BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja. dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, dokter merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terusmenerus karena dokter adalah salah satu contoh dari sekian jenis profesi. Saat ini, keahlian dokter dikonseptualisasikan dalam kompetensi klinis yang tertanam dalam kompetensi personal dan profesional dalam spektrum luas (CanMeds 2000, 2005 ; Epstein, 1999 ; Epstein & Hundert, 2002 ; Stern, 2005 ; Vankerk et. al., 2004 ; Benammark, 2004). Semakin lama, fokus pelatihan medis dan profesional kesehatan lain bergerak dari keahlian teknis menjadi kompetensi klinis. Kompetensi klinis menjadi tertanam dalam kompetensi personal dan profesional dimana refleksi memainkan peran utama (ABIM, ACP ASIM & EFIM, 2002). 1

2 2 Memperoleh pengetahuan dan keterampilan praktek saja tidak cukup untuk menjadi seorang profesional medis (AAMC, 1984 ; Metz et. al., 1994). Tujuan dari profesionalisme yang reflektif adalah menyeimbangkan perilaku, yang difokuskan terutama pada peningkatan perawatan pasien tetapi juga pada hubungan antar profesional, pengembangan keahlian dan kesejahteraan diri sendiri (Guest et. al., 2001 ; Hilton & Sotnick, 2005 ; Brown et. al., 2003). Dokter harus memecahkan masalah kompleks dan mereka diharapkan melakukan hal tersebut bekerja sama dengan pasien dan keluarganya, dalam kolaborasi multiprofesional, dengan cara personal dan professional, dan sementara belajar dari pengalaman. Kompleksitas ini melekat pada praktek klinis, menuntut tidak hanya perilaku yang terampil juga tipe penalaran klinis dan refleksi ilmiah yang mutakhir, serta refleksi pribadi. (Aukes, 2008). Refleksi adalah suatu bentuk dari proses mental dengan tujuan dan atau mengantisipasi hasil yang diaplikasikan pada ide yang relatif kompleks dan tidak terstruktur yang dalam hal tersebut tidak ada solusi yang jelas (Moon, 1999). Refleksi adalah menunjukkan

3 3 keseimbangan pendekatan, mempertimbangkan segala perspektif yang relevan, menitikberatkan minat yang berbeda, menunjukkan ketajaman mata pada suatu dilema dan ketidakpastian, memberi perhatian pada sudut pandang pasien, dan menunjukkan evaluasi dari posisi dan kebebasan diri sendiri (Boenink et. al., 2004). Kegiatan refleksi dipahami sebagai kemampuan dokter untuk berpikir kritis tentang penalaran dan keputusan mereka sendiri (Mamede & Schmidt, 2004). Refleksi dianggap sebagai bagian sentral dari pengajaran dan pembelajaran suatu profesi (Boenink et. al., 2004). Kegiatan reflektif telah disarankan untuk menjadi instrumen penting dalam meningkatkan penilaian klinis dan mengembangkan keahlian medis (Mamede et. al., 2008). Refleksi personal diharapkan untuk memungkinkan para profesional kesehatan untuk beradaptasi dengan kebutuhan pasien dan keadaan baru serta mampu membantu mereka untuk mengatasi diri mereka sebagai profesional kesehatan (Espstein, 1999 ; Brown & Ryan, 2003). Sayangnya, refleksi pribadi tidak dapat dengan mudah diajarkan secara langsung dari guru ke muridnya, tetapi

4 4 dapat diperoleh melalui praktek pada setting yang termotivasi (Epstein, 1999 ; Procee, 2006). Menyadari bahwa manfaat utama dari refleksi diri adalah dokter profesional maka penulis melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan kemampuan refleksi diri dan profesionalisme mahasiswa kedokteran UGM dengan mengambil sampel mahasiswa kedokteran tahun ajaran Perumusan Masalah Berdasarkan paparan di atas dapat dirumuskan pokok pemasalahan sebagai berikut: Bagaimana hubungan antara kemampuan refleksi diri dan profesionalisme pada mahasiswa pendidikan dokter fakultas kedokteran UGM? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui hubungan antara kemampuan refleksi diri dan profesionalisme pada mahasiswa pendidikan dokter fakultas kedokteran UGM.

5 5 Tujuan khususnya adalah mendeskripsikan tentang refleksi diri dan profesionalisme, mengetahui tujuan refleksi diri dan profesionalisme, serta mengetahui manfaat dari refleksi diri dan profesionalisme. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam mengembangkan sistem pendidikan kedokteran dan peningkatan kualitas sistem pendidikan FK UGM. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan bagi mahasiswa kedokteran lainnya sebagai metode untuk membantu pembelajaran. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Penelitian serupa dilakukan oleh Mamede & Schmidt (2004) yang berjudul The Structure of Reflective Practice in Medicine. Pengambilan data dilakukan terhadap 202 dokter pada praktek klinis di pelayanan kesehatan primer kota Brazil, Cearà.

6 6 Hasil penelitian menunjukkan munculnya 5 faktor model dari kegiatan reflektif yaitu deliberate induction, deliberate deduction, testing and synthesising, openness for reflection, and metareasoning. Penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan memiliki kesamaan dalam mengukur tingkat refleksi diri dalam bidang kesehatan. Perbedaannya terletak pada jenis instrumen yang digunakan, tempat penelitian, dan subjek penelitian. 2. Penelitian serupa dilakukan oleh Aukes et.al., (2009) yang berjudul The Development of a scale to measure personal reflection in medical practice and education. Hasil penelitiannya adalah metode GRAS yang digunakan untuk mengukur tingkat refleksi diri. Kualitas psikometrik dan validitas isi GRAS cukup memuaskan karena mengandung tiga aspek refleksi personal, yaitu refleksi diri, refleksi dengan empati, dan komunikasi yang reflektif. Penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan memiliki persamaan dalam jenis instrumen penelitian yang digunakan dan memiliki kesamaan dalam menganalisis refleksi diri dalam pemdidikan kedokteran.

7 7 Perbedaannya terdapat pada metode penelitian yang dilakukan. 3. Penelitian serupa dilakukan oleh John Sandars (2009) dengan judul The Use of Reflection in Medical Education: AMEE Guide No. 44. Hasil penelitian menunjukkan bahwa refleksi adalah komponen yang esensial pada pendidikan kedokteran. Refleksi dapat dibentuk secara individual, tetapi refleksi terbimbing dengan suprvisi dan mentor sangat penting. Penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan memiliki kesamaan dalam menganalisis refleksi diri dalam pendidikan kedokteran. Perbedaan terdapat pada metode penelitian yang dilakukan dan instrumen yang digunakan.