BAB II KAJIAN TEORI. Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Strategi Coping. ataupun mengatasi Sarafino (Muta adin, 2002). Perilaku coping merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Stres merupakan kata yang sering muncul dalam pembicaraan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan

BAB IV HASIL PENELITIAN. mahasiswa yang mengalami stres dengan kategori sebagai berikut: Tabel 4.1 Kategori Variabel Stres (N = 61)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang ibu. Wanita sebagai Ibu adalah salah satu dari kedudukan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB I PENDAHULUAN. pada pembangunan di sektor ekonomi. Agar dapat bersaing antar bangsa, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupan mereka,

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat

BAB I. Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang tersebar begitu luas dimana

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA PASCA STROKE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan. pembangunan pada berbagai bidang. Dalam melaksanakan pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang membuat stres. Dalam hal ini stres adalah perasaan tidak

Tugas dr Dina Fitriningsih,SpKJ. : Rizqy Aulia Cahyantari NRP : Asal Universitas : UPN Veteran Jakarta. Rizqy aulia_upn veteran jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini para peserta didik berlomba-lomba untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama yang tidak terbiasa dengan sistem pembelajaran di Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. fisik, psikis dan sosial. Namun sayangnya, kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era pasar bebas banyak tantangan dan persaingan harus dihadapi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, kedaulatan Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami tahap perkembangan dari masa bayi

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Prestasi Akademik dalam Layanan Bimbingan Belajar. Pengertian bimbingan menurut Crow dan Crow (Prayitno, 2004) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

Lampiran 1 : Data Penunjang dan Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres. Kuesioner Strategi Penanggulangan Stres

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kebahagiaan seperti misalnya dalam keluarga tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lazarus & Folkman (dalam Sarafino, 2006) coping adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

PEDOMAN OBSERVASI. Observasi penelitian ini mengungkap : a. Kesan umum : kondisi fisik, penampilan dan perilaku subyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak di bidang

BAB V HASIL PENELITIAN

STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. pribadi individu. Secara filosofis dan historis, pendidikan menggambarkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin,

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi oleh seseorang, mulai dari konflik pribadi maupun konflik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker,

BAB III METODE PENELITIAN. dihimpun hanya berdasarkan stres dan strategi penanggulangan stres pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. gunakan dalam menghadapi situasi stressfull (dalam Smet, 1994).

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penelitian. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sampai pada hari ini masyarakat Indonesia belum terlepas dari krisis

BAB III METODE PENELITIAN. diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme,

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia yang memiliki luas wilayah

EFEKTIVITAS STRATEGI PROBLEM FOCUSED COPING DAN EMOTION FOCUSED COPING DALAM MENINGKATKAN PENGELOLAAN STRES SISWA DI SMA NEGERI 1 BARRU

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

Perpustakaan Unika LAMPIRAN 190

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

BAB I PENDAHULUAN. masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Mahasiswa Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia. Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan Tinggi. Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang Pendidikan Tinggi. Pasal 20 Ayat (1) Mahasiswa program magister yang memiliki kemampuan luar biasa dapat melanjutkan ke program doktor setelah sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun mengikuti program magister tanpa harus lulus program magister terlebih dahulu. Pasal 1 (UU No 12 tahun 2012) Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Sedangkan kalau diartikan dari katanya sendiri yaitu, Mahasiswa adalah suatu kata yang tersusun dari dua unsur kata yaitu, maha dan siswa. Dimana kata maha disini diartikan sesuatu yang lebih tinggi tingkatannya atau tidak merasa cukup, sedangkan siswa sendiri adalah pelajar atau seorang yang menuntut ilmu. Mahasiswa yang pada dasarnya merupakan subjek atau pelaku di dalam pergerakan pembaharuan atau subjek yang akan menjadi generasi penerus bangsa dan membangun bangsa dan tanah air ke arah yang lebih baik dituntut untuk memiliki etika. Mahasiswa sebagai pelaku 7

utama dan agent of exchange dalam gerakan-gerakan pembaharuan memiliki makna yaitu sekumpulan manusia intelektual, memandang segala sesuatu dengan pikiran jernih, positif, kritis yang bertanggung jawab, dan dewasa. Pasal 1 (UU No 12 tahun 2012) Secara moral mahasiswa akan dituntut tangung jawab akademisnya dalam menghsilkan buah karya yang berguna bagi kehidupan lingkungan. Secara umum mahasiswa merupakan gelar/panggilan yang diberikan kepada sesorang yang sedang menempuh studi di sebuah perguruan tinggi. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh mahasiswa merupakan jenjang tertinggi yang merupakan kelanjutan dari proses belajar dari tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK. Hal ini berarti mahasiswa hanyalah merupakan peserta didik pada suatu perguruan tinggi, maka fungsi dan tugas mahasiswa adalah studi/belajar. Bentuk nyata antara lain mengikuti proses belajar mengajar yakni perkuliahan, menerima materi, memperjari materi, mengevaluasi materi dan memperoleh nilai atas proses yang di jalani tersebut. Menurut UU RI No 20 Tahun 2003 Proses studi/belajar tersebut selain di dapat dalam bentuk formal, mahasiswa juga dapat memperdalam, mengembangkan dan mengatualisasikan keilmuannya dalam bentuk informal yakni kegiatan yang diselenggarakan diluar proses belajar mengajar seperti seminar, lokakarya, pelatihan, workshop atau mengikuti kompetisi/lomba yang sesuai dengan keilmuan. Mahasiswa itu hanya sebutan akademis untuk siswa /murid yang sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajaran, sedangkan secara harfiah. Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, 8

ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata, Mahasiswa adalah Seorang agen pembawa perubahan. Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakat bangsa di berbagai belahan dunia. Menurut UU RI No 20 Tahun 2003 Pengertian Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat. Mahasiswa sebagai pelajar yang kedudukannya tertinggi dalam bidang ilmu pengetahuan, harus mampu memberikan yang terbaik untuk warga atau masyarakat sekitar, minimal kepada adik kelas yang masih SMA, baik secara perilaku sosial maupun dalam bidang ilmu pengetahuan (pendidikan). Tanggung jawab mahasiswa lebih besar dari sekedar menjadi siswa, makanya kurang tepat apabila mahasiswa hanya menyibukkan di bidang akademik saja, namun apatis (tidak peka) terhadap permasalahan lingkungan sekitar yang terjadi, baik regional maupun nasional. mahasiswa juga merupakan penyalur inspirasi rakyat kepemerintah dan tempat dimana rakyat mengadu atas ketidak adilannya dan mahasiswa juga sebagai masa depan untuk perubahan masa depan bangsa. (RI No.30 tahun 1990) Dalam kuliah mahasiswa dituntut untuk membuat skripsi sebagai syarat mengikuti wisuda. Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian 9

sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan/ fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku. Skripsi adalah laporan tertulis hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dengan bimbingan Dosen Pembimbing Skripsi untuk dipertahankan dihadapan Penguji Skripsi sebagai syarat untuk memperoleh derajat Sarjana Skripsi merupakan karya tulis ilmiah berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang mahasiswa sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana. Skripsi merupakan karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa program sarjana (S1) pada masa akhir studinya berdasarkan hasil penelitian, kajian kepustakaan, atau pengembangan tentang sesuatu masalah yang dilakukan dengan seksama. Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis Perguruan Tinggi. (RI No.30 tahun 1990) Semua mahasiswa wajib mengambil mata kuliah tersebut, karena skripsi digunakan sebagai salah satu prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar akademisnya sebagai sarjana. Mahasiswa yang menyusun skripsi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan proses belajar yang ada dalam penyusunan skripsi. Proses belajar yang ada dalam penyusunan skripsi berlangsung secara individual, sehingga tuntutan akan belajar mandiri sangat besar. Mahasiswa yang menyusun skripsi dituntu tuntuk dapat membuat suatu karya tulis dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum. Adapun masalah-masalah yang umum dihadapi oleh mahasiswa dalam menyusun skripsi adalah, banyaknya mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan dalam tulis menulis, adanya kemampuan akademis yang kurang 10

memadai, serta kurang adanya ketertarikan mahasiswa pada penelitian. (RI No.30 tahun 1990) Kegagalan dalam penyusunan skripsi juga disebabkan oleh adanya kesulitan mahasiswa dalam mencari judul skripsi, kesulitan mencari literatur dan bahan bacaan, dana yang terbatas, serta adanya kecemasan dalam menghadapi dosen pembimbing. Apabila masalah-masalah tersebut menyebabkan adanya tekanan dalam diri mahasiswa maka dapat menyebabkan adanya stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa. (RI No.30 tahun 1990) Gejala stres yang ditunjukkan oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi antara lain banyaknya keluhan mahasiswa mengenai sakit kepala yang sering mengganggu aktivitas sehari-hari, keluhan mengenai gangguan tidur berupa kesulitan tidur, sering terlihat cemas, sering terlihat mudah marah, dan ada beberapa mahasiswa yang menunjukkan gejala gangguan daya ingat yang ditunjukkan dengan seringnya mahasiswa lupa pada janji bimbingan dengan dosen pembimbing dan janji dengan teman. Stres sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. (RI No.30 tahun 1990) Tetapi, tidak semua stres itu buruk. Kenyataannya, banyak orang yang setuju kalau kita memang membutuhkan stres sampai derajat tertentu agar kita tetap sehat. Namun bagaimana stres bisa menjadi sesuatu yang baik, Apabila stres dianggap sebagai sebuah motivasi positif, stres dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan. (RI No.30 tahun 1990) 11

Program Studi adalah kesatuan kegiatan Pendidikan dan pembelajaran yang memiliki kurikulum dan metode pembelajaran tertentu dalam satu jenis pendidikan akademik, pendidikan profesi, dan/atau pendidikan vokasi. Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Walgito (2004) Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Konseling adalah pemberian bantuan dari seorang kepada seseorang/siswa dalam rangka mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya. Walgito (2004) Bimbingan dan konseling, keduanya masuk dalam konteks pemberian bantuan. Bimbingan konseling dimaksudkan untuk memberikan bantuan kepada seseorang yang membutuhkan karena ketidakmampuan seseorang menemukan solusi masalah yang sedang dihadapinya, atau untuk mengupgrade kemampuan yang sudah dimiliki. Sistem komunikasi diantaranya adalah melalui face to face (tatap muka). Bimbingan dan konseling berbeda dengan curhat (curahan hati), dimana bimbingan konseling adalah sebuah hubungan yang professional, formal dan terarah. Walgito (2004) 12

2.2 Coping Stres 2.2.1. Pengertian Coping Stres Coping adalah usaha-usaha kognitif dan perilaku yang secara terus menerus berubah untuk mengelola tuntutan dari dalam atau dari luar individu yang merugikan atau melebihi kemampuan individu itu. Stres menurut transactional model dari Lazarus dan Folkman (1984) adalah tergantung secara penuh pada persepsi individu terhadap situasi yang berpotensi mengancam. Penilaian individu terhadap sumber daya yang dimilikinya menentukan bagaimana individu memandang sebuah situasi spesifik sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan atau ancaman yang berbahaya. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa bagaimana individu mempersepsikan situasi yang dihadapinya menentukan bagaimana respon yang dimunculkan individu. stres sebagai peristiwa yang menuntut, membebani, atau melebihi kapasitas sumber daya adaptif individu untuk mengatasinya. Stres juga dapat diartikan sebagai: 1) Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stressor. 2) Respons, yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respons yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung. 3) Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi. Lazarus dan Folkman (1984) 13

Berdasarkan berbagai definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa stres adalah keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal maupun eksternal (stimulus) yang dapat membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun secara psikologis (respon) dan melakukan usaha-usaha penyesuaian diri terhadap situasi tersebut (proses). Lazarus dan Folkman (1984) Coping didefinisikan sebagai perilaku yang berubah secara konstan untuk mengelola tuntutan eksternal atau internal tertentu yang dinilai berat dan melebihi sumber daya (kekuatan) seseorang. Coping sebagai keteganangan hidup yang berfungsi untuk mencegah, menghindari atau mengendalikan gangguan emosi. Coping yang cukup baik ditandai dengan kemampuan seseorang untuk tetap berdiri sendiri untuk menghadapi krisis hidup dan mengendalikan stres yang muncul dari masa krisis tersebut. Coping yang dilihat dari fungsinya menjadi dua yaitu PFC dan EFC, EFC muncul pada keadaan mengancam, berbahaya dan menantang yang tidak dapat diubah kondisinya. Sedangkan PFC muncul pada saat kondisinya masih ada kemungkinan dapat berubah dan dapat diperbaiki. EFC merupakan sekumpulan proses kognitif yang diarahkan untuk mengurangi penderitaan emosional dan mencakup strategi seperti menghindari, meminisimali, menjaga jarak, dan mencari nilai positif dari sebuah peristiwa negative. Orang menggunakan EFC untuk bertindak seolah-olah yang terjadi bukan hal penting dimana kesemua proses tersebut memberi sebuah penipuan pada diri mereka sendiri. (Lazarus & Folkman, 1984). 14

Dinamika dan perubahan yang menjadi ciri coping sebagai proses bukanlah sesuatu yang acak, mereka adalah fungsi dari penilaian terus menerus dan perubahan dalam hubungan antara orang dan lingkungannya. Strategi coping dipilih berdasarkan penilaian kognitif terhadap penilaian terhadap sumber daya, kemudian individu menetapkan strategi coping yang dirasa efektif melalui identifikasi terhadap sumber yang dimilikinya. Coping merupakan salah satu metode untuk mengurangi efek dari stres yang berkelanjutan, walaupun ada beberapa metode atau faktor lain yang dapat dilakukan. (Lazarus & Folkman, 1984). Stres dapat datang dari lingkungan, tubuh atau pikiran seseorang. Upaya yang dilakukan oleh individu dalam mengatasi stres adalah dengan coping. Coping sebagai suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan, baik yang berasal dari individu maupun yang berasal dari lingkungan, dengan sumber-sumber yang di miliki oleh individu dalam menghadapi situasi yang penuh stres. Maka coping merupakan proses yang dilakukan individu untuk mengelola perasaan ketidakcocokan akan tuntutantuntutan yang berasal dari individu sendiri maupun dari lingkungan dengan kemampuan dan sumber-sumber yang dimiliki oleh individu dalam menghadapi situasi stres tersebut. Menurut Lazarus-Lazarus (2005: 169) Coping Stress adalah upaya kognitif dan tingkah laku untuk mengelola tuntutan internal dan eksternal yang khusus dan konflik diantaranya yang dinilai individu sebagai beban dan melampaui batas kemampuan individu tersebut. Individu akan memberikan reaksi yang berbeda untuk mengatasi stres. Coping 15

sinonim dengan penyesuaian diri, hanya saja konsep penyesuaian diri lebih luas dan mengarah pada seluruh reaksi individu terhadap lingkungan dan tuntutan internal. Coping lebih mengarah pada apa yang dilakukan individu untuk mengatasi situasi stres atau tuntutan yang membebani secara emosional. Individu akan cenderung menggunakan coping yang berfokus pada masalah manakala mereka percaya bahwa sumber atau tuntutan situasi dapat diubah seperti misalnya permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan, sedangkan yang berfokus pada emosi digunakan manakala bersumber pada tuntutan situasi dinilai tidak dapat diubah, seperti misalnya permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan Lazarus dan Folkman (1984). Menurut Lazarus & Folkman dalam melakukan coping, ada dua strategi yang dibedakan menjadi: 1. Problem-focused coping. Problem-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur atau mengubah masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya tekanan. 2. Emotion-focused coping. Emotion-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respon emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan Dua coping tersebut merupakan strategi yang mendasar dalam melakukan coping dan kedua strategi tersebut dapat digunakan secara bersamaan oleh individu. Seperti yang diungkapkan bahwa terkadang individu dapat menggunakan kedua 16

strategi tersebut secara bersamaan, namun tidak semua strategi coping pasti digunakan oleh individu. Akan tetapi, walaupun kedua coping tersebut dapat digunakan bersamaan tetapi bentuk coping yang lebih baik adalah coping yang berfokus pada masalah. Hal tersebut dikarenakan coping yang berfokus pada masalah lebih menekankan kepada usaha yang dilakukan individu dalam mengubah sumber stres agar efeknya menjadi lebih ringan. Coping yang berfokus pada masalah yang mereka hadapi dan melakukan sesuatu untuk mengubah atau memodifikasi reaksi mereka untuk meringankan efek tersebut. Ditambahkan lagi bahwa coping yang berfokus pada masalah melibatkan strategi untuk menghadapi secara langsung sumber stres, seperti dengan mencari informasi tentang penyakit dengan mempelajari sendiri atau melalui konsultasi medis. Pencarian informasi membantu individu untuk tetap bersikap optimis karena dengan pencarian informasi tersebut timbul harapan akan mendapatkan informasi yang bermanfaat. Lazarus dan Folkman (1984). Sedangkan untuk coping yang berfokus pada emosi cenderung tidak dapat menghilang karena individu lari dari masalah yang dihadapinya. Coping yang berfokus pada emosi dilakukan dengan cara menyangkal atau menarik diri dari situasi. Lebih lanjut diungkapkan, coping yang berfokus pada emosi tidak menghilangkan atau tidak juga membantu individu dalam mengembangkan cara yang lebih baik. Jadi sebaiknya jika sedang mengahadapi masalah maka sebaiknya menggunakan strategi coping yang berfokus pada masalah. Hal tersebut diungkapkan juga oleh Lazarus dan Folkman, maka, coping yang efektif untuk 17

dilakukan adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya. Lazarus dan Folkman (1984). Problem focused coping adalah salah satu usaha yang berfungsi untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh stress atau mengembangkan kemampuan untuk meghadapi stress. Problem focused coping merupakan bentuk coping yang lebih baik dalam menghadapi masalah. Berusaha memecahkan masalah serta mengembangkan keterampilan-keterampilan yang baik dalam mengahadapi masalah adalah lebih baik daripada menghindari masalah-masalah tersebut. Problem focused coping membawa pengaruh bagi individu yaitu berubahnya atau bertambahnya pengetahuan individu tentang masalah yang dihadapi, dengan mengetahui permasalahannya maka diharapkan individu mampu mencari jalan keluar yang terbaik bagi masalahnya. Gambaran perilaku problem focused coping pada penelitian ini akan diungkap berdasarkan jenis-jenis problem focused coping, yaitu: active coping, planning, suppression of competing activities, restraint coping dan seeking support for instrumental reasons.lazarus dan Folkman (1984). Problem focused coping adalah salah satu cara yang berfungsi untuk mengurangi tekanan dengan cara menghadapi masalah serta berusaha untuk memecahkannya yaitu dengan mempelajari cara-cara atau keterampilanketerampilan baru. Individu akan menggunakan strategi ini bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi (Folkman dkk, 1986, h. 993). Untuk dapat melakukan respon terhadap stress secara efektif (problem focused coping) maka individu 18

memerlukan dukungan sosial. Salah satu faktor yang dapat mengubah pengalaman stress adalah dengan mencari dukungan sosial. Dukungan sosial memberi peran untuk meningkatkan penyesuaian terhadap stress dengan memberikan bantuan sesuai dengan keadaan individu tersebut. Lazarus dan Folkman (1984). Dukungan sosial adalah adanya transaksi interpersonal yang ditunjukan dengan memberikan bantuan pada individu lain dan bantuan itu diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian informasi, bantuan tingkah laku atau materi yang didapat dari hubungan sosial akrab atau hanya disimpulkan dari keberadaan mereka yang membuat individu merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai. Dukungan sosial adalah suatu kesenangan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang dirasakan dari orang lain atau kelompok. Dukungan ini dapat diperoleh dari suami atau istri, teman, rekan sekerja, dokter dan organisasi kemasyarakatan. Lazarus dan Folkman (1984). Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam strategi coping yang berfokus pada masalah, 3 aspek problem-focused coping, antara lain: a. pemecahan masalah dengan banyak cara menganalisa situasi untuk mencapai solusi dan mengambil tindakan langsung untuk memperbaiki masalah. b. menghadapi tekanan dengan usaha yang dilakukan untuk menghadapi masalah secara tenang, rasional, dan mengarah pada penyelesaian masalah. c. mencari dukungan sosial dengan mencoba untuk mencari informasi atau dukungan emosional. 19

Jadi untuk menghindari timbulnya berbagai gangguan fisik yang disebabkan oleh stres, individu dapat menggunakan teknik coping yang lebih berfokus pada masalah. Karena coping yang berfokus pada masalah lebih efektif meringankan stres dari pada coping yang berfokus pada emosi. Cara-cara yang dapat dilakukan adalah dengan menganalisis situasi yang menyebabkan stres untuk dapat mencari solusi dan tindakan yang dapat memperbaiki masalah, kemudian bersikap tenang, rasional, dan juga dapat dilakukan dengan cara mencari dukungan sosial untuk mendapatkan informasi tersebut. Lazarus dan Folkman (1984). Emotion-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respon emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan. Emotional-focused coping dipergunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Pengaturan ini dilakukan melalui perilaku individu seperti penggunaan minuman keras, bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan. Seseorang menggunakan strategi emotion-focused coping ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat. Lazarus dan Folkman (1984). 20

2.2.2. Jenis-Jenis Coping Stress Menurut Lazarus dan Folkman (1984), ada 2 jenis, yaitu: 1. problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres sebagai berikut: a. Distancing, adalah suatu bentuk coping yang sering kita temui, yaitu usaha untuk menghindar dari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positif, dan seperti menganggap remeh/lelucon suatu masalah. b. Planful Problem Solving, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stres, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis. c. Positive Reapraisal, yaitu usah untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri, dan stategi ini terkadang melibatkan hal-hal religi. d. Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan. e. Escape, usaha untuk menghilangkan stres dengan melarikan diri dari masalah, dan beralih pada hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dll. 2. Emotion-Focused Coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang 21

akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan sebagai berikut: a. Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara mengendalikan diri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan. b. Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadapi masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian. c. Positive Reinterpretation, respon dari suatu individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah (hikmah), d. Acceptance, berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya. e. Denial (avoidance), pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah yang ada pada dirinya. Individu menggunakan kedua strategi tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari. Faktor yang menentukan coping mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada individu itu sendiri dan sejauh mana tingkat stres dari 22

suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung menggunakan PFC dalam menghadapai masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan, sebaliknya ia akan cenderung menggunakan EFC ketika dihadapkan pada masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat seperti kanker. Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi kesehatan fisik/energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial dan dukungan sosial dan materi (Lazarus & Folkman, 1984). 2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Coping Stress 1. Kesehatan Fisik. Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar 2. Keyakinan atau pandangan positif. Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe : PFC 3. Keterampilan Memecahkan masalah. Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin 23

dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat. 4. Dukungan sosial. Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya 5. Materi. Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli. Menurut Lazarrus dan Folkman (1984) Strategi coping menunjuk pada berbagai upaya, baik mental maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Dengan perkataan lain strategi coping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984). Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauh mana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Contoh: Seseorang cenderung menggunakan PFC dalam menghadapai masalah yang menurutnya bisa 24

dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung menggunakan strategi EFC ketika dihadapkan pada masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat seperti kanker. Hampir senada dengan penggolongan jenis coping seperti dikemukakan di atas, dalam literatur tentang coping juga dikenal dua strategi coping, yaitu active & avoidant coping strategi (Lazarus mengkategorikan menjadi Direct Action & Palliative). 1. Active coping merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap sumber stres. 2. Avoidant coping merupakan strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stres dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stres. Apa yang dilakukan individu pada avoidant coping strategi sebenarnya merupakan suatu bentuk mekanisme pertahanan diri yang sebenarnya dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu karena cepat atau lambat permasalahan yang ada haruslah diselesaikan oleh yang bersangkutan. Permasalahan akan semakin menjadi lebih rumit jika mekanisme pertahanan diri tersebut justru menuntut kebutuhan energi dan menambah kepekaan terhadap ancaman. 25

2.2.4. Cara mengukur Coping Stress dengan menggunakan skala PFC dan skala EFC. a. Skala PFC Skala ini digunakan untuk mengungkap tingkat strategi coping dari subjek penelitian. Dalam melakukan penyusunan skala peneliti menggunakan aspekaspek PFC yang disusun berdasarkan teori Lazarus dan Folkman (1984) yaitu : penyelesaian masalah dan mengatasi tekanan. Setiap aspek-aspek di atas akan diuraikan ke dalam sejumlah pernyataan mendukung dan tidak mendukung, dimana subjek diberikan dua alternatif pilihan yaitu Ya dan Tidak. Untuk item yang mendukung, pilihan Ya = 1, Tidak = 0. Sedangkan untuk item yang tidak mendukung pilihan Ya = 0, Tidak = 1. Skor ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawaban maka diketahui strategi coping yang digunakan mahasiswa. b. Skala EFC Skala ini digunakan untuk mengungkap tingkat strategi coping dari subjek penelitian. Dalam melakukan penyusunan skala peneliti menggunakan aspekaspek EFC yang disusun berdasarkan teori Lazarus dan Folkman (1984) yaitu : mengatur emosi dan situasi penuh tekanan. Setiap aspek-aspek di atas akan diuraikan ke dalam sejumlah pernyataan mendukung dan tidak mendukung, dimana subjek diberikan dua alternatif pilihan yaitu Ya dan Tidak. Untuk item yang mendukung, pilihan Ya = 1, Tidak = 0. Sedangkan untuk item yang tidak mendukung pilihan Ya = 0, Tidak = 1. Skor ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawaban maka diketahui strategi coping yang digunakan mahasiswa. 26

2.3. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian Sinaga (2005) tentang coping stres mahasiswa psikologi yang sedang menyusun skripsi, menyimpulkan bahwa mahasiswa yang mengalami stres akibat kesulitan dalam penyusunan skripsi sebanyak 84.3% melakukan coping stress dengan problem focused coping (PFC) dengan mempelajari cara yang baru dan 15,7% coping stress melalui emotional focused coping (EFC) bahwa perilaku yang cenderung mengatur emosi berkaitan dengan situasi kejadian. Munawaroh (2001) dalam penelitiannya menemukan strategi EFC sebesar 55,16%, strategi coping stress PFC yang digunakan coping stress melalui 41,58% mahasiswa yang menyusun skripsi dan strategi MALC sebesar 17,76%. 2.4. Hipotesis Berdasarkan penelitian pendukung maka hipotesis yang diajukan : Ada perbedaan yang signifikan penggunaan coping stress PFC dengan EFC pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang stres dalam menyusun skripsi. 27