PERKEMBANGAN TRIWULANAN INDONESIA PEREKONOMIAN ECONOMIC QUARTERLY

dokumen-dokumen yang mirip
Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: menjaga ketahanan. P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Kondisi Perekonomian Indonesia

Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Desember Ndiame Diop Lead Economist & Economic Advisor, Indonesia Bank Dunia

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

Analisis Perkembangan Industri

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

1. Tinjauan Umum

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

Perekonomian Suatu Negara

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

PERKEMBANGAN TRIWULANAN

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

PERKEMBANGAN TRIWULANAN INDONESIA PEREKONOMIAN ECONOMIC QUARTERLY

Perkembangan Triwulanan Ekonomi Indonesia Tantangan saat ini, peluang masa depan

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia: Oktober 2012 Menjaga Ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

SURVEI PERSEPSI PASAR

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kinerja CENTURY PRO FIXED

PRUlink Quarterly Newsletter

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SURVEI PERSEPSI PASAR

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2016 Q2

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

Transkripsi:

Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized PERKEMBANGAN TRIWULANAN INDONESIA PEREKONOMIAN ECONOMIC QUARTERLY INDONESIA Mengatasi Rising to tantangan present and saat future ini dan challenges ke depan July Juli 212

PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Juli 212

Kata Pengantar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia menyajikan perkembangan utama ekonomi Indonesia dalam tiga bulan terakhir. Laporan ini menempatkan perkembangan tersebut dalam konteks jangka panjang dan global, serta memberikan penilaian terhadap prospek ekonomi dan kesejahteraan sosial Indonesia. Laporan ini ditujukan untuk khalayak termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan professional yang terlibat dalam ekonomi Indonesia. Laporan ini disiapkan dan disusun oleh cluster kebijakan makro dan fiskal Bank Dunia Jakarta di bawah bimbingan Shubham Chaudhuri sebagai Lead Economist dan Enrique Blanco Armas sebagai Senior Country Economist. Tim penyusun dipimpin oleh Ashley Taylor, termasuk Magda Adriani (harga komoditas), Andrew Blackman (lingkungan internasional, sektor eksternal, pasar keuangan dan tranksaksi berjalan), Fitria Fitrani (pasar tenaga kerja), Faya Hayati (harga dan pasar properti), Ahya Ihsan (fiskal dan pelaksanaan APBN dan Analisa belanja publik sektor jalan), David Stephan (sektor riil dan resiko). Kontribusi tambahan diterima dari Neni Lestari (perbankan), The Fei Ming (sektor korporasi), Gonzalo Varela dan Victor Duggan (Keterkaitan global dan kinerja ekonomi) dan Matthew Wai-Poi (Kemiskinan). Pengeditan dan produksi dilakukan oleh Arsianti, Faya Hayati, Yus Medina Pakpahan dan Ashley Taylor. Komentar serta masukan yang cukup detail diberikan oleh Enrique Blanco Armas, Mustapha Benmaamar, Shubham Chaudhuri, Dini Sari Djalal, Anna Gueorguieva, Bert Hofman, Tehmina Khan, Sjamsu Rahardja dan Samer Al-Samarrai. Diseminasi diorganisir oleh Dini Sari Djalal, Farhana Asnap, Indra Irnawan, Jerry Kurniawan, Nugroho, Marcellinus Winata dan Randy Salim. Akhirnya, dukungan administratif yang sangat berharga diberikan oleh Titi Ananto, Nayu Ramadhaningsih dan Nina Herawati. Dokumen ini diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Nicolas Novianto dan diedit oleh Dwi Endah Abriningrum, Magda Adriani, Fitria Fitrani, Ahya Ihsan, Arsianti, Yus Medina Pakpahan dan Wahyoe Soedarmono. Laporan ini disusun oleh para staf International Bank for Reconstruction and Development /Bank Dunia, dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Australia - AusAID melalui program Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA). Temuan-temuan, interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan yang dinyatakan di dalam laporan ini tidak selalu mencerminkan pandangan AusAID dan Pemerintah Australia, para Direktur Pelaksana Bank Dunia atau pemerintah yang diwakilinya. Bank Dunia tidak menjamin ketepatan data-data yang termuat dalam laporan ini. Batas-batas, warna, denominasi dan informasi-informasi lain yang digambarkan pada setiap peta di dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat Bank Dunia mengenai status hukum dari wilayah atau dukungan atau penerimaan dari batas-batas tersebut. Untuk mendapatkan lebih banyak analisa Bank Dunia terhadap ekonomi Indonesia: Untuk informasi mengenai Bank Dunia serta kegiatannya di Indonesia, silakan berkunjung ke website ini www.worldbank.org/id Untuk mendapatkan publikasi terkait melalui e-mail, silakan menghubungi madriani@worldbank.org. Untuk pertanyaan dan saran berkaitan dengan publikasi ini, silakan menghubungi ataylor2@worldbank.org.

Daftar isi KATA PENGANTAR Ringkasan Eksekutif: iii viii A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI 1 1. Prospek ekonomi dunia tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak 1 2. Pertumbuhan melambat pada kuartal pertama tetapi masih tetap kokoh menghadapi kelesuan dunia 3 3. Neraca pembayaran mencatat defisit ketiga secara berurutan di kuartal 1 212 5 4. Pengaruh dari gejolak pasar keuangan dunia terlihat kembali pada bulan Mei 8 5. Belanja untuk subsidi BBM masih tetap tinggi tetapi peningkatan harga tampaknya tidak akan terjadi untuk tahun 212 11 6. Turunnya risiko lonjakan harga BBM bersubsidi melemahkan proyeksi inflasi 15 7. Tingkat kemiskinan terus menurun, tetapi dengan laju yang lebih lambat 16 8. Ketidakpastian luar negeri masih menjadi risiko jangka pendek terbesar terhadap ekonomi 2 B. BEBERAPA PERKEMBANGAN TERBARU PEREKONOMIAN INDONESIA 23 1. Pendorong dan implikasi tren-tren terakhir pada neraca berjalan Indonesia 23 a. Dinamika neraca berjalan Indonesia akhir-akhir ini... 23 b. Keberlanjutan jangka panjang dan pendanaan dalam waktu singkat... 26 c. Upaya kebijakan yang dilakukan baru-baru ini untuk memitigasi kerentanan eksternal... 27 d. Komentar penutup... 28 2. Identifikasi hambatan dalam pelaksanaan anggaran di sektor infrastruktur 29 a. Keterlambatan dalam proses persiapan anggaran merupakan faktor penghambat utama, walaupun masalah-masalah dalam proses pengadaan dan pelaksanaan juga mempengaruhi pencairan anggaran... 3 b. Mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan anggaran adalah hal yang sangat penting bagi Indonesia... 32 C. INDONESIA TAHUN 214 DAN SELANJUTNYA: TINJAUAN TERPILIH 34 1. Investasi di sektor jalan di Indonesia 34 a. Rendahnya investasi, kurangnya pasokan, dan memburuknya kualitas... 34 b. Jalan-jalan nasional dalam kondisi baik tetapi sangat padat... 36 c. Kondisi jalan-jalan daerah telah menurun karena lambatnya pemeliharaan... 37 d. Menuju kinerja infrastruktur jalan yang lebih baik... 38 2. Peranan pasar dunia dalam meningkatkan daya saing dalam negeri 39 a. Beberapa bukti tentang bagaimana integrasi yang lebih besar dapat membantu meningkatkan produktivitas... 39 b. Pentingnya peran FDI untuk meningkatkan kapasitas produktif Indonesia... 4 c. Impor sebagai instrumen untuk mendukung inovasi dan mendorong persaingan... 42 d. Ekspor sebagai cara untuk mendorong produktivitas dan pertumbuhan... 44 LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA 46

DAFTAR GRAFIK Gambar 1: Rupiah secara bertahap terus melemah di tengah gejolak pasar ekuitas... ix Gambar 2: Belanja modal, walaupun meningkat secara nominal, realisasi terus berada jauh di bawah alokasi... xi Gambar 3: Pergerakan pasar ekuitas terus terpengaruh oleh perkembangan pada zona Euro... 1 Gambar 4: Harga komoditas dunia telah turun, tetapi masih tetap tinggi secara tingkat historis. 1 Gambar 5: Pertumbuhan mitra perdagangan utama Indonesia tetap lemah di tahun 212, sebelum sedikit meningkat pada tahun 213... 2 Gambar 6: Pertumbuhan PDB melambat menjadi 6,3 persen pada kuartal pertama tahun 212 3 Gambar 7: didorong oleh perlambatan pada sektor perdagangan dan manufaktur... 3 Gambar 8: Indikator bulanan menunjukkan sedikit moderasi dalam kegiatan... 4 Gambar 9: Melebarnya defisit neraca berjalan berkontribusi dalam aliran keluar neraca pembayaran secara keseluruhan pada kuartal 1, 212... 6 Gambar 1: dengan surplus non-migas juga menurun dengan tajam... 6 Gambar 11: Neraca perdagangan bergerak menjadi defisit seiring dengan menurunnya pertumbuhan ekspor... 7 Gambar 12: Gejolak pasar keuangan yang terakhir mendorong pelebaran yield obligasi, penurunan indeks ekuitas dan perlemahan Rupiah... 8 Gambar 13: dengan penurunan kepemilikan obligasi dan ekuitas oleh investor asing pada bulan Mei, dan cadangan devisa menurun... 8 Gambar 14: Harga properti komersial di Jakarta telah meningkat... 9 Gambar 15: tetapi secara nasional, pertumbuhan harga perumahan telah menurun pada tahun 212... 9 Gambar 16: Defisit APBN pada paruh pertama 212 kurang dari seperlima target setahun sesuai dengan APBN-P... 11 Gambar 17: Harga minyak mentah telah menurun dengan tajam dan juga kemungkinan peningkatan harga BBM bersubsidi pada tahun 212... 12 Gambar 18: Inflasi IHK sedikit meningkat tetapi inflasi inti tetap bertahan rendah... 15 Gambar 19: Perbedaan antara harga beras internasional dan Indonesia sekali lagi bergerak ke nilai tertinggi... 15 Gambar 2: Tingkat kemiskinan nasional relatif terus menyusut di 212 namun tingkat menurunnya yang paling rendah di dekade terakhir ini... 17 Gambar 21: Tingkat kemiskinan nasional relatif tinggi di Indonesia Timur... 17 Gambar 22: Kaum miskin yang tersisa hidup semakin jauh di bawah garis kemiskinan... 18 Gambar 23: sementara sejumlah besar penduduk Indonesia yang hidup hanya sedikit di atas garis kemiskinan tetap rentan jatuh kembali ke kemiskinan... 18 Gambar 24: Pengangguran terus menurun dalam setahun hingga Februari 212... 19 Gambar 25: Permintaan energi China merupakan pendorong utama konsumsi bahan bakar cair dunia... 22 Gambar 26: Pengaruh China terhadap harga komoditas cukup besar tetapi masih berada di belakang AS... 22 Gambar 27: Pergeseran ke CAD belakangan ini adalah bagian dari tren jangka menengah... 25 Gambar 28: dan diproyeksikan akan bertahan pada kisaran 1 persen dari PDB pada jangka menengah... 25 Gambar 29: FDI telah menjadi bagian yang lebih besar dari jumlah aliran masuk neraca keuangan sejak tahun 28-9... 27 Gambar 3: Sektor infrastruktur utama menerima kenaikan anggaran yang signifikan di tahun 211... 3 Gambar 31: Tetapi rendahnya realisasi APBN 21 dan 211 memperlihatkan tantangan pelaksanaan anggaran masih berlanjut... 3 Gambar 32: Masalah-masalah kritis yang teridentifikasi pada setiap tahapan pelaksanaan anggaran pada tahun 21 dan 211... 3 Gambar 33: Rencana vs realisasi kemajuan fisik: Pembangunan Jalur Rel KA Ganda (21)... 31 Gambar 34: Rencana vs realisasi kemajuan fisik: Tugas Bantuan (SKPD-TP) Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Tol Jawa Barat (21)... 31 Gambar 35: Rencana vs realisasi kemajuan keuangan: Pembangkit Listrik dan Transmisi Sulawesi-Maluku-Papua- Tahun Fiskal 21, proyek ini terpola ke akhir tahun... 32 Gambar 36: Rencana vs realisasi kemajuan keuangan: SKPD-TP Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat (21), sebuah proyek non-konstruksi lebih terbagi rata ke sepanjang tahun... 32

Gambar 37: Setelah turun tajam, investasi dalam bidang jalan di Indonesia baru kembali ke tingkat pra-krisis tahun 1997/1998... 35 Gambar 38: yang tidak sebanding dengan laju peningkatan permintaan dan pertumbuhan lalu lintas... 35 Gambar 39: yang menyebabkan penurunan pada infrastruktur dan layanan jalan... 35 Gambar 4: dan biaya transportasi yang lebih tinggi per waktu perjalanan... 35 Gambar 41: Belanja pemerintah pusat untuk jalan meningkat hampir tiga kali lipat secara riil antara tahun 25 dan 211... 37 Gambar 42: Bagian dari jalan daerah dalam kondisi baik didukung oleh pembangunan baru... 37 Gambar 43: Lebih baiknya kinerja perusahaan Indonesia yang terintegrasi dengan ekonomi dunia... 39 Gambar 44: Impor telah meningkat, didorong oleh peningkatan impor barang modal dan setengah jadi... 43 Gambar 45: Hubungan antara pertumbuhan impor barang setengah jadi dan pertumbuhan ekspor sangatlah kuat... 43 Gambar 46: Sektor yang mengimpor lebih banyak input-nya menyerap lebih banyak tenaga kerja... 43 Gambar 47: dan telah meningkatkan permintaan bagi barang setengah jadi domestik secara lebih cepat... 43 DAFTAR GRAFIK LAMPIRAN Lampiran gambar 1: Pertumbuhan PDB... 46 Lampiran gambar 2: Kontribusi pengeluaran terhadap PDB... 46 Lampiran gambar 3: Kontribusi sektor terhadap PDB... 46 Lampiran gambar 4: Penjualan sepeda motor dan mobil... 46 Lampiran gambar 5: Indikator konsumen... 46 Lampiran gambar 6: Indikator kegiatan industri... 46 Lampiran gambar 7: Aliran perdagangan riil... 47 Lampiran gambar 8: Neraca pembayaran... 47 Lampiran gambar 9: Neraca perdagangan... 47 Lampiran gambar 1: Cadangan devisa dan modal asing... 47 Lampiran gambar 11: Term of trade dan implisit ekspor- impor berdasarkan chained Fisher- Price indices... 47 Lampiran gambar 12: Inflasi dan kebijakan moneter... 47 Lampiran gambar 13: Rincian tingkat harga konsumen... 48 Lampiran gambar 14: Tingkat inflasi negara tetangga... 48 Lampiran gambar 15: Harga beras kulakan di pasar domestik dan internasional... 48 Lampiran gambar 16: Tingkat kemiskinan dan pengangguran... 48 Lampiran gambar 17: Indeks saham regional... 48 Lampiran gambar 18: Indeks spot dolar dan rupiah... 48 Lampiran gambar 19: Yield obligasi pemerintah 5 tahunan mata uang lokal... 49 Lampiran gambar 2: Spread EMBI obligasi pemerintah dengan obligasi dollar amerika... 49 Lampiran gambar 21: Tingkat kredit bank umum... 49 Lampiran gambar 22: Indikator keuangan sektor perbankan... 49 Lampiran gambar 23: Utang pemerintah... 49 Lampiran gambar 24: Utang luar negeri... 49

DAFTAR TABEL Tabel 1: Harga beberapa komoditas ekspor utama Indonesia telah turun pada beberapa bulan terakhir... viii Tabel 2: Berdsarkan skenario dasar (baseline) pertumbuhan diperkirakan 6, persen pada tahun 212... ix Tabel 3: Dampak penurunan perekonomian global terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 213 akan cukup besar... x Tabel 4: Menurut skenario baseline pertumbuhan PDB untuk tahun 212 diproyeksikan sebesar 6. persen dan meningkat ke 6,4 persen pada tahun 213... 5 Tabel 5: Neraca berjalan diproyeksikan mencatat defisit yang kecil pada tahun 212 dan aliran masuk keuangan akan menurun... 7 Tabel 6: Proyeksi neraca eksternal Indonesia di pengaruhi oleh faktor dinamis yang beragam... 7 Tabel 7: Kuatnya hasil penerimaan tercatat pada semester 1/212 dan tingkat pencairan, walau meningkat secara keseluruhan, tetap relatif rendah khususnya belanja modal... 12 Tabel 8: Kerangka makro 213 Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan meningkat sekitar 7 persen... 13 Tabel 9: Tanpa reformasi subsidi BBM pada tahun 212, dan revisi turun harga minyak mentah, defisit APBN dapat mencapai 2,6 persen dari PDB... 14 Tabel 1: Dampak penurunan global terhadap pertumbuhan ekonomi akan menjadi signifikan 2 Tabel 11: Surplus neraca berjalan diproyeksikan akan berubah menjadi defisit pada tahun 212... 24 Tabel 12: Keadaan jaringan jalan Indonesia, tahun 29... 35 DAFTAR TABEL LAMPIRAN DAFTAR KOTAK Lampiran Tabel 1: Realisasi dan anggaran belanja pemerintah... 5 Lampiran Tabel 2: Neraca Pembayaran... 5 Kotak 1: Harga properti komersial telah meningkat dengan kuat, sementara pertumbuhan harga perumahan telah menurun... 9 Kotak 2: Pengaruh China terhadap harga-harga komoditas dunia... 22 Kotak 3: Apa itu Neraca Berjalan?... 24 Kotak 4: Apakah perusahaan manufaktur lokal menerima manfaat dari integrasi yang lebih besar? Beberapa studi kasus dari Jakarta dan Surabaya... 4 Kotak 5: Potensi manfaat dari kualitas dan keragaman input bagi daya saing manufaktur... 44

Ringkasan Eksekutif: Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kini masih tetap kuat Perekonomian Indonesia tidak kebal dari pengaruh perkembangan dunia internasional melalui jalur perdagangan Prospek perekonomian dunia dalam jangka pendek masih rapuh dan perekonomian negara-negara berkembang (emerging economy), termasuk Indonesia, sekali lagi menghadapi risiko potensi krisis yang berasal dari negara lain. Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia, sebesar 3,3 persen pada tahun 212, masih relatif lemah dengan peningkatan ketidakpastian zona Euro menjadi faktor tambahan terhadap penurunan pertumbuhan global dari pemotongan anggaran dan perlambatan pertumbuhan kredit di negara maju, hingga keterbatasan kapasitas di beberapa ekonomi negara berkembang. Gejolak pasar keuangan internasional tampaknya akan berlanjut dalam jangka pendek dan skenario dasar (baseline) ini tetap menjadi skenario yang paling mungkin terjadi, sentimen dan aliran modal ke negara berkembang tampaknya akan tetap bergejolak. Dengan demikian, terus meningkatkan persiapan menghadapi krisis merupakan prioritas kebijakan bagi negara-negara seperti Indonesia, bersamaan dengan itu, juga penting untuk terus mendorong reformasi dan investasi untuk mendukung pertumbuhan jangka menengah di tengah perekonomian dunia yang tampaknya akan melemah. Pertumbuhan PDB Indonesia masih tetap kuat pada 6,3 persen tahun-ke-tahun pada kuartal pertama tahun 212, sedikit turun dari rata-rata 6,5 persen di tahun 211. Pertumbuhan dengan penyesuaian musiman (seasionally adjusted) turun dari tingkat yang cukup tinggi pada kuartal akhir tahun 211 tetapi konsumsi masih bertahan kuat. Akan tetapi pertumbuhan investasi mengalami penurunan dan, mencerminkan kelemahan relatif dari permintaan luar negeri, ekspor netto kembali memberikan kontribusi yang negatif kepada pertumbuhan. Walaupun sedikit meningkat, inflasi tetap rendah dan harapan inflasi (inflation expectation) menurun dengan berkurangnya kemungkinan peningkatan harga BBM bersubsidi pada tahun 212 dengan turunnya harga minyak internasional. Harga komoditas bukan-minyak juga mencatat penurunan yang cukup besar pada beberapa bulan terakhir termasuk hargaharga dari beberapa komoditas ekspor utama Indonesia seperti batu bara dan karet, minyak sawit dan tembaga (Tabel 1). Penurunan harga komoditas internasional, dan volume yang turun, berkontribusi terhadap penurunan pertumbuhan ekspor pada beberapa bulan terakhir. Dengan pertumbuhan impor yang masih tetap kuat, neraca Tabel 1: Harga beberapa komoditas ekspor utama Indonesia telah turun pada beberapa bulan terakhir Perubahan harga komoditas internasional Tiga bulan ke Juni 212 Tahun berjalan ke Juni 212 Proporsi nilai ekspor barang Indonesia pada 211 (persen) Batu Bara -19,4-29, 13,4 M. sawit -13,4-11,9 8,5 Karet -18,6-35,2 5,8 Tembaga -12,4-18,1 4,1 Catatan: Harga komoditas internasional dalam dolar AS Sumber: BPS dan Bank Dunia perdagangan bergeser ke defisit pada bulan April dan Mei. Kecenderungan ini mendorong neraca berjalan turut bergeser ke defisit yang, sementara konsisten dengan THE WORLD BANK BANK DUNIA Juli 212 viii

kinerja ekonomi dalam negeri yang lebih kuat relatif terhadap keadaan luar negeri, semakin meningkatkan pentingnya keberlanjutan aliran modal yang kuat dan stabil, seperti FDI, untuk memenuhi kebutuhan pendanaan eksternal Indonesia. dan jalur keuangan, terutama dengan pekanya aliran modal portofolio terhadap perubahan sentimen investor Mencerminkan kinerja yang relatif kuat hingga saat ini, proyeksi dasar (baseline) PDB Indonesia adalah pertumbuhan sebesar 6, persen di tahun 212 dan 6,4 persen di tahun 213 Gambar 1: Rupiah secara bertahap terus melemah di tengah gejolak pasar ekuitas (indeks ekuitas Indonesi 1 Aug 211=1; Rupiah per dolar AS) 1 Agu 211=1 Rp per dolar AS 15 1,5 Ekuitas IHSG (LHS) 1 95 9 85 8 Rp per dolar AS (RHS) 75 Aug-11 Nov-11 Feb-12 May-12 Sumber: CEIC 1, 9,5 9, 8,5 8, 7,5 Tingginya penghindaran risiko internasional pada bulan Mei juga disertai oleh aliran keluar kepemilikan aset dalam negeri oleh investor luar negeri di Indonesia (walaupun dengan nilai 1,5 miliar dolar Amerika aliran ini berada jauh di bawah angka yang dicatat pada gejolak pasar bulan September 211 dan Mei 21). Seperti pada ekonomi berkembang lainnya, pasar ekuitas mencatat penurunan yang tajam sebelum kembali naik. Aliran keluar portofolio, ditambah neraca perdagangan yang melemah, menekan Rupiah yang terus mencatatkan depresiasi terhadap dolar AS, dengan penurunan sebesar 9,8 persen sejak bulan Agustus 211 (Gambar 1). Juga terjadi pengetatan likuiditas dolar AS di dalam negeri, terutama pada akhir bulan Mei. Dengan intervensi Bank Indonesia, cadangan devisa turun sekitar 5 miliar dolar Amerika pada bulan Mei dan Juni dengan sisa cadangan sebesar 16,5 miliar dolar Amerika pada akhir bulan Juni. Proyeksi dasar (baseline) dengan berlanjutnya gejolak pada pasar keuangan internasional, lemahnya pertumbuhan dunia dan penurunan harga komoditas, memperkirakan pertumbuhan Indonesia akan terus didukung oleh investasi dan konsumsi dalam negeri. Akan tetapi, hal ini diperkirakan akan sedikit melemah selama tahun berjalan, sejalan dengan indikator bulanan dan, terutama bagi indikator investasi, mencerminkan ketidakpastian dalam ekonomi dunia. Pertumbuhan diperkirakan akan kembali meningkat pada tahun 213 dengan meningkatnya stabilitas internasional, bergerak menjadi 6,4 persen dari 6, persen di tahun 212 (Tabel 2). Tabel 2: Berdsarkan skenario dasar (baseline) pertumbuhan diperkirakan 6, persen pada tahun 212 Produk domestik bruto Indeks harga konsumen* Defisit anggaran** Pertumbuhan mitra perdagangan utama 21 211 212 213 (persen perubahan tahunan) 6,1 6,5 6, 6,4 (persen perubahan tahunan) 6,3 4,1 5, 5,1 (persen dari PDB) -,6-1,2-2,2 n,a, (persen perubahan tahunan) 6,8 3,1 3,3 3,7 Catatan: * tingkat inflasi Kuartal 4 pada Kuartal 4. ** Angka pemerintah untuk defisit APBN - 211 adalah angka awal dan angka 212 adalah APBN-P Sumber: Kemenkeu, BPS lewat CEIC, Consensus Forecasts Inc., dan staf Bank Dunia Risiko pada lingkungan internasional tetap tinggi, dan diperkirakan akan terus bertahan Dengan masih belum jelasnya penyelesaian krisis zona Euro, dan potensi yang masih berlanjut terhadap tekanan lain yang dapat menurunkan proyeksi global, seperti perkembangan di China atau dari negara berkembang utama lainnya, kemungkinan skenario yang lebih buruk masih tetap ada bagi lingkungan eksternal jangka pendek Indonesia. Dampak dari skenario-skenario tersebut, walaupun bila terjadi pada paruh kedua tahun 212, kemungkinan besar baru akan sepenuhnya dirasakan pada tahun 213, walaupun dampak di sektor keuangan akan lebih cepat. Sesungguhnya risiko pada tahun 213 masih akan tetap tinggi dengan kemungkinan berlanjutnya masalah di zona Euro ditambah dengan tidak berhentinya tantangan fiskal yang dihadapi oleh negaranegara seperti Amerika Serikat. THE WORLD BANK BANK DUNIA Juli 212 ix

dan jika perlambatan perekonomian dunia yang cukup parah terjadi, maka pertumbuhan perekonomian Indonesia tahun 213 dapat tertekan menjadi sekitar 4 persen Dalam hal terjadi kebekuan parah di pasar keuangan internasional yang berkontribusi terhadap penurunan pertumbuhan mitra perdagangan, penurunan komoditas dunia dan turunnya tingkat kepercayaan investor, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan menjadi 4,7 persen di tahun 213 (Tabel 3). Dalam skenario dimana krisis diatas disertai, atau bahkan ditimbulkan oleh penurunan perekonomian global yang lebih parah dan panjang yang berdampak pada ekonomi berkembang utama, maka pertumbuhan di Indonesia dapat turun ke 3,8 persen, dengan dampak perlambatan yang lebih dirasakan pada kegiatan dalam negeri oleh karena penurunan harga komoditas akan mengurangi pendapatan dan investasi. Dalam keadaan krisis yang parah, ada kemungkinan bahwa sentimen dunia usaha dan konsumen akan turun dengan drastis yang dapat, bersama-sama dengan potensi tekanan parah di sektor keuangan, dapat menghasilkan penurunan yang lebih dalam terhadap skenario-skenario pertumbuhan. Tabel 3: Dampak penurunan perekonomian global terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 213 akan cukup besar Skenario: Hasil Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Berlanjutnya gejolak Seperti tahun 29 Perekonomian global yang sangat buruk 28 29 21 211 212 213 212 213 212 213 Pertumbuhan PDB Indonesia (persen) 6, 4,6 6,2 6,5 6, 6,4 5,8 4,7 5,7 3,8 Asumsi skenario: Rasio investasi/pdb (persen) 23,7 23,4 23,9 24,4 25,3 26,1 25,1 25,1 25, 24,1 Pertumbuhan PDB mitra perdagangan utama (persen) 2,1-1, 7, 3, 3,3 3,7 2,3,1 1,9-1,8 Pertumbuhan terms of trade (persen) -18,1-4,2 5,7 1,2 2, 9,, -15,, -3, Catatan: 212 dan 213 adalah proyeksi, Terms of trade disusun oleh Bank Dunia dari data perdagangan bulanan Sumber: CEIC dan proyeksi staf Bank Dunia Para pembuat kebijakan menghadapi tantangan ganda yaitu meningkatkan kesiagaan terhadap krisis dan mendorong pertumbuhan jangka menengah Indonesia telah membuat kemajuan yang baik dalam persiapan menghadapi krisis tetapi pekerjaan lanjutan masih dibutuhkan Perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia, menghadapi tantangan ganda yaitu meningkatkan kesiagaan menghadapi krisis untuk mengatasi tekanan jangka pendek dan juga pada saat bersamaan mempersiapkan kebijakan-kebijakan untuk mendukung pertumbuhan jangka menengah di tengah lingkungan dunia yang melemah. Kedua tantangan itu sebaiknya tidak dipandang secara terpisah. Penundaan atau kemunduran dalam reformasi jangka menengah dapat membawa dampak buruk kepada tingkat kepercayaan investor pada saat ini, sehingga meningkatkan kerentanan ekonomi terhadap perubahan sentimen dalam maupun luar negeri. Kegagalan untuk melakukan persiapan yang memadai untuk krisis jangka pendek dapat meningkatkan dampak krisis yang membawa konsekuensi jangka panjang bagi pertumbuhan dan kesejahteraan. Indonesia telah membuat kemajuan yang berarti dalam persiapannya menghadapi krisis tetapi masih dibutuhkan pekerjaan lanjutan dan, seperti dinegara lain, tidak ada ruang bagi sikap berpuas diri dalam lingkungan pasar yang rapuh seperti sekarang ini. Undang- Undang APBN 212 memberikan fleksibilitas bagi pemerintah untuk menyesuaikan belanja dan pembiayaan untuk merespon krisis, dengan syarat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam waktu 24 jam. Protokol Manajemen Krisis (CMP) telah susun untuk mendukung mekanisme pembagian informasi, pemantauan, dan mekanisme tanggapan krisis. Akan tetapi masih terdapat kesenjangan dalam kerangka hukum yang harus ditangani, seperti dasar hukum untuk pengambilan keputusan dan penyelesaian bank atau lembaga keuangan yang mengalami kegagalan. Dalam jangka panjang, pemerintah perlu menerapkan pengaturan yang permanen terhadap monitoring yang sistematis dan penilaian dampak, kesiagaan krisis, dan pengelolaan krisis (pada saat Otoritas Jasa Keuangan yang baru (OJK) telah berjalan). THE WORLD BANK BANK DUNIA Juli 212 x

seperti meningkatkan pelaksanaan anggaran untuk mendorong efektivitas stimulus bila dibutuhkan untuk memastikan bahwa program-program sosial dapat menjangkau mereka yang membutuhkan dukungan pada saat krisis dan mengurangi biaya kesempatan (opportunity cost) dan ketidakefisienan subsidi bahan bakar minyak (BBM) Dengan penerbitan surat utangyang kuat dalam paruh pertama, posisi pembiayaan jangka pendek Pemerintah tampak dalam posisi baik dalam menghadapi pengetatan pasar di masa depan. Pemerintah telah mengatur juga pembiayaan kontingensi sampai 5,5 miliar dolar Amerika dari para mitra pembangunan, termasuk Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan Australia. Akan tetapi pekerjaan lebih lanjut masih diperlukan untuk mempersiapkan rencana stimulus fiskal, jika keadaan ekonomi dalam negeri turun secara signifikan. Tantangan pelaksanaan anggaran masih ada, khususnya belanja modal, membatasi kegunaan untuk Gambar 2: Belanja modal, walaupun meningkat secara nominal, realisasi terus berada jauh di bawah alokasi (belanja modal pemerintah pusat relatif terhadap APBN-P, persen; nominal pertumbuhan tahunan, persen) Belanja relatif terhadap alokasi APBN-P (persen) 11 1 9 8 7 6 Tingkat pencairan (LHS) Pertumbuhan nominal dalam belanja modal (persen) Pertumbuhan nominal (RHS) 27 28 29 21 211 Sumber: Kementerian Keuangan dan perhitungan staf Bank Dunia mendukung permintaan jangka pendek.. Belanja modal, walaupun meningkat secara nominal, masih terus berada di bawah alokasinya dalam APBN-P (Gambar 2). Realisasi belanja modal pada paruh pertama tahun 212, meskipun masih rendah, naik sedikit dibanding tahun 211, mungkin mencerminkan upaya-upaya yang dilakukan oleh Tim Evaluasi dan Pengawasan Pelaksanaan Anggaran (TEPPA) yang baru dibentuk untuk memantau dan mempercepat pelaksanaan anggaran. Akan tetapi beberapa hambatan lama masih tetap ada seperti pembebasan tanah (dimana peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang yang baru masih dibutuhkan), proses revisi anggaran yang rumit, dan perlunya meningkatkan kualitas persiapan proyek. Walaupun berbagai langkah telah dilakukan untuk memperbaiki kemampuan Pemerintah menargetkan rumah tangga miskin dan rentan, peningkatan lebih lanjut dalam jaring pengaman sosial, memperluas program-program yang bekerja baik dan mengisi kekurangan pada cakupan program yang ada merupakan hal-hal yang dibutuhkan untuk melindungi kaum yang rentan jatuh ke dalam kemiskinan ketika terjadi krisis. Selain itu, program-program sosial lainnya juga diperlukan untuk membantu rumah tangga miskin lainnya, yang sebagian besar berada jauh di bawah garis kemiskinan (yang menjadi salah satu alasan mengapa, walaupun kemiskinan terus menurun, menjadi 12. pada Maret 212, tingkat penurunannya melambat dalam beberapa tahun). Dengan ICP (Indonesian Crude Price) bergerak turun menjadi 99 dollar Amerika per barrel pada Juni, kelihatannya syarat batasan rata-rata 6 bulan 121 dollar Amerika yang dibutuhkan dalam APBN-P tidak akan tercapai yang mengizinkan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Akan tetapi, dengan menurunnya harga minyak mentah, dengan tidak adanya penyesuaian harga BBM bersubsidi, beban fiskal, biaya kesempatan, dan ketidakefisien-an akan tetap tinggi. Pemerintah baru-baru ini memperkirakan belanja subsidi BBM tahun 212 akan meningkat 6 persen lebih tinggi dari alokasi dalam APBN-P dan sebesar 2 persen dari total belanja pemerintah pusat tidak termasuk transfer. Seperti yang dibahas dalam IEQ April 212, keputusan untuk tidak menaikkan harga merupakan suatu kesempatan yang hilang atau tertunda untuk mengarahkan kembali belanja di saat krisis masih pada tingkatan global. 5 4 3 2 1 THE WORLD BANK BANK DUNIA Juli 212 xi

Juga diperlukan fokus perhatian pada kebijakan dan investasi yang dapat mendorong pertumbuhan jangka menengah melalui peningkatan produktivitas dan mengatasi hambatan utama infrastruktur Indonesia, dan negara-negara ekonomi berkembang lainnya, harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terjadinya gejolak ekonomi dunia dengan jangka waktu yang panjang dan lemahnya permintaan dengan menekankan kembali strategi pembangunan jangka menengah. Hal ini termasuk reformasi yang meningkatkan produktivitas dan meningkatkan investasi, dari investor dalam dan luar negeri, sebagai syarat dasar untuk mendorong pertumbuhan di Indonesia hingga 7 persen atau lebih dan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas bagi sekitar dua juta orang yang masuk ke angkatan kerja setiap tahun. Koordinasi, kejelasan dan konsistensi kebijakan peraturan sangatlah penting untuk mendukung investasi ini, bersamaan dengan penanganan lemahnya infrastruktur Indonesia. Sebagai gambaran atas tantangan infrastruktur yang dihadapi, sementara jumlah kendaraan telah meningkat tiga kali lipat dari tahun 21 hingga 21, jaringan jalan nasional, yang melayani hingga sepertiga dari lalu-lintas kendaraan (dalam kendaraan per km), hanya meningkat seperempatnya. Sementara pemerintah telah menetapkan target yang ambisius untuk pendanaan Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS) bagi proyek-proyek infrastruktur, sebagian besar investasi infrastruktur masih harus didanai oleh sektor publik dengan lambatnya kemajuan KPS selama ini. Akses yang lebih besar ke pasar dalam dan luar negeri berpotensi memainkan peranan penting dalam meningkatkan kinerja ekonomi domestik tetapi pengumuman kebijakan baru-baru ini telah menimbulkan sejumlah kekhawatiran tentang arah pengambilan kebijakan dan sulitnya komunikasi dan koordinasi kebijakan Memfasilitasi perdagangan dalam dan luar negeri juga memiliki peran yang penting bagi Indonesia untuk mendukung kekuatan pasar domestiknya dan memanfaatkan semakin pentingnya wilayah Asia Timur di dalam permintaan dunia. Jika disertai dengan investasi pendukung dalam keahlian dan infrastruktur, sebagai contoh, maka akses kepada jaringan perdagangan dan investasi internasional juga dapat membantu mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing perusahaan-perusahaan dalam negeri, seperti yang terlihat dari kinerja yang lebih baik dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang memiliki keterpaduan internasional yang lebih besar. Sebagai contoh, pada industri dan propinsi yang sama, perusahaan manufaktur yang merupakan eksportir atau menggunakan bahan impor secara rata-rata mencatatkan tingkat produktivitas 19 persen lebih tinggi dari pabrik-pabrik yang tidak terpadu secara internasional sementara pabrik yang dimiliki oleh asing memiliki tingkat produktivitas 38 persen lebih tinggi dari perusahaan yang setara di dalam negeri. Pengumuman kebijakan baru-baru ini telah menimbulkan sejumlah pertanyaan tentang arah pengambilan kebijakan dalam perdagangan dan investasi. Kebijakan-kebijakan tersebut termasuk, sebagai contoh, pembatasan impor produk hortikultura, peraturan divestasi yang baru, dan persyaratan pemrosesan pada sektor pertambangan. Walaupun tujuan dari kebijakan-kebijakan tersebut dapat berasal dari upaya untuk mendorong produktivitas, menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan domestik, penyajiannya, yang seringkali berubah, memperlihatkan adanya kesulitan koordinasi dan komunikasi. Dan juga ketidakpastian efektivitas dalam pencapiaan tujuan-tujuan tersebut dan resiko konsekuensi negatif jangka panjang, terdapat kekhawatiran bahwa perluasan kebijakan seperti itu dapat melemahkan tingkat kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi domestik, pada saat hal itu sangat dibutuhkan. THE WORLD BANK BANK DUNIA Juli 212 xii

A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI 1. Prospek ekonomi dunia tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Terdapat kekhawatiran baru bahwa pemulihan ekonomi global telah kehilangan momentum Perkembangan ekonomi dan politik di zona Euro sekali lagi menjadi perhatian utama, yang mendorong pergeseran tajam di pasar keuangan internasional Prospek lingkungan eksternal Indonesia terus didominasi oleh perkembangan di zona Euro, bersamaan dengan kekhawatiran baru semakin melemahnya ekonomi global. Proyeksi dasar (baseline) jangka pendek masih skenario berlanjutnya gejolak pasar keuangan internasional, seperti diuraikan pada Triwulanan edisi Oktober 211. Akan tetapi, perkembangan terbaru sekali lagi menyoroti risiko skenario yang lebih buruk, termasuk pengetatan lebih lanjut tingkat kredit dunia dan penurunan lebih tajam pertumbuhan pada ekonomi berkembang dan maju dan pada harga komoditas dunia. Permasalahan keterkaitan fiskal dan perbankan di zona Euro, dan tanggapan kebijakannya, sekali lagi telah menjadi pusat perhatian para investor, dimana imbal hasil surat hutang pemerintah meningkat di Spanyol dan Italia. Penurunan pengaruh bank-bank di zona Euro terus berlanjut, yang mendorong penurunan pemberian pinjaman lintas batas negara kepada ekonomi berkembang. Pasar keuangan internasional telah diterpa oleh perubahan sentimen dari perkembangan yang terjadi di Eropa, walaupun sebagian besar indikator tekanan pasar telah turun cukup jauh dari nilai tertingginya pada akhir tahun 28 atau bulan Mei 21 dan September 211. Meskipun demikian, pasar ekuitas negara maju dan berkembang, secara rata-rata, telah kehilangan peningkatan yang didapat dari awal tahun 212 (Gambar 3). Sebagai contoh, pada tanggal 4 Juli pasar ekuitas negara berkembang (dalam dolar AS) berada pada 11,6 persen di bawah nilai tertingginya pada awal bulan Maret, meningkat sebesar 5,3 persen dari akhir tahun 211. Yield obligasi negara berkembang juga telah meningkat karena investor kembali ke asetaset yang lebih aman, seperti obligasi negara Amerika Serikat, Jerman dan Jepang. Gambar 3: Pergerakan pasar ekuitas terus terpengaruh oleh perkembangan pada zona Euro (indeks ekuitas dolar AS, 2 Juli 28=1) Indeks (2 Juli 28=1) Indeks (2 Juli 28=1) 125 125 Ekuitas pasar berkembang (dolar AS) Ekuitas pasar maju 1 (dolar AS) 1 Gambar 4: Harga komoditas dunia telah turun, tetapi masih tetap tinggi secara tingkat historis (indeks harga komoditas internasional dolar AS, Jan 25=1) Indeks (Jan 25=1) Indeks (Jan 25=1) 35 35 Energi 3 3 Logam dan mineral 25 25 75 75 2 15 2 15 5 5 Ekuitas daerah Euro (dolar AS) 25 25 Jul-8 Jul-9 Jul-1 Jul-11 Jul-12 Sumber: MSCI dan perhitungan staf Bank Dunia 1 Pertanian 5 Sumber: Bank Dunia 1 5 THE WORLD BANK BANK DUNIA Juli 212 1

Indikator-indikator utama juga menunjukkan perlambatan kegiatan ekonomi dunia dan harga komoditas internasional termasuk minyak mentah telah menurun Walaupun telah ada langkah-langkah untuk mendorong kebijakan mendukung pertumbuhan, dukungan ini tampaknya akan lebih terbatas Secara keseluruhan, proyeksi baseline pertumbuhan untuk tahun 212 dan 213 bagi mitra perdagangan utama Indonesia tetap relatif lemah Perkembangan sektor keuangan dan kebijakan di Eropa berlangsung di tengah kontraksi atau pertumbuhan datar indikator utama dan parsial di daerah Euro, Amerika Serikat, Jepang dan China, yang menunjukkan perlambatan dalam kegiatan dunia. Perdagangan dunia juga diperkirakan akan tetap lemah, dengan proyeksi Bank Dunia untuk volume perdagangan dunia akan meningkat sebesar 5,3 persen di tahun 212, turun dari 6,1 persen di tahun 211, sebelum kembali meningkat menjadi 7, persen di tahun 213. Sejalan dengan kekhawatiran baru terhadap prospek ekonomi, harga komoditas internasional telah menurun pada beberapa bulan terakhir, tetapi masih tetap relatif tinggi secara standar historis (Gambar 4). Harga energi turun sebesar 21,5 persen dari bulan Maret ke Juni sementara harga non-energi turun sebesar 6,3 persen. Rata-rata harga minyak mentah (Brent) pada bulan Juni (96 dolar AS per barel) adalah 23,5 persen di bawah harga rata-ratanya di bulan Maret, yang disebabkan oleh perlambatan permintaan dunia dan prospek peningkatan produksi. Harga logam dan mineral turun 11,2 persen pada periode yang sama, berkat lemahnya permintaan dari Eropa dan China. Penurunan itu mempengaruhi harga-harga dari beberapa ekspor komoditas utama Indonesia, seperti batu bara dan karet (turun hampir sebesar 2 persen dari bulan Maret ke Juni), minyak sawit (sebesar 13 persen) dan tembaga (sebesar 12 persen). Risiko perlemahan ekonomi global yang terus berlanjut, dan pembaruan tekanan pasar keuangan, telah mendorong pengenduran moneter lebih lanjut oleh bank-bank sentral di Inggris dan zona Euro. Pihak otoritas di Asia, seperti di China, juga telah memotong suku bunga atau meringankan persyaratan cadangan wajib untuk mendukung pertumbuhan. Akan tetapi, seperti pada ekonomi maju, banyak ekonomi berkembang yang memiliki keterbatasan mengendurkan kebijakan moneter dan fiskal lebih lanjut bila terjadi tekanan besar berikutnya. Beberapa ekonomi berkembang juga menghadapi keterbatasan kapasitas. Selain itu, proses konsolidasi fiskal dan penurunan pertumbuhan kredit saat ini di ekonomi maju akan terus merintangi pertumbuhan jangka pendek dan menengah. Menggabungkan faktor-faktor tersebut, proyeksi pertumbuhan bagi mitra perdagangan utama (MTP) Indonesia tetap lemah, pada 3,3 persen di tahun 212 (Gambar 5). Setelah banjir di Thailand pada kuartal 4/211, pemulihan persediaan rantai pasokan Asia Timur mendorong pertumbuhan dikawasan yang melebihi perkiraan pada kuartal I tahun 212. Akan tetapi perlemahan di AS, Eropa dan China saat ini telah menekan pertumbuhan dasar (baseline) untuk sisa tahun 212 dan tidak mengubah proyeksi MTP untuk tahun 212. Proyeksi baseline pertumbuhan MTP di tahun 213 adalah 3,7 persen walaupun, seperti disoroti pada bagian Risiko di bawah, Gambar 5: Pertumbuhan mitra perdagangan utama Indonesia tetap lemah di tahun 212, sebelum sedikit meningkat pada tahun 213 (pertumbuhan PDB riil, persen) 12 1 8 6 4 2-2 21 211 212f 213f 12 Catatan: * India pada basis tahun fiskal Sumber: Prospek Ekonomi Dunia Bank Dunia bulan Juni 212 skenario yang lebih buruk bagi lingkungan luar negeri akan mendorong proyeksi ini turun secara signifikan. 1 8 6 4 2-2 THE WORLD BANK BANK DUNIA Juli 212 2

2. Pertumbuhan melambat pada kuartal pertama tetapi masih tetap kokoh menghadapi kelesuan dunia Ekonomi Indonesia tumbuh kuat sebesar 6,3 persen pada kuartal I tahun 212 walaupun adanya tanda-tanda perlemahan permintaan eksternal PDB Indonesia meningkat sebesar 6,3 persen tahun-ke-tahun pada kuartal pertama tahun 212. Walaupun sedikit melemah dari pertumbuhan 6,5 persen pada kuartal terakhir tahun 211, angka pertumbuhan itu merupakan pertumbuhan di atas 6 persen selama enam kuartal berturut-turut (Gambar 6). Setelah penyesuaian musiman (seasonally adjusted), ekonomi tumbuh sebesar 1,2 persen pada kuartal 1, turun dari pertumbuhan yang sangat kuat sebesar 2,2 persen pada kuartal akhir tahun 211, yang mencerminkan pengaruh dari turunnya permintaan luar negeri dan diimbangi oleh konsumsi swasta yang masih bertahan kuat. Pertumbuhan didorong oleh kuatnya konsumsi, baik oleh pemerintah maupun swasta, tetapi volume perdagangan melemah Pertumbuhan konsumsi swasta tidak berubah dari kuartal yang lalu (sebesar 4,9 persen tahun-ke-tahun dan 1 persen dengan penyesuaian musiman kuartalan). Pertumbuhan konsumsi pemerintah juga lebih tinggi dari perkiraan, mendekati 6 persen tahun-ke-tahun, yang mungkin mencerminkan pencairan anggaran yang lebih baik. Akan tetapi, setelah kinerja yang sangat kuat pada kuartal penutup tahun 211, pertumbuhan investasi melemah, dengan tingkat pertumbuhan setelah penyesuaian musiman hanya sebesar,3 persen, nilai paling rendah sejak kuartal I tahun 29. Ekspor riil tetap melemah, pertumbuhan tercatat hampir nol (dengan penyesuaian musiman). Impor juga lebih lemah dari perkiraan, dengan pertumbuhan (dengan penyesuaian musiman) menurun dari 5,2 persen pada kuartal terakhir tahun 211 menjadi,5 persen, yang mencerminkan lemahnya permintaan investasi. Akibatnya, (dengan penyesuaian musiman) ekspor netto memberikan pengurangan yang lebih kecil dari pertumbuhan PDB kuartalan (sekitar,2 persen) dibandingkan dengan kuartal terakhir tahun 211. Gambar 6: Pertumbuhan PDB melambat menjadi 6,3 persen pada kuartal pertama tahun 212 (pertumbuhan PDB riil, persen) 4 3 Tahun ke tahun (kanan) 8 6 Gambar 7: didorong oleh perlambatan pada sektor perdagangan dan manufaktur (kontribusi terhadap pertumbuhan PDB riil tahun-ke-tahun, poin persentase) Poin persentase 2. 1.5 Manufaktur Poin persentase 2. 1.5 2 K-k-K peny. musiman (kiri) Rata-rata (kiri)* 4 1..5 1..5 1 2. Perdagangan, hotel dan restoran. Mar-5 Mar-7 Mar-9 Mar-11 Catatan: * Rata-rata pertumbuhan K-k-K (kuartal ke kuartal) sejak kuartal 1/22 Sumber: BPS dan penyesuaian musiman staf Bank Dunia -.5 -.5 Mar-6 Mar-8 Mar-1 Mar-12 Sumber: CEIC dan perhitungan staf Bank Dunia Pertumbuhan produksi didorong oleh pertanian, pertambangan, transportasi dan komunikasi, mengimbangi perlemahan pada sektor perdagangan dan manufaktur Pada sisi produksi, pendorong utama pertumbuhan adalah sektor-sektor primer, sementara kontribusi terhadap pertumbuhan dari sektor manufaktur dan perdagangan menurun (Gambar 7). Pertambangan mencatat pertumbuhan kuartalan yang terkuat sejak akhir tahun 26 sementara pertanian tetap bertahan kuat. Pertumbuhan manufaktur terus menurun, bergerak turun ke 5,7 persen tahun-ke-tahun pada kuartal 1 setelah menyentuh 6,7 persen pada kuartal 3/211. Kinerja kuartal I didorong oleh perlambatan yang tajam pada pertumbuhan di sektor pangan, minuman dan tembakau sementara sektor-sektor perdagangan, seperti tekstil, pakaian dan alas kaki, juga melambat. Pada saat yang sama, pertumbuhan sektor jasa melemah, dengan golongan terbesar yaitu perdagangan, hotel dan restoran, mencatatkan pertumbuhan di bawah 1 persen secara THE WORLD BANK BANK DUNIA Juli 212 3

kuartalan untuk pertama kali sejak awal tahun 29, sementara sektor transportasi dan komunikasi rtumbuh dengan kuat. Membandingkan kuatnya sektor produksi pada pertengahan tahun 212 dengan keadaan pada tahun 28, kegiatan secara keseluruhan, terutama dalam manufaktur, tetap bertahan kuat. Sebaliknya, pertumbuhan tahun-ke-tahun sektor jasa, yang telah melambat sejak meningkat hingga kisaran 9 persen pada bulan Desember 21, kini lebih rendah dibanding awal tahun 28. Indikator parsial belakangan ini menunjukkan adanya sedikit perlambatan pada kegiatan ekonomi Pada skenario dasar (baseline), pertumbuhan PDB Indonesia diproyeksikan pada 6, persen pada tahun 212 dan 6,4 persen pada tahun 213, walaupun resiko-resiko terhadap prospek sangat condong kepada penurunan Data-data terakhir menunjukkan adanya sedikit perlambatan pada indikator ekonomi dalam negeri (Gambar 8). Penjualan sepeda motor dan semen telah melambat pada beberapa bulan terakhir. Penjualan sepeda motor telah turun sebesar 14 persen tahun-ke-tahun pada bulan Mei, yang penurunan penjualan di daerah pedesaan yang diakibatkan menurunnya pendapatan diperdesaan seiring dengan menurunnya harga komoditas. Akan tetapi, penjualan mobil tetap kuat, walaupun permintaan diperkirakan akan melambat dimana peraturan uang muka minimum yang baru akan Gambar 8: Indikator bulanan menunjukkan sedikit moderasi dalam kegiatan (pertumbuhan tahun-ke-tahun, persen) 8 6 4 2 Produk Domestik Bruto Indeks Koinsiden 8 Apr-4 Apr-6 Apr-8 Apr-1 Apr-12 Catatan: Indeks koinsiden adalah rata-rata tertimbang dari produksi, perdagangan, finansial dan variabel-variabel internasional. Indek koinsiden disesuaikan untuk memiliki rata-rata dan deviasi standar seperti pertumbuhan PDB tahun-ke-tahun. Sumber: CEIC dan perhitungan staf Bank Dunia berlaku pada 15 Juni. Setelah menurun pada awal tahun 212, yang disebabkan oleh ketidakpastian harga BBM, sentimen konsumen kembali meningkat pada bulan Mei and June tetapi masih sekitar 4 persen di bawah tingkat yang tercatat pada bulan Januari. Sementara sebagian besar kinerja ekonomi dalam negeri sejalan dengan perkiraan yang diuraikan pada Triwulanan edisi bulan April 212, perlemahan yang belakangan tercatat pada data perdagangan dan indikator parsial lainnya, ditambah sedikit penurunan pada pertumbuhan para mitra perdagangan utama untuk sisa tahun 212 (di dalam proyeksi pertumbuhan yang tidak berubah untuk satu tahun secara keseluruhan), menunjukkan sedikit penurunan pada proyeksi dasar (baseline) untuk tahun 212. Sebagai akibatnya, pertumbuhan PDB pada tahun 212 kini diproyeksikan sebesar 6, persen. Proyeksi baseline untuk tahun 213 tetap pada peningkatan pertumbuhan sebesar 6,4 persen dengan adanya peningkatan pada situasi luar negeri. Akan tetapi, seperti dibahas lebih lanjut di bawah ini, risiko terhadap proyeksi pertumbuhan masih tetap sangat condong kepada penurunan. Bila terjadi tekanan yang lebih kuat pada pasar keuangan internasional, harga-harga komoditas atau permintaan luar negeri, maka pertumbuhan domestik dapat melemah di bawah proyeksi baseline tersebut. 6 4 2 THE WORLD BANK BANK DUNIA Juli 212 4

Tabel 4: Menurut skenario baseline pertumbuhan PDB untuk tahun 212 diproyeksikan sebesar 6. persen dan meningkat ke 6,4 persen pada tahun 213 (persen persentase, kecuali dinyatakan lain) Tahunan Tahunan ke kuartal Desember Revisi terhadap tahunan 211 212 213 211 212 213 212 213 1. Indikator ekonomi utama Total pengeluaran konsumsi 4,5 4,8 4,9 4,6 4,8 5, -,1 -,1 Pengeluaran konsumsi swasta 4,7 4,5 4,8 4,9 4,4 4,8 -,1 -,1 Konsumsi pemerintah 3,2 6,8 6, 2,8 6,9 5,9,, Pembentukan modal tetap bruto 8,8 9,7 1, 11,5 9,6 1,1, -,1 Ekspor barang dan jasa 13,6 6,3 7,6 7,9 6,8 6,9-1,1-1,9 Impor barang dan jasa 13,3 7,7 8,1 1,1 6,1 8,2-1,5-1,5 Produk Domestik Bruto 6,5 6, 6,4 6,5 5,8 6,5 -,1, Pertanian 3, 3,4 3,4 4,1 2,8 3,6,, Industri 5,3 4,9 5,3 5,3 4,7 5,4,, Jasa-jasa 8,5 7,8 8,2 9, 7,9 7,7 -,2, 2. Indikator eksternal Neraca pembayaran (miliar AS$) 11,9 3, 1,8 n/a n/a n/a -4,8-1,8 Saldo neraca berjalan (miliar AS$) 1,7-7,9-4,6 n/a n/a n/a -3,8-2,9 Neraca perdagangan (miliar AS$) 23,3 11,3 15,7 n/a n/a n/a -4,2-2,9 Saldo neraca keuangan (miliar AS$) 14, 11,3 15,4 n/a n/a n/a -,7 1,1 3. Ukuran ekonomi lainnya Indeks harga konsumen 5,4 4,4 5,1 4,1 5, 5,1 -,3 -,1 Indeks keranjang kemiskinan 8,2 7, 7,5 6,3 7, 7,6 -,1 -,5 Deflator PDB 8,4 7,2 8,1 7,5 8,1 8,1-1,5-1,5 PDB nominal 15,4 13,7 15,1 14 14,4 15,1-1,6-1,6 4. Asumsi ekonomi Kurs tukar valuta (Rp/AS$) 8773 93 91 924 94 91 3 1 Harga minyak Indonesia (AS$/barel) 111,6 11 1 111 1 1-1 -15 Pertumbuhan mitra dagang utama 3, 3,3 3,7 2,5 3,5 3,9, -,2 Catatan: Proyeksi aliran perdagangan berkaitan dengan neraca nasional, yang dapat melebihkan pergerakan volume perdagangan sebenarnya, dan mengecilkan pergerakan harga karena perbedaan dalam penggunaan harga. Revisi adalah nilai relatif terhadap proyeksi pada Triwulanan edisi bulan April 212. Revisi tahunan pada 3. Ukuran ekonomi lainnya adalah berdasarkan proyeksi reformasi tidak ada subsidi BBM Bank Dunia pada bulan April 212 dan bukan pada proyeksi yang dimuat pada Triwulanan edisi bulan April 212 yang berdasarkan pada reformasi subsidi BBM. Sumber: Kemenkeu, BPS, BI, CEIC dan proyeksi Bank Dunia 3. Neraca pembayaran mencatat defisit ketiga secara berurutan di kuartal 1 212 Neraca pembayaran Indonesia mencatat arus keluar selama tiga kuartal berturut-turut di kuartal 1, 212 seiring dengan melebarnya neraca berjalan Indonesia mencatatkan lanjutan aliran keluar neraca pembayaran secara keseluruhan pada kuartal pertama tahun 212 selama tiga kuartal berturut-turut (Gambar 9). Akan tetapi dengan jumlah 1, miliar dolar AS, aliran keluar tersebut berjumlah lebih kecil dari yang dicatat di kuartal ketiga dan keempat tahun 211 (masing-masing sebesar 4, miliar dolar AS dan 3,7 miliar dolar AS). Sementara aliran keluar modal merupakan pendorong utama dari defisit pada paruh kedua tahun 211, hal yang menarik pada kuartal pertama tahun 212 adalah melebarnya defisit neraca berjalan, sehubungan dengan melambatnya permintaan eksternal serta tetap kuatnya permintaan dalam negeri menjadikan surplus perdagangan semakin kecil (Gambar 1). Tren terakhir pada saldo neraca berjalan serta implikasinya akan dibicarakan secara lebih rinci di Bagian B. THE WORLD BANK BANK DUNIA Juli 212 5

Aliran masuk modal tercatat tidak terlalu kuat sementara FDI tetap kokoh Dengan menurunnya tekanan pasar keuangan global pada kuartal pertama tahun 212, Indonesia mencatat aliran masuk netto sebesar 2,2 miliar dolar AS pada neraca modal dan keuangan. Walaupun aliran perbankan yang lain tetap negatif, aliran masuk modal portofolio netto berlanjut dengan aliran masuk 2,8 miliar dolar AS yang didukung oleh pembelian sekuritas pemerintah netto (termasuk penerbitan obligasi dalam dolar AS sebesar 1,75 miliar dolar AS di bulan Januari). Aliran-aliran masuk ini dilengkapi dengan tetap kuatnya investasi langsung asing (4,6 miliar dolar AS, sedikit naik dari kuartal sebelumnya). Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), aliran masuk FDI pada kuartal pertama sebagian besar diarahkan ke sektor pertambangan, transportasi, pergudangan dan telekomunikasi, perkebunan dan tanaman pangan, dan logam, mesin dan elektornik. Aliran masuk FDI juga tersalur secara lebih merata di Indonesia, dengan realisasi investasi di luar pulau Jawa meningkat menjadi 47,2 persen dari jumlah investasi, naik dari 44,2 persen pada periode yang sama tahun 211. Gambar 9: Melebarnya defisit neraca berjalan berkontribusi Gambar 1: dengan surplus non-migas juga menurun dalam aliran keluar neraca pembayaran secara keseluruhan dengan tajam pada kuartal 1, 212 (nilai perdagangan barang bulanan, miliar dolar AS) (miliar dolar AS) Net direct investment Net portfolio miliar dolar AS miliar dolar AS Net other capital Overall balance miliar dolar AS 16 12 Current account miliar dolar AS 16 12 5 4 3 Neraca perdagangan Neraca perdagangan non-migas 5 4 3 8 8 4 4-4 -4-8 -8 Mar-7 Mar-8 Mar-9 Mar-1 Mar-11 Mar-12 Sumber: BI 2 2 1 1-1 Neraca perdagangan migas -1 May-7 May-8 May-9 May-1 May-11 May-12 Sumber: BPS Perlemahan lebih lanjut dalam harga komoditas dan ekonomi dunia barubaru ini mendorong penurunan pertumbuhan ekspor dan neraca perdagangan bergerak ke defisit Di kuartal yang lalu tercatat beberapa pengumuman tentang usulan perubahan dalam kebijakan perdagangan dan investasi dalam negeri Nilai ekspor telah turun secara drastis selama beberapa bulan terakhir, dengan kontraksi sebesar 8,5 persen tahun-ke-tahun pada bulan Mei 212. Penurunan terutama didorong oleh rendahnya ekspor komoditas massal, yang diakibatkan oleh menurunnya harga dan volume yang disebabkan oleh melemahnya kondisi ekonomi global. Pertumbuhan impor, di lain pihak, tetap kuat pada 16,1 persen per-tahun di bulan Mei, yang didorong oleh meningkatnya imporbarang setengah jadi, terutama mesin-mesin, peralatan elektronik dan alat transportasi. Tren itu telah mendorong terciptanya defisit pada neraca barang non-migas untuk kedua kalinya dalam satu dekade sementara neraca migas secara umum relatif seimbang. Sebagai akibatnya, surplus perdagangan telah menyusut dan bergerak menjadi defisit pada bulan April dan Mei (Gambar 11). Di tengah masa perlambatan permintaan luar negeri dan peningkatan gejolak pasar keuangan, terdapat sejumlah pengumuman tentang perubahan terhadap kebijakan perdagangan dan investasi dalam negeri. Sebagai contoh pada bulan Mei, Pemerintah menerbitkan peraturan baru yang membatasi barang impor kategori tertentu, termasuk barang jadi, dan Pemerintah juga menetapkan pajak ekspor sebesar 2 persen pada komoditas baku dan logam dasar untuk pemegang ijin tertentu (lihat bagian fiskal di bawah) dan upaya-upaya untuk mendorong proses produksi di dalam negeri. Pada sisi investasi, Pemerintah telah siap untuk melakukan revisi daftar negatif investasi untuk memperkenankan jumlah FDI yang lebih tinggi untuk beberapa industri utama, seperti farmasi, kesehatan, telekomunikasi dan pendidikan. Akan tetapi juga terdapat pengumuman yang baru dilakukan tentang pembatasan kepemilikan asing dan kewajiban divestasi pada sektor perbankan dan pertambangan. Sementara banyak dari kebijakan yang berbeda ini bertujuan untuk mengembangkan industri lokal dan mendorong investor dalam negeri, kebijakan itu juga menciptakan ketidakpastian bagi dunia usaha dan investor, yang dapat berdampak kepada investasi di kemudian hari. THE WORLD BANK BANK DUNIA Juli 212 6