BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tutorial merupakan salah satu metode pembelajaran yang menggunakan prinsip kolaborasi dalam konstruksi pengetahuan. Kolaborasi dalam kontruksi pengetahuan tersebut terjadi melalui interaksi yang terjadi pada saat diskusi (van Boxtel et al. 2000) Ragam interaksi tersebut terdiri dari bertanya, bernalar, dan berkonflik, yang merupakan interaksi berorientasi belajar (Visschers-Pleijers et al. 2006). Interaksi tersebut dapat bersifat elaboratif maupun ko-konstruktif (De Grave et al. 1996). Selama diskusi, mahasiswa mengaktivasi prior knowledgenya dipicu oleh suatu kasus dan berelaborasi sehingga terbentuk pengetahuan baru terkait kasus tersebut. Pada pertemuan kedua, mahasiswa saling mengelaborasikan temuannya (Schmidt, 1993). Interaksi yang elaboratif dan ko-konstruktif menyebabkan peningkatan pemahaman konsep dan penalaran (Hmelo, 1997; De Grave et al. 2001, Visscher-Pleijers et al. 2006, Yew dan Schmidt, 2012). Namun, hal ini tidak selalu ditemukan dalam tutorial. Interaksi yang terjadi bisa saja hanya bersifat superfisial. Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai seorang tutor di FK Nommensen, interaksi dalam kelompok tutorial masih belum memuaskan. lebih banyak pasif dan diskusi hanya dilakukan oleh beberapa orang mahasiswa. Eksplorasi suatu masalah hanya diarahkan pada pencapaian hipotesis untuk pertemuan. Pada pertemuan kedua, mahasiswa lebih sering hanya 1
membacakan informasinya tanpa ada interaksi dengan mahasiswa lain. Temuan serupa juga didapatkan dari penelitian sebelumnya. Dolmans et al. (2001) menemukan bahwa dalam PBL terjadi perilaku ritual pada diskusi PBL. Perilaku tersebut antara lain mahasiswa menyampaikan ide baru dalam diskusi tanpa menghubungkan dengan ide lain yang sudah dicetuskan oleh anggota kelompok lain, mahasiswa membagi-bagi learning issues sehingga tidak terjadi konflik kognitif saat fase pelaporan, mahasiswa tidak belajar secara mendalam pada saat belajar mandiri sehingga diskusi menjadi tidak dalam. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan bagaimana mahasiswa memaknai interaksi yang terjadi dalam kelompoknya. Praktek tutorial mahasiswa cenderung dipertahankan hingga berikutnya. yang dilakukan oleh Grave et al. (2002) mendapatkan bahwa tidak ada perbedaan ajaran dengan pratek tutorial. Dengan demikian, sangat krusial untuk mengetahui bagaimana mahasiswa mengalami tutorial pada pendidikannya. Dari hal ini, peneliti ingin meneliti bagaimana proses interaksi dalam kelompok yang dialami mahasiswa. Konstruksi pengetahuan dalam kelompok tutorial PBL dapat dipandang sebagai suatu konstruk sosial. Kultur, lebih lanjut, juga bisa memegang peranan dalam interaksi yang terjadi (Frambach et.al., 2012). Aryanti (2010) telah meneliti pengalaman mahasiswa terkait interaksi dalam menjalani PBL. Secondira et.al. (2009) meneliti faktor-faktor apa yang mempengaruhi pembelajaran kolaboratif dalam PBL. Namun, penelitian tersebut tidak mengkhususkan pada interaksi yang dialami mahasiswa pada saat pertemuan tutorial PBL, namun lebih luas, yaitu PBL 2
sebagai suatu kurikulum. Selain itu, penelitian ini dilakukan di fakultas kedokteran yang sudah berpengalaman dalam melakukan tutorial PBL. yang dilakukan oleh Khoiriyah (2008) mencoba meng proses berpikir kritis yang terjadi khusus dalam tutorial PBL. Namun, penelitiannya tidak mencoba mengeksplorasi lebih lanjut mengenai pengalaman interaksi dari sudut pandang mahasiswa. Berdasarkan hal-hal di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian ini dalam setting pendidikan kedokteran di FK Nommensen. FK Nommensen merupakan fakultas kedokteran swasta yang baru berdiri selama 5. Selain itu, evaluasi kualitas kelompok tutorial PBL sebelumnya belum pernah dilakukan di FK Nommesen. Dengan mengetahui seperti apa mahasiswa memaknai interaksi yang terjadi dalam kelompok tutorialnya dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi interaksi mereka, maka institusi dapat merencanakan perbaikan guna meningkatkan kualitas belajar mahasiswa lewat tutorial PBL. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah. Bagaimana kualitas interaksi kelompok yang terjadi pada saat pertemuan tutorial mahasiswa di FK Nommensen? C. Tujuan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran berupa pengalaman mahasiswa terkait kualitas interaksi pada pertemuan dan kedua tutorial 3
PBL di FK Nommensen. D. Manfaat Secara teoretis, penelitian ini mendukung salah satu asumsi dalam teori konstruktif sosial, yaitu interaksi kognitif yang terjadi dalam kelompok tutorial merupakan suatu konstruk sosial. Secara praktis, penelitian ini berguna memberikan umpan balik pada institusi mengenai kualitas interaksi dalam kelompok tutorial PBL di FK Nommensen langsung dari pengalaman mahasiswa. E. Keaslian penelitian: Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti proses interaksi berorientasi belajar dalam kelompok tutorial PBL: Tabel 1.1 terdahulu mengenai interaksi kelompok dalam tutorial PBL et al. (1999) 3 Visscher s- tutorial sessions?analysis of medical students Tampere, written accounts Finlandia Analyzing verbal interaction Subjek N o Peneliti Judul Tempat 1 Caplow Learning in problembased et al. medical (1997) curriculum : Students di conception Finlandia 2 Virtanen What happens in PBL Metode Kualitatifmulti metode Kualitatif, jurnal refleksi Kualitatifstudi 4
Pleijers kedua kasus, et al. Maastricht, (2004) Belanda observasi 4 Secondir Faktor-faktor yang Kualitatif- a et al. mempengaruhi deskriptif (2009) mahasiswa eksplorato Gadjah rik Gadjah Mada untuk Mada, melaksanakan Indonesia pembelajaran yang konstruktif, mandiri, kolaboratif, dan kontekstual dalam Problem-Based Learning 5 Aryanti Pengalaman belajar Kualitatif- (2010) mahasiswa fenomenol FK UGM ogi, menggunakan problem Gadjah based learning Mada, jurnal Indonesia refleksi 6 Devi et Perceptions regarding Sequential al. the quality of group explanator (2012) interactions during Malaka y mixed brainstorming Manipal, dan kedua methods, India survey dan FGD 5