III. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

Minyak kelapa sawit mentah (Crude palm oil)

A. WAKTU DAN TEMPAT B. ALAT DAN BAHAN C. METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A ANALISA MINYAK

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

Penggunaan Data Karakteristik Minyak Sawit Kasar untuk Pengembangan Transportasi Moda Pipa

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

LAMPIRAN A. Prosedur pembuatan larutan dalam penelitian pemanfaatan minyak goreng bekas. labu takar 250 ml x 0,056 = 14 gram maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT

Bab III Metodologi Penelitian

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

III. METODOLOGI F. ALAT DAN BAHAN

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Refined bleached deodorized palm olein (RBD palm olein)

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Desikator Neraca analitik 4 desimal

BAB 3 METODE PERCOBAAN. - Heating mantle - - Neraca Analitik Kern. - Erlenmeyer 250 ml pyrex. - Beaker glass 50 ml, 250 ml pyrex. - Statif dan klem -

LAMPIRAN. 1.Dokumentasi Kegiatan 1.1 Persiapan rangkaian akuaponik. 1.2 Pencarian tanaman Genjer

BAB III METODE PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

BAB 3 BAHAN DAN METODE

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

a. Kadar Air (SNI) ), Metode Oven b. Kadar Abu (SNI ), Abu Total

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Konsentrasi (μg/m 3 )*** Perubahan konsentrasi (μg/m 3 )****

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan di dalam penelitian ini adalah minyak sawit kasar (crude palm oil/cpo) yang diperoleh dari PT Sinar Meadow Internasional Indonesia, Jakarta. Bahan pendukung yang digunakan di dalam penelitian ini adalah bahan-bahan kimia untuk analisis, yaitu: air destilata, etanol 95%, NaOH, indikator fenolftalein, sikloheksana, larutan Wijs, KI, Na 2 S 2 O 3, indikator kanji, n-heksana dan iso-oktana. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah inkubator, lemari pendingin, pemanas (hot plate), termometer, pipa sirkulasi skala laboratorium, Haake Rotoviscometer RV20, spektrofotometer, neraca analitik, buret, erlenmeyer bertutup, pipet Mohr, pipet tetes, gelas piala, gelas ukur, batang pengaduk, sudip, dan corong. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini dibagi menjadi lima tahap, yaitu: (1) analisis mutu dan reologi CPO awal, (2) analisis mutu dan reologi CPO setelah pemanasan awal, (3) analisis mutu dan reologi CPO selama penyimpanan, (4) analisis mutu dan reologi CPO setelah pemanasan sebelum pengaliran, dan (5) analisis mutu dan reologi CPO selama pengaliran dalam pipa. Diagram alir tahap penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 8. CPO suhu 25 o C Analisis mutu dan reologi CPO awal Pemanasan CPO pada laju pemanasan 5 o C/24 jam hingga mencapai suhu 55 o C Analisis mutu dan reologi CPO setelah pemanasan awal Penyimpanan CPO pada suhu perlakuan (40, 35, 30, 25, dan 20 o C) selama 4 minggu. Analisis mutu dan reologi CPO selama penyimpanan, setiap 1 minggu sekali Pemanasan CPO pada laju pemanasan 5 o C/24 jam hingga suhu pengaliran 55 o C Analisis mutu dan reologi CPO setelah pemanasan sebelum pengaliran Pengujian pengaliran CPO dalam pipa sirkulasi. Analisis mutu dan reologi CPO selama pengaliran dalam pipa Gambar 8. Diagram alir penelitian karakteristik CPO selama penyimpanan dan pengaliran dalam pipa. 15

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data karakteristik mutu dan reologi CPO selama penyimpanan dan pengaliran dalam pipa. Sebelum dilakukan perlakuan selanjutnya, CPO dianalisis mutu dan reologi awal pada suhu 25 o C. Ketika CPO tiba dari pabrik kelapa sawit (PKS), dilakukan pemanasan hingga mencapai suhu 50-55 o C. Pemanasan dilakukan untuk mempermudah proses bongkar muatan ketika CPO akan dipindahkan ke tangki penyimpanan. Untuk mengetahui pengaruh pemanasan ketika proses bongkar muatan terhadap mutu dan reologi CPO, maka dilakukan analisis mutu dan reologi terhadap CPO yang telah dipanaskan hingga mencapai suhu 55 o C. Selama penyimpanan, suhu dan lama penyimpanan juga berpengaruh terhadap karakteristik CPO. Suhu penyimpanan yang direkomendasikan oleh CODEX Alimentarius Commison (CAC) (2005) adalah suhu penyimpanan 32-40 o C. Pada penelitian ini dilakukan penyimpanan CPO pada suhu penyimpanan 20, 25, 30, 35, dan 40 o C selama 4 minggu penyimpanan. Selain penyimpanan CPO pada kisaran suhu yang direkomendasikan CAC (2005), dilakukan juga penyimpanan pada suhu yang lebih rendah, yaitu 20, 25, dan 30 o C. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan CPO pada berbagai suhu penyimpanan yang diujikan terhadap parameter mutu maupun reologi CPO. Sebelum dialirkan, CPO perlu dipanaskan hingga mencapai suhu pengaliran yaitu 50-55 o C. Pemanasan tersebut dilakukan untuk melelehkan kristal lemak pada CPO, sehingga CPO lebih mudah untuk dialirkan. Setelah mengalami pemanasan kembali untuk mencapai suhu pengaliran, mutu dan sifat reologi CPO mengalami perubahan. Untuk mengetahui pengaruh pemanasan hingga mencapai suhu pengaliran CPO, maka dilakukan analisis mutu dan reologi terhadap CPO yang telah dipanaskan kembali hingga mencapai suhu 55 o C. Praktik yang terjadi dalam pengaliran CPO dalam sistem pipa berlangsung pada kondisi panas di dalam sistem pipa yang berpemanas atau berisolasi untuk mencegah pemadatan selama proses pengaliran. Selama pengaliran sangat memungkinkan terjadinya penurunan mutu CPO, karena pengaliran dilakukan dalam kondisi panas. Selain itu, sifat reologi CPO juga dapat mengalami perubahan akibat pengaruh suhu yang berubah-ubah selama pengaliran CPO. Untuk mengetahui profil perubahan mutu dan sifat reologi CPO selama pengaliran maka dilakukan analisis mutu dan sifat reologi CPO selama pengujian pengaliran CPO dalam sistem pipa. 1. Analisis Mutu dan Reologi CPO Awal Sampel CPO yang digunakan merupakan sampel yang baru dihasilkan industri pengolah CPO, serta belum mengalami proses transportasi dan penyimpanan dalam waktu yang lama. Analisis mutu CPO yang dilakukan meliputi kadar asam lemak bebas, bilangan iod, kadar karoten dan DOBI (deterioration of bleachability index). Penentuan kadar asam lemak bebas dan bilangan iod dilakukan berdasarkan metode SNI 01-2901-2006, sementara penentuan kadar karotenoid dan DOBI dilakukan berdasarkan metode PORIM 1995. Analisis dilakukan sebanyak 2 ulangan (duplo) untuk setiap parameter mutu yang diujikan. Sementara analisis sifat reologi CPO dilakukan dengan menggunakan Haake Rotoviscometer RV20 sebanyak 2 ulangan. Sifat reologi CPO dilihat dari indeks tingkah laku aliran (n) dan indeks konsistensi aliran (K) berdasarkan Persamaan power law. 16

2. Analisis Mutu dan Reologi CPO Setelah Pemanasan Awal Analisis mutu dan reologi CPO pada tahap ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemanasan awal sebelum penyimpanan terhadap parameter mutu dan reologi CPO. CPO yang telah dianalisis mutu serta reologi pada tahap sebelumnya, kemudian dipanaskan di dalam inkubator hingga suhu 55 o C dengan kenaikan suhu 5 o C/24 jam. Pemanasan dilakukan untuk mencapai suhu pengaliran sesuai dengan rekomendasi CODEX Alimentarius Commison (CAC 2005). Setelah suhu pemanasan tercapai, kembali dilakukan analisis mutu dan reologi CPO seperti yang dilakukan pada tahap sebelumnya. 3. Analisis Mutu dan Reologi CPO Selama Penyimpanan Pada tahap ini dilakukan simulasi proses penyimpanan CPO pada kondisi suhu penyimpanan tertentu dengan skala laboratorium. CPO yang telah dipanaskan hingga suhu 55 o C disimpan pada kondisi suhu penyimpanan yang berbeda-beda. Suhu penyimpanan yang dicobakan adalah 20, 25, 30, 35, dan 40 o C, dengan waktu penyimpanan selama 4 minggu. Untuk sampel yang disimpan pada suhu lebih besar atau sama dengan 25 o C, suhu diatur dengan cara menyimpan sampel CPO dalam inkubator yang dilengkapi pengatur suhu. Sedangkan untuk suhu di bawah 25 o C, penyimpanan dilakukan dalam lemari pendingin yang memiliki pengatur suhu. Analisis mutu dan sifat reologi CPO dilakukan setiap minggu terhadap setiap sampel yang disimpan pada suhu penyimpanan yang dicobakan. 4. Analisis Mutu dan Reologi CPO Setelah Pemanasan Sebelum Pengaliran Sampel CPO yang telah disimpan selama 4 minggu pada suhu penyimpanan yang diujikan kemudian dipanaskan kembali hingga mencapai suhu maksimal pengaliran sesuai rekomendasi CAC (2005) yaitu suhu 55 o C. Sampel CPO dipanaskan dengan kenaikan suhu sebesar 5 o C/24 jam. Setelah suhu pemanasan tercapai, sampel kemudian dianalisis mutu dan sifat reologinya. 5. Analisis Mutu dan Reologi CPO Selama Pengaliran dalam Pipa Untuk pengujian pengaruh proses pengaliran CPO terhadap mutu dan reologi CPO, dilakukan pengaliran sampel CPO pada sistem pipa sirkulasi skala laboratorium yang dilengkapi dengan pompa pendorong aliran. Pompa yang digunakan adalah pompa sentrifugal Merk Grundfos, Tipe NS Basic 13-18, yang mampu mengalirkan fluida dengan debit (Q) 3.6-17 m 3 /jam (setara dengan debit 1-4.7 L/detik). Pipa yang digunakan terbuat dari bahan stainless steel dengan diameter dalam 1 inci dan panjang 13 meter. Pada pipa tersebut dipasangkan termokopel pada beberapa titik yang kemudian dihubungkan dengan termorekorder, sehingga suhu selama pengaliran dapat diamati. Sistem pipa sirkulasi yang digunakan dalam simulasi pengaliran dapat dilihat pada Gambar 9. 17

1 2 3 4 5 Keterangan : 1. Pipa stainless steel diameter dalam 1 inci dan panjang 13 meter 2. Tangki pemanas 3. Pengatur laju aliran 4. Termorekorder 5. Pompa sentrifugal Gambar 9. Sistem pipa sirkulasi skala laboratorium. Sampel CPO yang digunakan untuk simulasi pengaliran, sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu hingga mencapai suhu 55 o C. Setelah suhu pengaliran tercapai, dilakukan pengaliran sampai suhu CPO menurun hingga mencapai kondisi isotermal, yang ditandai dengan tidak terjadinya penurunan suhu lagi (suhu konstan), sambil diamati perubahan mutu serta sifat reologinya. 6. Prosedur Analisis 6.1. Pengukuran kadar asam lemak bebas (BSN 2006) Penentuan kadar asam lemak bebas dilakukan berdasarkan metode SNI 01-2901- 2006. Kadar asam lemak bebas dihitung sebagai persentase berat (b/b) dari asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak sawit mentah (CPO) dimana berat molekul asam lemak bebas tersebut dianggap sebesar 25.6 (sebagai asam palmitat). Sampel yang diuji dipanaskan pada suhu 60-70 o C, diaduk hingga homogen. Kemudian sampel seberat 5 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Sebanyak 50 ml etanol 95% atau isopropanol yang sudah dinetralkan ditambahkan ke dalam erlenmeyer. Sampel dipanaskan dalam penangas air dan diatur suhunya pada 40 o C sampai contoh minyak larut semua. Selanjutnya ditambahkan larutan indikator fenolftalein sebanyak 1-2 tetes. Sampel dititrasi dengan titrat sambil digoyang-goyang hingga mencapai titik akhir yang 18

ditandai dengan perubahan warna menjadi merah muda yang stabil minimal 30 detik. Penggunaan larutan titrat yang digunakan (ml) dicatat. Analisis dilakukan sekurangkurangnya duplo dan perbedaan antara kedua uji tidak boleh melebihi 0.05%. Persentase asam lemak dihitung sebagai asam palmitat berdasarkan rumus pada Persamaan 5. Kadar ALB (%) = 25.6xNxV W (5) Keterangan : V : Volume titrat yang digunakan (ml) N : Normalitas larutan titrat W : Berat sampel (g) 25.6 : Konstanta untuk menghitung kadar asam lemak bebas sebagai asam lemak palmitat 6.2. Pengukuran bilangan iod (BSN 2006) Penentuan bilangan iod dilakukan berdasarkan metode SNI 01-2901-2006. Bilangan iod dinyatakan sebagai gram iod yang diserap per 100 gram minyak. Sampel yang diuji dilelehkan pada suhu 60-70 o C, dan diaduk hingga rata. Sebanyak 0.4-0.6 gram sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer bertutup 250 atau 500 ml, lalu ditambahkan sebanyak 15 ml sikloheksana ke dalam erlenmeyer untuk melarutkan larutan uji tersebut. Sebanyak 25 ml larutan Wijs ditambahkan ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet, lalu erlenmeyer tersebut ditutup. Erlenmeyer dikocok dan disimpan dalam ruang gelap selam 30 menit. Sebanyak 10 ml larutan KI 10% dan 50 ml air suling ditambahkan ke dalam erlenmeyer. Erlenmeyer ditutup dan dikocok, kemudian dilakukan titrasi dengan larutan natrium tiosufat 0.1N sampai terjadi perubahan warna dari biru tua menjadi kuning muda. Selanjutnya dilakukan penambahan 1-2 ml indikator kanji, titrasi dilanjutkan sampai warna birunya hilang setelah dikocok kuat-kuat. Dilakukan penetapan sekurang-kurangnya duplo, dan perbedaan antara kedua hasil uji tidak boleh lebih besar dari 0.05. Bilangan iod dihitung berdasarkan rumus pada Persamaan 6. Bilangan iod (g iod/100 g) = 12.69 N (V 2 V 1 ) W (6) Keterangan: N : Normalitas larutan standar natrium tiosulfat 0.1 N V 2 : Volume larutan natrium tiosulfat 0.1 N blanko V 1 : Volume larutan natrium tiosulfat 0.1 N contoh 12.69 : Konstanta untuk menghitung bilangan iod W : Berat sampel (g) 19

6.3. Pengukuran kadar karotenoid (PORIM 1995) Sampel ditimbang sebesar 0.1 g ke dalam labu takar 25 ml, kemudian ditepatkan hingga tanda tera dengan n-heksana. Pengenceran dilakukan apabila absorbansi yang diperoleh nilainya lebih dari 0.700. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 446 nm dengan kuvet (lebar 1 cm). Konsentrasi karotenoid dalam sampel minyak sawit dihitung menggunakan panjang gelombang 446 nm menggunakan kuvet 1 cm dengan pelarut heksana. Kadar karotenoid diukur berdasarkan rumus pada Persamaan 7. Karoten (ppm) = 25 x 383 x (As Ab ) 100 x W (7) Keterangan : W : Berat sampel (g) As : Absorbansi sampel Ab : Absorbansi blanko 6.4. Pengukuran nilai DOBI (PORIM 1995) Sampel ditimbang sebanyak 0.04 g dalam labu ukur 25mL yang telah ditentukan berat kosongnya. Sampel dilarutkan dengan pelarut Iso-oktana p.a. sampai batas garis labu dan digoncang agar minyak atau lemak larut sempurna. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 446 nm (Ab) dan 269 nm (As). Nilai DOBI dihitung berdasarkan rumus pada Persamaan 8. DOBI = Ab As (8) Keterangan : Ab : Absorbansi contoh pada panjang gelombang 446 nm As : Absorbansi contoh pada panjang gelombang 269 nm 6.5. Pengukuran sifat reologi CPO Pengukuran sifat reologi dilakukan menggunakan Haake Rotoviscometer RV20 (Gambar 10) dengan sistem pengukuran M5. Sistem sensor yang digunakan adalah sensor NV yang terdiri atas sebuah silinder ko-aksial dengan dua celah/gap (celah dalam = 0.35 mm; celah luar = 0.4 mm). Perlakuan suhu selama percobaan dikontrol oleh thermocontroller yang diatur melalui program Haake Rotoviscometer RV20. Selanjutnya sampel dikenai shear rate pada kisaran 1-400 s -1, sehingga dapat diperoleh data gaya geser (shear stress) pada suhu tersebut. Sifat aliran fluida ditentukan dengan model power law dan dihitung nilai n (indeks tingkah laku aliran/flow behaviour index) dan nilai K (indeks konsistensi aliran/concistency index). Data logaritma shear rate dan shear stress diplotkan untuk memperoleh persamaan power law, dengan data log shear rate sebagai aksis (sumbu x) dan log shear stress sebagai ordinat (sumbu y). Dari persamaan power law (regresi linier) yang diperoleh kemudian ditentukan nilai n dan K. Nilai n diperoleh dari slope persamaan power law, sedangkan nilai K diperoleh dari antilogaritma intersep persamaan power law berdasarkan Persamaan 9. 20

log τ = log K + n log γ (9) τ : Shear stress γ : Shear rate n : Indeks tingkah laku aliran K : Indeks konsistensi aliran Gambar 10. Haake Rotoviscometer RV20. 21