I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi dewasa ini. memacu pertumbuhan industri di segala bidang, termasuk industri hasil

dokumen-dokumen yang mirip
Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (1) TIP FTP UB 2015

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, serta kondisi persaingan yang ketat dalam lingkungan bisnis yang

Pembahasan Materi #5

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin ketat. Tiap-tiap perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada. masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016

Pembahasan Materi #1

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

Deskripsi Mata Kuliah

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

Merancang Jaringan Supply Chain

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

TUGAS AKHIR ANALISA BULLWHIP EFFECT DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PT. MONDRIAN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. suatu rantai yang disebut Supply Chain. Saat ini bukan merupakan persaingan

Supply Chain. Management. an overview. MUSTHOFA HADI, SE mister-ebiz.blogspot.com

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KONSEP SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi lebih dalam teknologi informasi terutama dalam Supply Chain mereka.

BAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada masa sekarang ini industri manufaktur telah

I. PENDAHULUAN. Hutan kemasyarakatan (HKm) sebagai sistem pengelolaan hutan yang

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang mantap sesuai dengan tujuan dan harapan harapan awal dengan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB 2 SISTEM INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF

BAB 3 PERANCANGAN PRODUK BARU DALAM PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. diera informasi ini, perilaku konsumen akan semakin diperhatikan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Produk kertas

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara

I. PENDAHULUAN. subsistem agribisnis hulu peternakan (upstream agribusiness) yakni kegiatan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pasar bebas bukan saja merupakan peluang namun juga ancaman. yang harus dihadapi oleh industri yang berkeinginan untuk terus maju dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. strategi rantai pasok tersebut umumnya terjadi trade off antara kecepatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Hakikat Rantai Pasokan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah

I. PENDAHULUAN. Kompetisi di dunia usaha yang berlangsung ketat, menuntut. perusahaan untuk memberikan tanggapan secara cepat dan tepat agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada saat ini dunia sudah memasuki era globalisasi dan pasar bebas dimana

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT.

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

BAB I PENDAHULUAN. proses tersebut, perusahan mengalami saat-saat dimana perusahaan. dituntut untuk menentukan keputusan-keputusan yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan

SISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. manapun. Dengan adanya globalisasi yang didukung oleh kemampuan teknologi

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang tepat dari para pelaku ekonomi. konsumen adalah sebagai pemasok faktor faktor produksi kepada perusahaan

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi dewasa ini memacu pertumbuhan industri di segala bidang, termasuk industri hasil pertanian atau agroindustri yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Agroindustri adalah perusahaan yang mengolah bahan bahan hasil pertanian baik yang berasal dari tanaman, hewan maupun hasil laut. Pengolahan melingkupi proses proses transformasi dan pengawetan melalui cara cara fisik atau kimia, penyimpanan, pengepakan dan distribusi (Suryati, 2002). Hal ini menimbulkan persaingan yang ketat diantara industri industri untuk memenuhi konsumsi masyarakat sehari hari. Untuk produk di pasaran terutama produk yang memenuhi setiap permintaan maka kelancaran arus produksi harus tetap dijaga dengan mempertahankan keseimbangan antara kualitas dan kuantitas produk dengan penyediaan bahan baku sehingga biaya produksi menjadi minimum. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003) bahwa persaingan dalam, mengelola sebuah bisnis yang memiliki skala kecil, menengah dan besar sangat ketat dewasa ini sehingga bisnis yang tidak dapat bersaing otomatis akan tersingkir. Persaingan terletak dari bagaimana sebuah perusahan dapat mengimplementasikan proses penciptaan produk atau jasa secara lebih murah, lebih baik dan lebih cepat (cheaper, better and faster) dibandingkan dengan pesaing bisnisnya. 1

Beberapa sinyal peringatan dini yang harus diantisipasi agar perusahaan siap dalam menghadapi tantangan yaitu adanya keluhan pelanggan dalam bentuk claim maupun complaint, waktu pengiriman yang tidak tepat, banyaknya kegiatan yang tidak memberi nilai tambah (nonadded value), tingginya jumlah persediaan (inventory level) serta terlambat dalam mendapatkan informasi kritis (Wibowo, 2004). Agroindustri produk susu olahan di Indonesia merupakan salah satu yang dikembangkan. Faktor jumlah penduduk yang besar dan kecenderungan peningkatan konsumsi perkapita dimasa mendatang merupakan peluang besar bagi pengembangan agroindustri susu. Namun produksi susu segar di dalam negeri relatif masih rendah dan belum mampu untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Berbagai macam kendala dan permasalahan banyak dihadapi oleh industri industri pengolahan susu diantaranya adalah dalam hal pembelian dan ketersediaan bahan baku yang digunakan dan merupakan bahan baku lokal dan impor. Untuk mensuplai kebutuhan susu nasional sekitar 1.167.561 ton / tahun, sebesar 59% atau 687.914 ton / tahun masih diimpor dari luar negeri dalam bentuk bahan baku maupun bahan jadi seperti susu, mentega, yogurt, whey dan keju. Produktivitas sapi perah di Indonesia relatif rendah yaitu sekitar 10 12 liter / ekor / hari bila dibandingkan produktivitas sapi perah di negara maju, yaitu 25-30 liter / ekor / hari (Deptan, 2004). 2

Produksi susu sapi perah dalam negeri (SSDN) pada lima tahun terakhir (1998 2000) mengalami kenaikan sebesar 24% dari 375.382 ton (1998) menjadi 493.375 ton (2002). Walaupun selama krisis moneter tahun 1998 mengalami penurunan namun tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia meningkat dengan kenaikan sebesar 30% dari 435.78 ton (1998) menjadi 619.07 ton (2002). Perkembangan produksi, konsumsi, ekspor dan impor susu di Indonesia pada tahun 1997 2003 terlihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1. Perkembangan Produksi, Konsumsi, Ekspor dan Impor Susu Indonesia Tahun 1997-2003 Uraian 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003* Produksi 423,7 375,4 436,0 495,7 479,95 493,4 577,5 Konsumsi 502,71 435,78 511,77 599,7 573,81 619,07 671,7 Ekspor 4,47 7,49 16,97 164,74 76,24 34,19 49,81 Impor 83,48 67,87 92,74 164,74 164,74 159,86 144,01 Sumber : Ditjen Peternakan (2003) Dari data tersebut menunjukkan bahwa untuk bahan baku susu, jumlah konsumsi susu dikalangan masyarakat tidak diikuti oleh perkembangan produksi susu yang lebih baik. Bahwa pertumbuhan rata rata produksi susu lebih rendah daripada tingkat konsumsi di kalangan masyarakat Indonesia. Untuk menjaga kelancaran suplai atau pasokan produk susu olahan maka perlu dilakukan pengelolaan terhadap bahan baku agar tidak terjadi kekurangan bahan baku yang menyebabkan tertundanya suplai susu olahan kepasaran. Penentuan kebijaksanaan ini dapat dipengaruhi 3

oleh faktor faktor yang berasal dari dalam perusahaan (internal) ataupun dari luar perusahaan (external). Kebijaksanaan perusahaan terhadap pengendalian persediaan (inventory control) dapat mempengaruhi keseluruhan proses produksi. Dengan kebijaksanaan yang tepat maka persediaan bahan baku, produk serta kontuinitas suplai atau pasokan selalu terjaga. Menurut Austin dalam Canny (2001), terdapat empat bentuk keterkaitan sistematis dalam agroindustri yaitu keterkaitan rangkaian produksi (production chain linkages), keterkaitan kebijakan makro-mikro (macro-micro policy linkages), keterkaitan kelembagaan (institusional linkages) dan keterkaitan internasional (international linkages). Bentuk keterkaitan tersebut dengan perbedaan masing-masing perspektif menjadi satu-kesatuan sistem agroindustri yang saling berhubungan. Keterkaitan harus dapat diaplikasikan kedalam tiga komponen agroindustri, yaitu penyediaan bahan baku, pengolahan, dan pemasaran. Dengan kata lain Agroindustri harus dapat mencapai penyediaan bahan baku yang ditransformasikan menjadi produk hasil olahan serta didistribusikan kepada konsumen. Berdasarkan fenomena yang terjadi di negara-negara maju terutama yang dialami oleh perusahaan multinasional ternyata kunci dari sebuah peningkatan kinerja pada rangkain proses tersebut terletak pada kemampuan perusahaan dalam bekerjasama dengan mitra bisnisnya atau pemasok dalam memberikan pasokan-pasokan kebutuhan perusahaan dalam berbagai bentuk. Pemasok bertanggung jawab memasok barang 4

dalam keadaan baik dan jumlah yang cukup kepada perusahaanperusahaan pemesan. Fernandez (1996) mendefinisikan bahwa pemasok adalah sebagai individu atau kelompok yang akan memberikan suatu masukan (input) dan dapat berada di dalam atau di luar dari sebuah perusahaan, kelompok atau organisasi. Sebagian perusahaan menggunakan sebagian besar hasil penjualannya pada pembelian. Karena begitu tingginya persentase biaya pembelian, maka perusahaan semakin meningkatkan hubungan dengan pemasok secara lebih terintegrasi dalam jangka panjang. Usaha gabungan dengan pemasok yang dapat memperbaiki inovasi, mempercepat desain dan mengurangi biaya adalah dalam rangka meningkatkan daya saing kedua belah pihak. Perubahan fokus ini memberi penekanan masalah pembelian dan hubungan dengan pemasok dalam manajemen rantai pasok (supply chain management / SCM). Manajemen rantai pasok (supply chain management) adalah pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan pemasok, pengolah, gudang dan distributor, eksportir dan toko eceran secara efisien agar barang dapat diproduksi dan didistribusikan pada jumlah yang tepat dan pada saat yang tepat, dalam upaya meminimumkan biaya di keseluruhan sistem dengan tetap memuaskan pelayanan pada tingkat yang dikehendaki (Suryati, 2002). Perusahaan perlu memperbaiki kegiatan dalam rantai pasokan (supply chain) sehingga dapat mendukung strategi perusahaan. Jika 5

fungsi manajemen operasi mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan, maka rantai pasok (supply chain) didesain untuk mendukung manajemen operasi. Dalam strategi biaya rendah upaya memilih pemasok terutama berdasarkan biaya. Para pemasok harus memiliki kemampuan untuk mendesain produk murah yang memenuhi kebutuhan fungsional, meminimalkan persediaan serta waktu tunggu (lead time). Keputusan rantai pasok (supply chain) dalam mempengaruhi strategi perusahaan dapat dilihat seperti tabel 1.2 dibawah ini. Tabel 1.2. Keputusan rantai pasok (supply chain) dalam mempengaruhi strategi perusahaan Diferensiasi Strategi Biaya Rendah Strategi Respons Strategi Tujuan Pemasok Penuhi permintaan dengan Menanggapi perubahan Penelitian pangsa pasar biaya serendah mungkin kebut. dan permintaan bersama mengembang (Emerson Electric,Tacco Bell) dg cepat untuk meminimalkan produk dan pilihan terjadinya persediaan habis (Benetton) (Dell Computers) Kriteria Pemilihan Pilih terutama karena biaya Kapasitas kecepatan, Ketrampilan pengemb. Dasar dan fleksibilitas produk Karakteristik Proses Mempertahankan utilisasi Menanam modal dalam Proses modular ke rata-rata yang tinggi kapasitas berlebih dan mass customization yang fleksibel proses Karakteristik Meminimalkan persediaan Kembangkan sistem cepat Meminimal persediaan Persediaan di seluruh rantai untuk tanggap dg persediaan dlm rantai u/ hindari menekan biaya cadangan pasokan produksi usang Karakteristik Memendekkan Lead Time investasi agresif untuk investasi agresif Lead Time sepanjang tidak mengurang Lead Time prod. Mengurangi lead time tingkatkan biaya pengembangan Karakteristik Desain Memaksimalkan kinerja dan Desain produk yg mendorong Desain modular Produksi Meminimalkan biaya waktu set-up yg rendah dan tunda diferensiasi produksi massal produk waktu lama Sumber : Heizer dan Render (2005) Dalam dunia industri, dari komponen koordinasi pemasok dan produsen (vendor buyer coordination) permasalahan nyata adalah tidak adanya integrasi didalamnya sedangkan komunikasi, aliran informasi 6

masih dilakukan secara individu masing masing produsen dan pemasok (Tukel dalam Widodo, 2001). Informasi yang terdistorsi dapat mengakibatkan ketidakefisienan yang besar seperti persediaan yang berlebihan, layanan pelanggan (customer service) yang kurang baik, salah dalam perencanaan kapasitas, penjadwalan produksi yang salah, pendapatan yang terbuang serta transportasi yang tidak efektif. Tidak adanya integrasi antara elemenelemen SC dalam proses kerjasama menyebabkan sering terganggunya aktivitas dalam SCM. Aliansi Strategis didefinisikan sebagai bentuk kerjasama jangka panjang yang memiliki tiga karakteristik secara simultan. Karakteristik itu antara lain yakni pertama, adanya dua atau lebih perusahaan bersatu untuk mencapai tujuan yang disepakati dengan tetap mempertahankan independensinya masing masing. Kedua, bahwa perusahaan mitra sama sama memperoleh manfaat dari aliansi dan bersama sama mengendalikan kinerja dari pekerjaan yang ditentukan. Ketiga, perusahaan mitra secara berkelanjutan (suistainable) saling mendukung satu atau beberapa area strategis yang itu semua merupakan kunci seperti teknologi, pengembangan produk dan sebagainya (Yoshino dan Rangan dalam Suryati, 2002). Menurut Das dan Teng (1998), bahwa keberhasilan suatu aliansi strategis sangat bergantung pada pengelolaan proses pembentukannya. Terdapat dua faktor kritis yang menentukan orientasi aliansi yang teridentifikasi yaitu sumber daya dan resiko. 7

Masalah yang sering ditemukan adalah adalah bahwa suatu tujuan dari mitra yang tergabung dari suatu aliansi jarang sama bahkan tidak sama, sedangkan tujuan yang sama merupakan syarat bagi bagi keberhasilan terwujudnya suatu aliansi. Selain itu biasanya masing masing mitra sering mengevaluasi aliansi secara eksklusif dari sisinya tanpa dilengkapi dengan sudut pandang mitranya. Untuk mengatasi masalah ini agar tidak terjadi maka diperlukan suatu pedoman atau panduan yang dapat dipergunakan bagi seluruh mitra yang melakukan kerjasama. Hal ini diharapkan agar terjadi komunikasi dan negoisasi efektif tanpa terjadi salah pengertian dan saling curiga antar mitra. 1.2. Identifikasi Masalah PT. Fajar Taurus sebagai salah satu perusahaan pengolahan susu selama ini mengalami perkembangan yang cukup baik dalam kegiatan produksinya terlihat dengan diversifikasi produk yang dilakukan perusahaan yaitu berupa susu pasteurisasi dengan aneka rasa, yoghurt dan kefir. Dalam kegiatan produksinya perusahaan memerlukan efisiensi dalam pemakaian sumberdaya perusahaan yaitu efisiensi dalam pembelian dan persediaan bahan baku. Bahan baku utama selain susu segar adalah gula pasir, skim powder yang masih bersifat impor, bahan tambahan (essense) serta bahan penunjang seperti kemasan susu. 8

Karena ketersediaan bahan bahan tersebut erat kaitannya dengan pemasok (supplier) sebagai pendukung dan penunjang maka bentuk kerjasama dan manajemen kemitraan (Partnership) dirasakan sangat penting. Berdasarkan pengalaman yang terjadi pada PT. Fajar Taurus tahun 1999, ketika perusahaan mengalami peningkatan permintaan sementara persediaan bahan baku yang tersedia tidak mencukupi sehingga mengakibatkan permintaan tidak semuanya dapat dipenuhi oleh perusahaan. Hal lain ketika pemasok mengalami kerusakan pada salah satu mesin cetakan (molding) untuk kemasan yang mengakibatkan pemenuhan kebutuhan terhadap pesanan pelanggan terganggu karena mengalami penundaan hingga waktu pengiriman. Masalah masalah ini semua dapat menyebabkan berkurangnya pelayanan terhadap pelanggan, mengurangi peluang dalam keuntungan bahkan dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan. 1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka dirumuskan beberapa masalah : 1. Bagaimana strategi SCM yang diterapkan PT. Fajar Taurus? 2. Bagaimana SCM mempengaruhi efisiensi perusahaan? 3. Bagaimana peranan pemasok (supplier) dan perilaku kerjasama bagi PT. Fajar Taurus? 4. Strategi apa yang harus dilakukan dalam peningkatan rantai pasok? 9

1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Mengkaji strategi manajemen rantai pasok (supply chain management) yang diterapkan oleh PT. Fajar Taurus. 2. Menganalisis pengaruh manajemen rantai pasok (supply chain management) terhadap efisiensi perusahaan. 3. Mengidentifikasi dan menganalisis kemampuan pemasok (supplier) dalam menunjang ketersediaan barang dan jasa di PT. Fajar Taurus. 4. Merumuskan strategi peningkatan rantai pasok. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh bagi perusahaan adalah sebagai bahan pertimbangan dan masukan (input) dalam membuat kebijakan rantai pasok, sedangkan manfaat bagi penulis adalah mengaplikasikan teori selama kuliah yang berhubungan dengan manajemen industri. 1.6. Ruang lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini adalah tingkat implementasi rantai pasok terhadap potensi kerjasama, bentuk bentuk kemitraan, pemilihan mitra serta pandangan terhadap kerjasama. Kerjasama yang diteliti meliputi perusahaan perusahaan pemasok (supplier) bahan penunjang pada pembuatan produk susu pasteurisasi. Responden untuk penelitian ini adalah pakar/ahli yang terkait dengan penanganan rantai pasok di PT. Fajar Taurus, antara lain yaitu : 10

Manajer Sumber Daya Manusia, Quality Manager Representatif (QMR), Manajer Produksi, Manajer Quality Control, Manajer/Kepala Gudang, Manajer Pemasaran, Farm Manager, Perusahaan pemasok, perusahaan pelanggan. Kajian dalam implementasi rantai pasok dilakukan dengan menggunakan faktor-faktor terkait dengan nilai dan konsep rantai pasok yang didasarkan pada integrasi prinsip-prinsip dasar rantai pasok yang sedang berkembang. Kajian penelitian ini dibatasi pada identifikasi kekurangan atau hal-hal yang perlu diperbaiki dan ususlan-usulan perbaikan dari implementasi rantai pasok yang diterapkan PT. Fajar Taurus saat ini saja tetapi tidak sampai pada implementasi rantai pasok baru yang dihasilkan dari penelitian ini. 11