1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2/PMK.01/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak. Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan. Tugas dan fungsi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah sebagai berikut: 1. Melaksanakan pelayanan dan penyuluhan 2. Pengawasan administrasi 3. Pemeriksaan sederhana terhadap Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan dan Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTnLL) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Awal berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tasikmalaya adalah adanya Kantor Inspeksi Keuangan Bandung yang merupakan salah satu dari sekian banyak Kantor Inspeksi Keuangan yang berada di Jawa Barat dengan wilayah kerjanya meliputi Bandung Raya, Tasikmalaya, Garut, dan Ciamis. Dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 276/KMK.01/1989 tanggal 25 Mei 1989 berlaku terhitung September 1989 terjadi perubahan organisasi dari Kantor Inspeksi Pajak Tasikmalaya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Tasikmalaya. Perubahan ini dilakukan seiring dengan perubahan sistem pemungutan pajak dari official assessement system menjadi self assessement system. Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Tasikmalaya meliputi Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, dan Kabupaten Ciamis. Pada tanggal 28 Agustus 2007 seiring adanya modernisasi Direktorat Jendral Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Tasikmalaya mengalami perubahan nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya yang meliliputi wilayah kerja Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya. 1

2 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya memiliki 1 sub bagian umum dan 9 seksi terbut terdiri dari seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI), seksi Pelayanan, seksi Penagihan, seksi Pemeriksaan, seksi Ekstensifikasi, seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) I, II, III, dan IV. Sampai saat ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya beralamat di Jalan Sutisna Senjaya Nomor 154 Tasikmalaya. Pemilihan objek dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya, dikarenakan jumlah wajib pajak badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya dari tahun 2010 sampai tahun 2014 setiap tahunnya semakin meningkat, tetapi jumlah SPT yang masuk tidak saling berkesinambungan data dapat dilihat pada tabel 1.2. Seharusnya semakin bertambahnya jumlah wajib pajak badan yang terdaftar di Tasikmalaya, maka semakin meningkat pula jumlah SPT yang masuk ke kantor pajak. Tetapi kenyataan di lapangan meningkatnya jumlah wajib pajak badan tetapi tidak diikuti dengan meningkatnnya jumlah SPT yang masuk, dengan demikian wajib pajak badan yang terdaftar di Tasikmalaya belum paham akan peraturan perundang-undang perpajakan dan masih banyak wajib pajak yang tidak patuh terhadap perpajakan. 1.2 Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Penerimaan pajak dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi suatu negara karena pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai kemampuan secara finansial untuk membayar pajak. Pembangunan nasional dapat dilaksanakan apabila ada dana yang tersedia. Dana tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber baik dari dalam maupun luar negeri, baik sektor swasta maupun pemerintah. Salah satu sumber penerimaan dalam negeri adalah dari sektor pajak, sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman dari luar negeri. Pajak merupakan sumber pemasukan kas 2

3 negara yang utama, sumber pemasukan ini yang nantinya digunakan untuk pembiayaan pembangunan negara dengan tujuan utamanya adalah mensejahterakan masyarakat. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara dapat melaksanakan pembangunan, oleh karena itu sektor pajak memiliki peranan yang sangat penting bagi suatu negara. Tabel 1.1 Penerimaan Pajak Nasional (dalam milyaran rupiah) Penerimaan Tahun Pendapatan Penerimaan Persentase Bukan Anggaran Negara Perpajakan (%) Perpajakan , , , , ,80 Sumber: dengan olahan penulis 2015 Berdasarkan tabel di atas, selama lima tahun terakhir penerimaan perpajakan memberikan kontribusi lebih dari 70% dari total penerimaan dalam negeri. Hal ini menunjukkan begitu besarnya peran pajak dalam pendapatan negara. Maka usaha untuk meningkatkan penerimaan pajak terus dilakukan oleh pemerintah yang dalam hal ini merupakan tugas Direkorat Jendral Pajak. Berbagai upaya dilakukan Direktorat Jendral Pajak agar penerimaan pajak maksimal, antara lain adalah dengan memberikan efisiensi dan efektivitas kegiatan pemerintah untuk mensosialisasikan kesadaran membayar pajak melalui otoritasnya (Supadmi et al, 2011). Sejak diadakannya refomasi perpajakan (tax reform), sistem pemungutan pajak di Indonesia berubah dari official assessement system menjadi self assessement system. Self assessement system merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak terutangnya sendiri (Supadmi et al, 2011). Peraturan tersebut direalisasikan dengan harapan agar kepatuhan wajib pajak dapat bersifat sukarela (voluntary). Dengan adanya hal ini maka Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor 3

4 Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dituntut untuk melayani pelaporan SPT Tahunan dengan kinerja yang baik dalam rangka mencapai target kepatuhan pelaporan SPT. Tabel 1.2 Kepatuhan Wajib Pajak Badan KPP Pratama Tasikmalaya No Tahun Jumlah WP Jumlah SPT Tingkat Kepatuhan Badan Terdaftar yang Masuk WP Badan % % % % % Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Tasikmalaya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya adalah kantor pajak yang sudah melaksanakan modernisasi perpajakan. Modernisiasi perpajakan adalah perubahan sistem administrasi perpajakan yang dapat mengubah pola pikir dan perilaku aparat serta tata nilai organisasi sehingga dapat menjadikan Direktorat Jendral Pajak menjadi suatu institusi yang profesional dengan citra yang baik di masyarakat. Dapat dilihat berdasarkan tabel diatas, tingkat kepatuhan wajib pajak badan masih rendah karena banyaknya SPT yang tidak disampaikan dengan presentasi kepattuhan rata-rata dibawah 50%. Dilihat dari tabel 1.1 dan tabel 1.2 dapat disimpulkan bahwa peningkatan penerimaan pajak yang diikuti dengan kenaikan jumlah wajib pajak yang terdaftar tidak diikuti dengan peningkatan jumlah SPT yang masuk. Hal ini tidak sesuai dengan yang seharusnya semakin meningkat jumlah wajib pajak terdaftar maka semakin tinggi jumlah SPT yang masuk. Artinya kenaikan jumlah wajib pajak ini tidak diikuti dengan peningkatan kepatuhan wajib pajak. Beberapa tahun terkahir ini, kesan masyarakat terhadap pelayanan publik, khususnya terhadap Direktorat Jendral Pajak menjadi buruk akibat terungkapnya kasus mafia pajak. Mafia pajak adalah para pelaku kejahatan di bidang penggelapan pajak. Banyak masyarakat menduga sebagian dari aparat pajak telah melakukan tindak pidana atau melakukan perbuatan pelanggaran disiplin secara langsung 4

5 maupun tidak langsung. Hal ini tentu saja dapat menggangu pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jendral Pajak. Direktorat Jendral Pajak berkomitmen untuk membangun citra dengan mengimplementasi nilai-nilai kementrian keuangan yaitu integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan, dan kesempurnaan. Komitmen ini dibangun karena citra yang dibentuk haruslah secara jujur sehingga citra yang dipersepsikan oleh publik adalah baik dan benar, agar terdapat konsistensi antara citra dengan realitas ( Kasus yang terjadi pada mafia pajak contohnya seperti, di tahun 2014 ini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkap kasus yang terjadi pada Hadi Purnomo mantan Dirjen Pajak periode atas kasus keberatan pajak BCA. Peran Hadi Purnomo diduga menyalahgunakan wewenangnya sebagai Dirjen Pajak dengan membuat Surat Keputusan (SK) yang melanggar prosedur terkait permohonan keberatan wajib pajak yang disampaikan oleh pihak bank BCA. Hadi Purnomo diduga memanipulasi telaah direktorat Pajak Penghasilan (PPh) mengenai keberatan Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) PPh BCA, BCA mengajukan surat keberatan wajib pajak sebesar Rp 5,75 T. Setelah ditelaah oleh direktorat PPh permohonan keberatan wajib pajak ditolak, namun oleh Hadi Purnomo mengintruksikan Direktur PPh yang semula menolak menjadi menerima seluruh permohonan keberatan wajib pajak yang dilayangkan oleh pihak BCA sehari sebelum masa jatuh tempo pemberian keputusan final. Oleh putusan Hadi Purnomo tersebut, diyakini BCA telah merugikan negara dengan tidak membayar pajak sebesar Rp 375 M ( Dari fenomena kasus yang terjadi dalam dunia perpajakan Indonesia belakangan ini membuat masyarakat dan wajib pajak khawatir untuk membayar pajak, karena para wajib pajak tidak ingin pajak yang telah dibayarkan disalahgunakan oleh aparat pajak itu sendiri. Oleh karena itu, beberapa masyarakat dan wajib pajak berusaha menghindari pajak. Wajib pajak dikatakan patuh apabila wajib pajak tersebut dapat memenuhi dan melaksanakan kewajiban perpajakan. Kepatuhan wajib pajak mempunyai hubungan dengan penerimaan pajak karena apabila kepatuhan dari wajib pajak meningkat maka secara tidak langsung juga akan memperbesar penerimaan negara dari sektor pajak. Salah satu hal yang mempengaruhi penerimaan perpajakan di 5

6 Indonesia adalah tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak adalah wajib pajak yang disiplin dan taat, serta tidak memiliki tunggakan atau keterlambatan penyetoran pajak (Rustiyaningsih, 2011). Ongkowijoyo (2010) berpendapat, yang menjadi masalah utama perpajakan adalah minimnya pengetahuan wajib pajak mengenai hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak. Diperlukan pemahaman yang tinggi dari wajib pajak untuk mewujudkan self assessement system, karena dalam sistem ini wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab sepenuhnya mengisi SPT, yaitu untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri jumlah pajak terutang. Sapriadi (2013) berpendapat bahwa, kualitas pelayanan adalah perbandingan antara pelayanan konsumen dengan kualitas pelayanan yang diharapkan konsumen. Para wajib pajak akan patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya tergantung bagaimana petugas pajak memberikan mutu pelayanan terbaik kepada wajib pajaknya. Oleh karena itu, aparat pajak harus senantiasa melakukan perbaikan kualitas pelayanan mereka dengan tujuan agar dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dengan menempatkan masyarakat wajib pajak sebagai pelanggan yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya, layaknya pelanggan dalam organisasi bisnis. Menurut Hardiningsih (2011) Wajib pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas akan cenderung menjadi wajib pajak yang tidak patuh. Hal ini menjadi dasar adanya dugaan bahwa pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak untuk membayar dan melaporkan pajaknya. Dalam praktiknya, peraturan perpajakan cukup sulit untuk dimengerti oleh wajib pajak sehingga menimbulkan keengganan bagi wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya (Ihsan, 2013). Self Assessement System memaksa wajib pajak untuk mengetahui dan memahami hal-hal mengenai perpajakan mulai dari Undang-undang Perpajakan, Peraturan Menteri Keuangan, dan Peraturan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pajak. Dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak adalah memberikan yang baik kepada wajib pajak. Pelayanan pada wajib pajak bertujuan untuk menjaga kepuasan wajib pajak yang diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak 6

7 dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Jika pelayanan terhadap wajib pajak baik maka akan berdampak kepada penerimaan pajak untuk tahun selanjutnya. Penelitian yang dilakukan Syahril (2013) mengenai pengaruh pemahaman wajib pajak dan pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak, didapatkan hasil bahwa pemahaman wajib pajak dan kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan penelitian yang dilakukan Pranadata (2014) didapatkan hasil bahwa peran pemahaman wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Dan penelitian yang dilakukan Zulaikha (2013) didapatkan hasil bahwa peran kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, peneliti akan melakukan penelitian dengan mengambil judul: Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya). 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pemahaman wajib pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya? 2. Bagaimana kualitas pelayanan wajib pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Patama Tasikmalaya? 3. Bagaimana kepatuhan wajib pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tasikmalaya? 4. Apakah pemahaman wajib pajak dan kualitas pelayanan secara simultan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak badan? 5. Apakah pemahaman wajib pajak secara parsial berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak badan? 6. Apakah kualitas pelayanan secara parsial berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak badan? 7

8 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pemahaman wajib pajak badan di KPP Pratama Tasikmalaya. 2. Untuk mengetahui kualitas pelayanan wajib pajak badan di KPP Pratama Tasikmalaya. 3. Untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak badan di KPP Pratama Tasikmalaya. 4. Untuk mengetahui pengaruh pemahaman wajib pajak dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak pada wajib pajak badan di KPP Pratama Tasikmalaya. 5. Untuk mengetahui pengaruh pemahaman wajib pajak secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak pada wajib pajak badan di KPP Pratama Tasikmalaya. 6. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak pada wajib pajak badan di KPP Pratama Tasikmalaya. 1.5 Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak, yang dapat dikelompokkan dalam dua aspek yaitu : Aspek Teoritis 1. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kegiatan perpajakan khususnya dalam hal mematuhi kepatuhan wajib pajak badan. 8

9 2. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan referensi bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak badan Aspek Praktis 1. Bagi Aparat Pajak Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalam upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak melalui peningkatan kualitas pelayanan dan pemberian sanksi perpajakan. 2. Bagi Wajib Pajak Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai cerminan bagi wajib pajak untuk menjadi wajib pajak yang patuh terhadap ketentuan perpajakan di Indonesia. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penilitian secara teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan secara umum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Pada bab ini membahas mengenai teori yang menjadi dasar bagi penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 9

10 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai metode dan teknik yang digunakan dalam melakukan penelitian, yang meliputi jenis penelitian, variabel dependen dan variabel independen, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan secara kronologis dan sistematis sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran dari implikasi hasil penelitian yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat, serta menyajikan keterbatasanketerbatasan didalam penelitian. Selain itu juga disertakan saran dari penulis yang berguna untuk penelitian selanjutnya. 10