diikuti huruf tidak sama, berbeda (BNT-5 persen), GKG : Gabah Kering Giling (kadar air + 14 persen) 3. Analisis Ekonomi Tabel. 4.Analisis Ekonomi Sederhana Pemberian Pupuk Oganik terhadap Hasil Padi Seluas Satu Hektar di Mojosari Dosis Pupuk (kg/ha) Hasil Biaya (Rp) 4) Nilai jual Pendapatan Pupuk Gabah 1) total 3) Kotor 5) Urea SP-36 Organi (t/ha) Pupuk 2) Panen (Rp) (Rp) Kombinasi Perlakuan KC l k O1A1 150 50 50 0 4,16 600.000 832.000 12.896.000 11.464.000 O2A1 150 50 50 500 5,02 950.000 1.004.000 15.562.000 13.608.000 O3A1 150 50 50 1000 5,83 1.465.000 1.166.000 18.073.000 15.442.000 O4A1 150 50 50 1500 6,12 1.815.000 1.224.000 18.972.000 15.933.000 O1A2 225 75 75 0 6,29 1.050.000 1.258.000 19.499.000 17.191.000 O2A2 225 75 75 500 6,77 1.450.000 1.354.000 20.987.000 18.183.000 O3A2 225 75 75 1000 7,30 1.800.000 1.460.000 22.630.000 19.370.000 O4A2 225 75 75 1500 7,52 2.150.000 1.504.000 23.312.000 19.658.000 O1A3 300 100 100 0 7,34 1.350.000 1.468.000 22.754.000 19.936.000 O2A3 300 100 100 500 7,68 1.750.000 1.536.000 23.808.000 20.522.000 O3A3 300 100 100 1000 7,84 2.100.000 1.568.000 24.304.000 20.636.000 O4A3 300 100 100 1500 7,88 2.450.000 1.576.000 24.428.000 20.402.000 Keterangan : 1) Rata-rata hasil gabah dari percobaan lapang di Mojosari. 2) Harga Urea = Rp. 1.400,-, SP-36 = Rp. 1.800,-, KCl = Rp. 6.000/kg; Pupuk Organik = Rp. 700,-/kg 3) Harga jual gabah kering bersih Rp. 3.100/kg pada bulan Juli 2011. 4) Diasumsikan biaya produksi selain pupuk dan ongkos panen adalah sama. 5) Pendapatan kotor adalah nilai jual total dikurangi biaya pupuk dan biaya panen (biaya panen Rp. 200,-/kg)

Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Untuk menentukan pemupukan yang paling menguntungkan, dilakukan analisis input-output secara sederhana dengan asumsi biaya produksi yang diperhitungkan adalah biaya pupuk dan biaya panen saja, sedang biaya lainnya diasumsikan sama pada semua perlakuan pemupukan (Tabel 4). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Terjadi interaksi antara perlakuan pemberian pupuk organik dan an-organik 2. Semakin besar dosis pupuk organik yang diberikan yang dikombinasikan dengan komposisi pupuk an-organik yang sama, semakin tinggi hasil yang diperoleh, dapat dilihat pada parameter pengamatan tinggi tanaman, jumlah malai/rumpun dan pada berat gabah kering giling Saran Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kombinasi dosis pupuk organik dan an-organik yang tepat, sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk pada tanaman padi sawah pada beberapa macam varietas padi, pada daerah tertentu. DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2003. Keputusan Menteri Pertanian No. 09/Kpts/Tp.260/ 2003. tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pupuk An-Organik. Departemen Pertanian. Jakarta. Budi, S. (2002). Uji Penggunaan Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ta-naman Sawi. Jurnal Ilmiah Agrokusuma ISSN 1412-036: Vol.1 No.2 Februari 2002. Fagi, A.M. dan A.K. Makarim,. 1990. Pelestarian Swasembada Beras: Peluang dan Tantangan. Risalah Rapat Kerja Hasil dan Program Penelitian Tanaman Pangan 1990. Puslitbangtan Bogor: 1-20. Ponnamperuma F.N., 1977. The Behavior of Minor Element in Paddy Soils. IRRI Research Paper Series No. 8 IRRI Manila. Prihatiningrum, A.E. 2003. Operasionalisasi Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Anorganik Bersubsidi serta Dampaknya bagi Petani di Propinsi Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Agrokusuma ISSN 1412-036: Vol.2 No.2 Februari 2003. Sri Adiningsih, J.S. dan M. Soepartini, 1995. Pengelolaan Pupuk pada Sistem Usahatani Lahan Sawah. Makalah pada Apresiasi Metodologi Pengkajian Sistem Usahatani Berbasis Padi dengan Wawasan Agribisnis. PSE Bogor.