I..PENDAHULUAN. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara fisik dan mental. pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

Bab 1 Pendahuluan. Gambar 1.1 Peta Dunia Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (2004). menengah. tinggi. data ( ) rendah (

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keagenan didefinisikan sebagai sebuah kontrak antara satu atau lebih (prinsipal)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Artinya, manusia sebagai subjek dan objek pembangunan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Keywords: local budget, human development index

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

BAB I PENDAHULUAN. internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

BAB 5 BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Lahirnya Undang-undang No.22

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya melakukan perbaikan perbaikan untuk mencapai taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. H.F Williamson (Todaro, 1983:4) Pembangunan ekonomi meliputi usaha suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam. yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat terealisasi, maka beberapa

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 Pembangunan Komparatif: Perbedaan dan Persamaan di Antara Negara Berkembang

PENINGKATAN IPM DI KAWASAN TIMUR INDONESIA. Oleh: Drs. S.H. Sarundajang Gubernur Sulawesi Utara

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

I. PENDAHULUAN. adanya otonomi daerah maka masing-masing daerah yang terdapat di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

I. PENDAHULUAN. dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang,

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berkembang,yang memiliki ciri ciri negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan bahwa adanya peningkatan

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

Boks 1. Perkembangan Peta Perekonomian Sulawesi Tengah di Indonesia Wilayah Timur 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan

I. PENDAHULUAN. belum bisa diwujudkan dalam setiap rezim pemerintahan. Isu pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada

Transkripsi:

I..PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah subjek dan objek pembangunan dalam kehidupannya harus mampu meningkatkan kualitas hidupnya sebagai insan pembangunan. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan bagi rakyat untuk menikmati hidup sehat, umur panjang dan menjalankan kehidupan yang produktif.sesuai dengan perkembangan paradigma pembangunan ekonomi, maka telah terjadi perubahan tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dari pendekatan pertumbuhan ekonomi (growth) menjadi pendekatan pembangunan manusia. Selain itu, secara umum pembangunan manusia dalam pengertian luas mengandung konsep teori pembangunan ekonomi yang konvensional, termasuk model pertumbuhan ekonomi, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), pendekatan kesejahteraan, dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan Produksi Nasional Bruto/PNB (Gross National

2 Product/GNP). Pemikiran kontemporer mengenai pembangunan juga telah menempatkan kembali manusia sebagai subyek atau pusat dari proses pembangunan. Lembaga PBB telah membuat definisi khusus mengenai pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihanpilihan bagi manusia. Dalam konsep tersebut manusia ditempatkan sebagai tujuan akhir, sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian, pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, lebih dari sekedar peningkatan pendapatan dan lebih dari sekedar proses produksi komoditas serta akumulasi modal (Mailendra, 2009). Pembangunan SDM menempatkan manusia terutama sebagai input dari proses produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai pemanfaat (beneficiaries) bukan sebagai objek perubahan.pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) juga secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan. Kapasitas dasar yang dimaksud yang sekaligus merupakan tiga nilai pokok keberhasilan pembangunan ekonomi adalah kecukupan, jati diri, serta kebebasan (Mailendra, 2009). Pembangunan manusia penting dan perlu mendapat perhatian sebab pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu dapat memecahkan persoalan

3 kesejahteraan seperti kemiskinan dan taraf hidup masyarakat secara luas, sehingga keberhasilan pembangunan dewasa ini seringkali dilihat dari pencapaian kualitas Sumber Daya Manusianya. Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan atau kinerja suatu negara atau wilayah dalam bidang pembangunan manusia digunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Indeks ini pertama kali dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan Mahbub ul Haq seorang ekonom Pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics. Berdasarkan data dari BPS, secara umum, angka Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development IndexProvinsi Lampung periode 2007-2013 dapat dilihat pada Tabel 1, dibawah ini : Tabel 1.Indeks Pembangunan Manusia pada 11 Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung Periode 2009 2013 Kabupaten/Kota Indeks Pembangunan Manusia (dalam %) 2009 2010 2011 2012 2013 Lampung Barat 68,83 69,28 69,72 70,17 70,37 Lampung Selatan 69,51 70,06 70,53 70,95 71,25 Lampung Tengah 70,38 70,74 71,29 71,81 72,30 Lampung Utara 69,85 70,36 70,81 71,28 71,70 Lampung Timur 70,20 70,73 71,26 71,64 72,14 Tanggamus 70,84 71,31 71,83 72,32 72,66 Tulang Bawang 69,63 70,34 70,96 71,60 71,86 Way Kanan 69,46 69,92 70,43 70,84 71,08 Bandar Lampung 75,35 75,70 73,29 76,83 77,17 Metro 75,98 76,25 76,95 77,30 77,53 Pesawaran 69,43 69,77 70,30 70,90 71,25 Rata-rata 70,86 71,31 71,58 72,33 72,66 Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2014. Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat perkembangan IPM dari 11 Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung mulai tahun 2009 hingga tahun 2013 secara umum mengalami peningkatan yang signifikan dan pertumbuhan IPM

4 Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Timur berfluktuasi cenderung meningkat. Rata-rata IPM tertinggi adalah Kota Metro sebesar 76,80% dan terendah adalah Kabupaten Lampung Barat sebesar 69,67%. Rata-rata IPM se Provinsi Lampung belum memperlihatkan nilai yang optimal, karena semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Tercapainya tujuan pembangunan manusia yang tercermin pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sangat tergantung komitmen pemerintah sebagai penyedia sarana penunjang. Pembangunan tiga aspek yang menjadi fokus perhatian dalam penghitungan IPM tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan sinergi di antara ketiganya. Peran pemerintah sebagai penyusun kebijakan sangat dibutuhkan untuk memberi kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidup melalui keterlibatan masyarakat dalam pembangunan (Anand, 1993). Pentingnya peran tersebut tidak terlepas dari tiga fungsi pemerintah, yaitu memelihara keamanan dan pertahanan dalam negeri, menyelenggarakan peradilan, dan menyediakan barang-barang yang tidak mampu disediakan oleh pihak swasta, seperti misalnya jalan, dam, dan sarana publik lainnya (Azril, 2000). Salah satu perangkat yang selama ini banyak digunakan oleh pemerintah untuk mewujudkan peran tersebut adalah perangkat kebijakan fiskal. Di

5 antara instrumen kebijakan fiskal tersebut, ada instrumen dalam bidang pengalokasian dana atau anggaran pembangunan ke bidang yang berkaitan dengan fasilitas publik seperti pendidikan, kesehatan, irigasi, transportasi, dan sebagainya (Azril, 2000). Kaitan antara pengeluaran untuk sektor publik terhadap pembangunan manusia sebenarnya mudah untuk ditelusuri. Pengeluaran untuk bidang kesehatan diharapkan mampu meningkatkan angka harapan hidup maupun menurunkan angka kematian ibu hamil dan bayi sebagai salah satu komponen dalam penentuan pembangunan manusia. Anggaran dalam bidang pendidikan akan meningkatkan akses masyarakat pada pendidikan yang baik dan murah, sehingga mampu meningkatkan angka melek huruf. Mencermati alokasi pengeluaran pemerintah terhadap akses publik terjadi kondisi yang cukup memprihatinkan. Hal tersebut tampak dari masih relatif tingginya alokasi anggaran belanja rutin dibanding anggaran belanja pembangunan, baik dalam skala nasional maupun regional. Khusus mengenai alokasi pengeluaran pendidikan, rencana alokasi 20% untuk anggaran sektor pendidikan masih jauh dari realita. Secara empiris dan intuitif dapat dikatakan bahwa investasi infrastruktur mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembangunan perekonomian suatu negara. Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dan sebagainya yang merupakan Social Overhead Capital, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat

6 perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik, mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik pula, dibandingkan dengan daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional. Tabel 2. Alokasi Dana InfrastrukturKabupaten/Kota se Provinsi Lampung Periode 2009-2013 Kabupaten/Kota Alokasi Dana Infrastruktur (dalam Jutaan Rp) 2009 2010 2011 2012 2013 Lampung Barat 24.916,36 34.122,91 35.174,27 43.834,88 48.315,54 Lampung Selatan 41.639,38 63.260,60 55.323,66 61.867,70 70.709,37 Lampung Tengah 36.012,17 39.975,54 52.644,22 34.039,67 70.012,99 Lampung Utara 24.087,82 29.159,42 42.970,01 28.551,80 54.103,00 Lampung Timur 46.240,83 66.575,99 56.654,12 75.120,88 81.384,51 Tanggamus 27.942,97 24.583,67 29.654,08 31.872,41 37.850,52 Tulang Bawang 27.488,67 34.129,96 43.279,65 37.888,95 44.284,12 Way Kanan 31.367,52 54.325,60 28.080,26 30.867,48 42.307,58 Bandar Lampung 41.186,86 35.217,73 39.550,31 52.190,06 57.227,21 Metro 16.355,72 15.560,84 18.868,13 22.082,76 30.129,94 Pesawaran 20.864,61 30.816,22 34.982,82 34.022,57 57.951,58 Sumber :Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan dilamanwww.djpk.go.id Tabel 2 menunjukkanalokasi dana infrastruktur tiap kabupaten/kota se- Provinsi Lampung selama 5 (lima) tahun terakhir, di mana dana alokasi infrastruktur secara umum mengalami fluktuasi dan hanya Lampung Barat yang setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan infrastruktur memperlihatkan kemampuan daerah dalam menyediakan fasilitas bagi masyarakatnya untuk melakukan aktivitas ekonomi.

7 Dilihat dari komitmen pemerintah terhadap pembangunan yang tercermin melalui alokasi APBD terhadap sektor publik yang dalam penelitian ini diproksi dengan alokasi pengeluaran pada bidang pendidikan dan kesehatan tampak masih terjadi ketidakkonsisten pemerintah khususnya bidang pendidikan.ketidakkonsistenan pemerintah tersebut ditunjukkan oleh besaran pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan yang terlihat naik turun dari tahun ke tahun baik secara absolut maupun relatif terhadap seluruh pengeluaran. Tabel 3. Alokasi Dana Sektor Pendidikan Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2009-2013 Kabupaten/Kota Alokasi Dana Sektor Pendidikan Ratarata (dalam Jutaan Rp) 2009 2010 2011 2012 2013 Lampung Barat 45,676 44,566 66,293 63,533 84,486 60,911 Lampung Selatan 50,970 59,551 73,299 98,495 112,280 78,919 Lampung Tengah 67,632 66,577 94,367 90,463 100,759 83,960 Lampung Utara 42,762 52,951 58,741 54,042 80,376 57,774 Lampung Timur 52,745 58,568 68,994 92,178 93,027 73,102 Tanggamus 51,811 28,785 33,097 53,222 58,244 45,032 Tulang Bawang 47,768 24,914 61,560 74,628 76,316 57,037 Way Kanan 39,053 41,795 48,558 47,925 62,668 48,000 Bandar Lampung 70,172 61,085 81,132 139,943 147,947 100,056 Metro 40,332 46,461 54,973 70,264 85,813 59,569 Pesawaran 20,189 24,942 24,363 43,149 52,574 33,043 Sumber: Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan dilaman www.djpk.go.id Tabel di atas memperlihatkan besarnya alokasi dana sektor pendidikan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah di Provinsi Lampung, dari 11 Kabupaten/Kota terlihat bahwa rata-rata tertinggi selama 5 tahun terakhir untuk dana alokasi sektor pendidikan yaitu Kota Bandar Lampung sebesar 100,056 dan terendah adalah Kabupaten Pesawaran sebesar 33,043. Secara umum, alokasi dana sektor pendidikan pada Kabupaten/Kota di Provinsi

8 Lampung mempunyai perkembangan yang berfluktuasi cenderung meningkat. Tabel 4. Alokasi Dana Sektor KesehatanKabupaten/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2009-2013 Kabupaten/Kota Alokasi Dana Sektor Kesehatan Ratarata (dalam Jutaan Rp) 2009 2010 2011 2012 2013 Lampung Barat 144,281 158,038 255,070 289,898 336,268 236,711 Lampung Selatan 290,606 299,750 432,510 517,572 483,523 404,792 Lampung Tengah 480,070 481,081 713,830 778,763 820,503 654,849 Lampung Utara 278,193 254,852 388,084 358,805 464,073 348,801 Lampung Timur 417,769 378,351 496,018 598,740 659,896 510,155 Tanggamus 324,770 212,583 324,796 368,257 395,801 325,242 Tulang Bawang 227,947 103,880 150,960 167,358 201,657 170,360 Way Kanan 147,337 152,577 218,107 225,406 250,186 198,723 Bandar Lampung 368,537 400,415 536,895 614,404 676,046 519,259 Metro 142,844 112,262 175,114 208,597 246,915 177,146 Pesawaran 147,672 192,003 267,632 269,059 317,310 238,735 Sumber : Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan dilaman www.djpk.go.id Besarnya alokasi dana sektor kesehatan pada 11 Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung berfluktuasi cenderung meningkat dengan rata-rata tertinggi pada Kabupaten Lampung Tengah dan terendah pada Kabupaten Tulang Bawang. Melihat perkembangan anggaran masing-masing sektor yang memiliki turbulasi yang sangat tinggi dan sangat tidak pasti tingginya, maka IPM tersebut patut dicermati (Hirawan, 2007). Hal ini seperti yang terjadi pada Kabupaten Lampung Tengah, dengan dana alokasi sektor pendidikan dan kesehatan yang tinggi tetapi IMP yang dicapai belum maksimal, begitu juga dengan beberapa kabupaten lainnya di Provinsi Lampung selama tahun 2009-2013. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menulis penelitian ini dengan judul Analisis Pengaruh Belanja Daerah Terhadap Pembangunan Manusia Di Provinsi Lampung Periode 2007 2013.

9 B. Rumusan Masalah Melihat latar belakang yang terjadi, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah Alokasi Dana Sektor Pendidikan berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013? 2. Apakah Alokasi Dana Sektor Kesehatan berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013? 3. Apakah Alokasi Dana Infrastrukturberpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penulisan ini ialah sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh Dana Alokasi Sektor Pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013. 2. Mengetahui pengaruh Alokasi Dana Sektor Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013. 3. Mengetahui pengaruh Alokasi Dana Infrastrukturterhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013. D. Manfaat Penulisan Sedangkan manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan studi ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Ekonomi Pembangunan pada khususnya.

10 2. Sebagai sumber masukan bagi pemerintah daerah se Provinsi Lampung dalam pengambilan keputusan di masa yang akan datang serta menjadi referensi. 3. Sebagai masukan bagi peneliti-peneliti yang lain dengan tipe penelitian sejenis. E. Kerangka Berfikir Kebijakan dan pengeluaran pemerintah untuk subsektor sosial yang terangkum dalam belanja modal.besarnya pengeluaran tersebut mengindikasikan besarnya peran pemerintah terhadap pembangunan manusia. Dalam alokasi belanja modal pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dari tahun ke tahun berfluktuasi cenderung mengalami peningkatan hal ini dapat meningkatkan laju indeks pembangunan manusia, namun dalam perkembangannya peningkatan alokasi dana untuk investasi pembangunan sering kali tidak sejalan dengan tingkat besarnya laju pertumbuhan pembangunan manusia. Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan satu sama lain. Perbaikan infrastruktur pada umumnya dapat meningkatkan mobilitas penduduk, mempercepat laju pengangkutan barang, memperbaiki kualitas dari jasa pengangkutan tersebut, meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana pembangunan, serta meningkatkan efisiensi penggunaan sarana pembangunan. Perbaikan infrastruktur akan meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi ini serta banyaknya investasi

11 yang masuk akan menyerap tenaga kerja. Infrastruktur yang baik juga akan merangsang peningkatan pendapatan masyarakat, karena aktifitas ekonomi yang semakin meningkat sebagai akibat mobilitas faktor produksi dan aktifitas perdagangan yang semakin tinggi.berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan skema penelitian : AlokasiDana Sektor Pendidikan Alokasi Dana Sektor Kesehatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Alokasi Dana Infrastruktur Gambar 1. Kerangka Pemikiran F. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Diduga Alokasi Dana Sektor Pendidikan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013. 2. Diduga Alokasi Dana Sektor Kesehatan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013.

12 3. Diduga Alokasi Dana Infrastruktur berpengaruh positif terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013.