BAB VI PEMBAHASAN. cedera abrasi menyerupai dengan cedera peritoneum saat operasi abdomen..

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan jenis New Zealand

BAB V HASIL. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara

KADAR KORTISOL, TISSUE PLASMINOGEN ACTIVATOR (tpa) SERTA DERAJAT ADHESI PASCA LAPAROSKOPI DAN LAPAROTOMI

I. PENDAHULUAN. mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini. merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang

BAB I PENDAHULUAN. Adhesi intraperitoneum paska laparotomi merupakan masalah bagi dokter

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

BAB V HASIL. abrasi ileum melalui laparotomi, umur 8-12 minggu dengan berat badan antara

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

Kadar Kortisol, Transforming Growth Factor β, serta Derajat Adhesi Pasca Laparoskopi dan Laparotomi

PENINGKATAN KADAR KORTISOL DARAH SEBAGAI RESPON TERHADAP STRESS, KADAR INTERLEUKIN-6 (IL-6) DAN DERAJAT ADHESI PASCA LAPAROTOMI DAN LAPAROSKOPI

BAB I PENDAHULUAN. Adhesi peritoneal pasca operasi abdomen dan pelvis adalah konsekuensi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan, infertilitas dan nyeri perut. Pengetahuan tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. viserale, maupun antara peritoneum visceral dengan parietal. 1 Adhesi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

KADAR KORTISOL, TRANSFORMING GROWTH FACTOR β (TGF-β), SERTA DERAJAT ADHESI PASCA LAPAROSKOPI DAN LAPAROTOMI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

TUGAS 3 SISTEM PORTAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

Rangkuman P-I. dr. Parwati Abadi Departemen biokimia dan biologi molekuler 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS

BAB I PENDAHULUAN. cepat. 15 Trauma atau cedera pada rongga perut akan memicu terbentuknya

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang

Bab 1 PENDAHULUAN. Preeklampsia-eklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of

RESPON FISIOLOGIS STRES

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON)

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

HORMON. OLEH dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan

BAB I PENDAHULUAN. proliferatif, dan fase remodeling. Proses-proses tersebut akan dipengaruhi oleh faktor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan adhesi (Fang, 2010; Binda,2006; Binda,2009) laparotomi berkisar antara 67% hingga 93%. Adhesi peritonium merupakan

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius. yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan adanya hiperglikemia kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun

BAB IV METODE PENELITIAN. post test design (randomized control trial post test only design) yang menggunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan osmotik serta stres panas. Itik akan mengalami kesulitan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh kompensasi anti-inflamasi atau fenotip imunosupresif yang

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

FISIOLOGI HORMON STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN

PENGARUH DEXKETOPROFEN DENGAN KETOROLAC TERHADAP KADAR KORTISOL PLASMA PADA TIKUS WISTAR YANG MENGALAMI INSISI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan

BAB V PEMBAHASAN. apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

BAB V ENDOKRINOLOGI A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi

PADA SEL MAKROFAG JARINGAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang tertinggi seluruh dunia. Sepsis merupakan. penyebab kematian yang ke-10 terbesar di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan Kebisingan Dengan Peningkatan Kadar Glukosa Darah 73

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

BAB I PENDAHULUAN. Cedera saraf tepi dapat diakibatkan oleh proses traumatik misalnya karena

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

Transkripsi:

BAB VI PEMBAHASAN Pembentukan adhesi intraperitoneum secara eksperimental dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu model iskemia, model perlukaan peritoneum, model cedera termal, dengan benda asing, dengan bahan kimia dan dengan bakterial. 27,33 Abrasi ileum pada percobaan ini termasuk dalam model perlukaan peritoneum. Metode ini dipilih karena cedera yang diakibatkan oleh cedera abrasi menyerupai dengan cedera peritoneum saat operasi abdomen.. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara jenis operasi abdomen secara laparotomi dan laparoskopi pada kelinci dengan tingkat adhesi peritoneal dengan parameter kenaikan kadar kortisol dan kenaikan kadar IL-1, dimana semua kelinci dilakukan abrasi ilium. Penelitian dilakukan pada 12 ekor kelinci jantan New Zealand, secara random dibagi menjadi dua kelompok dengan jumlah masing-masing kelompok 6 ekor kelinci. Enam ekor kelinci yang dilakukan abrasi ileum melalui laparatomi (K1), 6 ekor kelinci yang dilakukan abrasi ileum melalui laparoskopi (K2). Kelompok perlakuan 1 (K1), pada akhir penelitian tidak didapatkan kelinci yang mati atau masuk dalam kriteria eksklusi, sehingga jumlah kelinci tetap 6 ekor sampai akhir penelitian. Hasil yang didapatkan pada kelompok ini, terjadi adhesi intraperitoneum grade 3 pada 5 ekor kelinci dan grade 4 pada 1 ekor kelinci. Jumlah rata-rata (mean) derajat adhesi pada kelompok K1 adalah 3.17 ± 0.408, peningkatan kadar kortisol 17.827 ± 5.477 ng/ml, dan jumlah rata-rata (mean) kadar IL-1α cairan peritoneum adalah 20.887 ± 2.589 pg/ml. 53

Pada kelompok perlakuan 2 (K2), jumlah 6 ekor kelinci, dilakukan laparoskopi, pada akhir penelitian didapatkan 1 ekor kelinci yang mati pada hari ke lima dan tetap masuk dalam kriteria inklusi, jumlah kelinci yang tetap hidup 5 ekor sampai akhir penelitian. Hasil yang didapatkan pada kelompok ini, terjadi adhesi intraperitoneum grade 0 pada 4 ekor kelinci, grade 1 pada 2 ekor kelinci. Jumlah rata-rata ( mean) derajat adhesi kelompok ini adalah 0.33 ± 0.516 peningkatan kadar kortisol 13.600 ± 4.113 ng/ml, dan jumlah rata-rata (mean) kadar IL-1α cairan peritoneum adalah 10.613 ± 0.888 pg/ml. Hasil uji statistik ( uji beda) terhadap derajat adhesi intraperitoneum ( p = 0.002 ), kadar kortisol darah ( p = 0.021 ), dan kadar IL-1 α cairan peritoneum ( p = 0.001), didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok yang dilakukan operasi laparotomi dengan kelompok yang dilakukan operasi laparoskopi. Tindakan operasi laparoskopi ( minimal invasive ) terbukti menghasilkan efek stress yang lebih kecil, kadar IL-1 yang lebih sedikit, serta derajat adhesi yang minimal dibandingkan tindakan laparotomi. Hasil uji korelasi antara kadar kortisol darah dan kadar IL-1α cairan peritoneum pada kelinci yang dibuat adhesi intraperitoneum didapatkan hubungan yang bermakna dengan sifat hubungan positif sedang ( r = 0.688 ) dengan p =0.013, yang berarti semakin tinggi kadar kortisol darah, maka kadar IL-1 cairan peritoneum juga meningkat. 54

Analisis statistik untuk mengetahui korelasi antara kadar IL-1α cairan peritoneum dan derajat adhesi menggunakan uji korelasi Spearman ( P< 0.05). Hasil uji korelasi didapatkan korelasi searah yang sangat kuat (r = 0,833) antara kadar IL-1α cairan peritoneum dan derajat adhesi intraperitoneum dengan p= 0.001, yang berarti semakin tinggi kadar IL-1 cairan peritoneum, maka derajat adhesi intraperitoneum semakin tinggi pula Adhesi peritoneal dapat terjadi akibat adanya trauma pada peritoneum.trauma pada peritoneum dan stimulasi respon inflamasi (sitokin pro inflamasi ; IL-1, IL-6, TNF-α) dapat disebabkan oleh hal-hal : trauma operasi, iskemia jaringan, infeksi, reaksi alergi, darah, benda asing iritatif 2,3,5,27,33 Proses pembedahan menyebabkan trauma pada peritoneum, yang kemudian akan menimbulkan pelepasan berbagai sitokin, sehingga mengakibatkan respon inflamasi pada peritoneum. Tahap berikutnya, setelah proses inflamasi berlalu dan bersamaan dengan berjalannya proses penyembuhan peritoneum, akan terbentuk fibrinous adhesion dan akhirnya menjadi adhesi permanen. Aposisi atau kontak antara dua permukaan peritoneum yang mengalami cidera akan mengakibatkan terbentuknya fibrinous adhesion, tidak saja pada saat operasi, namun juga hingga hari ke 3-5 pasca bedah. 2 Berdasarkan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli sejak lima dekade terakhir, adhesi yang permanen dapat dicegah dengan menggunakan teknik pembedahan yang baik. Berbagai teknik untuk mencegah adhesi dapat lebih baik dicapai dengan bedah laparoskopik. Pada bedah laparoskopik luka operasi jauh berkurang, manipulasi jaringan lebih terbatas, kekeringan jaringan terhindarkan, penggunaan benda asing sangat minimal, sarung tangan tidak digunakan di dalam rongga peritoneum, dan pemulihan lebih cepat, sehingga akan menurunkan resiko terjadinya adhesi intraperitoneal. 1,10,12 55

Adhesi sebenarnya merupakan konsekuensi alami dari trauma bedah dan penyembuhan. Luka operasi akan memicu beberapa reaksi yang memicu pembentukan adhesi melalui proses peradangan. 1,2,6 Trauma bedah merangsang serangkaian perubahan hormonal dan metabolisme yang merupakan respon terhadap stres. Operasi juga menginduksi peristiwa neurohormonal yang meliputi aktivasi sistem saraf simpatik dan diawali oleh stimulasi poros hipotalamus-hipofisis-adrenal. Kemudian korteks adrenal diaktifkan, mempromosikan pelepasan neurohormonal pemancar yang akan mempengaruhi intensitas nyeri pasca operasi dan durasi dari ileus pasca operasi. ACTH, katekolamin, kortisol, dan glukagon semua memainkan peran penting dalam mediasi respon stres.. 37 Stres akan menyebabkan hipothalamus mensekresi Corticotropic Releasing Hormone (CRH) diman CRH ini akan menuju ke kelenjar pituitari sehingga akan terjadi sekresi Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) ke dalam sirkulasi darah. ACTH akan mencapai kelenjar adrenal dan menyebabkan sekresi kortisol yang menimbulkan efek antiinflamasi dan immunosupresif. 39 Segera setelah tindakan bedah, kadar kortisol akan meningkat dengan cepat sebagai akibat dari stimulasi oleh ACTH. Dari nilai normal rata-rata yang berkisar 400 nmol liter, akan mencapai kadar puncak sampai 1500 nmol liter, tergantung dari beratnya trauma, dalam waktu 4 sampai dengan 6 jam. 38 Kortisol memiliki efek metabolik terhadap karbohidrat, lemak, dan protein. Kortisol memicu pemecahan protein dan glukoneogenesis dalam hati, penggunaan glukosa oleh sel dihambat sehingga kadar gula darah meningkat, selain itu kortisol juga memicu lipolisis. Kortisol juga memiliki efek glukokortikoid lain khususnya terkait dengan aktifitas anti inflamasi, dimana kortisol mengahambat akumulasi makrofag dan netrofil dalam area inflamasi dan dapat mengganggu sintesis mediator inflamasi. 39 Adanya gangguan pada afinitas fibrinolisis ini telah diketahui sebagai penyebab terjadinya adhesi intraperitoneal Cedera pada lapisan sel mesothel 56

peritoneum akan mengakibatkan pelepasan berbagai sitokin dan mediator proinflamasi oleh sel-sel mesothelium peritoneum maupun endothel pembuluh darah yang terluka ( IL-1, IL-6), Akibat produksi sitokin-sitokin tersebut akan menstimulasi proses aktifitas kaskade sistem koagulasi darah dan menekan aktifitas PA dan meningkatkan aktifitas PAI-1.Dengan makin besar luka / trauma akan menambah efek stress dan memperpanjang proses inflamasi yang berakibat gagal / lambatnya proses fibrinolisis, sehingga fibrinous adhesion lambat diuraikan berakibat terbentuknya adhesi permanen. 57