1 Universitas Kristen Maranatha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Transfusi darah merupakan bagian penting dalam. pelayanan kesehatan modern. Jika digunakan secara

Materi 1. Pengertian dan Tujuan Transfusi 2. Golongan Darah 3. Tes Combs 4. Syarat-syarat atau Standar Pelayanan Transfusi 5. Pelayanan Permintaan

ABSTRAK. Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes. Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ini hanya diselenggarakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Frekuensi Hepatitis B dan Hepatitis C Positif pada Darah Donor di Unit Transfusi Darah Cabang Padang pada Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Donor darah adalah proses pengambilan darah dari. seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Transfusi darah merupakan bagian penting yang turut. menunjang dinamika dunia kesehatan.

ABSTRAK ANALISIS NILAI LEUKOSIT TERHADAP MORFOLOGI SEDIAAN APUS DARAH TEPI PADA DARAH PENDONOR DI PALANG MERAH INDONESIA KOTA BANDUNG

Shabrina Jeihan M XI MIA 6 SISTEM TR A N SFU SI D A R A H

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kasus infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan

Disusun oleh : Jheniajeng Sekartaji A. NIM. G0C

BAB I PENDAHULUAN. diakses dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab atas

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

BAB I. berbagai program dan upaya kesehatan (Depkes, 2004). mutu pelayanan dan mutu hasil pemeriksaan di laboratorium.

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALatihan Soal 6.2. Varises. Anemia. Polisitemia. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Donasi darah merupakan praktik klinis yang umum. dilakukan. Pada tahun 2012 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah (Fitri, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB 1 PENDAHULUAN. hendak menjalani tindakan operasi, pasien dengan kelainan darah bawaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

6. Untuk donor wanita : apakah anda saat ini sedang hamil? Jika Ya, kehamilan keberapa?...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi cukup besar dan menimbulkan resiko lebih lanjut yang dapat. darah masih saja terjadi.( Soedarmono, S.M.Yuyun, 2008 ).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JEJARING PELAYANAN DARAH. Ria Syafitri Unit Transfusi Darah Pusat PALANG MERAH INDONESIA

1 Universitas Kristen Maranatha

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

BAB I PENDAHULUAN. sistem peredaran darah orang lain. Sebelum ditransfusikan, periksa kembali sifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data dilakukan dengan menulis pada lembar-lembar buku. Jika sistem pencatatan data

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

Prevalensi Hasil Uji Saring HbsAg dan Anti HCV pada Darah Donor Di Unit Darah Donor (UDD) RSUD Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun

Ilmu Pengetahuan Alam

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi. Oleh: SHANGITA BALA JOTHY NIM:

Etiology dan Faktor Resiko

ISBN : Disusun atas dukungan: International Federation Red Cross and Red Crescent Societies

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam

Hepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Tuberkulosis paru adalah suatu infeksi kronik disebabkan

PEMERIKSAAN LABORATORIUM INFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS PADA BAYI DAN ANAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bagian Ilmu Penyakit Dalam, sub

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

HEPATITIS FUNGSI HATI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Ketersediaan kantong darah di Indonesia masih. sangat kurang, idealnya 2,5% dari jumlah penduduk untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III ELABORASI TEMA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TRANSFUSI DARAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKAMARA

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dengan mengukur variabel

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terutama di Asia dan Afrika. Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

PERSENTASE LIMFOSIT PADA PENDERITA TUBERCULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT ARIFIN ACHMAD PEKANBARU ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan di PMI antara lain mencakup pengerahan donor, penyumbangan darah, pengambilan, pengamanan, pengolahan, penyimpanan, dan penyampaian darah kepada pasien. Kegiatan transfusi darah bertujuan agar penggunaan darah berguna bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan (www.palangmerah.org, 2002). Pendonor darah harus memenuhi beberapa kriteria untuk dapat mendonorkan darahnya, yaitu keadaan umum baik, usia 17-65 tahun, berat badan 50 kg atau lebih, tidak demam (temperatur oral < 37,5 o C), frekuensi dan irama denyut nadi normal, tekanan darah sistolik 90-180 mmhg, diastolik 50-100 mmhg, dan tidak ada lesi kulit yang berat. Persyaratan lain adalah menjadi donor terakhir minimal 8 minggu yang lalu, tidak hamil, tidak menderita tuberkulosis aktif, tidak menderita asma bronkial simptomatik, tidak pasca pembedahan (6 bulan setelah operasi besar, luka operasi telah sembuh pada operasi kecil, minimal 3 hari setelah ekstraksi gigi atau pembedahan mulut), tidak ada riwayat kejang, tidak ada riwayat perdarahan abnormal, dan tidak menderita penyakit infeksi yang menular melalui darah (Zubairi Djoerban, 2006). Darah yang diperoleh dari pendonor akan dilakukan pengujian yang meliputi penetapan golongan darah berdasarkan ABO, penetapan golongan darah berdasarkan rhesus, dan uji terhadap penyakit infeksi (HBsAg, anti HCV, tes serologi untuk sifilis, tes antibodi HIV) (Zubairi Djoerban, 2006). Penyebab infeksi dapat ditularkan melalui transfusi darah jika terdapat dalam darah yang didonasi. Oleh karena itu mutu dalam penyediaan darah harus diperhatikan untuk menjamin keamanan donor, pasien, dan staf (Emmanuel, 2001). Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai standar yang telah ditetapkan sehingga darah yang dihasilkan adalah darah yang keamanannya terjamin. Dengan pemeriksaan laboratorium akan didapatkan data ilmiah yang tajam untuk digunakan dalam menghadapi masalah yang 1

2 diidentifikasi melalui pemeriksaan klinis. Dalam menggunakan data yang diperoleh melalui pengukuran laboratorium, kita harus memahami dengan baik keterbatasan data yang diperoleh, terutama mengenai ketepatan, ketelitian, spesifisitas, dan sensitivitas. Pemeriksaan yang ideal sebaiknya memiliki spesifisitas dan sensitivitas sebesar 100%, namun tidak ada tes laboratorium yang benar-benar memenuhi kriteria ini (Sacher, Mc Pherson, 2004). Oleh karena itu diperlukan konfirmasi antara pemeriksaan laboratorium yang satu dengan yang lainnya. Pemeriksaan SADT bertujuan untuk menilai kelainan morfologi eritrosit, leukosit, dan trombosit. Pemeriksaan dengan alat hitung darah otomatik kadangkadang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga harus dilakukan konfirmasi dengan melihat SADT. Dengan demikian pemeriksaan SADT sangat bermanfaat untuk uji konfirmasi alat hitung sel darah otomatik (Riadi Wirawan, 2009). Pada kesempatan ini, penulis mencoba melakukan pemeriksaan nilai hemoglobin dan hematokrit, kemudian melakukan konfirmasi dengan morfologi eritrosit SADT. Dari hasil yang diperoleh akan dicari kesesuaian antara morfologi eritrosit pada SADT dengan nilai hemoglobin dan hematokrit, apakah nilai hemoglobin dan hematokrit yang normal selalu memberikan morfologi eritrosit normal pada SADT atau sebaliknya nilai hemoglobin dan hematokrit yang abnormal selalu memberikan morfologi eritrosit abnormal pada SADT. 1.2 Identifikasi Masalah Bagaimana gambaran nilai hemoglobin pada darah pendonor di PMI kota Bagaimana gambaran nilai hematokrit pada darah pendonor di PMI kota Bagaimana morfologi eritrosit SADT pada darah pendonor di PMI Kota

3 Bagaimana kesesuaian antara morfologi eritrosit SADT dengan nilai hemoglobin pada darah pendonor di PMI Kota Bagaimana kesesuaian antara morfologi eritrosit SADT dengan nilai hematokrit pada darah pendonor di PMI Kota 1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian Penelitian ini bermaksud untuk mencari kesesuaian antara morfologi eritrosit SADT dengan nilai hemoglobin dan hematokrit. 1.3.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan nilai hemoglobin dan hematokrit serta morfologi eritrosit SADT pada darah pendonor di PMI Kota Bandung, juga membuat evaluasi mengenai kesesuaian morfologi eritrosit SADT dengan nilai hemoglobin dan hematokrit. 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang hematologi terutama mengenai kesesuaian antara morfologi eritrosit SADT dengan nilai hemoglobin dan hematokrit.

4 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menyajikan gambaran umum mengenai keadaan hemoglobin, hematokrit, dan morfologi eritrosit SADT pada darah pendonor di PMI Kota Bandung, juga sebagai uji saring adanya kelainan hematologi pada darah pendonor tersebut. 1.5 Kerangka Pemikiran Pada sistem transfusi darah, mutu sangat penting untuk ditekankan. Hal ini dikarenakan kegagalan jaminan mutu pada saat penyadapan, pengangkutan, pemeriksaan, penyimpanan, dan pemberian transfusi darah dapat mengakibatkan kondisi yang berbahaya bagi pasien penerima transfusi darah. Jaminan mutu pada semua prosedur transfusi darah menjamin keamanan yang maksimal bagi resipien, pendonor darah, dan seluruh staf unit transfusi darah (Emmanuel, 2001). Penyebab infeksi dapat ditularkan melalui transfusi darah jika terdapat dalam darah yang didonasi. Darah yang diperoleh dari pendonor akan dilakukan uji saring terhadap agen penyebab infeksi seperti virus, bakteri, dan protozoa (Emmanuel, 2001). Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mengidentifikasi anemia (Hillman, Ault, Rinder, 2005). Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit umumnya menggunakan alat hitung sel darah otomatik (autoanalyzer). Pemeriksaan SADT diperlukan untuk mempertegas hasil pemeriksaan nilai hemoglobin dan hematokrit (Riadi Wirawan, 2009). Oleh karena itu pada kesempatan kali ini akan dilakukan penelitian untuk mengevaluasi nilai hemoglobin, hematokrit, dan morfologi eritrosit SADT pada darah pendonor di PMI Kota Dari data yang diperoleh akan dinilai kesesuaian antara morfologi eritrosit SADT dengan nilai hemoglobin dan hematokrit pada darah tersebut.

5 1.6 Metodologi Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional study. Sampel yang digunakan adalah 30 darah pendonor dari PMI Kota Bandung yang dikumpulkan dalam waktu 1 hari. Pengambilan sampel darah dilakukan oleh petugas PMI Kota Bandung secara acak kepada siapa saja yang akan mendonorkan darahnya sampai jumlahnya mencapai 30 sampel. Setelah sampel diambil dilakukan pembuatan SADT di Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran yang meliputi pembuatan apusan darah, fiksasi dengan methanol, dan pewarnaan menggunakan Giemsa. Pemeriksaan nilai hemoglobin dan hematokrit dilakukan di salah satu laboratorium klinik swasta di Bandung melalui alat autoanalyzer. Dari data nilai hemoglobin, hematokrit, dan morfologi eritrosit SADT dibuat evaluasi mengenai kesesuaian morfologi eritrosit pada SADT dengan nilai hemoglobin dan hematokrit. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi : Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dan salah satu laboratorium klinik swasta di Waktu : Desember 2008 sampai dengan Oktober 2009.