BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah instansi pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research design)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syerel Nyongkotu, 2015

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK KERJA BENGKEL DI SMKN 4 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses bimbingan siswa yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. selama ini proses pendidikan yang dilakukan hanya satu arah, dengan guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan manfaat yang banyak

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah di daerahnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk

Sumarwan Samsul Hadi. Pendidikan Teknik Mesin, FKIP UST Yogyakarta ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul skripsi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu. mengembangkan kemampuan berfikir anak, karena keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen yang berperan dalam upaya peningkatan kualitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tyas Lestari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan. kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan yang bermutu, akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan era globalisasi, diperlukan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peran guru mulai dari persiapan, proses sampai tindak lanjut

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tercantum dari tujuan Sekolah Menengah Kejuruan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

p-issn : e-issn :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri Pancatengah merupakan Unit Sekolah Baru (USB) dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rangkaian penguat merupakan sistem yang tidak dapat ditinggalkan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Richard Suchman (dalam Widdiharto: 2004) mencoba mengalihkan

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa siswa yang dilakukan peneliti di SMK Bustanul Ulum Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada proses belajar mengajar ada interkasi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru, dimana

PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (menanya), experimenting (mencoba), associating (menalar), dan networking (membentuk jejaring).

1. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu yang mengaplikasikan konsep dalam kehidupan nyata.

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan manusia. Kita dapat mengembangkan kemampuan pribadi, daya

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

Penulis : Ageng Prakoso Rubi/NIM Dosen Pembimbing : Zamtinah, M.Pd/NIP

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat belajar untuk mengembangkan dirinya sehingga dapat mendayagunakan potensi alam dan lingkungan untuk memenuhi kepentingan hidupnya, serta dapat menghasilkan manusia yang produktif yang nantinya dapat membangun dirinya sendiri dan kelompokkelompok tempat ia tumbuh dan berkembang. Menyadari hal tersebut, maka pembangunan di bidang pendidikan sekolah mendapatkan perhatian yang besar dari pemerintah. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan dilakukan melalui berbagai usaha, diantaranya: penyempurnaan kurikulum, melengkapi sarana dan prasarana pendidikan, melaksanakan penataran dan pelatihan tenaga pendidik, penempatan dan pemerataan tenaga pendidik, serta penerapan model-model pembelajaran baru. Demi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran yang dapat mendukung program produktif yang berkualitas, efektif, efisien, dan relevan, serta kontributif sebagaimana tuntutan kurikulum, maka diperlukan semacam model atau contoh pembelajaran yang dapat melayani kebutuhan siswa dalam memaksimalkan penguasaan program diklatnya dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan di masa datang. Model/contoh pembelajaran, pedoman, atau 1

2 sejenisnya tersebut menjadi kebutuhan mendesak guna menjawab tuntutan kurikulum dan kebutuhan dunia industri dan usaha. Berdasarkan hasil observasi pada saat peneliti di SMK Al-Falah Dago Bandung yang kurang lebih berlangsung selama satu semester, ternyata hasil belajar pada pelajaran Alat Ukur dan Pengukuran Listrik (AUPL) siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK Al-Falah Dago Bandung masih dikategorikan rendah yaitu nilai rata-rata UTS siswa adalah 66,67 untuk kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik 1 SMK Al-Falah Dago Bandung dan 67,30 untuk kelas Teknik Instalasi Tenaga Listrik 2 SMK Al-Falah Dago Bandung, hal ini berarti masih banyak siswa yang mempunyai nilai dibawah nilai syarat kelulusan mata pelajaran yaitu 70,00. Sebanyak 16 siswa di kelas Teknik Instalasi Tenaga Listrik I dan 13 siswa di kelas Teknik Instalasi Tenaga Listrik II mempunyai nilai di bawah 70,00. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut menunjukkan rendahnya pemahaman siswa terhadap pelajaran. Hal ini disebabkan karena pembelajaran didominasi dengan metode ceramah yang berpusat pada guru. Guru lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa, komunikasi yang terjadi yaitu komunikasi satu arah, dimana gurulah yang aktif memberikan materi pelajaran kepada siswa, sementara siswa cenderung tidak memperhatikan guru, akibatnya siswa memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan dan konsep, sehingga siswa cenderung lebih cepat bosan dalam mengikuti pelajaran yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.

3 Ketidaktercapaian hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan sepenuhnya tidaklah dibebankan kepada guru semata, banyak faktor lain yang menyebabkan hal itu terjadi. Misalnya faktor internal dari dalam diri siswa itu sendiri, pengaruh lingkungan, dan lain sebagainya. Namun pada dasarnya guru merupakan kunci utama dalam pencapaian hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu adanya strategi dalam pembelajaran AUPL agar pembelajaran di kelas terasa menyenangkan dan tidak membosankan. Dari kenyataan dan pandangan yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang timbul adalah bagaimana upaya peneliti untuk memperbaiki/ meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan diterapkannya suatu model pembelajaran yang inovatif, diharapkan mampu membangkitkan motivasi para siswa untuk belajar. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat suatu model pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh baik fisik maupun mental untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka yaitu model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry). Inkuiri terbimbing merupakan suatu pendekatan inkuiri dimana guru mempunyai peranan lebih aktif dalam menetapkan permasalahan dan tahaptahap penyelesaiannya. Dan suatu model pembelajaran yang menuntut siswa diharapkan aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya membuat kesimpulan sendiri pengetahuan maupun jawaban yang

4 diinginkan yaitu model pembelajaran Problem Based Learning. Problem Based Learning merupakan satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata. Dalam penelitian ini akan dicari perbandingan hasil belajar siswa pada pembelajaran Alat Ukur dan Pengukuran Listrik (AUPL) yang menggunakan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Alat Ukur dan Pengukuran Listrik (AUPL) yang menggunakan pembelajaran pendekatan Problem Based Learing. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis memfokuskan penelitian ini dengan kajian : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATA DIKLAT ALAT UKUR PENGGUNAAN LISTRIK (AUPL) DI SMK AL-FALAH DAGO BANDUNG. 1.2. Identifikasi Masalah Dalam proses penelitian diperlukan suatu proses identifikasi terhadap faktor-faktor yang bisa mempengaruhi permasalahan yang sedang diteliti, sehingga bisa lebih jelas dan mudah. Oleh karena, peneliti mengidentifikasikan masalah tersebut dipengaruhi faktor-faktor berikut:

5 1. Proses pembelajaran yang berlangsung selama ini lebih berorientasi pada teacher centered dibanding student centered, seperti metode ceramah yang sering digunakan dan pemberian tugas-tugas oleh guru, sehingga membuat siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. 2. Proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung monoton sehingga motivasi belajar siswa kurang, siswa pasif, kurang terbiasa untuk berinteraksi sosial dengan guru atau teman sekelasnya. 3. Perlu adanya revitalisasi strategi pembelajaran lain sebagai alternatif yang dapat meningkatkan kemampuan penguasaan materi dan hasil belajar siswa. 1.3. Perumusan Masalah Dalam suatu penelitian terlebih dahulu harus dirumuskan masalah yang diteliti secara jelas agar maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian lebih terarah dan mudah dalam menentukan metode mana yang cocok untuk dapat digunakan dalam pemecahan masalah tersebut. Pendapat tersebut mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto (2006:24) yang memandang bahwa: Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus mulai, kemana harus pergi dan dengan apa. Dengan demikian, sesuai dengan latar belakang masalah maka rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

6 1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)? 2. Bagaimana hasil belajar dengan pembelajaran Problem Based Learning (PBL)? 3. Bagaimana perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dengan hasil belajar dengan pembelajaran Problem Based Learning (PBL)? 1.4. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah agar dalam pembahasannya tepat menuju sasaran dan tidak menyimpang. Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, maka masalah penelitian akan dibatasi dengan pembatasan sebagai berikut : 1. Bahwa kajian yang akan diteliti dibatasi hanya pada program diklat Alat Ukur dan Pengukuran Listrik (AUPL). 2. Sampel yang digunakan adalah siswa SMK jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik kelas XI di SMK Al-Falah Dago Bandung. 3. Penelitian ini untuk melihat perbandingan prestasi belajar siswa yang menggunkan pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dengan siswa yang menggunakan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada program diklat Alat Ukur dan Pengukuran Listrik (AUPL) di SMK Al-Falah Dago Bandung.

7 1.5. Variabel Penelitian Variabel menurut Suharsimi Arikunto adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Sesuai dengan masalah yang diberikan di atas, variabel yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas (X) Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah model pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). 2. Variabel terikat (Y) Dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikat adalah hasil dari tes awal dan tes akhir yang diberikan pada masing masing kelas yaitu kelas eksperimen I dan Kelas Eksperimen 2. Rancangan Penelitian Kelompok / kelas Pre Test Perlakuan Post Test Eksperimen I Y 1 X 1 Y 2 Eksperimen II Y 1 X 2 Y 2 Keterangan : X 1 = Mengunakan metode Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry). X 2 = menggunakan metode Problem Based Learning (PBL).

8 1.6. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manakah pembelajaran pada program diklat Penggunaan Alat Ukur Listrik dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada program diklat Alat Ukur dan Pengukuran Listrik siswa SMK jurusan elektonika industri di SMK Al-Falah Dago Bandung. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry). 2. Untuk mengetahui hasil belajar dengan pembelajaran Problem Based Learning (PBL). 3. Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dengan hasil belajar dengan pembelajaran Problem Based Learning (PBL). 1.7. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi tentang hasil pembelajaran siswa dengan menggunakan pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dengan hasil belajar dengan pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

9 2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dengan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai upaya meningkatkan keaktifan belajar, kreativitas dan hasil belajar siswa. 3. Bagi sekolah, pendekatan yang dikembangkan ini dapat diterapkan di sekolah, kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan dapat merekomendasikan kepada guru-guru untuk menggunakan pendekatan ini pada saat pembelajaran. 1.8. Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran dalam memahami judul yang diajukan, maka peneliti mencoba untuk menjelaskan beberapa istilah yang ada, yaitu: 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perbandingan berarti perbedaan. Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa perbandingan adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain sehingga dapat dilihat persamaan dan perbedaannya. Dalam penelitian ini diartikan membandingkan rata-rata skor peningkatan siswa (gain/peningkatan) antara pretest dan posttest pada kedua kelompok eksperimen untuk menentukan apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara model pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). 2. Nana Sudjana (1992:2) menyatakan bahwa, hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil proses kegiatan

10 belajar yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan seperti yang tercakup dalam tujuan pembelajaran. Hasil belajar dalam penelitian ini hanya meliputi aspek kognitif (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi). 3. Model Pembelajaran Inkuiri Menurut Webster s : New Collegiate Dictionary, kata inkuiri berarti pertanyaan atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi pendekatan inquiri sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak / siswa untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Pendekatan belajar dengan model inquiri terdiri atas lima tahapan, yaitu : a. Tahap pertama adalah penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada situasi teka-teki. b. Tahap kedua adalah pengumpulan dan verifikasi data. Siswa mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang mereka lihat atau alami. c. Tahap ketiga adalah eksperimen. Siswa melakukan eksperimen untuk mengeksplorasi dan menguji secara langsung. d. Tahap keempat adalah mengorganisir data dan merumuskan penjelasan. e. Tahap kelima adalah mengadakan analisis tentang proses inquiri. (Hilda Karli dan Margaretha, 2002).

11 4. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided inquiry) Inkuiri terbimbing merupakan suatu pendekatan inkuiri dimana guru mempunyai peranan lebih aktif dalam menetapkan permasalahan dan tahap-tahap penyelesaiannya. Maksud guru lebih aktif disini adalah bahwa guru membuat sebagian besar perencanaannya. Inilah yang menjadi ciri khusus yang membedakan inkuiri terbimbing dari jenis inkuiri lainnya. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. 5. Model Problem Based Learning Model problem based learning merupakan model yang digunakan sebagai sebuah pendekatan yang lebih menekankan keaktifan siswa sebagai pusat dalam proses pembelajaran, sehingga pendekatan ini lebih merangsang siswa untuk belajar, berpikir inovatif serta mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Problem Based Learning adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata. Menurut Wina Sanjaya (2007:212), model Problem Based Learning dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari model ini :

12 a. Model ini merupakan serangkaian aktivitas pembelajaran, yang berarti dalam implementasi ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir ilmiah. Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan model Problem Based Learning John Dewey (dalam Wina Sanjaya, 2007:215) menjelaskan 6 langkah model Problem Based Learning yang kemudian dia namakan model problem solving, yaitu : a. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan b. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. c. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. d. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. e. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

13 f. Merumuskan rekomendasikan pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasikan yang dapat dilakukan sesuai dengan rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan. 6. Program Diklat Alat Ukur dan Pengukuran Listrik (AUPL) merupakan salah satu program diklat produktif yang wajib diikuti oleh siswa Kelas XI di SMK Al-Falah Dago Bandung, Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik. 1.9. Hipotesis Untuk mengarahkan kegiatan penelitian terhadap masalah yang diteliti, maka disusunlah beberapa hipotesis penelitian yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian. Suharsimi Arikunto (2002:64) mengemukakan bahwa Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Adapun hipotesis penelitian ini sebagai berikut : 1. Hipotesis (H o ) : tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran eksperimen berbasis Inkuiri Terbimbing dengan siswa yang menggunakan model Problem Based Learning. 2. Hipotesis (H 1 ) : terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran eksperimen berbasis Inkuiri Terbimbing dengan siswa yang menggunakan model Problem Based Learning.

14 1.10. Metodologi Penelitian Dalam melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus menentukan metode apa yang akan dipakai karena menyangkut langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengarahkan dan sebagai pedoman dalam kegiatan penelitian. Pemilihan dan penentuan metode yang dipergunakan dalam suatu penelitian sangat berguna bagi peneliti karena dengan pemilihan dan penentuan metode penelitian yang tepat dapat membantu dalam mencapai tujuan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu dengan memberikan perlakuan yang berbeda terhadap dua kelompok siswa. Kelompok eksperimen pertama mendapatkan pengajaran dengan menggunakan pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dan kelompok eksperimen kedua mendapatkan pengajaran dengan pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Untuk melihat keterkaitan antara dua variabel atau lebih melalui analisis data yang didapat sehingga menghasilkan kesimpulan yang dapat diakui kebenarannya. Variabel yang ada dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai variabel (X), dan prestasi belajar siswa pada program diklat Alat Ukur dan Pengukuran Listrik (AUPL) di SMK Al-Falah Dago Bandung sebagai variabel (Y).

15 1.11. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan peneliti di SMK AL-Falah Dago Bandung, sampel digunakan yaitu, kelas 2 Teknik Instalasi Tenaga Listrik 1, dan kelas 2 Teknik Instalasi Tenaga Listrik 2 sebanyak 71 orang siswa yang mengikuti mata diklat Alat Ukur dan Pengukuran Listrik (AUPL). Pemilihan kedua kelas tersebut dikarenakan siswa dari kedua kelas tersebut merupakan siswa-siswa didik saya dan tidak mengganggu jam pelajaran orang lain. 1.12. Sistematika Penulisan Sistematika dari penulisan ini akan terdiri dari lima bab. Dimulai dari : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini mengemukakan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, definisi operasional, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lokasi dan sampel penelitian, serta sistematika penulisan BAB II LANDASAN TEORITIS Berisi teori-teori yang berkaitan dengan model pembelajaran inkuiri, jenis-jenis pembelajaran inkuiri, model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), cara pelaksanaan inkuiri terbimbing, model pembelajaran eksperimen, problem based learning, model problem based learning, ciri-ciri problem based learning, tujuan problem based learning, dan langkah-langkah problem based learning.

16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang metode penelitian, variable dan paradigma penelitian, data dan sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, uji coba instrumen penelitian, teknik analisis data dan kisi-kisi instrumen penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini mengemukakan pembahasan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Membahas tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saransaran yang diberikan.