BAB I PENDAHULUAN. adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu unsur penerimaan negara, yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Belanja negara(apbn) berasal dari sektor pajak, maka tidak dapat dipungkiri bahwa

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah dari sektor perpajakan. Pajak adalah salah satu sumber penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang melakukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. akan membawa dampak terhadap pajak sehingga pajak memiliki sifat yang

PENDAHULUAN. sampai saat ini masih memberikan dampak bagi perekonomian dunia. Indonesia pun

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber utama penerimaan pemerintah di beberapa negara pada

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian terhadap negara yang timbal baliknya tidak bisa dirasakan secara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah kewajiban warga negara yang merupakan wujud. langsung oleh wajib pajak dan bersifat memaksa. Saat ini peranan pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bukan lagi sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu instrument yang digunakan negara untuk menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. umum (Soemitro dalam Mardiasmo, 2011:1). Untuk itu pemerintah melalui

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini peranan pajak sebagai tulang punggung penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk kepentingan negara seperti halnya menyediakan infrastruktur yang

BAB I PENDAHULUAN. pajak ini sangat berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak sebagai bagian dari Departemen Keuangan Republik Indonesia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Besar kecilnya pajak akan

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang masih giat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. . Di indonesia salah satu satu penerimaan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dana pensiun dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan nya.

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara sekitar 70-80%.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkan. rangka pelaksanaan pembangunan yang bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

B A B I P E N D A H U L U A N. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dimana dengan penerimaan pajak ini negara dapat membiayai semua kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. hasil reformasi ini bersifat lebih sederhana (simplicity), netral (neutral), adil (equity),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan secara maksimal sehingga laba diharapakan diperoleh juga secara

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh Bangsa

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (Rendezvous,2012). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. maksimal sehingga laba yang diharapkan untuk diperoleh juga maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. pajak, meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan meningkatkan produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini status Indonesia masih menjadi negara berkembang, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan peningkatan jumlah dan kebutuhan masyarakat. (Lubis, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bagi Indonesia memiliki peran yang strategis dalam mengamankan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Pengertian Reformasi Perpajakan Menurut Chaizi Nasucha, reformasi administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, ba

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013:3) pajak adalah iuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan. permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pajak, mengikuti tarif PPh yang berlaku di negara-negara tetangga yang relatif lebih rendah,

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pemerintah, pembangunan maupun

Bab I: Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan warganya, pembangunan menentukan negara tersebut

I. PENDAHULUAN. pada akhir tahun 2006, ditandai dengan kajian mengenai penajaman fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dari sektor pajak. Potensi penerimaan yang tinggi dan realisasinya

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudannya melalui pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional Indonesia merupakan suatu proses yang dilakukan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

I. PENDAHULUAN. Tugas pokok Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah memberikan. pelayanan kepada masyarakat secara profesional dan terintegrasi, untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber migas dan non migas. Optimalisasi penerimaan pajak dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur dalam undang-undang perpajakan untuk tujuan. akan terlaksana dan target penerimaan pajak akan tercapai.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengeluaran rutin pemerintah dibiayai oleh sumber utama penerimaan pemerintah yaitu pajak. Proses pengenaan dan pemungutan pajak ini memerlukan adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh instansi pemerintah yaitu Direktorat Jenderal Pajak yang secara struktural berada di bawah Departemen Keuangan. Pajak merupakan fenomena yang akan terus berkembang di masyarakat seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia. Karena perkembangan perekonomian tersebut akan diikuti pula oleh kebijakan-kebijakan di bidang pajak yang pelaksanaannya harus mengikuti sistem pemungutan pajak dan sistem administrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan kinerja di bidang perpajakan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan Tax Reform, yaitu dengan melakukan reformasi terhadap Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang selaras dengan dinamika perekonomian dan dunia usaha agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi perpajakan yang tersedia dapat dilaksanakan secara optimal dengan 1

2 menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak. Misi yang dilakukan adalah misi fiskal, yaitu untuk mengumpulkan penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang dapat menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi. Reformasi Perpajakan yang dilakukan mencakup dua bidang, yaitu reformasi di bidang kebijakan dan reformasi di bidang administrasi perpajakan. Reformasi di bidang kebijakan adalah penyempurnaan kebijakan perpajakan untuk menciptakan suatu sistem perpajakan yang sehat dan kompetitif dalam mendorong kegiatan investasi di Indonesia, menciptakan keseimbangan hak dan kewajiban antara Wajib Pajak dan aparat pajak, memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak untuk melakukan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan, serta memberikan keadilan dan kepastian hukum. Reformasi kebijakan tersebut diwujudkan melalui amandemen Undang-Undang Perpajakan (UU KUP), Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (UU PPN dan PPnBM), serta menyempurnakan peraturan pelaksanaannya. Selain itu, untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan percepatan pembangunan, pemerintah memberikan fasilitas di bidang perpajakan di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau daerah-daerah tertentu yang mendapatkan prioritas tinggi dalam skala nasional.

3 Reformasi di bidang administrasi dilaksanakan melalui program modernisasi administrasi perpajakan. Adapun konsep program ini adalah perubahan pola pikir dan perilaku aparat serta tata nilai organisasi, sehingga dapat menjadikan Direktorat Jendral Pajak sebagai institusi yang profesional dengan citra yang baik di mata masyarakat. Penerapan modernisasi administrasi perpajakan ini akan membawa konsekuensi terjadinya perubahan yang mendasar baik menyangkut struktur organisasi maupun paradigma pelayanan kepada Wajib Pajak. Selain itu, modernisasi administrasi perpajakan juga dilakukan guna meningkatkan kemampuan Direktorat Jendral Pajak dalam mengawasi pelaksanaan ketentuan perpajakan yang berlaku dengan prinsip-prinsip Good Governance. Dengan diterapkannya modernisasi sistem administrasi perpajakan, didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional dan berkualitas serta mempunyai kode etik kerja diharapkan akan tercipta prinsip Good Corporate Governance yang dilandasi transparansi, akuntabel, responsif, independen dan adil. Hal ini pada gilirannya akan mendukung Visi Direktorat Jendral Pajak yaitu Menjadi Model Pelayanan Masyarakat yang Menyelenggarakan Sistem dan Manajemen Perpajakan Kelas Dunia yang Dipercaya dan Dibanggakan oleh Masyarakat. Secara garis besar, modernisasi administrasi perpajakan bertujuan untuk (1) mengoptimalisasi penerimaan yang berkeadilan; (2) meningkatkan kepatuhan perpajakan melalui layanan prima dan penegakan hukum secara konsisten; (3) efisiensi administrasi berupa penerapan sistem dan administrasi andal dan

4 pemanfaatan teknologi tepat guna; (4) terbentuknya citra yang baik dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan melalui kapasitas SDM yang profesional, budaya organisasi yang kondusif, serta pelaksanaan Good Governaance (Abimanyu, 2009). Administrasi perpajakan memiliki peranan yang krusial dalam menentukan seberapa efektif sistem perpajakan suatu negara. Namun dalam pelaksanaannya, administrasi perpajakan di banyak negara, khususnya Indonesia tidak berfungsi optimal dan menyimpang dari tujuannya yang ada pada Undang-Undang Perpajakan. Banyak hal yang menjadi menjadi permasalahan di dalam administrasi perpajakan. Dan seringkali, masalah yang sebenarnya ada di dalam administrasi perpajakan terdapat pada fiskus atau pegawai pajak itu sendiri, salah satunya ketidakprofesionalan dalam melaksanakan tugas yang diembannya (korupsi). Banyak sekali dari mereka yang menyalahgunakan wewenang dan jabatan hanya untuk kepentingan pribadi. Seperti halnya yang terjadi pada tahun 2009 yaitu kasus Gayus Tambunan, seorang Pegawai Negeri Sipil golongan III A yang menjabat bagian Penelaah Keberatan Dirjen Pajak, dan mempunyai gaji berkisar kurang dari dua juta rupiah tetapi memiliki uang miliaran rupiah di dalam rekeningnya. Pemerintah dinilai terlalu menyederhanakan kasus yang melibatkan Gayus Tambunan. Akibatnya, pengungkapan kasusnya tidak tuntas dan penegakan

5 hukumnya juga tidak maksimal. Oleh sebab itu, tidak heran jika disaat kasus Gayus masih ditangani, pada tahun 2012, muncul lagi kasus Dhana Widyatmika. Dhana Widyatmika adalah Pegawai Negeri Sipil golongan III C dan menjabat sebagai Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Enam. Dhana ditemukan juga memiliki rekening di beberapa bank yang jumlahnya miliaran. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa tahun terakhir telah menimbulkan keraguan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dimana hal tersebut dapat dilihat sebagai risiko yang dapat menghambat tujuan objektif perusahaan. Hal tersebut berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi di Indonesia karena merugikan negara dan menjadi penghambat terhadap jalannya pemerintahan dan pembangunan pada umumnya. Disinilah peranan manajemen risiko diperlukan dan dianggap penting dalam meminimalisir beberapa contoh kasus diatas dan untuk mengungkap indikasi ada tidaknya tindak pidana yang terjadi apabila aparatur pajak tidak profesional dalam menjalankan tugasnya. Sebab penyalahgunaan pajak merupakan bahaya laten yang harus diwaspadai baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat sendiri. Dengan terkuaknya kasus-kasus tersebut semakin menyadarkan kita bahwa pajak memiliki dampak yang sangat serius jika risiko perpajakan tidak dikelola dengan baik. Operasionalisasi manajemen risiko perpajakan dapat membebaskan korporat

6 dari lilitan urusan pajak, karena semua risiko perpajakan akan diantisipasi dan dapat dideteksi secara dini. Kalaupun terjadi risiko akan dapat dilakukan mitigasi untuk menghindari atau mengurangi dampak yang lebih serius dari risiko yang ditimbulkan administrasi perpajakan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pengelolaan terhadap risiko penyalahgunaan pajak oleh pemerintah pajak sendiri dengan tujuan untuk mengurangi dampak dari tujuan terjadinya risiko tersebut. Pada hakekatnya, risiko adalah kejadian yang memiliki dampak negatif terhadap tujuan dan strategi administrasi perpajakan. Oleh karena itu, Direktorat Jendral Pajak perlu memastikan bahwa setiap risiko yang dihadapi telah dikelola dengan baik sehingga setiap aktivitas yang dilakukan tidak hanya berorientasi untuk mendapatkan keuntungan semata, tetapi juga harus menjaga kesinambungan operasional dan reputasi positif terhadap wajib pajak. (www.pajak.go.id) Dengan pengelolaan risiko perpajakan korporat yang optimal, diharapkan (1) Upsize Risk atau risiko tidak tercapainya benefit atau manfaat keuntungan dari aspek perpajakan bagi korporat dapat dikelola sehingga manfaat pajak yang diharapkan untuk meningkatkan nilai korporat dan tercapai; (2) Downsize Risk atau risiko buruk dari perpajakan yang merugikan korporat, dapat dihindari/dikurangi seminimal mungkin dan jika terjadi risiko tersebut dapat dilakukan mitigasi, sehingga sisa risiko (residual risk) yang timbul tidak berdampak signifikan terhadap kelangsungan perpajakan korporat.

7 Manajemen risiko sendiri mempunyai tujuan tunggal yaitu menekan risiko yang meliputi aneka manfaat, yakni (1) mampu memberikan informasi dan perspektif kepada manajemen tentang semua profil risiko, perubahan mendasar mengenai produk dan pasar, serta lingkungan bisnis dan perubahan yang diperlukan dalam proses manajemen risiko; (2) mampu menyampaikan isu sentral tentang formulasi kebijakan manajemen risiko dan review-nya; (3) mampu menghitung dan mengukur besarnya risk exposure; (4) mampu menetapkan alokasi sumber-sumber dana sekaligus limit risiko dengan lebih tepat; (5) mampu membuat cadangan yang memadai untuk mengantisipasi risiko yang sudah diukur dan dihitung; dan (6) mampu menghindari potensi kerugian yang relatif lebih besar. Peranan manajemen risiko dalam pelaksanaan sistem administrasi perpajakan modern sebenarnya adalah proses yang berkelanjutan yang menuntut kehati-hatian dan tindakan proaktif. Dan pada dasarnya hal itu adalah suatu konsekuensi untuk mengurangi dampak yang merugikan dan perlu dilakukan perbaikan melalui inovasi peraturan administrasi. Dengan kata lain, kasus berbasis risiko dalam pelaksanaan sistem administrasi perpajakan modern harus dapat dikenali sedini mungkin. (www.pajak.go.id) Pengelolaan risiko dibutuhkan sebagai upaya untuk mengurangi dampak risiko dan mengungkapkan risiko secara transparan. Salah satu cara untuk mengelola risiko adalah dengan membuat manajemen risiko. Saat ini, manajemen risiko menjadi instrumen penting untuk menciptakan tata kelola perusahaan yang baik atau Good

8 Corporate Governance (GCG). Oleh karena itu, penerapan manajemen risiko merupakan hal yang berasal dari komitmen manajemen puncak untuk mendukung terciptanya tata kelola perusahaan yang baik. Manajemen risiko mutlak menjadi bagian penting dalam pelaksanaan sistem administrasi perpajakan modern mulai dari proses perencanaan, pelaporan, serta penilaian kontrol atas seluruh aktivitas administrasi perpajakan. Penerapan manajemen risiko bertujuan untuk mengidentifikasi risiko yang timbul, mengukur dan mengatasi risiko pada level tertentu atau meminimalisir risiko tersebut sehingga tidak mengganggu proses pencapaian tujuan perpajakan. (www.pajak.go.id) Untuk semua alasan diatas, maka otoritas pajak memerlukan wewenang dan struktur sistematis dalam proses untuk menentukan apa yang penting dalam konteks taat pajak dan seberapa besar manajemen risiko yang akan dan harus dibenahi. Sehingga dengan menerapkan hal tersebut diharapkan kondisi sistem administrasi perpajakan semakin membaik. Pada akhirnya, manajemen risiko dapat menjadi pedoman bagi aparatur pajak dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pelaksanaan manajemen risiko merupakan tanggung jawab dari manajemen dengan melibatkan seluruh sumber daya yang dimiliki dan pelaksanaannya berlangsung secara berkesinambungan (on going). Perumusan manajemen risiko dilakukan oleh manajemen puncak dan diaplikasikan ke

9 setiap unit kerja seluruhnya berdasarkan penentuan risiko yang dihadapi oleh masingmasing unit dalam organisasi. Atas dasar latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul Peranan Fungsi Manajemen Risiko dalam Menunjang Efektivitas Pelaksanaan Sistem Administrasi Perpajakan Modern. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini ditujukan untuk menjawab permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan manajemen risiko pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batam? 2. Bagaimana penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batam? 3. Bagaimana peranan fungsi manajemen risiko dalam menunjang efektivitas pelaksanaan sistem administrasi perpajakan modern pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batam?

10 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan: 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan manajemen risiko pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batam. 2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem administrasi perpajakan modern pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batam. 3. Untuk mengetahui bagaimana peranan fungsi manajemen risiko dalam menunjang efektivitas pelaksanaan sistem administrasi perpajakan modern pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batam. 1.3.2 Manfaat Penelitian A. Kegunaan Akademis Kegunaan akademis ini mencakup kegunaan bagi perkembangan ilmu akuntansi dan kegunaan bagi peneliti yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagi Perkembangan Ilmu Akuntansi Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu dan pengetahuan tentang Perpajakan, terutama mengenai peranan fungsi manajemen risiko dalam menunjang efektivitas pelaksanaan sistem administrasi perpajakan modern.

11 2. Bagi Peneliti Penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan tentang peranan fungsi manajemen risiko dalam menunjang efektivitas pelaksanaan sistem administrasi perpajakan modern. B. Kegunaan Praktis Kegunaan praktis adalah kegunaan yang ditujukan kepada instansi tempat dilakukannya penelitian, dalam hal ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batam secara keseluruhan dan bagi petugas pada bagian pajak, yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batam Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan bahan evaluasi bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batam dalam menerapkan manajemen risiko dalam menunjang efektivitas pelaksanaan sistem administrasi perpajakan modern. 2) Bagi Petugas pada Bagian Pajak Penelitian ini dapat memberikan masukan dan perbaikan kepada para petugas bagian pajak, sehingga bagian pajak dapat mengoptimalkan kinerja terutama dalam menerapkan manajemen risiko, guna meningkatkan efektivitas pelaksanaan sistem administrasi perpajakan modern.

12 1.4 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun penelitian dan pengumplan data dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batam. Dimana waktu pelaksanaan penelitian yang dilakukan mulai dari bulan November sampai dengan selesai.