STUDI PENGGUNAAN MAGNETOMETER DALAM PEMBUATAN PETA SEBARAN LOGAM UNTUK MENDUKUNG PEMASANGAN PIPA BAWAH LAUT

dokumen-dokumen yang mirip
SIDANG TUGAS AKHIR SYUKRON KHOTIBUL U Ir.YUWONO,MT SUBARSYAH,S.Si

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia, maka ini akan mendorong teknologi untuk dapat membantu dalam

Physics Communication

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI APLIKASI MULTIBEAM ECHOSOUNDER DAN SIDE SCAN SONAR UNTUK MENDETEKSI FREE SPAN PADA SALURAN PIPA BAWAH LAUT

Pengolahan awal metode magnetik

KELURUSAN ANOMALI MAGNET BENDA X DI DAERAH Y DARI HASIL REDUKSI KE KUTUB

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

PENGGUNAAN METODE ANALISIS SINYAL DALAM INTERPRETASI DATA MAGNET DI PERAIRAN SELAT SUNDA UNTUK MENENTUKAN ARAH DAN POSISI PIPA BAWAH LAUT

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS. Gambar 4.1 Indikator Layar ROV (Sumber: Rozi, Fakhrul )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut :

DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik, dengan tujuan

Gambar 3.1. Rencana jalur survei tahap I [Tim Navigasi Survei LKI, 2009]

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

RINGKASAN SKEMA SERTIFIKASI SUB BIDANG HIDROGRAFI

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

BAB I PENDAHULUAN. banyak dieksplorasi adalah sumber daya alam di darat, baik itu emas, batu bara,

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

Analisis Data. (Desi Hanisa Putri) 120

IV. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK MENGGUNAKAN TRANSFORMASI PSEUDOGRAVITY PADA ANOMALI MAGNETIK DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

PENENTUAN BATAS KONTAK BATUAN GUNUNG PENDUL DAN GUNUNG SEMANGU, BAYAT, KLATEN MENGGUNAKAN METODA MAGNETIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang memiliki wilayah sangat luas dan

3. HASIL PENYELIDIKAN

SURVEI HIDROGRAFI. Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri. Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang

PERHITUNGAN VOLUME DAN SEBARAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN CITRA IKONOS MULTI TEMPORAL 2011

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

PENDUGAAN POSISI DAPUR MAGMA GUNUNGAPI INELIKA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN SURVEI MAGNETIK

DAFTAR ISI. I.2. Lingkup Kegiatan I.3. Tujuan I.4. Manfaat I.5. Landasan Teori... 3

Abstrak PENDAHULUAN.

Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Tabak, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah

PDF Compressor Pro BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (2014), Hal ISSN :

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 1-8. Jurnal Einstein. Available online

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

BAB III METODE PENELITIAN

Kata Kunci : Landreform, Pengukuran, Pemetaan

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

STUDI KELAYAKAN RENCANA LOKASI PELETAKAN JACK-UP DRILLING RIG MENGGUNAKAN HASIL PENCITRAAN SIDE SCAN SONAR

Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Ampah, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Identifikasi Jalur Sesar Opak Berdasarkan Analisis Data Anomali Medan Magnet dan Geologi Regional Yogyakarta

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

LOGO PERBANDINGAN ANALISA FREE SPAN MENGGUNAKAN DNV RP F-105 FREESPANING PIPELINE DENGAN DNV 1981 RULE FOR SUBMARINE PIPELINE

BAB 4 ANALISIS. 4.1 Cara Kerja SonarPro untuk Pengolahan Data Side Scan Sonar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

PRESENTASI TUGAS AKHIR

PEMODELAN 3-D SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN LANGSA, SELAT MALAKA-SUMATERA UTARA

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Lapisan Batuan Bawah Permukaan Kawasan Kampus Unsyiah Menggunakan Metoda Seismik Refraksi

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

PENGGUNAAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI UNTUK PEMBUATAN PETA DASAR SKALA 1:5.000 KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

Transkripsi:

STUDI PENGGUNAAN MAGNETOMETER DALAM PEMBUATAN PETA SEBARAN LOGAM UNTUK MENDUKUNG PEMASANGAN PIPA BAWAH LAUT Syukron Khotibul Umam 1, Yuwono 1, Subarsyah 2 Abstract Magnetometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya suatu benda logam dengan cara mendeteksi anomali magnetiknya. Pengolahan data survei magnetik menggunakan alat magnetometer dengan memanfaatkan ukuran anomali magnetik, sehingga dapat menyediakan informasi spasial berupa peta sebaran benda logam untuk menunjang pemasangan pipa bawah laut di Selat Sunda. Pengambilan data dilakukan terhadap 13 lintasan regional pada area seluas 27 km x 500 m dengan spasi antar lintasan lebih kurang 40 m. Proses akuisisi data dilakukan dengan menggunakan alat SeaSPY Magnetometer. Pengolahan data diawali dengan koreksi IGRF untuk mendapatkan anomali medan magnet total. Kemudian dilakukan proses griding dengan spasi 3 meter untuk memperapat data dan hasilnya adalah digunakan untuk proses derivative vertikal dan horizontal untuk mencari nilai gradiennya. Kemudian, terakhir dilakukan proses analisis sinyal. Hasil interpretasi kualitatif menunjukkan adanya anomali dipole magnetik pada kilometer point ke- 138 yang disinyalir sebagai anomali dari jalur pipa yang membentang dari arah barat daya ke timur laut, dengan rentang intensitas magnetik sebesar -216.945 nt hingga +110.593 nt. Hasil yang didapatkan dari analisis sinyal merubah sifat dipolar anomali magnetik menjadi monopolar yang menyebabkan rentang intensitas magnetik berubah antara 0 sampai dengan 42.253 yang tergambar dalam peta sebaran benda logam. Kata kunci : Magnetometer, Anomali Magnetik, Peta Sebaran Benda Logam PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terbesar didunia yang mempunyai potensi kelautan yang sungguh sangat berlimpah, baik di nearshore maupun di offshore. Hal ini menuntut sumberdaya manusia indonesia yang memiliki kemampuan lebih tentang ilmu hidrografi dan geologi laut untuk menghadapi tantangan bagi pembangunan nasional Indonesia, terutama pada sektor kelautan. Kegiatan utama dalam penerapan ilmu hidrografi dan geologi laut adalah survei bawah laut, yaitu untuk menggambarkan keadaan, detail obyek, serta lapisan tanah bawah laut. Sehingga, survei bawah laut juga biasa digunakan untuk menentukan lokasi yang baik untuk jalur pipa atau kabel bawah laut. Salah satu alat yang digunakan untuk survei bawah laut adalah magnetometer, yang mampu mendeteksi variasi-variasi kecil dalam medan magnet bumi yang dihasilkan dari kedekatan obyek magnetik (terutama benda logam). Oleh karena itu, selain digunakan untuk eksplorasi dan eksploitasi mineral/tambang, alat magnetometer juga sering digunakan untuk menentukan lokasi yang baik untuk jalur pipa bawah laut. Hal ini dikarenakan, pemasangan pipa bawah laut merupakan salah satu pekerjaan dilaut yang sangat berharga karena biaya pemasangannya yang cukup besar. Sehingga, diperlukan suatu metode yang aman dan tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian tentang perencanaan pemasangan pipa bawah laut dengan menggunakan magnetometer. Sehingga, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi lokasi benda logam disekitar jalur pemasangan pipa bawah laut. Perumusan Masalah Penelitian dalam tugas akhir ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan dibawah ini: 1. Bagaimana magnetometer diaplikasikan untuk merencanakan pemasangan pipa di bawah laut? 2. Bagaimana menyajikan data hasil magnetometer kedalam sebuah peta pada jalur survei yang telah dilakukan? 1Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya-60111 1 2Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Bandung-40174

Batasan Masalah Batasan masalah dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Studi yang dibahas terkait pembuatan peta sebaran logam yang mempengaruhi jalur pemasangan pipa bawah laut. 2. Data magnetometer yang digunakan untuk mendeteksi benda logam menggunakan alat SeaSPY Magnetometer. 3. Cakupan survei bawah laut dalam penelitian ini mengenai survei menggunakan magnetometer sebagai data pendukung rencana pemasangan pipa bawah laut. 4. Daerah studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Selat Sunda. Tujuan Tugas Akhir Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui keberadaan benda logam yang tenggelam di bawah laut terutama lokasi terakhir dari jalur pipa yang sudah ada yang akan dilewati oleh jalur pipa yang baru dengan cara menyajikan data hasil magnetometer tersebut kedalam suatu peta. Selanjutnya digunakan sebagai data pendukung pemasangan pipa bawah laut. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan untuk penelitian tugas akhir berada di daerah rencana pembangunan pemasangan pipa bawah laut yaitu diantara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa (Selat Sunda) yang menghubungkan Labuhan Maringgai dengan Muara Bekasi. Akan tetapi, panjang koridor survei yang dilakukan hanya sepanjang kurang lebih 27 km dan lebarnya kurang lebih 500 m dengan start of line pada kilometer point ke-133 dan end of line pada kilometer point ke-160 di Muara Bekasi. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Perangkat Keras (Hardware) Personal Computer (PC) Core(TM)2 Duo CPU T6500 @ 2.10 Ghz Memori DDR 1979 MB Hardisk 320 GB Printer Canon ip 1980 b. Perangkat Lunak (Software) Sistem operasi Windows XP Sistem aplikasi software Matlab 7.0 Sistem aplikasi software Surfer 8 Sistem aplikasi software Autodesk Land Desktop 2004 Sistem aplikasi Microsoft Office 2007 Bahan 1. Data magnetometer Selat Sunda yang menggunakan alat SeaSPY Magnetometer yang sudah terintegrasi dengan alat GPS tahun 2006. 2. Kontur kedalaman Selat Sunda tahun 2006 yang digunakan untuk menampalkan hasil interpretasi anomali magnetik. 3. Data side scan sonar untuk validasi data magnetometer pada waktu interpretasi anomali magnetik. Metodologi Penelitian Identifikasi dan Perumusan Masalah Studi Literatur Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisa Tahap Akhir Gambar 2. Diagram alir tahapan penelitian Gambar 1. Lokasi penelitian 2

Berikut adalah penjelasan diagram alir tahapan penelitian: Tahap identifikasi dan perumusan masalah Dilakukan suatu peninjauan awal terhadap permasalahan yang ada sehingga dapat ditentukan maksud dan tujuan yang jelas dari kegiatan penelitian. Studi literatur Mempelajari arti dan konsep survei magnetik terutama pengaplikasian alat magnetometer untuk mendeteksi adanya benda logam pada atau dekat permukaan dasar laut. Pengumpulan data Pengumpulan data diperoleh dari PPPGL dan PT.MGS sebagai instansi dan perusahaan yang telah melakukan survei. Pengolahan data Untuk menghasilkan informasi spasial berupa peta sebaran logam untuk keperluan pemasangan pipa bawah laut. Analisa Data yang telah diolah kemudian dianalisa sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu hasil dan kesimpulan. Tahap akhir Dilakukan penyusunan dan penulisan laporan yang disertai peta sebaran logam. Tahap Pengolahan Data Kontur Kedalaman Tahun 2006 Data Hasil Survey Magnetometer Perbaikan Noise Penyaringan Noise Ya Pengolahan Data Magnetometer Interpretasi Anomali Magnetik (Kualitatif) Kontur Anomali Magnetik Tidak Data Hasil Survey Side Scan Sonar Penjelasan diagram alir tahap pengolahan data: Data ini merupakan hasil akuisisi data di lapangan yang menampilkan anomali magnetik sepanjang koridor dan sudah terkoreksi posisinya secara diferensial (X,Y) dengan menggunakan alat GPS. Proses perbaikan noise dengan cara filtering mampu mengatasi masalah spike ataupun putus pada suatu data. Pengolahan data magnetometer dilakukan dengan menggunakan bantuan software Matlab 7.0 dan software Surfer 8. Interpretasi anomali magnetik dilakukan secara kualitatif yang didasarkan pada pola kontur anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi bendabenda termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi. Validasi data pada waktu interpretasi anomali magnetik menggunakan data side scan sonar. Hasil dari interpretasi ini kemudian ditampalkan dengan kontur kedalaman untuk mendapatkan peta persebaran benda logam beserta data vertikal dasar laut. Analisa yang dilakukan adalah mengenai anomali magnetik dan persebaran benda logam. Oleh karena itu, bisa diketahui keberadaan benda logam tersebut serta intensitas magnetiknya. HASIL DAN ANALISA Hasil Survei Batimetri Hasil rekaman yang diperoleh serta data digital menunjukkan bahwa daerah penelitian mempunyai kedalaman bervariasi antara 16 sampai 27 meter. Perubahan kedalaman terjadi secara bergradasi mulai dari pantai Muara Bekasi dan berangsur bertambah dalam menuju ke Labuhan Maringgai. Permukaan Laut Overlay 2282 m Peta Persebaran Benda Logam Analisa Anomali Magnetik dan Persebaran Benda Logam Lokasi Benda Logam dan Magnetic Intensity Gambar 3. Diagram alir tahapan pengolahan data Gambar 4. Contoh rekaman hasil pemeruman dengan morfologi bergelombang ringan 3

Hasil Survei Side Scan Sonar Pipeline Unknown Object Gambar 5. Contoh kenampakan obyek pada citra side scan sonar Hasil perekaman citra yang didapat dari instrumen side scan sonar ini, mendapatkan target yang terdeteksi yaitu substrat dasar laut dan target yang terdeteksi cukup signifikan yaitu berupa pipa. Target yang terdeteksi ini di interpretasikan berdasarkan rona, yaitu rona gelap, rona sedang, dan rona terang. Semakin terang suatu rona dari target yang terdeteksi maka nilai pantulannya akan semakin tinggi. Semakin terang rona dari target yang terdeteksi, semakin keras bahan dari target yang didapat maka akan semakin kuat nilai pantulan sinyalnya. Hasil Penelitian Survei Magnetik a. Koreksi IGRF Gambar 6. Hasil loading file magnetometer sesuai koridor survei Gambar 9. Hasil koreksi IGRF sesuai koridor survei A B Gambar 10. Hasil koreksi IGRF untuk jalur pipa IGRF (International Geomagnetik Reference Field) merupakan nilai kuat medan magnetik utama bumi. Harga IGRF di daerah penelitian bervariasi antara 44705.767 nt sampai 44731.2 nt, yang nantinya akan digunakan sebagai dasar perhitungan data anomali magnetik. Harga IGRF yang dipakai untuk menghitung data anomali magnetik di daerah penelitian yaitu harga IGRF yang berlaku mulai dari tahun 2005. Jika dilihat penampang melintang dari koridor survei pada lintasan ke tujuh anomali magnetik yang sudah terkoreksi dengan nilai IGRF, menunjukkan bahwa anomali magnetik tersebut menunjukkan puncak positif sekitar 90 nanotesla dan puncak negatif 50 nanotesla dan fundamental panjang gelombangnya sekitar 30 meter. Gambar 7. Hasil loading file magnetometer untuk jalur pipa Gambar 11. Anomali magnetik pada lintasan 7 di atas jalur pipa 4

b. Proses Griding Semakin kecil ataupun semakin besar spasi yang digunakan dalam proses griding dengan interval yang sama, maka untuk mencari pusat dari anomali medan magnetik akan jauh lebih sulit. Sehingga, hal ini akan berpengaruh terhadap proses selanjutnya untuk mencari pusat anomali dari medan magnetik tersebut yaitu proses derivative horizontal dan vertikal yang mengakibatkan nilai pusat anomali berasosiasi dengan anomali disekitarnya. c. Proses Slice Jalur survei yang diagonal dan terdapat identifikasi diluar koridor survei, membuat proses slice harus dilakukan. Hal ini akan berpengaruh terhadap interpretasi arah anomali magnetik dari jalur pipa tersebut. Akan tetapi, interpretasi sementara dari anomali magnetik jalur pipa pada saat dilakukan proses ini, membuat gambar yang terbentuk masih terpengaruh oleh anomali regional. Oleh karena itu, perlu dilakukan proses selanjutnya agar data yang dihasilkan merupakan murni dari anomali magnetik pipa. Gambar 12. Hasil proses slice sesuai koridor survei Analisa yang dilakukan secara visual terhadap anomali magnetik hasil dari implementasi algoritma derivatif menunjukkan kenampakan kesamaankesamaan posisi dan arah anomali, yakni klosur positif dan negatif yang selalu berdampingan.sehingga, bisa disimpulkan bahwa benda penyebab anomali magnetik berupa dua kutub (dipole) magnetik. e. Analisis Sinyal Terdapat 2 lokasi anomali magnetik. Anomali A berupa jalur pipa yang merupakan sasaran yang ingin diketahui koordinatnya dan anomali B ada kemungkinan berupa sebaran pasir yang mengandung besi tergantung hasil dari contoh sedimen dasar laut yang diambil (lihat gambar 15). Jika dilihat penampang melintang dari anomali magnetik dengan klosur positif tersebut menunjukkan bahwa anomali magnetik tersebut menunjukkan puncak positif sekitar 24 nanotesla dan tanpa adanya puncak negatif dengan fundamental panjang gelombangnya sekitar 27 meter. Jika dibandingkan dengan gambar anomali magnetik pada lintasan 7 di atas jalur pipa (Gambar 11). Terjadi perubahan yang cukup signifikan pada lintasan yang sama. Sehingga, hal ini sangat membantu pada saat interpretasi untuk menentukan lokasi pipa. d. Derivative Horizontal dan Vertikal a b A B Gambar 13. Derivative horizontal Gambar 15. Anomali magnetik dengan klosur positif Gambar 14. Derivative vertikal Gambar 16. Anomali magnetik dengan klosur positif pada lintasan 7 5

Analisa Peta Batimetri Pola garis kontur batimetri umumnya beraturan dimana sedikit sekali kontur yang melingkar karena hanya pada KP 133 sampai KP 136. Namun, secara keseluruhan kondisi dasar laut makin dalam ke arah barat laut. Jarak antara garis kontur kedalaman yang umumnya sangat renggang dengan interval garis kedalaman yang hanya 1 meter menunjukkan bahwa morfologi dasar laut di daerah penelitian relatif datar hingga landai. Bila diamati peta batimetri secara lebih mendalam maka daerah penelitian dapat dibedakan menjadi 2 zona yaitu : Zona 1 adalah daerah dekat Muara Bekasi yang mempunyai perubahan kedalaman secara berangsur dan halus yaitu mulai dari kedalaman 16 meter sampai kedalaman 24 meter dengan rentang jarak sekitar 12 km. Zona 2 adalah daerah yang mempunyai perubahan kedalaman secara berangsur,namun kasar yaitu mulai dari kedalaman sekitar 25 meter sampai sekitar 27 meter dalam rentang jarak sekitar 9 km. Citra Side Scan Sonar Setelah dilakukan pengolahan data side scan sonar secara post processing untuk meningkatkan pemahaman akan suatu obyek melalui interpretasi. Hasil interpretasi dari instrumen side scan sonar tersebut, menunjukkan bahwa target yang terdeteksi pada daerah survei dari Labuhan Maringgai sampai ke Muara Bekasi sebagian besar terdiri dari substrat dasar laut seperti berupa lumpur dan lumpur berpasir, dan objek keras lainnya. Hasil interpretasi juga menemukan adanya jalur pipa yang membentang dari timur laut sampai barat daya yang bisa dilihat dari sinyal seismik yang diperoleh dari dasar laut, teramati adanya reflektor yang cukup kuat dan/atau kontinyu pada saat dilakukan survei. Analisa Anomali Magnetik Pengambilan data magnet dilakukan bersamaan dengan kegiatan seismik dengan arah lintasan umumnya barat laut sampai tenggara serta hampir barat sampai timur. Arah ini memungkinkan untuk mendapatkan pembacaan harga intensitas medan magnet total yang stabil dan amplitudo sinyal yang besar. Variasi harian medan magnet bumi disekitar daerah penelitian tidak dilakukan pengamatan, karena posisi base station lebih jauh dari 100 mil dari daerah survei. Sehingga, pengaruhnya relatif sangat kecil terhadap intensitas magnet total itu sendiri. Selain itu, untuk mengetahui ada tidaknya badai magnetik bisa dilihat dari data medan magnet total yang terukur. Pola kontur anomali magnetik tersebut sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan batuan sedimen tetapi lebih mencerminkan terhadap kemagnetan pipa. Hal tersebut karena pipa pada umumnya mempunyai kontras kemagnetan (suseptibilitas) yang tinggi sedangkan batuan sedimen (pasir, serpih, batu gamping, rijang) sederajat dengan air garam, air tawar, maupun udara. Sehingga, tidak merubah anomali magnetik dengan cara apapun dan umumnya mempunyai suseptibilitas yang rendah. Analisa Persebaran Benda Logam Hasil yang ditunjukkan oleh citra side scan sonar menampilkan jalur pipa yang dimulai tepat di tengah puncak intensitas magnetik sampai puncak intensitas magnetik yang berada di sebelah timur. Berdasarkan hasil interpretasi anomali magnetik secara kualitatif yang nantinya akan digunakan untuk menginterpretasi posisi pipa dengan mempertimbangkan data side scan sonar sebagai validasi. Maka, dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu berdasarkan tinggi intensitas magnetik absolut, berdasarkan tinggi intensitas magnetic (tengah anomali), dan berdasarkan kelurusan pipa. Gambar 17. Interpretasi jalur pipa berdasarkan citra side scan sonar 6

Gambar 18. Interpretasi posisi pipa berdasarkan: (a) Tinggi intensitas magnetik absolut; (b) Tinggi intensitas magnetik (tengah anomali); (c) Kelurusan pipa a. Berdasarkan Tinggi Intensitas Magnetik Absolut Pendekatan awal dari interpretasi ini yaitu dengan memilih nilai anomali magnetik yang tertinggi. Hal ini senada dengan interpretasi citra side scan sonar yang menunjukkan jalur pipa yang dimulai tepat di tengah puncak intensitas magnetik sampai puncak intensitas magnetik yang berada di sebelah timur. Jalur pipa sedikit melengkung dibandingkan dengan interpretasi citra side scan sonar. Hal ini akibat dari nilai anomali magnetik yang berada di tengah anomali memiliki intensitas magnetik yang sangat tinggi dibanding intensitas magnetik sekitar. b. Berdasarkan Tinggi Intensitas Magnetik (Tengah Anomali) Pendekatan awal dari interpretasi ini hampir sama dengan interpretasi berdasarkan tinggi intensitas magnetik absolut, yang membedakan hanyalah pipa yang berada di sebelah selatan tidak berada di puncak intensitas magnetik di sebelah timur. Melainkan berada di tengah atau diantara puncak intensitas magnetik. Untuk menarik kesimpulan dari interpretasi ini yaitu dengan menggabungkan hasil perhitungan derivative horizontal dan vertikal beserta analisis sinyal yang digunakan untuk mengubah anomali magnetik yang dipolar menjadi monopolar. c. Berdasarkan Kelurusan Pipa Interpretasi ini merupakan pengembangan dari interpretasi berdasarkan tinggi intensitas magnetik dengan menitik beratkan tengah anomali. Dimana hasil percobaan interpretasi jalur pipa berdasarkan derivative horizontal dan vertikal diprioritaskan terhadap kelurusan pipa dalam rentang 500 meter. Meskipun interpretasi ini mengutamakan kelurusan pipa, tetapi tidak sepenuhnya mengesampingkan nilai intensitas magnetik yang ada disepanjang jalur pipa. Sehingga, interpretasi yang didapatkan berupa jalur pipa yang lurus dengan berada di atas anomali magnetik yang ditimbulkannya. PENUTUP Kesimpulan Adapun kesimpulan dari hasil proses analisa pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kedalaman dasar laut di daerah penelitian umumnya berkisar antara 16 hingga 27 meter. Perubahan kedalaman terjadi secara bergradasi mulai dari Muara Bekasi berangsur bertambah dalam menjauhi Muara Bekasi. 2. Hasil interpretasi dari instrumen side scan sonar menunjukkan bahwa target yang terdeteksi pada daerah survei sebagian besar terdiri dari substrat dasar laut seperti berupa lumpur, lumpur berpasir, dan objek keras lainnya serta ditemukan jalur pipa yang membentang dari timur laut sampai barat daya. 7

3. Harga anomali intensitas magnet total yang direduksi terhadap intensitas medan magnetik utama bumi disetiap titik pengamatan menunjukan interval harga yang bervariasi dengan kisaran -216.945 nanotesla sampai +110.593 nanotesla. 4. Teknik analisis sinyal dapat membantu memberi batasan-batasan dalam melakukan interpretasi anomali magnetik untuk mendapatkan solusi yang lebih unik karena sifatnya yang membentuk fungsi diatas sumber anomalinya dan merubah anomali magnetik yang bersifat dipolar menjadi monopolar. 5. Hasil yang ditunjukkan oleh citra side scan sonar menampilkan jalur pipa yang dimulai tepat di tengah puncak intensitas magnetik sampai puncak intensitas magnetik yang berada di sebelah timur. 6. Interpretasi jalur pipa berdasarkan tinggi intensitas magnetik absolut menunjukkan jalur pipa sedikit melengkung dibandingkan dengan interpretasi citra side scan sonar. 7. Interpretasi jalur pipa berdasarkan tinggi intensitas magnetik dengan menitik bertkan tengah anomali menunjukkan jalur pipa sedikit melengkung. Akan tetapi, posisi pipa disebelah selatan berada di tengah atau diantara puncak intensitas magnetik. 8. Interpretasi jalur pipa berdasarkan kelurusan pipa menunjukkan jalur pipa yang lurus dengan berada di atas anomali magnetik yang ditimbulkannya. Saran Dalam pembuatan peta persebaran benda logam sehingga mampu mengetahui keberadaan benda logam yang tenggelam di bawah laut terutama lokasi terakhir dari jalur pipa yang sudah ada. Maka, penulis menyarankan untuk penelitian survei bawah laut selanjutnya untuk peningkatan kualitas suvey yang dilakukan dimasa yang akan datang yaitu: 1. Lebar koridor survei sebaiknya lebih dari 1 km untuk mengetahui kemenerusan dan kelengkungan dari jalur pipa. 2. Studi literatur sebaiknya dilakukan terlebih dahulu dengan peta batimetri untuk mengetahui gambaran morfologi daerah penelitian sehingga dapat menghindarkan survei yang dilakukan searah dengan jalur pipa yang akan dideteksi. 3. Dalam melakukan pengolahan data dan interpretasi selalu berpatokan pada kondisi morfologi sebagai korelasi agar didapatkan hasil interpretasi yang lebih akurat dan unik. DAFTAR PUSTAKA Abidin, H.Z. 2006. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Jakarta: PT Pradnya Paramita Astari, R.R. 2010. Pengaruh Variasi Komposisi dan Proses Pendinginan Terhadap Karakteristik Magnet Barrium Ferrite. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Breiner, S. 1999. Applications Manual for Portable Magnetometers. California: Geometrics Dharma, V.C.A. 2008. Interpretasi Hasil Pencitraan Side Scan Sonar Pada Survei Rencana Penggelaran Kabel Bawah Laut. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Djunarsjah, E. 2003. Catatan Kuliah: Hidrografi 1. Bandung: Institut Teknologi Bandung Ismail. 2010. Metode Geomagnetik. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Lekkerkerk, H. J., Robert, V. dkk. 2006. Handbook of Offshore Surveying: Book Two. London: Clarkson Researh Services Limited Lekkerkerk, H. J., Tim, H. dkk. 2006. Handbook of Offshore Surveying: Book One. London: Clarkson Researh Services Limited Meisajiwa, S.H. 2008. Interpretasi Hasil Pencitraan SBP (Sub-Bottom Profiler) Untuk Mendukung Rencana Pemasangan Kabel Bawah Laut. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Morris, P. 2004. SeaSPY Marine Magnetometer. <URL: http://edconprj.com/services/documents/seaspymag. pdf>. Dikunjungi pada tanggal 5 Juli 2011, Jam 18.36 Mubin, S. 2009. Studi Anomali Geomagnetik di Bawah Permukaan Daerah Watukosek. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember 8

Niko, H. 2010. Klasifikasi Magnet. <URL: http://hardiananto.wordpress.com/2010/05/ 07/klasifikasi-magnet/>. Dikunjungi pada tanggal 6 Oktober 2010, Jam 14.25 Paembonan, A.Y. 2010. Metode Geomagnet. <URL: http://fisika bumiuniversitasnegarimakassar.blogspot.c om/>. Dikunjungi pada tanggal 6 Oktober 2010, Jam 11.45 Pasek, M.R. 2009. Survei Kelautan. <URL: http://www.ilmukelautan.com/sig-danpenginderaan-jauh/pemetaan-sumberdayakelautan/426-survei-kelautan>. Dikunjungi pada tanggal 6 Oktober 2010, jam 18.29 Poetrafic. 2010. Metode Geomagnet. <URL: http://poetrafic.wordpress.com/2010/10/06 /motode-geomagnet/>. Dikunjungi pada tanggal 6 Oktober 2010, Jam 11.30 Prasetya, A. 2010. Sekilas Tentang Medan Magnet Bumi. <URL: http://ridtz.blogspot.com/2010/06/sekilastentang-medan-magnet-bumi.html>. Dikunjungi pada tanggal 1 April 2011, Jam 4.46 Pratama, P.Y. 2008. Optimasi Jalur Terbaik Kabel Bawah Laut dari Perspektif Kehidrografian. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Riess, W.C. 1998. Possible Shipwreck and Aboriginal Sites on Submerged Land. Cambridge: Massachusetts Institute of Technology Santoso, D. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung: Institut Teknologi Bandung Soegiono. 2007. Pipa Laut. Surabaya: Airlangga University Press Sulistianto, D. 2009. Estimasi Sumberdaya Bijih Besi Berdasarkan Analisis Data Anomali Magnetik Di Blangpidie, Aceh Barat Daya Dengan Menggunakan Sinyal Analitik Dan Permodelan Magnetik. Bandung: Institut Teknologi Bandung Tarigan, M.P. 2010. Prekursor gempa bumi dengan metode magnet. <URL: http://geofisika43.blogspot.com/2010/08/p rekursor-gempa-bumi-denganmetode.html>. Dikunjungi pada tanggal 1 April 2011, Jam 5.11 Triton. 2008. Using Layback in Isis or SS-Logger <URL: http://www.tritonimaginginc.com/site/cont ent/public/downloads/guides/layback/ne w_layback.htm>. Dikunjungi pada tanggal 1 April 2011, Jam 14.46 Wiguna. 2010. Siklus Matahari Kita. <URL: http://edusogem.blogspot.com/2010/10/sik lus-matahari-setiap-sebelastahun.html#links>. Dikunjungi pada tanggal 1 April 2011, Jam 4.38 Lampiran 1. Peta Batimetri 2. Peta Anomali Magnetik 3. Peta persebaran benda logam 9