INOVASI METODE PENYULUHAN AGROFORESTRI UNTUK PERBAIKAN KEBUN DI SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
MOTIVASI PETANI DALAM KEGIATAN PENYULUHAN PENGELOLAAN KEBUN AGROFORESTRY : PEMBELAJARAN DARI KABUPATEN BANTAENG DAN BULUKUMBA, SULAWESI

: Motivasi Petani dalam Kegiatan Penyuluhan Pengelolaan Kebun Agroforestri: Pembelajaran dari Kabupaten Bantaeng dan Bulukumba, Sulawesi Selatan

Seminar Nasional Agroforestri 5, Ambon, November : Kebun Belajar Agroforestri (KBA): Konsep dan Pembelajaran dari Sulawesi Selatan dan Tenggara

KEBUN BELAJAR AGROFORESTRI (KBA) : KONSEP DAN PEMBELAJARAN DARI SULAWESI SELATAN DAN TENGGARA

KUALITAS, KUANTITAS DAN PEMASARAN KOPI ARABIKA DARI KEBUN AGROFORESTRI DI KABUPATEN BANTAENG, SULAWESI SELATAN

Dampak Pendampingan Terhadap Penghidupan Petani Agroforestri di Sulawesi Selatan

PERAN PENYULUHAN AGROFORESTRI DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PEDESAAN DI SULAWESI TENGGARA

Dampak Pendampingan Terhadap Penghidupan Petani Agroforestri di Sulawesi Tenggara

Agustus 2013 Upaya Menumbuhkan Semangat Wirausaha pada Petani

Seminar Nasional Agroforestri 5, Ambon, November 2014

PEMBIBITAN SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PENGHIDUPAN PETANI AGROFORESTRY SULAWESI TENGGARA : POTENSI DAN TANTANGAN

Perwakilan Pemerintah Kanada Menyaksikan Perkembangan AgFor Sulawesi

Enggar Paramita, Endri Martini, James M. Roshetko World Agroforestry Centre (ICRAF) ABSTRACT I.

Memperkuat Industri Kopi Indonesia melalui Pertanian Kopi Berkelanjutan dan (Pengolahan) Pascapanen

VALUASI PENGGUNAAN LAHAN DALAM PENGEMBANGAN AGROFORESTRI DI SULAWESI SELATAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

Siswa Magang di Tengah Petani Kopi Bantaeng

Januari 2016 Lika-liku Jalan Penetapan Perda Masyarakat Adat Kajang

PERAN KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN SEMARANG, PROPINSI JAWA TENGAH

KONTRIBUSI AGROFORESTRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAN PEMERATAAN PENDAPATAN MASYARAKAT PENGELOLA HUTAN KEMASYARAKATAN DI SESAOT LOMBOK

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertanian telah menetapkan 4 sukses Pembangunan

Strategi mata pencaharian dan dinamika sistem penggunaan lahan di Sulawesi Selatan

LEMBAR INFORMASI. Kebun Percobaan Petani. (Farmer Demonstration Trials): Upaya Mendorong Usaha Bertani Pohon dan Inovasi Petani di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU

[ nama lembaga ] 2012

Kunjungan ke Desa-Desa di Hulu Sungai Malinau November Desember 2002

Pembuatan Pembibitan Tanaman

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

AGROFORESTRI KOMPLEKS DI BANTAENG SULAWESI SELATAN : PENTINGNYA PERAN PETANI SEBAGAI AGEN PENYANGGA KEANEKARAGAMAN HAYATI TUMBUHAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

AGROFORESTRI KOMPLEKS DI BANTAENG, SULAWESI SELATAN: PENTINGNYA PERAN PETANI SEBAGAI AGEN PENYANGGA KEANEKARAGAMAN HAYATI TUMBUHAN

Program Penanggulangan Kemiskinan Bukan Sekedar Bussiness As Usual Perencanaan Kesehatan Berbasis Data di Kabupaten Minahasa Utara

SIMULASI DAMPAK PENGGUNAAN LAHAN AGROFORESTRY BERBASIS TANAMAN PANGAN PADA HASIL AIR DAN PRODUKSI PANGAN (Studi Kasus DAS Cisadane, Jawa Barat)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

JURNAL P ENYULUHAN PEMAHAMAN DIRI, POTENSI/KESIAPAN DIRI, DAN PENGENALAN INOVASI. Prabowo Tjitropranoto. Diseminasi Teknologi Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Irigasi Tetes: Solusi Kekurangan Air pada Musim Kemarau

IDENTIFIKASI KAPASITAS PETERNAK DALAM ADOPSI TEKNOLOGI UNTUK PENGEMBANGAN SAPI POTONG YANG TERINTEGRASI DENGAN PADI* ABSTRAK

ABSTRACT. Keywords: Perceptions, Agricultural Extension Field, Farmers, The Importance of Role Extension

TANTANGAN YANG BERPENGARUH DAN KETERAMPILAN MANAJER PROYEK PADA PROYEK YANG BERUPAYA MENJADI BANGUNAN HIJAU

Yohanes Leki Seran, Medo Kote dan Joko Triastono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT

BUDIDAYA KEMIRI DI LERENG PEGUNUNGAN GAWALISE DESA UWEMANJE KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH. Yusran 1), Erniwati 1), Sustri 1) 1

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K

Oleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi. Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM GERAKAN MULTI AKTIVITAS AGRIBISNIS (GEMAR) DI DESA SANDINGTAMAN, KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK SAPI BALI DALAM PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN DI KABUPATEN BARRU. Syahdar Baba 1, Hastang 1, M.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PENGEMBANGAN LABORATORIUM LAPANGAN INOVASI PERTANIAN (LLIP) KAWASAN PERBATASAN RI-RDTL PROVINSI NTT

Kebutuhan penyuluhan agroforestri pada tingkat masyarakat di lokasi proyek AgFor di Sulawesi Selatan dan Tenggara, Indonesia

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI GELAR TEKNOLOGI DAN TEMU LAPANG

ADOPSI TEKNOLOGI PERTANIAN ORGANIK DALAM PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN PERKOTAAN DI KOTA SERANG PROVINSI BANTEN

RUMUSAN Workshop Pengembangan Inovasi Melalui Inisiatif Lokal Dan Pengembangan Kapasitas Institusi Lokal. (Yogyakarta, Mei 2007)

Mendorong Petani Kecil untuk Move Up atau Move Out dari Sektor Pertanian

Center For Agriculture Development Studies (Pusat Pengembangan Studi Pertanian) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Program Kerja Tahun 2013

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

UPAYA MEMOTIVASI PETANI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PEDESAAN MELALUI PROGRAM PRIMA TANI DI KABUPATEN TTS (Kasus Desa Tobu)

HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN PENGETAHUAN MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANGAN TUGAS TATAP MUKA (PERTEMUAN) KE-12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Seuntai Kata. Bulukumba, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba. Ir. H. Yunus

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Bogor Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

DAFTAR TABEL. vii. Tabel 4.5 Perbandingan Pendapatan Budidaya Tambak di Kabupaten Pangkajene dan

Pemantauan dan Evaluasi

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Metro Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN PERMASALAHANNYA (Study Kasus di Provinsi Bengkulu)

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

Strategi mata pencaharian dan dinamika sistem penggunaan lahan di Gorontalo

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Oleh : Sri Wilarso Budi R

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN KEGIATAN TEMU APLIKASI PAKET TEKNOLOGI PERTANIAN

Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan FITTskills Guna Meningkatkan Dukungan Pemerintah terhadap Kegiatan Ekspor UKM

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI DAS KONTO MALANG: PEMBELAJARAN KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN PROGRAM

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER

Transkripsi:

INOVASI METODE PENYULUHAN AGROFORESTRI UNTUK PERBAIKAN KEBUN DI SULAWESI SELATAN Ummu Saad, Endri Martini, James M. Roshetko World Agroforestry Centre (ICRAF), Jl. CIFOR Situgede, Sindang Barang, Bogor, Indonesia, 16680 E-mail Korespondesi :u.saad@cgiar.org ABSTRAK Penyuluhan yang terfokus pada isu agroforestri masih kurang banyak dilakukan.metode-metode penyuluhan yang dilakukan pun masih cenderung bersifat umum, sehingga produktivitas kebun agroforestri masih kurang dan belum optimum dalam meningkatkan pendapatan pemiliknya.oleh karena itu inovasi perlu dilakukan untuk menciptakan metode penyuluhan agroforestri yang efektif dan efisien. Studi ini dilakukan untuk menggali bentuk metode penyuluhan agroforestri untuk perbaikan kebun melalui wawancara dengan 150 petani yang mengikuti sekolah lapang agroforestri yang dilakukan selama 1 tahun di Kabupaten Bantaeng dan Bulukumba, Sulawesi Selatan. Informasi yang dikumpulkan di antaranya adalah preferensi bentuk kegiatan dalam sekolah lapang, manfaat yang diterima, dampaknya terhadap perubahan pengelolaan, hasil kebun dan pendapatan petani.hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi metode penyuluhan yang dilakukan pada sekolah lapang agroforestri cukup efektif untuk merubah pengelolaan kebun.interaksi peneliti-petani penting dalam meningkatkan motivasi petani untuk merubah pengelolaan kebunnya, sedangkan interaksi petanipetani penting untuk meningkatkan pengetahuan petani.metode penyuluhan yang dipilih oleh petani tergantung pada tipe pengetahuan yang dicari dan kemudahan memahami pengetahuan yang disampaikan.pelibatan petani yang sukses menjadi penyuluh dapat menjadi salah satu alternatif untuk menekan biaya pelaksanaan penyuluhan agroforestri.inovasi metode penyuluhan agroforestri dapat diciptakan dengan mengkombinasikan beberapa metode penyuluhan yang disesuaikan dengan tujuan program penyuluhan, preferensi petani, dan biaya yang teranggarkan. Kata kunci: sekolah lapang agroforestri, kunjungan lapang, peneliti-petani, petani-petani, diskusi-praktek I. LATAR BELAKANG Metode penyuluhan yang umum dilakukan di Indonesia dibagi berdasarkan besarnya kegiatan, yaitu jika ada proyek nasional, maka yang digunakan adalah sekolah lapang dan kunjungan lapang, sedangkan untuk kegiatan rutin biasanya metode yang digunakan berupa metode pendekatan perorangan dan metode pendekatan kelompok. Perbedaan metode tersebut disebabkan karena keterbatasan dana dan akses ke narasumber kegiatan penyuluhan. Hal ini yang menyebabkan metode penyuluhan sekolah lapang tidak banyak diterapkan oleh penyuluh karena biayanya yang cukup tinggi jika tidak didukung oleh proyek nasional. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyuluhan yang tepat dan hemat dapat dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa metode penyuluhan. Contoh kombinasi seperti yang disebutkan Sluijer (1995), penyuluhan budidaya perikanan dilakukan dengan beberapa kegiatan dimulai dari melakukan komunikasi pertama dengan pimpinan desa untuk membuat janji melakukan pertemuan dengan masyarakat di tingkat desa, lalu memberikan materi budidaya perikanan kepada petani dengan penayangan slide dan diskusi, dilanjutkan dengan kegiatan kunjungan lapang dan menggunakan motivator yang menyediakan layanan penyuluhan kepada petani yang lambat mengadopsi, dan terakhir menggunakan pamphlet untuk disebarkan petani sebagai sumber informasi spesifik dalam budidaya perikanan. Hosseini (2011) menyebutkan bahwa kunjungan lapang dan pelatihan praktis adalah metode yang paling efektif dalam meningkatkan pengelolaan hutan berkelanjutan.hasil penelitian Anandajasekeram et al. (2007) menyebutkan bahwa prinsip sekolah lapang bisa diterapkan dengan mengkombinasikan dengan metode penyuluhan yang sudah biasa dilakukan di sistem yang tersedia. 586 Prosiding Seminar Nasional Agroforestry 2015

Untuk bidang agroforestri belum banyak dilakukan penelitian untuk menganalisa kombinasi metode penyuluhan yang baik dalam menyampaikan hasil penelitian agroforestri sehingga bisa membantu petani dalam meningkatkan hasil pertaniannya dan pendapatannya.untuk itulah penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menggali alternatif kombinasi metode penyuluhan agroforestri yang tepat. II. METODE Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bantaeng dan Bulukumba, Sulawesi Selatan yang terdiri dari 10 desa: 5 desa dilaksanakan penyuluhan dari peneliti ke petani (n=56 responden) dan 5 desa dilaksanakan penyuluhan dari petani ke petani (n=94 responden). Pengambilan data dalam penelitian ini yaitu pada bulan Mei-Agustus 2014. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa pelaksanaan dan hasil dari sekolah lapang agroforestri yang dilaksanakan oleh ICRAF di Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan selama 1 tahun (2013-2014).Pada sekolah lapang agroforestri ini dikombinasikan beberapa metode penyuluhan dari metode penyuluhan diskusi dan praktek antara peneliti ke petani, metode penyuluhan diskusi dan praktek antara petani ke petani, dan metode kunjungan lapangan ke kebun petani yang sukses.tujuan dari sekolah lapang ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan petani dalam pengelolaan kebun agroforestri yang produktif dan ramah lingkungan. Ketiga metode tersebut dievaluasi dengan mewawancarai 150 peserta sekolah lapang yang juga petani, dari preferensi peserta, manfaat yang diterima, dampaknya terhadap perubahan pengelolaan, hasil dan pendapatan petani. Responden tersebut tersebar di beberapa desa tempat dimana dilaksanakan sekolah lapang agroforestri dengan metode peneliti ke petani: Balang Pesoang, Campaga, Pattaneteang, Tugondeng, Karassing; dan metode petani ke petani: Bonto Bulaeng, Bonto ; dan semua desa untuk kunjungan lapang. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisa dengan menggunakan analisa data statistik deskriptif dan kualitatif. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Manfaat dari kombinasi metode penyuluhan pada sekolah lapang agroforestri Manfaat yang diperoleh petani dari metode penyuluhan pada sekolah lapang agroforestri dengan metode diskusi dan praktek baik pada peneliti ke petani maupun petani ke petani ditunjukkan pada Grafik 1.Tipe manfaat yang diterima bervariasi pada 2 tipe metode penyuluhan tersebut. Persentase dari total responden per tipe kelas desa (%) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Pengetahuan baru bertambah Hasil meningkat Motivasi meningkat Peneliti-petani (n=56) Petani-petani (n=94) Pendapatan meningkat Tidak ada Tipe manfaat yang diterima dari sekolah lapang agroforestri Grafik 1.Tipe-tipe manfaat yang diterima oleh peserta sekolah lapang agroforestri berdasarkan metode penyuluhan yang diterapkan (Peneliti-petani dan Petani-petani) di masing-masing desa. Prosiding Seminar Nasional Agroforestry 2015 587

Metode penyuluhan dengan interaksi antara petani dengan petani lain dinilai cukup efektif dalam menambah pengetahuan dan meningkatkan hasil kebun petani sasaran. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Khaila et al. (2015), dengan menggunakan petani sebagai penyuluh dalam suatu kegiatan penyuluhan dapat meningkatkan akses informasi petani sehingga membantu dalam diseminasi informasi dan meningkatkan produksi pertanian.ditambahkan pula oleh Kundhlandeet al.(2014), penyuluhan petani ke petani adalah salah satu bentuk pendekatan yang digunakan oleh banyak organisasi.telah diamati bahwa organisasi yang menggunakan pendekatan petani ke petani untuk beberapa alasan, termasuk peningkatan cakupan dalam biaya yang rendah dan meningkatkan keberlanjutan.pendekatan ini juga dikatakan mampu meningkatkan adopsi teknologi.sedangkan metode penyuluhan dengan interaksi antara peneliti ke petani selain efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan hasil kebun juga meningkatkan motivasi petani dalam menerapkan teknologi yang disampaikan oleh peneliti. Berdasarkan hasil wawancara, responden merasakan adanya perubahan pendapatan dari penerapan teknologi yang disampaikan dalam sekolah lapang agroforestri (Tabel 1.). Dari beberapa topik yang disampaikan terdapat 3 topik yang memberikan perubahan pendapatan petani, yaitu tentang pemupukan, pemangkasan dan produksi bibit berkualitas.akan tetapi petani yang mendapatkan perubahan pendapatan hanya 18% dari total responden.hal ini dikarenakan dalam penerapan teknologi agroforestri yang disampaikan dalam sekolah lapang membutuhkan waktu kurang lebih 3 tahun untuk dapat melihat perubahan yang banyak karena kondisi tanaman agroforestri merupakan tanaman tahunan. Tabel 1. Perubahan Pendapatan Petani per Tahun yang Menerapkan Teknologi Topik (jumlah responden) Peningkatan Pendapatan Pemupukan (n=4) Rp 2.420.000 Pemangkasan (n=20) Rp 878.400 Produksi bibit berkualitas (n=3) Rp 91.667 Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2015. B. Preferensi bentuk metode penyuluhan yang disukai petani Metode petani ke petani termasuk yang diminati dengan persentase sekitar 49% dari total responden, kedua adalah metode peneliti ke petani dengan persentase sekitar 35%, ketiga adalah kunjungan lapang dengan persentase sekitar 6% (Tabel 2.).Alasan metode petani-petani diminati terutama karena mudah dipahami dan dingat, langsung praktek dan bahasanya mudah dipahami.metode peneliti ke petani diminati terutama karena informasi yang diberikan merupakan informasi baru yang terpercaya.sedangkan kunjungan lapang diminati karena dapat langsung melihat buktinya dan berdiskusi dengan petani sukses di lapangan. Tabel 2. Preferensi bentuk metode penyuluhan yang disukai beserta alasannya Tipe metode penyuluhan Kelompok Alasan alasan Metode penyampaian (n=42) Kunjungan lapang (n=9) Penelitipetani (n=52) Petanipetani (74) Lainnya (n=2) Tidak tahu (n=13) Ada prakteknya - 3 9 1 - Bahasa mudah dipahami - - 6 - - Belajar sesama petani - - 1 - - Dapat langsung melihat dan diskusi di lapangan 6 - - - - Mudah dipahami dan diingat - 5 9 - - Tidak menganggu - - 1 - - 588 Prosiding Seminar Nasional Agroforestry 2015

Kelompok alasan rutinitas Alasan Kunjungan lapang (n=9) Tipe metode penyuluhan Penelitipetanpetani Petani- Lainnya (n=2) (n=52) (74) Tidak tahu (n=13) Bertukar pengalaman - - 1 - - Banyak pengalaman baru 2 - - - - Tipe informasi Informasi baru dari (n=16) peneliti lebih dipercaya - 13 - - - Sudah ada buktinya - - 1 - - Tidak tahu (n=92) 1 31 46 1 13 Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2015. Jika dilihat dari kelompok alasan petani dalam memilih metode penyuluhan, ada 2 kelompok yaitu kelompok metode penyampaian dan tipe informasi yang diterimanya.metode penyampaian sebaiknya yang mudah dipahami oleh petani, bisa dipraktekkan langsung dan tidak menganggu rutinitas petani.sedangkan tipe informasi baiknya adalah informasi yang baru yang sudah terbukti atau terpercaya.hasil penelitian Puspadi et al. (2005), petani lebih suka belajar dengan mengalami langsung.hal ini mengindikasikan bahwa metode pembelajaran yang relatif efektif untuk merubah perubahan prilaku para petani, kalau metode tersebut mampu menyentuh domain sikap dan emosinya. Domain tersebut akan tersentuh kalau yang bersangkutan langsung mengalami langsung. Oleh karena itu dalam memberikan penyuluhan pertanian perlu diperhatikan apakah metode yang diberikan kepada petani sesuai dengan preferensi mereka dalam belajar. C. Biaya pelaksanaan metode penyuluhan pada sekolah lapang agroforestri Total biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan sekolah lapang agroforestri pengelolaan kebun dengan kombinasi metode penyuluhan diskusi-praktek (petani ke petani dan peneliti ke petani) dan kunjungan lapang (petani ke petani) untuk 5 komoditas agroforestri (merica, cengkeh, kopi, coklat dan durian) selama 1 tahun sekolah lapang pada 10 desa binaan di Bantaeng- Bulukumba, adalah Rp 65.200.000. Jika dirinci, biaya terbesar dikeluarkan pada kegiatan kunjungan lapang, yaitu sebesar Rp 8.000.000 per kunjungan dengan sekitar 30 orang peserta.sedangkan jika dilakukan kegiatan diskusi-praktek, biayanya adalah sekitar Rp 6.300.000 jika digunakan pendekatan metode peneliti-petani, dan Rp 2.500.000 jika digunakan pendekatan metode petanipetani.perbedaan besaran biaya antara pendekatan peneliti ke petani dan petani ke petani karena biaya narasumber yang berbeda antara mendatangkan narasumber dari luar dengan menggunakan narasumber lokal yang terpercaya.oleh karena itu pelibatan petani yang sukses menjadi narasumber ataupun penyuluh dapat menjadi salah satu alternatif untuk menekan biaya pelaksanaan penyuluhan agroforestri. Shrestha (2013) menemukan bahwa pendekatan petani ke petani merupakan pendekatan dengan biaya yang efektif, meningkatkan akses ke layanan penyuluhan oleh petani miskin dan kelompok yang kurang beruntung dan meningkatkan partisipasi petani dalam perencanaan.tambahannya, pendekatan petani ke petani membantu dalam penganggaran dan implementasi program pembangunan pertanian.selain itu, pendekatan pemberdayaan kelompok yang kurang beruntung dengan menyediakan kesempatan kepada mereka untuk menjadi penyuluh dan meningkatkan adopsi teknologi baru. D. Potensi Kombinasi Metode Penyuluhan Agroforestri Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kegiatan penyuluhan efektif manfaatnya dan efisien apabila dikombinasikan metode-metode penyuluhan yang dapat mendorong petani dalam memperbaiki pengelolaan kebun agroforestri dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan Prosiding Seminar Nasional Agroforestry 2015 589

petani. Langkah awal yang dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan petani dan memperbarui sumber informasi pada topik pengelolaan agroforestri dengan memberikan penyuluhan melalui metode diskusi dan praktek langsung menggunakan narasumber peneliti sebagai tahap awal dan dilanjutkan menggunakan petani sebagai narasumber, lalu dilakukan kunjungan lapang untuk meningkatkan daya analisa dan memperluas jaringan sumber informasi petani yang dapat membantu petani untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi di kebun mereka. Penyuluhan dengan kombinasi metode penyuluhan juga dilakukan oleh FAO dalam budidaya perikanan dengan mengkombinasikan pendekatan kelompok dan individu dimana pendekatan penyuluhan berkelompok merupakan metode yang penting untuk membangkitkan kesadaran dan memfasilitasi proses pengambilan keputusan untuk mengadopsi budidaya perikanan dan pendekatan individu melengkapi penyuluhan penyuluhan kelompok. Setelah diberikan banyak informasi tentang dasar budidaya perikanan, dan hanya petani yang menunjukkan minatnya yang akan ditindaklanjuti untuk mengikuti kegiatan kunjungan lapang (Sluijer, 1995). Dalam metode penyuluhan yang dilakukan oleh FAO juga menggunakan motivator yang merupakan petani yang memiliki pengetahuan yang lebih banyak dan bersedia berbagi dan memberikan layanan penyuluhan kepada petani lain yang lambat mengadopsi teknologi budidaya perikanan. Kombinasi ini efektif dan efisien dalam pelakasanaan penyuluhan untuk meningkatkan adopsi teknologi. Untuk itu, dalam penyuluhan agroforestri, pelibatan petani untuk membantu penyuluh dalam diseminasi informasi sangat penting untuk diperhatikan karena mampu meningkatkan pengetahuan petani dalam pengelolaan kebun dan juga menekan biaya penyuluhan. Menurut Kundhlande et al.(2014), petani dilibatkan dalam mengkomunikasikan informasi dan menyebarkan teknologi kepada sesama petani di dalam komunitas mereka. Pemerintah dan organisasi lainnya yang menyediakan layanan penyuluhan untuk petani memiliki anggaran yang terbatas, sehingga mereka tidak mampu menyewa penyuluh dalam jumlah yang banyak untuk mencapai semua petani yang membutuhkan layanan tersebut. Keterlibatan petani menjangkau banyak petani lain dengan biaya yang murah. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Inovasi metode penyuluhan agroforestri yang perlu dibuat adalah kombinasi dari beberapa metode penyuluhan yang disesuaikan dengan tujuan program penyuluhan dan terutama kondisi sosial ekonomi masyarakatnya.metode peneliti ke petani, petani ke petani, kunjungan lapang, diskusi dan praktek adalah pilihan-pilihan metode penyuluhan agroforestri yang dapat dikombinasikan dalam pelaksanaannya. Preferensi petani di lokasi setempat dan juga biaya yang teranggarkan merupakan 2 aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan kombinasi metode penyuluhan inovatif yang akan dilaksanakan, sehingga penyuluhan agroforestri lebih hemat dan tepat sasaran. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dilakukan atas dukungan dari program Agroforestry and Forestry: Linking Knowledge to Action (AgFor) project (Contribution Arrangement No.7056890) yang didanai oleh Department of Foreign Affairs, Trade, and Development (DFATD) Canada. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para petani di Kabupaten Bantaeng dan Bulukumba, Sulawesi Selatan atas kerjasamanya dan kepada Jalaluddin yang ikut membantu dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini. 590 Prosiding Seminar Nasional Agroforestry 2015

DAFTAR PUSTAKA Anandajasekeram, Davis K, Workneh S. 2007. Farmer Field School : An Alternative to Existing Extension Systems? Experience from Eastern and Southern Africa. Journal of International Agricultural and Extension Education Volume 14, Number 1 : 81-93. Hosseini SJ. 2011. Effective Extension Methods in Improving Sustainable Forest Management in Iran. ARPN Journal of Agricultural and Biological Sciences Vol. 6 No. 12 : 8-11. Khaila S, Tchuwa F, Franzel S, Simpson B. 2015. The Farmer-to-Farmer Extension Approach in Malawi : A Survey of Lead Farmers. ICRAF Working Paper No.189. Nairoba, World Agroforestry Centre. DOI: http://dx.doi.org/10.5716/wp14200.pdf. Kundhlande G, Franzel S, Simpson B, Gausi E. 2014. Farmer-to-Farmer Extension Approach in Malawi : A Survey of Organizations Using The Approach ICRAF Working Paper N0. 183. Nairobi, World Agroforestry Center. DOI: http://dx.doi.org/10.5716/wp14384.pdf. Puspadi K, Hastuti S, Wijayanto K. 2005. Preferensi Petani Terhadap Inovasi Pertanian dan Metode Pembelajaran pada Agroekosistem Lahan Kering Kasus di Kabupaten Lombok Timur.Prosiding Seminar Nasional Lahan Marginal 2005, tanggal 30-31 Agustus 2005 di Mataram. Hlm: 410-421. PERHIMPI (Perhimpunan Meterologi Pertanian Indonesia). Shrestha S, Rana S. 2013. Decentralizing the Farmer-to-Farmer Extension Approach to The Local Policy Dialogue. Sluijer, J.V. 1995. Aquaculture Extension Guidelines for Small Scale Farmers. ALCOM Report No.16. Food and Agriculture Organization of The United Nations Zimbabwe. Prosiding Seminar Nasional Agroforestry 2015 591