BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang menurunkan kemampuan sistem imun ((Morgan dan Carole, 2009). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011 menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) faktor risiko transmisi perinatal (dari ibu HIV ke bayinya) sebanyak 742 kasus. Angka ini menunjukkan peningkatan dua kali lebih tinggi dibandingkan tiga tahun sebelumnya yang hanya 351 kasus. Kenaikan kasus HIV pada bayi ini terjadi seiring kenaikan kasus AIDS pada perempuan, yakni dari 20% pada tahun 2007, 25% pada tahun 2008, menjadi 27% pada tahun 2011 ( Kemenkes RI, 2011). HIV bisa ditularkan melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian, hubungan seks tanpa alat pelindung (kondom) pasangan yang berisiko, dari ibu ke bayi melalui proses : hamil, melahirkan, da menyusui, dan transfusi darah tidak aman ( BKKBN, 2007, p: 22 ). Dampak pada bayi bila tertular HIV adalah mudah terkena infeksi karena menurunnya system kekebalan tubuh, mengalami gangguan tumbuh kembang, mengalami stigma dan perlakuan diskriminasi ( BKKBN, 2007, p: 24 ). 1
2 Pelayanan PMTCT semakin menjadi perhatian dikarenakan epidemi HIV/AIDS di Indonesia meningkat cepat (jumlah kasus AIDS pada akhir triwulan II 2008 adalah 12,686 kasus). Infeksi HIV dapat berdampak kepada ibu dan bayi. Dampak infeksi HIV terhadap ibu antara lain: timbulnya stigma sosial, diskriminasi, morbiditas dan mortalitas maternal. Pelayanan PMTCT dapat dilakukan di berbagai sarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas) proporsi pelayanan yang sesuai keadaan sarana tersebut. Namun yang terutama dalam pelayanan PMTCT adalah tersedianya tenaga/staf yang mengerti dan mampu/ berkompeten dalam menjalankan program ini. Faktor- faktor yang mempemgaruhi PMTCT yaitu : 1) faktor bayi : prematuritas, nutrisi fetus, system pencernaan, dan respon immunitas. 2) faktor ibu : antepartum, intrepartum, air susu ibu ( Kurniawan, 2011). Jumlah kumulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai tahun 2012 sebanyak (92.251 kasus). Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta (21.775 kasus), diikuti Jawa Timur (11.994 kasus), Papua (9.447 kasus), Jawa Barat (6.640 kasus), dan Sumatera Utara (5.935 kasus) (Depkes RI, 2012). Semarang merupakan kota di Jateng kasus HIV/ AIDS terbanyak dibandingkn kota lainnya yaitu jumlah kumulatif dari tahun 1993-31 Desember 2012 adalah 1096 kasus yaitu 774 kasus HIV dan 322 kasus AIDS. Distribusi kasus AIDS menurut jenis pekerjaan di Jateng tahun 1993-maret 2012 yaitu wiraswasta 439 kasus, IRT 394
3 kasus, PSK 187 kasus, dan waria 52 kasus. Jumlah kumulatif HIV/AIDS di Jateng untuk kota Semarang pada Januari-Desember 2012 adalah 191 kasus 81 kasus HIV dan 110 kasus AIDS (KPA Jateng, 2012). Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang kasus HIV tahun 2012 berdasarkan kelompok umur yang di peringkat pertama adalah usia antara 25-49 tahun sebanyak 410 kasus, usia 20-24 tahun sebanyak 43 kasus, usia >50 sebanyak 34 kasus, usia < 4 sebanyak 15 kasus, usia 15-19 sebanyak 10 kasus, usia 5-14 sebanyak 4 kasus. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang jumlah ibu hamil yang terkena HIV sebanyak 7 orang (Dinkes Kota Semarang, 2012). Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang kasus HIV tahun 2012 berdasarkan faktor risiko penularan adalah heteroseksual sebanyak 1917 (90%) kasus, biseksual sebanyak 42 (2%) kasus, homoseksual sebanyak 42 (2%) kasus, pengguna Napza suntik sebanyak 21 (1%) kasus, tidak diketahui sebanyak 64 (3%) kasus, prenatal sebanyak 42 (2%) kasus (Dinkes Kota Semarang, 2012). Menurut data dari RSUP Karyadi ibu hamil positif HIV yang mendapat pelayanan PMTCT adalah tahun 2009 sebanyak 22 orang, tahun 2010 sebanyak 8 orang, tahun 2011 sebanyak 13 orang, tahun 2012 sebanyak 27 orang (Dinkes Kota Semarang, 2012). Penelitian HIV/ AIDS telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya penelitian yang telah dilakukan oleh Titik Nuraeni (2011) di Puskesmas Karangdoro Semarang Ada hubungan yang
4 signifikan antara pengetahuan ibu hamil HIV/AIDS dan VCT sikap terhadap konseling dan tes HIV/AIDS. Dianita ( 2010 ) di Puskesmas Putat Jaya Surabaya ada perbedaan yang signifikan terhadap pengetahuan ibu hamil PMTCT sebelum dan sesudah penyuluhan dan siti shofi ah (2003) di puskesmas Karangdoro Semarang hasil Persepsi ibu hamil HIV/AIDS 8,6 %, 68,6% cukup dan 22,9% kurang. Pelaksanaan VCT 85,7% dan yang tidak ikut 14,3%. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh peneliti mewawancarai 10 ibu hamil di Puskesmas Halmahera Semarang pada bulan april 2013 didapatkan 5 (50%) ibu hamil belum tahu antenatal care integrasi terhadap PMTCT dan 5 (50%) ibu hamil sudah tahu antenatal care integrasi terhadap PMTCT, dan sikap ibu hamil yaitu 5 (50%) ibu hamil tidak setuju, 5 (50%) ibu hamil setuju. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah Adakah Hubungan antara Pengetahuan Sikap Ibu Hamil pada Program Antenatal Care Integrasi Terhadap PMTCT. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan sikap ibu hamil pada program antenatal care integrasi terhadap PMTCT
5 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan ibu hamil program antenatal care integrasi terhadap PMTCT b. Mendeskripsikan sikap ibu hamil program antenatal care integrasi care terhadap PMTCT c. Menganalisis hubungan pengetahuan sikap ibu hamil pada program antenatal care integrasi terhadap PMTCT. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi atau sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan inspirasi untuk penelitian-penelitian berikutnya. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini sangat bermanfaat selama dalam proses belajar karena akan banyak menambah cakrawala pandang peneliti menjadi luas, disamping untuk mengetahui perpaduan antara teori pendidikan dan teori kebidanan praktek yang ada di lapangan. 3. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan motivasi kepada masyarakat program ANC Integrasi PMTCT.
6 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul, Nama, Tahun 1 Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil HIV/AIDS dan VCT Sikap terhadap Konseling dan Tes HIV/AIDS secara Sukarela di Puskesmas Karangdoro Semarang 2011 (Titik Nuraeni 2011 2 Hubungan antara persepsi ibu hamil pelaksanaan konseling dan tes sukarela (VCT) terhadap HIV/AIDS di Puskesmas Karang Doro Semarang Siti Shofi ah Maret 2009 Sasaran Ibu hamil di puskesmas Karangdoro Semarang Populasi : semua ibu hamil yang melakukan kunjungan di Puskesmas Karangdoro Kabupaten Semarang sebanyak 35 orang. Sampel : menggunak an total sampling sebanyak 35 orang Variabel yang diteliti Tingkat Pengetahua n Ibu Hamil HIV/AIDS dan VCT Sikap terhadap Konseling dan Tes HIV/AIDS Variabel independent adalah persepsi ibu hamil HIV/AIDS. Variabel dependent adalah pelaksanaan VCT Metode Analitik korelasi pendekata n Cross Sectional Jenis penelitian korelatif pendekata n cross sectional metode survey Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 45 responden, sebanyak 28 responden (62,2%) mempunyai pengetahuan baik dan 29 ibu hamil (64,4%) mempunyai sikap positif atau setuju terhadap konseling dan tes HIV/AIDS secara sukarela, 21 ibu hamil (75%) yang memiliki pengetahuan yang baik ternyata juga memiliki sikap yang setuju terhadap VCT, sedangkan 12 orang (70,6%)yang memiliki pengetahuan kurang, memiliki sikap tidak setuju terhadap VCT. Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil HIV/AIDS dan VCT sikap terhadap konseling dan tes HIV/AIDS secara sukarela di Puskesmas Karangdoro Semarang. Persepsi ibu hamil HIV/AIDS 8,6 %, 68,6% cukup dan 22,9% kurang. Pelaksanaan VCT 85,7% dan yang tidak ikut 14,3%.
7 3 Pengaruh Program Penyuluhan PMTCT terhadap perubahan pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang HIV/AIDS Di Puskesmas Putat Jaya Surabaya (Dianita, 2010) Ibu hamil di Puskesmas Putat Jaya Surabaya Perbedaan pengetahuan dan sikap ibu hamil PMTCT sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan PMTCT Pree eksperime ntal menggun a kan pendekata n one group pretespost test Nilai rata-rata skor pengetahuan pre test 10,76 dan pada saat post test 12,62 terjadi peningkatan 1,92 poin Setelah dilakukan uji Paired TTest(α=0,05) untuk pengetahuan didapatkan hasil p<0,05 ini berarti ada perbedaan yang signifikan terhadap pengetahuan ibu hamil PMTCT sesudah diberikan pengetahuan PMTCT. Untuk sikap rata-rata nilai pre test 38,00 dan pada saat post test 40,62 terjadi peningkatan 2,62 poin, uji paired T-Test menunjukkan p<0,05 ini berarti ada perbedaan yang signifikan terhadap sikap ibu hamil sesudah penyuluhan PMTCT. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya penelitian yang akan dilakukan terdapat perbedaan yaitu variabel independen: pengetahuan dan variabel dependen: sikap, metode: survei analitik, sampelnya ibu hamil dan tempatnya di Puskesmas Halmahera. Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti hubungan pengetahuan sikap ibu hamil pada program antenatal care integrasi terhadap PMTCT.