BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
M. MIRSAL LUBIS Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik

ANALISA AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 0021 DENGAN ANSYS FLUENT ABSTRAK

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 0012 DENGAN ANSYS FLUENT

GERAK HARMONIK SEDERHANA

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

BAB II LANDASAN TEORI

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Uji Kompetensi Semester 1

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH GAYA GELOMBANG LAUT TERHADAP PEMBANGKITAN GAYA THRUST HYDROFOIL SERI NACA 0012 DAN NACA 0018

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

ANALISIS AERODINAMIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SOAL MID SEMESTER GENAP TP. 2011/2012 : Fisika : Rabu/7 Maret 2012 : 90 menit

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

STUDI AERODINAMIKA PROFIL BOEING COMMERCIAL ENERGY EFFICIENT DENGAN KOMPUTASI BERBASIS FINITE ELEMENT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan media udara. Pengertian pesawat terbang juga dapat diartikan

BAB FLUIDA A. 150 N.

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SOAL DINAMIKA ROTASI

Materi Pendalaman 01:

Jika sebuah sistem berosilasi dengan simpangan maksimum (amplitudo) A, memiliki total energi sistem yang tetap yaitu

Analisa Sudut Serang Hidrofoil Terhadap Gaya Angkat Kapal Trimaran Hidrofoil Menggunakan Metode Computational Fluid Dynamics (Cfd)

SASARAN PEMBELAJARAN

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

GETARAN DAN GELOMBANG

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

BAB II LANDASAN TEORI

FISIKA I. OSILASI Bagian-2 MODUL PERKULIAHAN. Modul ini menjelaskan osilasi pada partikel yang bergerak secara harmonik sederhana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av

GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI

FIsika USAHA DAN ENERGI

D. 15 cm E. 10 cm. D. +5 dioptri E. +2 dioptri

BAB II DASAR TEORI Aliran tak-termampatkan

Soal No. 2 Seorang anak hendak menaikkan batu bermassa 1 ton dengan alat seperti gambar berikut!

Getaran, Gelombang dan Bunyi

PHYSICS SUMMIT 2 nd 2014

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Karakteristik Gerak Harmonik Sederhana

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2015 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2016

KARAKTERISTIK GERAK HARMONIK SEDERHANA

FLUIDA DINAMIS. GARIS ALIR ( Fluida yang mengalir) ada 2

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis

Osilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas

Soal :Stabilitas Benda Terapung

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas

GAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik

Doc. Name: SBMPTN2016FIS999 Version:

TES STANDARISASI MUTU KELAS XI

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

K13 Antiremed Kelas 10 Fisika

ULANGAN UMUM SEMESTER 1

UJI COBA SOAL Keseimbangan Benda Tegar & Fluida

SOAL TRY OUT FISIKA 2

BIDANG STUDI : FISIKA

BAB USAHA DAN ENERGI I. SOAL PILIHAN GANDA

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu.

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

BAB II LANDASAN TEORI

UPAYA PENINGKATAN GAYA ANGKAT PADA MODEL AIRFOIL DENGAN MENGGUNAKAN VORTEX GENERATOR

Menguasai Konsep Elastisitas Bahan. 1. Konsep massa jenis, berat jenis dideskripsikan dan dirumuskan ke dalam bentuk persamaan matematis.

BAB II DASAR TEORI . (2.1)

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

Analisis Desain Layar 3D Menggunakan Pengujian Pada Wind Tunnel

Antiremed Kelas 11 Fisika

PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA

BERKAS SOAL BIDANG STUDI : FISIKA

PENENTUAN BESAR PENGANGKATAN MAKSIMUM PADA SUDUT ELEVASI TERTENTU DENGAN MENGGUNAKAN PEMODELAN AIRFOIL SAYAP PESAWAT

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

Soal No. 2 Seorang anak hendak menaikkan batu bermassa 1 ton dengan alat seperti gambar berikut!

menganalisis suatu gerak periodik tertentu

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel).

Benda B menumbuk benda A yang sedang diam seperti gambar. Jika setelah tumbukan A dan B menyatu, maka kecepatan benda A dan B

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3)

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

MEKANIKA ZALIR (FLUIDA)

FIsika FLUIDA DINAMIK

FLUIDA BERGERAK. Di dalam geraknya pada dasarnya dibedakan dalam 2 macam, yaitu : Aliran laminar / stasioner / streamline.

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

BAB 3 PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK

BAB 3 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB II LANDASAN TEORI

PERTEMUAN X PERSAMAAN MOMENTUM

MODUL- 2. HIDRODINAMIKA Kode : IKK.365 Materi Belajar -2

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI

HUKUM NEWTON B A B B A B

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut.

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal

KATA PENGANTAR. Semarang, 28 Mei Penyusun

Laporan Kegiatan Pembinaan Olimpiade Fisika di SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun Oleh: Wipsar Sunu Brams Dwandaru NIP

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI II. Teori Gelombang II.. Karateristik Gelombang Parameter penting untuk menjelaskan gelombang air adalah panjang gelombang, tinggi gelombang, dan kedalaman air dimana gelombang tersebut menjalar. Parameter-parameter yang lain seperti pengaruh kecepatan dan percepatan dapat ditentukan dari ketiga parameter pokok di atas. Secara skematik dimensi mengenai karateristik gelombang dapat dilihat pada gamabar di bawah ini : Gambar.. karateristik gelombang Panjang gelombang (L) adalah jarak horizontal antara dua puncak atau titik tertinggi gelombang yang berurutan. Bisa juga dikatakan sebagai jarak antara dua lembah gelombang. II-

II- Periode gelombang (T) adalah waktu yang diibutuhkan oleh dua puncak/lembah gelombang yang berurutan melewati suatu titik tertentu. Kecepatan rambat gelombang/celerity (C) adalah perbandingan antara panjang gelombang dan periode gelombang (L/T). ketika kedalaman air menjalar dengan kecepatan C, partikel air tidak turut bergerak kearah perambatan gelombang sedangkan sumbu koordinat untuk menjelaskan gerak gelombang berada pada kedalaman muka air tenang yaitu z = 0, sehingga dasar laut adalah sama dengan z = -h Amplitudo (A) adalah jarak vertikal antara puncak/titik tertinggi gelombang atau lembah / titik terendah gelombang dengan muka air tenang (H/). II.. Gaya Gelombang Distribusi gaya gelombang yang bekerja pada pipa untuk kedalaman tertentu dapat dilihat pada gambar berikut : Pipa SWL Distribusi gaya gelombang dasar laut Gambar.. Gaya Gelombang pada Selinder

II-3 Kecepatan partikel air yang ditimbulkan oleh gelombang dengan arah horizontal dan vertical menurut Ayre adalah : u = H cosh ky sinh kh cos (kx - t ).......(. ) v = H sinh ky sin (kx - t ).......(. ) sinh kh Sedangkan percepatan partikel air pada pada kedudukan (x,y) dan waktu t untuk arah horisontal a x dan untuk arah vertikal a y diberikan oleh persamaan sebagai berikut : a x = u t = H cosh ky sin(kxsinh kh t ).... (. 3) a y = v H = - t sinh ky sinh kh cos (kx - t )... (. 4) Gaya gelombang permukaan yang membebani sebuah tiang silinder vertikal pertama kali diungkapkan oleh Morison dkk. (950) dengan syarat D/λ-nya kecil, katakanlah /0 atau kurang, sehingga distorsi oleh tiang bisa diabaikan. Jika f menunjukkan gaya gelombang per unit panjang yang bekerja pada sebuah tiang vertikal berdiameter D, maka persamaan Morisonnya, yang sekarang banyak diterapkan dalam perhitungan-perhitungan keteknikan, adalah : D f C D D u u C I a x.. (. 5) 4

II-4 dimanaa : ρ C D C I U a x = Kerapatan Fluida (kg/m 3 ) = Koefisien Gesek (menurut API, 980 = 0,,6 ~,0) = Koefisien Inersia (menurut API, 980 =,5 ~,0) = Kecepatan Air Horizontal (m/s ) = Percepatan Air Horizontal (m/s ) II. Pegas Pegas merupakan komponen yang didesain memiliki kekakuan yang relative rendah dibanding rigid normal. Sehingga memungkinkan gaya yang dibebankan padanya sesuai dengan tingkatann tertentu. Pegas tidak seperti komponen struktur lain dalam hal kekuatan waktu terbebani serta kemampuan menyimpan energi mekanis setiap saat. Gambar..3 Gambar pegas

II-5 Karena besarnya gaya pemulih sebanding besarnya pertambahan panjang, maka dapat dirumuskan dengan : Fp = -K L. (.6) dimana: K = konstanta pegas Fp = gaya pemulih (N) L = perpanjangan pegas (m) II.3 Jenis Aliran Aliran Tak termampatkan Aliran tak termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak berubahnya besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida tak-termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak, emulsi, dll. Bentuk Persamaan Bernoulli untuk aliran tak-termampatkan adalah sebagai berikut: p gh v konstan..(.7) di mana: v = kecepatan fluida g = percepatan gravitasi bumi h = ketinggian relatif terhadapa suatu referensi p = tekanan fluida ρ = densitas fluida

II-6 Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut : Aliran bersifat tunak (steady state) Tidak terdapat gesekan II.4 Teori Foil II.4.Perkembangan Airfoil Bentuk paten airfoil pertama kali dikembangkan oleh Horatio F. Phillips pada tahun 884. Phillips adalah seorang kebangsaan Inggris yang yang pertama kali melakukan pengujian terowongan angin terhadap airfoil secara serius. Pada waktu yang hampir bersamaan, Otto Lilienthal memiliki ide yang sama. Setelah melakukan pengukuran yang teliti terhadap bentuk sayap burung, ia menguji bentuk airfoil dengan kelengkungan pada mesin pemutar dengan diameter 7 meter. Lilienthal percaya bahwa kunci sukses untuk melakukan penerbangan adalah dengan menggunakan airfoil lengkung atau ber-chamber. Ia juga mengujinya dengan radius nose yang berbeda-beda. Tahun 90 Wright bersaudara melakukan pengujian airfoil mereka di terowongan angin, untuk mengembangkan bentuk yang efisien yang kemudian memicu keberhasilan mereka pa da penerbangan pertama 7 Desember 903. Airfoil yang digunakan Wright bersaudara sangat mirip dengan desain dari Otto Lilienthal, yaitu tipis dan melengkung. Hal ini

II-7 dimungkinkan karena pengetesan airfoil pada masa awal dilakukan pada bilangan Reynold yang sangat rendah. Pemikiran salah bahwa airfoil yang efektif harus memiliki bentuk tipis dan kelengkungan tinggi merupakan alasan pesawat udara yang pertama menggunakan sayap ganda (biplanes). Bentuk airfoil tipis dan kelengkungan tinggi kemudian semakin ditinggalkan dan menyusut jumlahnya secara bertahap dalam kurun waktu satu dekade berikutnya. Airfoil dengan cakupan luas kemudian dikembangkan, yang umumnya secara trial and error. Beberapa bentuk yang cukup sukses adalah Clark Y dan Gottingen 398 yang digunakan sebagai basis bentuk airfoil yang diuji oleh NACA pada awal tahun 90-an. II.4.Airfoil NACA NACA airfoil adalah bentuk airfoil sayap pesawat udara yang dikembangkan oleh National Advisory Committee for Aeronautics (NACA). Sampai sekitar Perang Dunia II, airfoil yang banyak digunakan adalah hasil riset Gottingen. Selama periode ini banyak pengujuan arifoil dilakukan diberbagai negara, namun hasil riset NACA lah yang paling terkemuka. Pengujian yang dilakukan NACA lebih sistematik dengan membagi pengaruh efek kelengkungan dan distribusi ketebalan atau thickness serta pengujiannya dilakukan pada bilangan Reynold yang lebih tinggi dibanding yang lain.

II-8 Ketebalan Permukaaan atas Permukaan bawah Panjang chord Gambar.4 Detail Foil (sumber: http://www.reuniverse.com/forum/edit profile.asp) II.4.3 Konstruksi Geometri airfoil NACA Bentuk dari airfoil ditentukan oleh seri digit yang sesuai ketentuan NACA airfoil, parameter penomorannya dapat di tentukan dalam persamaan yang lebih tepat untuk perhitungan potongan melintang airfoil. NACAA seri 4 digit Sekitar tahun 93, NACA melakukan pengujian beberapa bentuk airfoil yang dikenal dengan NACA seri 4 digit. Distribusi kelengkungan dan ketebalan NACA seri empat ini diberikan berdasarkan suatu persamaan. Distribusi inii tidak dipilih berdasarkan teori, tetapi diformulasikan berdasarkan pendekatan bentuk sayap yang efektif yang digunakan saat itu, seperti yang dikenal adalah airfoil Clark Y.

II-9 Pada airfoil NACA seri empat, digit pertama menyatakan persen maksimum chamber terhadap chord. Digit kedua menyatakan persepuluh posisi maksimum chamber pada chord dari leading edge. Sedangkan dua digit terakhir menyatakan persen ketebalan airfoil terhadap chord. Contoh : airfoil NACA 4 memiliki maksimum chamber 0.0 terletak pada 0.4c dari leading edge dan memiliki ketebalan maksimum % chord atau 0.c. Airfoil yang tidak memiliki kelengkungan, dimana chamber line dan chord berhimpit disebut airfoil simetrik. Contohnya adalah NACAA 00 yang merupakan airfoil simetrik dengan ketebalan maksimum 0.c. Gambar.5 Kurva model NACA 4 chord (9,5cm). NACAA Seri 5 Digit Pengembangan airfoil NACA 5 digit dilakukan sekitar tahun 935 dengan menggunakan distribusi ketebalan yang sama dengann seri empat digit. Garis kelengkungan rata-rata (mean

II-0 chamber line) seri ini berbeda dibanding seri empat digit. Perubahan ini dilakukan dalam rangka menggeser maksimum chamber kedepan sehingga dapat meningkatkan CL max. Jika dibandingkan ketebalan (thickness) dan chamber, seri ini memiliki nilai CL max 0. hingga 0. lebih tinggi dibanding seri empat digit. Sistem penomoran seri lima digit ini berbeda dengan seri empat digit. Pada seri ini, digit pertama dikalikan 3/ kemudian dibagi sepuluh memberikan nilai desain koefisien lift. Setengah dari dua digit berikutnya merupakan persen posisi maksimum chamber terhadap chord. Dua digit terakhir merupakan persen ketebalan/thickness terhadap chord. Contohnya, airfoil 30 memiliki CL desain 0.3, posisi maksimum chamber pada 5% chord dari leading edge dan ketebalan atau thickness sebesar % chord. 3. NACA Seri- (Seri 6) Airfoil NACA seri yang dikembangkan sekitar tahun 939 merupakan seri pertama yang dikembangkan berdasarkan perhitungan teoritis. Airfoil seri yang paling umum digunakan memiliki lokasi tekanan minimum di 0.6 chord, dan kemudian dikenal sebagai airfoil seri-6. Chamber line airfoil ini didesain untuk menghasilkan perbedaan tekanan sepanjang chord yang seragam.

II- Penamaan airfoil seri ini menggunakan lima angka. Misalnya NACA 6-. Digit pertama menunjukkan seri. Digit kedua menunjukkan persepuluh posisi tekanan minimum terhadap chord. Angka di belakang tanda hubung : angka pertama marupakan persepuluh desain CL dan dua angka terakhir menunjukkan persen maksimum thickness terhadap chord. Jadi NACA 6- artinya airfoil seri dengan lokasi tekanan minimum di 0.6 chord dari leading edge, dengan desain CL 0. dan thickness maksimum 0.. 4. NACA seri 6 Airfoil NACA seri 6 didesain untuk mendapatkan kombinasi drag, kompresibilitas, dan performa CL max yang sesuai keinginan. Beberapa persyaratan ini saling kontradiktif satu dan lainnya, sehingga tujuan utama desain airfoil ini adalah mendapatkan drag sekecil mungkin. Geometri seri 6 ini diturunkan dengan menggunakan metode teoritik yang telah dikembangkan dengan menggunakan matematika lanjut guna mendapatkan bentuk geometri yang dapat menghasilkan distribusi tekanan sesuai keinginan. Tujuan pendekatan desain ini adalah memperoleh kombinasi thickness dan chamber yang dapat memaksimalkan daerah alirah laminer.

II- Dengan demikian maka drag pada daerah CL rendah dapat dikurangi. Aturan penamaan seri 6 ini cukup membingungkan dibanding seri lain, diantaranya karena adanya banyak perbedaan variasi yang ada. Contoh yang umum digunakan misalnya NACA 64-, a=0.6. Angka 6 di digit pertama menunjukkan seri 6 dan menyatakan family ini didesain untuk aliran laminer yang lebih besar dibanding seri 4 digit maupun 5 digit. Angka 4 menunjukkan lokasi tekanan minimum dalam persepuluh terhdap chord (0.4c). Subskrip mengindikasikan bahwa range drag minimum dicapai pada 0. diatas dan dibawah CL design yaitu dilihat angka setelah tanda hubung. Dua angka terakhir merupakan persen thickness terhadap chord, yaitu % atau 0.. Sedangkan a= 0,6 mengindikasikan persen chord airfoil dimana distribusi tekanannya seragam, dalam contoh ini adalah 60 % chord. 5. NACA Seri 7 Seri 7 merupakan usaha lebih lanjut untuk memaksimalkan daerah aliran laminer diatas suatu airfoil dengan perbedaan lokasi tekanan minimum dipermukaan atas dan bawah. Contohnya adalah NACA 747A35. Angka 7 menunjukkan seri. Angka 4 menunjukkan lokasi tekanan minimum di permukaan atas dalam persepuluh (yaitu 0.4c) dan angka 7 pada digit ketiga menunjukkan

II-3 lokasi tekanan minimum di permukaan bawah airfoil dalam persepuluh (0.7c). A, sebuah huruf pada digit keempat, menunjukkan suatu format distribusi ketebalan dan mean line yang standardisasinya dari NACA seri awal. Angka 3 pada digit kelima menunjukkan CL desain dalam persepuluh (yaitu 0.3) dan dua angka terakhir menunjukkan persen ketebalan maksimum terhadap chord, yairu 5% atau 0.5. 6. NACA seri 8 Airfiol NACA seri 8 didesain untuk penerbangan dengan kecepatan supercritical. Seperti halnya seri sebelumnya, seri ini didesain dengan tujuan memaksimalkan daerah aliran laminer di permukaan atas permukaan bawah secara independen. Sistem penamaannya sama dengan seri 7, hanya saja digit pertamanya adalah 8 yang menunjukkan serinya. Contohnya adalah NACA 835A6 adalah airfoil NACA seri 8 dengan lokasi tekanan minimum di permukaan atas ada pada 0.3c, lokasi tekanan minimum di permukaan bawah ada pada 0.5c, memiliki CL desain dan ketebalan atau thickness maksimum 0.6c.

II-4 II.4.4Prinsip Kerja Foil berikut : Untuk menjelaskan tentang teori foil, perhatikan sebuah gambar P P Gambar.6 Gaya Pada Foil Bila, s > s s adalah jarak, dimana s adalah jarak permukaan foil pada lapisan atas dan s adalah jarak permukaan foil pada lapisan bawah. t = t t adalah waktu yang ditempuh partikel fluida, dimana t adalah waktu yang ditempuh partikel fluida sama dengan t. Jadi, sehingga untuk kecepatan pada partikel fluida yang melewati foil adalah v s t

II-5 s v, maka v > v t Rumus Bernoulli gh v p gh v p v p v p Dari persamaan v > v dapat diambil kesimpulan bahwa p > p dengan persamaan Bernoulli, dapat dijelaskan bahwa suatu foil dapat terangkat (proporsional dengan kecepatan aliran/obyek), karena tekanan di bagian bawah foil lebih besar dari pada di atas, akibat kecepatan di bagian bawah lebih rendah dengan anggapan obyek tipis ( h h ) II.4.5 Metode Pemodelan Foil Pada penelitian kali ini model foil yang diterapkan adalah foil NACA 4 dengan penskalaan dari ordinate NACA 4 hasil eksperimen yang telah ada (dapat dilihat lebih jelas pada lampiran) II.5. Gaya Pada Pipa dan Foil Gaya yang bekerja pada pipa adalah berat dari pipa itu sendiri karena pada benda uji diletakkan diam dan tidak mengalami kecepatan, maka gaya yang bekerja adalah berat benda itu sendiri yaitu : F = W = m.g...(. 8) Dimana : F = Gaya Berat Pipa (N)

II-6 m = Massa Pipa (kg) g = Percepatan Grafitasi (m/s ) Sedangkan pada foil yang diletakkan terbalik akan menghasilkan gaya lift kebawah dan gaya drag (gesek), seperti pada gambar berikut : Gambar..7 Gaya pada Foil terbalik Gaya lift dan Gaya drag pada foil tersebut dapat ditentukan dengan rumus: Fl.. u. Cl. A...(.9) Fd.. u. Cd. A...(.0) Dimana : F L = Gaya lift (N) F D = Gaya drag (N) = massa jenis air tawar = 000 kg/m 3 u = kecepatan partikel air (m/s ) C D = Koefisien drags ( 0,06)

II-7 C L = Koefisien Lift (0,4) A = Luas penampang (permukaan datar) foil (m ) II.6. Gaya Pemulih Pada Ayunan Bandul Gambar..8 Gerak harmonik pada bandul Ayunan matematis merupakan suatu partikel massa yang tergantung pada suatu titik tetap pada seutas tali, di mana massa tali dapat diabaikan dan tali tidak dapat bertambah panjang. Dari gambar tersebut, terdapat sebuah beban bermassa m tergantung pada seutas kawat halus sepanjang l dan massanya dapat diabaikan. Apabila bandul itu bergerak vertikal dengan membentuk sudut θ, gaya pemulih bandul tersebut adalah mg sin θ. Secara matematis dapat dituliskan : F = mg sin θ.(.) Dimana : m = massa benda (Kg) g θ = percepatan gravitasi (m/s) = sudut bentukan benda

II-8 II. 7 Persamaan Gerak Struktur Terapung Jika diperhatikan, gerakan-gerakan dari suatu struktur terapung di air akibat adanya gangguan dari beban luar maka gerakannya cukup kompleks. Tetapi untuk penyederhanaan, maka dikelompokkan dalam enam derajat kebebasan, hal ini dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar.9 Enam derajat kebebasan pada struktur terapung Keterangan gambar : Surging = gerak translasi pada sumbu x Swaying = gerak translasi pada sumbu z Heaving = gerak translasi pada sumbu y Rolling = gerak rotasi pada sumbu x Pitching = gerak rotasi pada sumbu z Yawing = gerak rotasi pada sumbu y Derajat kebebasan yang ditinjau pada penelitian ini adalah rolling.