Marjinalisasi dan Afirmasi

dokumen-dokumen yang mirip
MAKNA INTEGRASI DENGAN INDONESIA MENURUT ORANG PAPUA

BAB I PERKEMBANGAN SEJARAH HUKUM AGRARIA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

MENGAPA TAPOL DI PAPUA TOLAK RENCANA PEMBERIAN GRASI?

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa hal. yang dapat disimpulkan di antaranya adalah :

FAKTOR-FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN DIALOG JAKARTA JAYAPURA 1

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA

BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Bangsa yang majemuk, artinya Bangsa yang terdiri dari beberapa suku

BAB I PERKEMBANGAN POLITIK DAN HUKUM AGRARIA DI INDONESIA

Pendahuluan BAB I. 1. Latar Belakang

KORPRI PROFESIONAL, LAYANAN MASYARAKAT MAKSIMAL Oleh : waryoto

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

Problem Papua dan Rapuhnya Relasi Kebangsaan

BAB V KESIMPULAN. didukung berbagai sumber lainnya, menunjukkan bahwa terjadinya kontinuitas

Adela Siahaan dan Siti Jubaedah Pendidikan Sejarah, FKIP-UNRIKA

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

TUGAS AKHIR PANCASILA. Eksistensi Pancasila Dalam Konteks Modern. dan Global Reformasi

UKBM SEJARAH 3.2/4.2/1/2-1

dari periode yang awal sampai pada periode-periode berikutnya?. Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang

I. PENDAHULUAN. berdomisili di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian disektor

Papua akan terselamatkan secara komprehensif jika Islam diterapkan secara kaffah.

PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN. melarat, dan mereka yang berada ditengah tengahnya. Uraian yang dikemukakan Aristoteles itu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1951 TENTANG NASIONALISASI DE JAVASCHE BANK N.V. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH MILITER PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1

INTEGRASI PAPUA KE DALAM INDONESIA: TINJAUAN SEJARAH

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA (PTUN)

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 SKOUW WUTUNG. A. Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum ( rechtsstaat), dengan

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA. Muhlisin, S.E., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. ras, etnis, bahasa dan juga agama yang beragam, karena itulah Indonesia disebut sebagai

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilakukan sebagai salah satu cara untuk. itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1956 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM PROPINSI IRIAN BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ).

MEMAHAMI ASPIRASI DAERAH UNTUK MENGUKUHKAN NKRI Satu Abad Mr. Sjafruddin Prawiranegara Palembang, 26 Juni 2011

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki,

KEADILAN UNTUK MASYARAKAT PAPUA

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2

Penyelenggara Pemilu Harus Independen

INTEGRASI NASIONAL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Sabtu, 06 Januari 2018

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakatnya agar menjadi manusia seutuhnya yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tangan terhadap hubungan hukum antara manusia dengan tanah di Indonesia.

No kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, berasaskan Pancasila. Peran optimal ini dapat diwujudkan dengan menjadikan perguruan tin

the Right of Indigenous Peoples, melalui suatu pemungutan suara (roll-call vote),

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

abad ke-19 kota Tarutung dulunya sudah ramai dikunjungi oleh orang-orang disebut Onan Sitahuru (= pasar barter) di perkampungan Saitnihuta sekarang.

Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa-2

PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 25 TAHUN 1969 TENTANG SATYALANCANA PEPERA Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1975 Tanggal 5 Mei 1975

KONSOLIDASI DEMOKRASI UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN BARAT BENTUK BARU (Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1962 Tanggal 1 Januari 1962)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum PT PLN (Persero) Area Surabaya Selatan Sejarah PT PLN (Persero) Area Surabaya Selatan

LATIHAN SOAL PENDIDIKAN PANCASILA IPB 111 UNIT MATA KULIAH DASAR UMUM

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG NASIONALISASI DE JAVASCHE BANK N.V.

PENYELENGGARAAN PEKAN RAYA DAN PAMERAN INDONESIA PEKAN RAYA DAN PAMERAN INDONESIA. PENYELENGGARAAN.

BAB IV PEMODELAN DAN REKOMENDASI PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA. 4.1 Pemodelan Konflik Papua (Matrik Payoff Konflik)

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengamati sejarah perkembangan ekonomi Indonesia sejak

Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia

PERANAN BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DALAM PEMBANGUNAN PLANOLOGI KEHUTANAN KATA PENGANTAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. dengan istilah Kolonisasi. Pelaksanaan kolonisasi pada waktu itu adalah dengan tujuan untuk

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEJARAH INDONESIA SMK NEGERI 3 JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

MANUSIA DAN PERADABAN

POTENSI PELANGGARAN HAM DALAM BERBAGAI KEBIJAKAN NEGARA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAK MASYARAKAT ADAT DALAM BIDANG HAK SIPOL

Keterangan Pers Presiden RI Terkait Surat Balasan PM. Australia, 26 Nov 2013, di Kantor Presiden Selasa, 26 November 2013

(1) PENCERMATAN DAN PERNYATAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Indonesia akan menyelenggarakan pilpres setelah sebelumnya pilleg. Akankah ada perubahan di Indonesia?

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde

Refleksi Kritis Kondisi Pendidikan di Papua 1

diskriminasi di kalangan masyarakat, yang dapat berakibat terhambatnya pelaksanaan catatan sipil di Indonesia. Kemudian atas dasar Instruksi

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH KELAS XI IPS 2011

Transkripsi:

PAPUA DAN INDONESIA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI: Marjinalisasi dan Afirmasi Oleh: Simon P. Morin Seminar Akhir Tahun Tim Kajian Papua P2 Politik LIPI dan Jaringan Damai Papua (JDP) Integrasi Sosial Ekonomi, Sosial Budaya dan Sosial Politik Papua ke Indonesia: Tinjauan Akademik Auditorium LIPI, Lantai 2 Kamis, 18 Desember 2014

PAPUA DI ERA KOLONIAL 1602-1945 Merupakan bagian dari kerajaan dagang VOC dan wilayah Hindia Belanda yang tidak diperhatikan sama sekali karena tidak menguntungkan secara ekonomis baik bagi VOC maupun pemerintah kolonial; Jumlah penduduknya sedikit, masih pada tahap perkembangan pra-moderen dan tidak bersahabat; Kemajuan sosial di Papua adalah hasil pekerjaan misi Kristen (1855) di bagian utara dan misi Katolik di bagian selatan Papua (1905) di Merauke; Tidak ada kemajuan ekonomi (Papua Bumi yang dilupakan Het vergeten aarde)

PAPUA DI ERA KOLONIAL 1945 1963 (lanjutan) 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka tanpa Papua; Belanda mendorong Papua ke arah berbeda (right of self-determination); Sejumlah kemajuan diperkenalkan di kota kota pantai (pendidikan, kesehatan dan pembangunan infra-struktur terbatas); 70% penduduk asli masih terisolir di Pegunungan Tengah dan baru mulai disentuh oleh misi Kristen dan Katolik pada awal tahun 1950-an;

PAPUA DI ERA KOLONIAL (lanjutan) 1945-1963 Perdagangan dikuasai sejumlah pedagang Tionghoa; Ekonomi Papua bergantung dari import; Pekerjaan kontraktor ditangani Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah dan sejumlah kontraktor Belanda; Penduduk asli baru diperkenalkan kepada tahapan mengumpul hasil bumi seperti pala, kulit kayu masohi, getah damar, kopra, teripang, kulit buaya dll. dan transaksi dengan pedagang Tionghoa sebagian besar dilakukan dengan barter untuk kebutuhan sehari-hari;

PAPUA DI ERA KOLONIAL (lanjutan) 1945-1963 Penduduk asli Papua belum mengenal ketrampilan berusaha; Terdapat dualisme ekonomi tradisional vs moderen/pasar tanpa saling mengintervensi wilayah masing-masing; Pasar tradisional di kota kota diadakan seminggu sekali pada hari Sabtu dan hanya untuk masyarakat lokal; Pada pertengahan tahun 1950-an Belanda memperkenalkan tanaman kakao di Yapen (Serui) dan Genyem (Jayapura) sebagai komoditi perkebunan untuk tujuan eksport dan tanaman tebu di Merauke.

PAPUA DI ERA KOLONIAL (lanjutan) 1945-1963 Kepentingan dan kebutuhan ekonomi penduduk asli dan kepentingan dan kebutuhan ekonomi orang Belanda (19.000 orang) tidak sama; Orang Belanda tidak berkepentingan menguasai tanah atau peluang ekonomi yang ditekuni penduduk asli Papua; Tercipta suatu pola hubungan yang tidak membuat penduduk asli terdesak; Semua kebutuhan berupa sandang pangan tersedia serta pelayanan pendidikan dan kesehatan di berikan dengan cuma-cuma.

1963 - sekarang Tanggal 1 Mei 1963 Papua secara de facto dikembalikan ke Indonesia berdasarkan New York Agreement 15 Agustus 1962. Masa bulan madu di bawah Presiden Soekarno berlangsung dua tahun (1963 1965) membuat penduduk asli Papua tidak menyadari akan datangnya masa-masa sulit; Ratusan putera/puteri Papua dikirim ke Pulau Jawa mengikuti berbagai pendidikan dan latihan; Diterapkan karantina politik membatasi penduduk dari daerah lain masuk ke Papua sehingga menciptakan rasa amandannyamansemubagipendudukasli; Dibentuk Sekretariat Koordinator Irian Barat untuk menangani masalah-masalah Papua secara khusus;

1963 sekarang (lanjutan) Tahun 1965 terjadi peralihan rezim dan Papua memasuki era baru di bawah Presiden Soeharto; Upaya memenangkan Pepera tahun 1969 dilakukan dengan pendekatan keamanan dan operasi militer yang menyebabkan jatuhnya korban di kalangan penduduk asli; Pengalaman manis di era Soekarno di ganti dengan masa penderitaan yang tak terbayangkan sebelumnya;

1963 sekarang (lanjutan) Pepera terlaksana pada tahun 1969 dan Papua secara de facto dan de jure menjadi bagian dari Indonesia; Pendekatan keamanan berkelanjutan sehingga rakyat Papua tidak memiliki masa yang normal untuk berbenah diri; Pada tahun 1970 pemerintah melaksanakan Pembangunan Nasional secara terencana melalui Repelita; Politik karantina dicabut dan Papua menjadi daerah terbuka;

1963 sekarang (lanjutan) Kebutuhan pembangunan yang terus meningkat menarik migran yang mempunyai berbagai skill dari seluruh pelosok Indonesia ke Papua; Pemerintah juga menyelenggarakan program transmigrasi untuk menanambah jumlah penduduk dengan alasan agar terjadi transfer of knowledge dan tumbuhnya pusat-pusat produksi yang menggairahkan ekonomi daerah; Terjadi arus masuk penduduk dari luar yang deras dan terjadi semacam silent take over atas berbagai peluang ekonomi yang tercipta;

1963 sekarang (lanjutan) Penduduk asli Papua yang tidak memiliki ketrampilan berusaha mulai tersisih karena tidak siap untuk mengambil manfaat dari pembangunan yang berlangsung di daerahnya; Kondisi ini lebih diperparah lagi dengan pendekatan politik dan keamanan yang begitu dominan dan tidak ada usaha yang sungguh-sungguh dari pemerintah untuk melindungi dan memperkuat penduduk asli di bidang ekonomi;

1963 sekarang (lanjutan) Seluruh lapisan dunia usaha mulai dari kontraktor dan distributor besar dan menengah serta usaha kecil di pasar-pasar dikuasai para migran yang memang sudah siap dari daerah asal; Penduduk asli hanya penjual pinang dan bahan makanan lokal di emper-emper pasar; Proses marjinalisasi ini terus berlangsung di era Orde Baru selama 30 tahun sehingga menciptakan rasa kecewa dan sakit hati yang mendalam di kalangan penduduk asli Papua;

1963 sekarang (lanjutan) Pada tahun 1998 tiba masa reformasi ditandai dengan lengsernya Jenderal Soeharto ; Penduduk asli Papua bangkit dan menyatakan ketidakpuasannya yang diekspresikan dengan cara menuntut pemisahan diri; MPR-RI melalui TAP MPR No.IV tahun 1999 membuka ruang untuk pemberian status otonomi khusus dan lahirlah Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua yang diharapkan menjadi platform untuk perbaikan kondisi dan posisi rakyat Papua yang termarjinalisasi dalam berbagai bidang khususnya bidang ekonomi;

1963 sekarang (lanjutan) Ternyata niat baik dari undang-undang tersebut dalam implementasinya tidak menyentuh akar permasalahannya; Ada tambahan dana yang luar biasa melalu OTSUS namun akar permasalahan tetap tidak terselesaikan karena dana tersebut tetap jatuh ke tangan para pengusaha yang bukan penduduk asli dan mengalir keluar Papua; Ketidak puasan penduduk asli terus berlanjut dan bahkan UU OTSUS pernah diusulkan dua kali melalui Majelis Rakyat Papua untuk dikembalikan kepada pemerintah;

1963 sekarang (lanjutan) Pertanyaan yang timbul: Apa yang salah dengan OTSUS? OTSUS tidak didukung dengan aturan-aturan untuk mengimplementasikannya sesuai semangat yang terkadung di dalamnya yaitu afirmasi kepada penduduk asli Papua; Banyak pejabat pemerintah baik di pusat maupun daerah tidak tahu atau tidak mau tahu menahu tentang implementasi OTSUS; Otsus hanya dianggap sebagai kebijakasanaan untuk menambah aliran dana dari pusat ke Papua dan ada proyek-proyek baru; Tidak ada upaya-upaya yang sungguh baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk membuat OTSUS menjadi kebijaksanaan yang berhasil mensejahterakan penduduk asli Papua;

KESIMPULAN Penduduk asli Papua memang tidak siap secara kultural dan teknis untuk menghadapi masa depan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya; Sejarah penjajahan yang panjang mengabaikan mereka dalam pusaran perobahan dunia sehingga mereka mengalami apa yang disebut filsuf Inggris Whitehead a penalty of being late hukum keterlambatan. Proses integrasi yang menimbulkan banyak masalah lebih banyak didekati dari sisi keamanan dan politik sehingga mengabaikan pendekatan ekonomi yang mestinya dapat menyelesaikan persoalan politik. Kedepan dibutuhkan kemauan politik yang kuat dari pemerintah untuk mengevaluasi kegagalan yang ada dan merumuskan kebijakan ekonomi yang dapat memampukan orang asli Papua membangun masa depannya dengan lebih baik.

PENUTUP Demikianlah beberapa catatan dari saya pada acara refleksi tahunan LIPI tentang Papua. Jakarta, 18 Desember 2014 Simon Patrice Morin