BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaki, Aboe. 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang pertama kali menemukan dan menyelidiki karet atau elastic gum ialah Pietro

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas

IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA. Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai faktor. Faktor faktor tersebut selain faktor yang menyangkut

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah kecil bagian bukan karet, seperti lemak, glikolipid, fosfolid, protein,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Biji Kemiri Sumber : Wikipedia, Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian pada hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar

1. PENDAHULUAN Perkernbangan perturnbuhan perekonornian lndonesia kurang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDY PERSYARATAN FISIK ASPAL MODIFIKASI DENGAN PEMANFAATAN KARET ALAM SIKLIK (CYCLIC NATURAL RUBBER) Oleh: ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat di pasaran dunia. Sifat-sifat, spesial karakteristik dan harga

BAB 1 PENDAHULUAN. Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet

BAB I PENDAHULUAN. dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

I. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis

Mulai. Studi pustaka. Pengumpulan d. Penyusunan control chart Xbar-R dengan Minitab. - Po - PRI. Apakah control chart. terkendali?

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

K O P A L SNI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

Pengertian sticker dan jenisnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. utama getah karet adalah pohon karet Para Hevea Brasiliensis. (Euphorbiaceae). Saat ini Asia menjadi sumber karet alami.

TUGAS AKHIR STUDI PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PRES MOLD KARET ALAM UNTUK KOMPONEN SEPEDA MOTOR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai

I. PENDAHULUAN. perekonomian. Industrialisasi adalah salah satu metode untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini. sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan.

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam dunia industri, kualitas merupakan faktor dasar yang

METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali diujicobakan di kedua daerah tersebut adalah species Ficus elastica atau

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi spesifikasi perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan laba

Ekstraksi Biji Karet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang cukup panjang. Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai Benua Baru. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon pohon itu hidup secara liar di hutan hutan pedalaman Amerika yang lebat. Delapan belas tahun kemudian para pendatang dari Eropa mempublikasikan penemuan Michele de Cuoneo. Pengenalan bahan baku karet ini kemudian berlanjut di daerah Seville pada tahun 1524. Para ilmuwan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat dalam bahan tersebut agar dapat digunakan untuk membuat alat yang bermanfaat bagi kehidupan manusia sehari hari.

Dengan bantuan penduduk asli, tim ekspedisi Peru menelusuri daerah tempat tumbuhnya tanaman karet. Mereka berhasil menjumpai tanaman karet yang bisa diambil getahnya tanpa harus menebang pohonnya terlebih dahulu seperti yang biasa dilakukan sebelumnya. Cara baru yang ditemukan adalah dengan melukai kulit batang tanaman. Tanaman yang dilukai batangnya ini diperkenalkan sebagai tanaman Havea. Pengenalan pohon havea membuka langkah awal yang sangat pesat ke arah zaman penggunaan karet untuk berbagai keperluan. Cara pelukaan untuk memperoleh getah karet memang jauh efisien daripada cara tebang langsung. Lagipula dengan cara ini tanaman karet bisa diambil getahnya berkali kali. Orang orang Benua Eropa kemudian mengembangkan karet untuk aneka berang keperluan sehari hari. Mereka memanfaatkan karet sebagai bahan pembuat pakaian tahan air, alas penutup barang barang agar tidak basah tersiram air, botol karet, karet penghapus, serta banyak barang lainnya. Kata Rubber, bahasa Inggris untuk karet, berasal dari kata to rub yang memiliki arti menggosok atau menghapus. Penemuan penemuan baru terutama yang menyangkut pengetahuan fisika dan kimia menambah nilai karet untuk kepentingan manusia yang pada akhirnya berlanjut ke perkembangan industri dengan bahan baku karet. 2.2 Jenis Jenis Karet Ada dua jenis karet, yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet ini memilki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi. Kelemahan

karet alam bisa diperbaiki oleh karet sintetis dan sebaliknya, sehingga kedua jenis karet tersebut tetap dibutuhkan. Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh di bawah karet sintetis, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh keret sintetis. Adapun kelebihan kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah : 1. Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna, 2. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah, 3. Mempunyai daya aus yang tinggi, 4. Tidak mudah panas, dan 5. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan. Karet alam, jika dipanaskan menjadi lunak dan lekat, dan kemudian dapat mengalir. Karet alam larut sedikit demi sedikit dalam benzena. Akan tetapi, bilamana karet alam divulkanisasi, yakni dipanasi bersama sedikit belerang ( kira kira 2% ), ia menjadi bersambung silangan dan terjadi perubahan yang luar biasa pada sifatnya. Karet atau elastomer merupakan polimer yang memperlihatkan daya pegas atau kemampuan meregang kembali ke keadaan semula dengan cepat.

2.3 Karet Alam Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan melibas negara negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri di Daratan Amerika Selatan. Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Jenis jenis karet alam yang dikenal luas yaitu : 1. Bahan olah karet, 2. Karet konvensional, 3. Lateks pekat, 4. Karet bongkah, 5. Karet spesifikasi teknis, 6. Karet siap olah, dan 7. Karet reklim.

2.4 Karet Bongkah Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilangkan menjadi bandela bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri. Standar mutu karet bongkah Indonesia tercantum dalam SIR (Standard Indonesian Rubber). Tabel 2.1 : Standard Indonesian Rubber (SIR) SIR 5L SIR 5 SIR 10 SIR 20 SIR 50 Kadar kotoran maksimum 0,05% 0,05% 0,10% 0,20% 0,50% Kadar abu maksimum 0,50% 0,50% 0,75% 1,00% 1,50% Kadar zat atsiri maksimum 1,0% 1,0% 1,0% 1,0% 1,0% PRI minimum 60 60 50 40 30 Plastisitas P o minimum 30 30 30 30 30 Limit warna (skala lovibond) maksimum 6 - - - - Kode warna Hijau Hijau Merah Kuning 2.5 Karet Alam Siklik Apabila karet alam yang telah dicampur dengan katalis asam dipanaskan, maka struktur molekulnya akan berubah menjadi struktur bahan seperti resin. Perubahan tersebut terjadi karena karet alam mengalami modifikasi kimia. Perubahan struktur molekul karet alam tersebut dinamai siklisasi, karena struktur molekulnya telah mengalami perubahan dari keadaan rantai lurus menjadi rantai siklik. Perubahan ini

diikuti dengan peningkatan titik leleh, densitas dan indeks refrasinya, hasilnya dinamai karet alam siklik atau karet siklo. 2.6 Siklisasi Karet Alam Padat Siklisasi karet alam padat dilakukan dengan cara mencampur karet alam padat dengan katalis asam pada gilingan rol ganda atau pada mesin pencampur Banbury, lalu lembaran karet yang diperoleh dipanaskan pada suhu 125 o C 145 o C selama 1 4 jam. Jika katalis asam yang digunakan berbentuk cair, maka sebelum ditambahkan pada karet terlebih dahulu dicampur dengan bahan inert. Karet alam siklik biasanya digunakan sebagai bahan pengisi bahan jadi karet, dengan tujuan meningkatkan ketahanan kikis bahan jadinya. Selain itu karet alam siklik yang diperoleh dari siklisasi karet alam dalam keadaan padat juga dapat digunakan sebagai bahan baku bahan perekat, penempel karet pada logam atau permukaaan halus lainnya. 2.7 Keunggulan Karet Siklik Karet alam siklik berbeda dari karet alam asalnya, karena telah berubah menjadi produk baru seperti resin. Walaupun telah berubah menjadi sejenis resin, karet alam siklik tidak kehilangan beberapa sifat unggul karet alam. Karet alam siklik masih

dapat divulkanisasi, dan daya lekatnya lebih baik daripada karet alam asalnya, karena karet alam siklik bersifat keras dan kaku dalam keadaan dingin. Dengan keunggulan daya lekat yang mampu merekatkan karet pada logam atau permukaan licin lain dengan baik, karet siklik berpotensi digunakan sebagai bahan baku atau bahan peningkat daya lengket dalam pembuatan perekat elastis, serta bahan baku produk yang memerlukan kekuatan dan daya lekat baik seperti cat, pelapis, dan tinta cetak. Dengan sifatnya yang ringan, kaku dan dapat divulkanisasi, karet siklik berpotensi digunakan sebagai bahan pengisi atau resin pengkaku barang jadi karet tertentu. 2.8 Resiprena 35 Karet alam siklik telah diproduksi di Indonesia dengan merek dagang resiprena 35. Pabriknya merupakan relokasi dari Italia, sehingga menggunakan teknologi siklisasi pabrik asalnya, yaitu siklisasi larutan karet alam. Hampir keseluruhan produknya di ekspor ke berbagai negara, meneruskan pabrik asalnya. Resiprena 35 berhasil dengan baik diuji cobakan sebagai pengeras dalam pembuatan perekat kayu lapis, dan sebagai pengikat (Binder) dalam pembuatan cat marka jalan, dalam pembuatan sol dan alas karet, dan cukup mampu mengeraskan dan mengkakukan barang jadi karet tersebut. Resiprena 35 dicampur dengan karet alam siklik dari lateks pekat dapat memperlihatkan daya rekat yang cukup baik dalam melekatkan karet pada logam.

2.9 Bilangan Asam Bilangan asam adalah jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak. Bilangan asam merupakan ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH 0,1 N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak. Bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Caranya adalah dengan jalan melarutkan sejumlah minyak atau lemak dan diberi indikator phenolphtalein. Kemudian dititrasi dengan larutan KOH 0,5 N sampai terjadi perubahan warna merah jambu yang tetap. Besarnya bilangan asam tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tadi. BA = V KOH N KOH m M KOH Keterangan : BA : Bilangan Asam ( mgkoh / g ) V KOH : Volume KOH ( ml ) N KOH : Normalitas KOH ( N ) M KOH : Berat Molekul KOH m : Berat sampel (g )

Dari rumus di atas, M KOH adalah berat molekul larutan KOH yang nilainya dipergunakan adalah 56,11.