TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

KONSTRUKSI DAN UJI-COBA PENGOPERASIAN JUVENILE AND TRASH EXCLUDER DEVICE PADA JARING ARAD DI PEKALONGAN

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

METODE PENANGKAPAN IKAN

BAB III BAHAN DAN METODE

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

Balai Diklat Perikanan Banyuwangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR NELAYAN TANJUNG PINANG DI LAUT CINA SELATAN

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sejarah Penggunaan Cahaya pada Penangkapan Ikan

SELEKSI UMPAN DAN UKURAN MATA PANCING TEGAK. (Selection on bait and hook number of vertical line) Oleh:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

MODUL MERAKIT RAWAI TUNA

Produksi dan produktivitas hasil tangkapan kapal tuna hand line yang berpangkalan di Kelurahan Mawali, Kecamatan Lembeh Utara, Kota Bitung

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

TEKNIS PENGOPERASIAN GILLNET TUNA DENGAN ALAT BANTU RUMPON DAN CAHAYA DI PERAIRAN SAMUDRA HINDIA SELATAN JAWA

BAB III BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

ANALISIS USAHA PENANGKAPAN RAWAI DAN PENGEMBANGANNYA DI KOTA DUMAI. Suliani 1), Irwandy Syofyan 2), T.Ersti Yulika Sari 2)

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

TEKNIK PENGOPERASIAN HUHATE (POLE AND LINE) DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPANNYA DI LAUT SULAWESI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Visi

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

Menwut Direktorat Jenderal (Dirjen) Perikanan (1991), purse seine adalah

SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI COBA DAN PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP JARING IKAN TERUBUK LAPIS DUA DI PERAIRAN BENGKALIS, PROVINSI RIAU

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan

BAB III BAHAN DAN METODE

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

DESAIN MESIN PENARIK JARING (POWER BLOCK) BERTENAGA HIDROLIK UNTUK MINI PURSE SEINE

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BEBERAPA JENIS IKAN BAWAL (Angel fish, BRAMIDAE) YANG TERTANGKAP DENGAN RAWAI TUNA (TUNA LONG LINE) DI SAMUDERA HINDIA DAN ASPEK PENANGKAPANNYA

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN TUNA DENGAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR DI LAUT BANDA OLEH NELAYAN AMBON (PROVINSI MALUKU)

Alat Tangkap Longline

Ukuran Mata Jaring. Judul desain. Ukuran Utama Kapa; Gross Tonase; Nama Alat tangkap; Kode klasifikasi;

3 METODOLOGI. Sumber: Google maps (2011) Gambar 9. Lokasi penelitian

Jaring Angkat

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

Muhamad Farhan 1), Nofrizal 2), Isnaniah 2) Abstract

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

JOURNAL OF MANAGEMENT AQUATIC RESOURCES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Fishing Technology: Longline. Ledhyane Ika Harlyan

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan. Sumberdaya hayati (ikan) merupakan bagian dari sumberdaya alam yang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

KAPAL IKAN PURSE SEINE

Transkripsi:

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA Agus Salim Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregistrasi I tanggal: 29 Mei 2008; Diterima setelah perbaikan tanggal: 22 Mei 2009; Disetujui terbit tanggal: 16 Juli 2010 PENDAHULUAN Pada tahun-tahun terakhir ini armada penangkapan ikan tenggiri (Scomberomerous sp.) berkembang pesat khususnya di pantai utara Jawa. Keberadaannya dapat dijumpai terutama di Jakarta (Pelabuhan Perikanan Muara Baru dan Muara Angke), Indramayu, dan Jawa Tengah (Juwana). Alat tangkap ini mulai diperkenalkan pada tahun 1997 dan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2003-2004. Di pantai utara Jawa, saat ini jumlah kapal penangkapan ikan tenggiri diperkirakan sudah mencapai lebih dari 400 buah kapal. Armada pancing tenggiri yang berbasis di Juwana pada umumnya berukuran <30 GT, adapun yang berbasis di Jakarta pada umumnya berukuran >30 GT dengan kekuatan mesin penggerak 100-120 HP. Alat tangkap yang digunakan adalah pancing khusus untuk menangkap ikan tenggiri. Kapal penangkapan ikan tenggiri dilengkapi lampu dengan daya berkisar mulai dari 19.000-50.000 watt. Sumber tenaga lampu menggunakan dinamo yang mampu mensuplai daya antara 25.000-80.000 watt (Widodo et al., 2005). Pancing tenggiri dioperasikan pada malam hari dengan alat bantu penangkapan cahaya, cahaya lampu berfungsi untuk memikat ikan. Prinsip penangkapan ikan dengan menggunakan alat tersebut pada dasarnya memanfaatkan tingkah laku ikan. Ayodhyoa (1981), mengatakan bahwa peristiwa berkumpulnya ikan di bawah sumber cahaya disebabkan ikan yang secara langsung mendekati cahaya karena mempunyai sifat fototaksis positif. Kedalaman penetrasi cahaya dalam air laut tergantung pada banyak faktor, antara lain absorbsi cahaya oleh partikel-partikel air, panjang gelombang cahaya, kecerahan air, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, musim, dan lintasan geografis (Nybaken, 1988). Kapal pancing tenggiri yang berbasis di pantai utara Jawa pada umumnya berfungsi ganda, pada periode musim cumi kapal ini dioperasikan untuk menangkap spesies ini sebagai sasaran tangkapan dengan alat jaring cumi. Pada saat tidak musim cumi, kapal dioperasikan untuk menangkap ikan tenggiri dengan menggunakan pancing tangan (hand line), adapun jaring cumi yang telah tersedia dioperasikan untuk menangkap ikan umpan. Sej auh i ni inf ormasi mengenai teknik pengoperasian pancing tenggiri dengan menggunakan alat bantu cahaya belum banyak tersedia. Maka pada tahun 2005 telah dilakukan suatu penelitian dengan tujuan untuk mengetahui teknis teknik pengoperasian pancing tenggiri dengan menggunakan alat bantu cahaya di Laut Jawa. Tulisan ini menyajikan hasil kegiatan penelitian tersebut. POKOK BAHASAN Penelitian ini dilakukan di perairan utara Jawa, Juwana, Jawa Tengah dengan menggunakan unit penangkapan pancing tenggiri dan jaring cumi. Operasi penangkapan dilakukan pada posisi sekitar 03-04 LS dan 111-114 BT utara Pulau Bawean (Gambar 1). 0 o Daerah Penangkapan 5 o S Gambar 1. Daerah penangkapan pancing tenggiri. 79

BTL. Vol.8 No.2 Desember 2010: 79-83 Pancing tenggiri dioperasikan dengan menggunakan kapal berukuran 15 GT dengan dimensi pxlxd=16,0x4,5x2,0 m). Tenaga penggerak kapal adalah mesin utama (M/E) diesel 120 HP dan mesin generator (G/E) berkekuatan 20 HP. Alat bantu penangkapan berupa lampu berkekuatan total 5.000 watt yang terdiri atas 10 lampu yang dipasang di tabung kiri dan kanan kapal. Jumlah anak buah kapal antara 8-10 orang. Satu trip operasi penangkapan berkisar 15-20 hari (selama gelap bulan). Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran intensitas cahaya lampu sebagai alat bantu, hal ini untuk mengetahui kekuatan cahaya lampu saat pancing tenggiri dioperasikan. Pengukuran dilakukan di atas kapal pancing tenggiri dengan menggunakan alat quantum meter LI-192 SA. Alat ini mampu mengukur intensitas cahaya dengan satuan µmol s - ¹ m - ². Pengukuran dilakukan pada tiga titik sisi kapal yang dianggap ada perbedaan dari sebaran kuat cahaya yang digunakan yaitu 1) pengukuran pada sisi tengah-tengah kapal, 2) pengukuran antara ujung (haluan) dan tengah-tengah kapal, dan 3) pengukuran pada ujung (haluan) kapal. Hasil pengukuran secara vertikal menunjukan bahwa kuat cahaya alat bantu penangkapan pancing tenggiri pada tiga titik menunjukan pola sebaran yang hampir sama. Pada Gambar 2 menunjukan bahwa saat pancing tenggiri dioperasikan sebaran vertikal cahaya untuk (tengah kapal) secara efektif terdapat kuat cahaya pada kedalaman 11 m dengan nilai kuat cahaya 0,014 µmol s - ¹ m - ². Pada jarak 1 m di bawah permukaan air diperoleh nilai intensitas cahaya 0,04 µmol s - ¹ m - ². Sebaran vertikal cahaya (antara tengah dan ujung kapal) secara efektif terdapat kuat cahaya sampai kedalaman 8 m dengan nilai kuat cahaya 0,08 µmol s - ¹ m - ². Sedangkan sebaran vertikal cahaya (ujung kapal) secara efektif terdapat kuat cahaya sampai kedalaman 6 m dengan nilai kuat cahaya 0,01 µmol s - ¹ m - ² dan pada jarak 1 m di bawah permukaan air diperoleh nilai kuat cahaya 0,04 µmol s - ¹ m - ². Gambar 2. Sebaran intesitas cahaya dari berbagai jarak diukur dari atas kapal pancing tenggiri saat operasi penangkapan. Hasil pengamatan dan pengukuran terhadap pancing tenggiri yang digunakan merupakan jenis pancing ulur (hand line). Desain dan konstruksi unit pancing tenggiri adalah sebagaimana disajikan pada Gambar 3. Bagian utama dari pancing tenggiri terdiri atas tali utama (main line) terbuat dari monofilament nomor 500, panjang 100 m, tali cabang (branch line) bahan monofilament nomor 400, panjang 60 cm, mata pancing (hook) nomor 7 dan pemberat (sinker) dari bahan besi dengan bobot 225 g. Pada prakteknya mata pancing dipasang pararel dua atau tiga buah dengan menggunakan kawat monel dengan jarak 2-3 cm. 80

30 cm 15 cm Swivel, 2 cm Branch line Mono filament No. 400, 60 Pancing no.7 Jarak antar pancing 2 cm Sambungan pancing kawat monel 1mm. Posisi Pemancing di atas kapal Main line Mono filament No.500, 100 m Pemasangan ikan umpan Dengan 2 pancing Pemasangan ikan umpan dengan 3 pancing Pemberat besi 225 gram Gambar 3. Desain dan konstruksi umum pancing tenggiri, posisi pemancing di atas kapal, dan cara pemasangan ikan umpan pada mata pancing. Efektivitas dan efisiensi alat tangkap pancing antara lain dipengaruhi ukuran mata pancing dan jenis ikan umpan yang digunakan. Ukuran mata pancing yang umum digunakan untuk menangkap ikan adalah nomor 1/0-12/0 (Prado & Dremeier,1990). Pancing yang digunakan dalam penangkapan tenggiri ini menggunakan pancing berdimensi sebagai berikut lebar celah mata pancing 15 mm, tinggi 51 mm, dan diameter bahan 2 mm atau setara nomor 7/0. Umpan yang digunakan sangat bervariasi, pada penelitian ini digunakan ikan siro (Amblygaster sirm). Umpan yang berukuran besar dipasang pada pancing yang bermata tiga, sedangkan umpan yang berukuran kecil dipasang pada pancing yang bermata dua. Teknik pemasangan umpan pada pancing yang bermata tiga adalah pancing pertama dikaitkan pada lubang mata, pancing kedua dikaitkan pada bagian punggung, dan pancing ketiga dikaitkan pada bagian atas ekor. Adapun umpan untuk pancing bermata dua adalah, pertama dikaitkan pada lubang mata dan pancing kedua dikaitkan pada punggung ikan. Kegiatan memancing dilakukan mulai dari menjelang malam hari setelah lampu-lampu sebagai alat bantu penangkapan dinyalakan. Pemancing terdiri atas delapan orang menyebar di bagian pinggiran kapal. Karena armada cahaya lampu, maka gerombolan (schooling) ikan tenggiri mendekat ke arah kapal. Guna mengetahui jumlah dan kedalaman schooling ikan, maka seorang nelayan melakukan test pemancingan. Jika schooling cukup besar, maka pancing test akan segera dimakan. Dari test tersebut, maka kedalaman schooling ikan tenggiri dapat diperkirakan. Jika test pemancingan menunjukan hasil yang baik, maka seluruh anak buah kapal pemancing akan melakukan pemancingan. Jika umpan pancing dimangsa oleh ikan tenggiri, penarikan tali pancing dilakukan secara hati-hati untuk menghindari tali pancing putus. Ikan tenggiri mempunyai daya tarikan (rontaan) yang sangat kuat. Ketika ikan sedang meronta dan menarik pancing dengan kuat, tali pancing hendaknya diulur mengikuti tarikan ikan, tetapi tali pancing jangan sampai kendor, karena hal ini dapat mengakibatkan tali pancing putus ketika ikan berontak berbalik arah. Ketika ikan tidak sedang menarik pancing, tali pancing hendaknya ditarik dengan hati-hati. Begitu seterusnya sehingga ikan hasil tangkapan naik kepermukaan dan kemudian ikan diangkat ke atas geladak kapal dengan memakai alat bantu gancu. Cara melepaskan ikan yang telah terkait mata pancing, yaitu mulut ikan sering mengalami kesulitan. Ikan tenggiri mempunyai gigi yang tajam, jika pancing masuk ke dalam tenggorokan maka diperlukan alat khusus. Alat tersebut terbuat dari kawat besi 81

BTL. Vol.8 No.2 Desember 2010: 79-83 berdiameter 4 mm, panjang 30 cm, dan salah satu ujungnya dilengkungkan sampai menyerupai gantungan dengan celah 2 cm, panjang lengkungan 2 cm, dan ujung yang lainnya dipasang tangkai dari kayu sepanjang 40 cm. Teknik melepaskan mata pancing dari mulut ikan adalah dengan mengaitkan celah mata pancing dengan celah alat bantu tersebut, kemudian tali pancing dan alat bantu ditarik bertolak belakang sampai tegang sampai ikan terangkat kemudian dibentakan dan pancing terlepas. Atau tali pancing dan alat bantu ditarik bertolak belakang sampai menegang, dibentakan sampai ikan terangkat dan memutar, dan pancing terlepas. Hasil tangkapan pancing tenggiri tangan tidak hanya ikan tenggiri, beberapa jenis ikan lain juga tertangkap antara lain ikan utik atau manyung (Arius sp.). Jenis ikan hasil tangkapan pancing tenggiri disajikan pada Tabel 1. Hasil tangkapan ikan tenggiri selama pengoperasian yaitu 10 malam 1.220 ekor atau rata-rata 120 ekor per malam dengan delapan pemancing atau per pemancing 15 ekor per malam. Tabel 1. Hasil tangkapan pancing tenggiri No. Jumlah hasil tangkapan (kg) Ikan tenggiri Ikan manyung Ikan udun Ikan layur 1. 25 20 2. 60 3. 100 12 2 4. 80 10 5. 55 11 6. 80 15 7. 230 27 7 8. 180 300 6 9. 220 1 10 5 10. 190 1 5 Total 1.220 387 12 33 Hasil pengukuran terdapap 315 ekor ikan tenggiri menunjukan bahwa ukuran panjang cagak FL antara 71-110 cm dengan bobot rata-rata 2,32 kg/ekor. Gambar 4 menyajikan distribusi ukuran panjang cagak (FL) ikan tenggiri selama penelitian. Jumlah Ikan (ekor) FL (cm) Gambar 4. Sebaran ukuran FL ikan tenggiri hasil penelitian. 82

KESIMPULAN 1. Pancing tenggiri adalah jenis pancing ulur (hand line) yang dioperasikan menggunakan pada malam hari dengan alat bantu penangkapan berupa cahaya lampu. 2. Daerah penangkapan pancing tenggiri nelayan Juwana adalah di perairan Laut Jawa pada posisi 03-04 LS dan 111-114 BT atau utara Pulau Bawean. 3. Hasil rata-rata tangkapan ikan tenggiri setiap pemancing per malam 15 ekor. 4. Kisaran ukuran panjang cagak (FL) ikan tenggiri yang tetangkap saat penelitian antara 71-110 cm dan bobot rata-rata 2,32 kg/ekor. PERSANTUNAN Tulisan ini merupakan kontribusi dari hasil kegiatan riset selektivitas unit penangkapan berbasis cahaya (light fishing) dan pukat dasat (bottom seine net) untuk menunjang upaya pemanfaatan sumber daya perikanan yang berkelanjutan, T. A. 2005, di Balai Riset Perikanan Laut-Muara Baru, Jakarta. Penulis mengucapkan terima kasi h kepada penanggung jawab penelitian, peneliti, dan teknisi yang telah membantu dalam penelitian maupun dalam penulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Ayodhyoa. 1981 Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Nybaken, J. W. 1988. Biologi Laut. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 59-63. Prado, J. & P. Y. Dremiere. 1990. Fisherman s. Workbook (FAO). Edisi 2. 43-45. Widodo, A. A., Mahiswara, F. Satria, H. H. Latif, E. Nurdin, T. Wahyu, A. Salim, Suwardi, & I. Harkomoyo. 2005. Riset selektiv itas unit penangkapan berbasis cahaya (light fishing) dan pukat dasar (bottom seine net) untuk menunjang upaya pemanfaatan sumber daya perikanan yang berkelanjutan. Laporan Akhir 2005. Balai Riset Perikanan Laut. Jakarta. 83