ANALISIS KADAR NITRIT PADA SOSIS SAPI DI PASAR MODERN KOTA GORONTALO. Nurnaningsi Yalumini, Rama P Hiola, Ramly Abudi 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan sampel ini dilaksanakan di Pasar modern Kota Gorontalo dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan nitrit

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan di dalam kehidupannya (Effendi, 2012). Berdasakan definisi dari WHO

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan

ANALISIS KUANTITATIF NITRIT PADA SOSIS YANG DIJUAL DI SEKOLAH DASAR WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

PERBEDAAN KADAR FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR PUSAT KOTA DENGAN PINGGIRAN KOTA PADANG. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

UJI KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN KALENG YANG BEREDAR DI PASAR MODEREN KOTA GORONTALO

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA JAJANAN PINGGIRAN JALAN KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Oleh Zulyaningsih Tuloly NIM :

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. oksigen, dan karbon (ACC, 2011). Formalin juga dikenal sebagai formaldehyde,

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sanitasi. Banyaknya lingkungan kita yang secara langsung maupun tidak lansung. merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

BAB 1. Di Indonesia, sebagian besar masyarakatnya mempunyai tingkat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat keamanan dan dapat membahayakan kesehatan

mendirikan pabrik bertujuan untuk membantu kemudahan manusia. Namun, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

ARTIKEL UJI KANDUNGAN BORAKS PADA ROTI YANG DIJUAL DI KAWASAN PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan,

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo sebagai ibukota Provinsi Gorontalo merupakan kota yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Sosis adalah makanan yang dibuat dari daging (kadang-kadang dari ikan)

Diterbitkan oleh STIFI Perintis Padang setiap bulan Februari dan Agustus Website :

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU PUTIH DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO TAHUN 2017 Regina Sasmita Lakuto*, Rahayu H. Akili*, Woodford B.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam

Summary. PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP JUMLAH KAPANG PADA ROTI TAWAR (Suatu Penelitian Di Industri Rumah Tangga Pangan Kota Gorontalo)

Total. Warung/ Kios. Pedagang Kaki Lima

I. PENDAHULUAN. dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian

PENGEMBANGAN STRIP TES BERBASIS REAGEN ASAM SULFANILAT DAN 1-NAFTOL UNTUK DETEKSI PENGAWET NITRIT PADA SAMPEL KORNET DAGING SAPI SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan uji laboratorium yang dilakukan di Laboratorium

BAB 1 PENDAHULUAN. ikan laut yang dicampur dengan bahan-bahan, seperti cabe kering yang dihaluskan

UJI KADAR AIR DAN ASAM PEROXIDA PADA MINYAK KELAPA TRADISIONAL (Studi Kasus Masyarakat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO

ANALISIS KANDUNGAN NITRIT DALAM SOSIS PADA DISTRIBUTOR SOSIS DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat pengambilan sampel dilaksanakan di pasar tradisional dan pasar

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan masalah

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. penting. Saat ini minuman dijual dalam berbagai jenis dan bentuk, serta

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan pangan mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan

ANALISIS ZAT ADITIF DALAM MAKANAN RINGAN DAN KORNET DI KOTA PEKANBARU E. F. Yusni 1, Itnawita 2, S. Anita 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pola hidup sehat masyarakat sangat terdukung oleh adanya makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh. Proses biologis di dalam tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

DAFTAR PUSTAKA. Alsuhendra, dan Ridawati, Bahan Toksik Dalam Makanan. Cetakan pertama. Penerbit: PT.Remaja Rosdakarya. Bandung.

Transkripsi:

ANALISIS KADAR NITRIT PADA SOSIS SAPI DI PASAR MODERN KOTA GORONTALO Nurnaningsi Yalumini, Rama P Hiola, Ramly Abudi 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food additive) saat ini sering ditemui pada makanan dan minuman. Salah satu bahan tambahan pada makanan adalah pengawet bahan kimia yang berfungsi untuk memperlambat kerusakan makanan, baik yang disebabkan mikroba pembusuk, bakteri, ragi maupun jamur dari bahan makanan. Peningkatan kebutuhan akan makanan dapat dipenuhi dengan dilakukannya penambahan zat kimia pada makanan yang dikenal sebagai zat tambahan makanan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode penelitian secara kuantitatif. Teknik pengumpulan sampel dengan Total Sampling yaitu keseluruhan jumlah populasi sosis sapi yaitu 10 sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah sosis sapi yang bermerek dan tidak bermerek yang dijual di pasar modern Kota Gorontalo. Dengan kriteria Pasar Modern tersebut terdapat sosis sapi. Hasil kadar nitrit yang diperoleh dengan analisis metode Spektrofotometer UV-Vis kemudian disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan menunjukan bahwa Sosis Sapi yang di jual di Pasar Modern Kota Gorontalo me nunjukan bahwa kadar nitrit pada 10 sampel tersebut masih berada di bawah baku mutu menurut Permenkes RI No. 1168/Men/Per/1999 yaitu di bawah 125 mg/kg, nilai tertinggi terdapat pada sampel D sebesar 7,506 dan nilai terendah terdapat pada sampel B sebesar 0,748. Saran Bagi instansi terkait seperti (Balai Pengawasan Obat dan Makanan) BPOM dan Dinas Kesehatan diharapkan untuk menginformasikan peraturan tentang penggunaan bahan tambahan makanan dan bahaya penggunaan bahan makanan tersebut terhadap kesehatan, khususnya pada pengawet nitrit. Kata Kunci : Nitrit, Sosis Sapi, Pasar Modern 1 Nurnaningsi Yalumini Mahasiswi Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Rama P. Hiola, Dra., M.Kes Dan Ramly Abudy S.Psi, M.Kes Dosen Pembimbing Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo

Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food additive) saat ini sering ditemui pada makanan dan minuman. Salah satu bahan tambahan pada makanan adalah pengawet bahan kimia yang berfungsi untuk memperlambat kerusakan makanan, baik yang disebabkan mikroba pembusuk, bakteri, ragi maupun jamur dengan cara menghambat, mencegah, menghentikan proses pembusukan dan fermentasi dari bahan makanan ( Husni, Samah dan Ariati 2007). Semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan makanan juga akan semakin meningkat. Saat ini, industri makanan telah berkembang demikian pesat dengan proses pengolahan yang sangat maju. Bahkan dalam rumah tangga pun telah menggunakan bahan-bahan tambahan pangan. Zaman dahulu, hasil produksi suatu makanan hanya dapat dijual di dalam lingkungan yang sangat terbatas, tetapi sekarang sudah memungkinkan diedarkan ke seluruh dunia. Bahan tambahan pangan tersebut dapat berupa bahan pengawet, bahan pemanis buatan, penyedap rasa dan bahan pewarna. Era globalisasi sekarang ini, banyak masyarakat yang menginginkan sesuatu secara instan, sebagai contoh makanan siap saji. Makanan siap saji yang saat ini digemari masyarakat adalah sosis. Sosis merupakan produk olahan daging yang mempunyai nilai gizi tinggi, yang tidak hanya digemari anak-anak, melainkan remaja dan dewasa bahkan orang tua juga menyukai sosis. Undang-Undang No. 23 tahun 1992 bahwa peningkatan dan penetapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya pengamanan makanan dan minuman akan lebih ditingkatkan untuk mendukung peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna. Semua itu merupakan upaya untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan mutu (Depkes RI, dalam Cory 2009). Berdasarkan Permenkes RI NO. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang bahan tambahan makanan, membatasi penggunaan maksimum pengawet nitrit didalam produk daging olahan yaitu sebesar 125 mg/kg dan untuk korned kaleng 50 mg/ml. Konsumsi nitrit yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan

(Magdalena, 2009). Keracunan nitrit digunakan selain pengawet pada daging juga memberikan warnah merah. Keracunan nitrit dapat terjadi karena penggunaan yang melewati batas maksimum penggunaan, salah pemakaian dan tercampur secara tidak sengaja karena kelalaian dan ketidaktahuan (Dinkes Kota Gorontalo, 2011). Dampak nitrit bagi kesehatan yaitu jika Penggunaan natrium nitrit dalam jumlah yang melebihi batas dapat menimbulkan efek yang membahayakan bagi kesehatan, karena nitrit dapat berikatan dengan amino dan amida yang terdapat pada protein daging membentuk turunan nitrosoamin yang bersifat toksis. Nitrosoamin merupakan salah satu senyawa yang diduga dapat menimbulkan kanker, rasa mual, muntah-muntah, pening kepala dan tekanan darah menjadi rendah, lemah otot serta kadar nadi tidak menentu, Nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal, diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma, dan bila tidak ditolong akan meninggal. Berdasarkan hasil data dari Badan Pengawasan, Obat dan Makanan Provinsi Gorontalo, pada tahun 2013 hasil pemeriksaan laboratorium terdapat keracunan nitrit pada makanan nasi paket yang mengakibatkan 16 orang keracunan. Keracunan tersebut terjadi karena adanya penggunaan nitrit yang berlebihan (BPOM, 2013). Tujuan penelitian Untuk menguji penggunaan pengawet nitrit sebagai bahan tambahan makanan pada sosis sapi yang dijual di Pasar Modern Kota Gorontalo. METODE PENELITIAN Pengambilan sampel dilakukan di pasar Modern yang menjual sosis sapi yang bermerek dan tidak bermerek di Kota Gorontalo.sedangkan untuk menguji kadar nitrit dilakukan di Laboratorium kimia Universitas Negeri Gorontalo. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 hari dari tanggal 2-5 Desember tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan mengunakan metode kuantitatif yang menjelaskan kadar nitrit pada sosis sapi yang bermerek dan tidak bermerek. Populasi yaitu seluruh sosis sapi yang bermerek dan tidak bermerek yang di dijual di Pasar modern Kota Gorontalo.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan secara Total Sampling yaitu keseluruhan jumlah populasi sosis sapi sebanyak 10 sampel yang dijual di Pasar Modern Kota Gorontalo. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode Spektofotometer UV-Vis. Data yang diperoleh dianalisis secara univariat, hasil yang diperoleh tabel distribusi frekuensi, Yaitu kadar nitrit pada sosis sapi. Hasil yang didapatkan akan dibandingkan dengan batas normal kadar nitrit pada sosis yakni sebesar 125 mg/kg menurut ketentuan standar dari Permenkes RI NO. 1168/Menkes/Per/X/1999. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berikut hasil pengujian laboratorium untuk kadar nitrit pada sosis sapi yang bermerek dan tidak bermerek yang dijual di Pasar Modern Kota Gorontalo Tabel 1. Hasil Pengujian Kadar Nitrit Pada Sosis Sapi Yang Bermerek dan tidak bermerek di Pasar Modern Kota Gorontalo Tahun 2013 No Jenis Sampel Pengulangan Hasil Analisis Satuan Sampel 1 A 1 4,248 ppm 2 4,437 ppm 3 4,5 ppm 2 B 1 0,7 ppm 2 0,736 ppm 3 0,748 ppm 3 C 1 N.D ppm 2 N.D ppm 3 N.D ppm 4 D 1 7,38 ppm 2 7,479 ppm 3 7,506 ppm 5 E 1 N.D ppm 2 N.D ppm

3 N.D ppm 6 F 1 2,016 ppm 2 2,044 ppm 3 2,064 ppm 7 G 1 N.D ppm 2 N.D ppm 3 N.D ppm 8 H 1 N.D ppm 2 N.D ppm 3 N.D ppm 9 I 1 N.D ppm 2 N.D ppm 3 N.D ppm 10 J 1 1,086 ppm 2 1,104 ppm 3 1,118 ppm Sumber: Data primer tahun 2013 Pembahasan Berdasarkan hasil pemeriksaan melalui uji laboratorium kadar nitrit pada sosis sapi yang bermerek dan tidak bermerek, mengandung nitrit dengan kadar yang bervariasi, yaitu Sampel A pada pegujian pertama di peroleh hasil analisis yaitu sebesar 4,248 Ppm, untuk pengujian kedua diperoleh nilai sebesar 4,437 Ppm dan pada pengujian ketiga diperoleh nilai sebesar 4,5 Ppm. Perbedaan jumlah kadar nitrit untuk tiga kali pengujian pada sampel A terjadi karena nilai absorbansi untuk masing-masing pengujian adalah sebesar 0,736 untuk pegujian pertama, 0,745 dan 0,748 untuk pengujian ketiga. Sampel B pada pegujian pertama di peroleh hasil analisis yaitu sebesar 0,7 Ppm, untuk pengujian kedua diperoleh nilai sebesar 0,736 Ppm dan pada pengujian ketiga diperoleh nilai sebesar 0,748 Ppm. Perbedaan jumlah kadar nitrit untuk tiga kali pengujian pada sampel B terjadi karena nilai absorbansi untuk

masing-masing pengujian adalah sebesar 0,606 untuk pegujian pertama, 0,610 dan 0,611 untuk pengujian ketiga. Sampel D pada pegujian pertama di peroleh hasil analisis yaitu sebesar 7,38 Ppm, untuk pengujian kedua diperoleh nilai sebesar 7,749 Ppm dan pada pengujian ketiga diperoleh nilai sebesar 7,506 Ppm. Perbedaan jumlah kadar nitrit untuk tiga kali pengujian pada sampel D terjadi karena nilai absorbansi untuk masing-masing pengujian adalah sebesar 0,888 untuk pegujian pertama, 0,893 dan 0,894 untuk pengujian ketiga. Sampel F pada pegujian pertama di peroleh hasil analisis yaitu sebesar 2,016 Ppm, untuk pengujian kedua diperoleh nilai sebesar 2,044 Ppm dan pada pengujian ketiga diperoleh nilai sebesar 2,064 Ppm. Perbedaan jumlah kadar nitrit untuk tiga kali pengujian pada sampel F terjadi karena nilai absorbansi untuk masing-masing pengujian adalah sebesar 0,750 untuk pegujian pertama, 0,753 dan 0,755 untuk pengujian ketiga. Sampel J pada pegujian pertama di peroleh hasil analisis yaitu sebesar 1,086 Ppm, untuk pengujian kedua diperoleh nilai sebesar 1,104 Ppm dan pada pengujian ketiga diperoleh nilai sebesar 1,118 Ppm. Perbedaan jumlah kadar nitrit untuk tiga kali pengujian pada sampel J terjadi karena nilai absorbansi untuk masing-masing pengujian adalah sebesar 0,767 untuk pegujian pertama, 0,771 dan 0,774 untuk pengujian ketiga. Kadar nitrit pada lima sampel sosis yang diuji tidak terdeteksi yaitu untuk sampel C, E, G, H dan I. Hal ini terjadi karena nilai absorbansi pada kelima sampel tersebut berada jauh dibawah dari nilai absorbansi standar yaitu antara 0,681sampai dengan 0,953. Pada sampel C nilai absorbansi untuk pengujian pertama yaitu sebesar 0,427 selanjutnya pada pengujian kedua dan ketiga nilai absorbansiya adalah 0,429. Sampel E nilai absorbansi untuk pengujian pertama dan kedua yaitu sebesar 0,263 selanjutnya pada pengujian ketiga nilai absorbansiya adalah sebesar 0,264. Untuk sampel G nilai absorbansi untuk pengujian pertama yaitu sebesar 0,273 selanjutnya pada pengujian kedua dan ketiga nilai absorbansiya adalah 0,274. Kemudian sampel H nilai absorbansi untuk pengujian pertama yaitu

sebesar 0,447 selanjutnya pada pengujian kedua dan ketiga nilai absorbansiya yaitu 0,448. Dan sampel I nilai absorbansi untuk pengujian pertama yaitu sebesar 0,458 selanjutnya pada pengujian kedua dan ketiga nilai absorbansiya adalah sebesar 0,459. pada percobaan pertama kadar nitrit pada merk sosis A sebesar 4,248 Ppm, B sebesar 0,7 Ppm, C tidak terdeteksi, D 7,38 Ppm, E tidak terdeteksi, F 2,016 ppm, G tidak terdeteksi, H tidak terdeteksi, I tidak terdeteksi dan J sebesar 1,086 Ppm,. Kemudian pada percobaan kedua kadar nitrit pada merk sosis A sebesar 4,437 Ppm, B sebesar 0,736 Ppm, C tidak terdeteksi, D 7,479 Ppm, E tidak terdeteksi, F 2,044 ppm, G tidak terdeteksi, H tidak terdeteksi, I tidak terdeteksi dan J sebesar 1,104 Ppm. Selanjutnya pada percobaan ketiga kadar nitrit pada merk sosis A sebesar 4,5 Ppm, B sebesar 0,748 Ppm, C tidak terdeteksi, D 7,506 Ppm, E tidak terdeteksi, F 2,064 ppm, G tidak terdeteksi, H tidak terdeteksi, I tidak terdeteksi dan J sebesar 1,118 Ppm. Kadar nitrit tertinggi terdapat pada sampel sosis merek D yaitu sebesar 7,506 Ppm dan kadar nitrit terendah terdapat pada sampel merk B yaitu sebeesar 0,748 Ppm. Pada lima sampel sosis yang diuji yaitu sampel C, E, G, H, dan I kadar nitrit tidak terdeteksi disebabkan oleh kadar nitrit pada kelima sampel tersebut di bawah standar pengujian (Absorbansi). Ciri-ciri fisik yang terjadi sehingga ND terjadi disebabkan karena perbedaan warna, pada sampel C warna mula-mula adalah warna bening jika dicampurkan dengan lautan NEDD warna yang dihasilkan adalah warna ungu mudah, pada sampel E warna mula-mula warna kuning tua yang dihasilkan adalah warna kuning mudah jika dicampurkan lautan NEDD, kemudian pada sampel G warna yang dihasilkan berubah warna menjadi warna ungu mudah jika di campukan dengan larutan NEDD dan warna mula-mula adalah bening, pada sampel H warna mula-mula bening jika dicampurkan dengan larutan NEDD larutan tersebut tidak berubah warna, dan pada sampel I warna mula-mula warna kuning dan berubah menjadi warna bening jika dicampurkan larutan NEDD.

Ditinjau dari kadar nitrit dari semua sampel yang di teliti semuanya masih memenuhi syarat kesehatan atau masih berada di bawah baku yang telah ditentukan menurut Permenkes RI No. 1168/Men/Per/1999 tentang batas maksimum kadar nitrit yaitu di bawah 125 mg/kg. Meskipun kadar nitrit pada ke 10 sampel tersebut masih berada di bawah baku mutu menurut Permenkes RI No. 1168/Men/Per/1999 yaitu di bawah 125 mg/kg namun konsumsi sosis yang mengandung nitrit yang beredar di pasar moderen tetap perlu diperhatikan karena nitrit bersifat kumulatif pada tubuh manusia. Besarnya kadar nitrit dalam produk olahan merupakan faktor penghambat pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum. Akan tetapi besarnya kadar nitrit juga berhubungan dengan pembentukan nitrosamin yang bersifat karsinogenik. Senyawa nitrosamin dapat terbentuk dengan mudah dari interaksi antara nitrit dan amin sekunder atau tersier, terutama pada kondisi asam. Penggunaan pengawet nitrit dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan dampak bagi kesehatan, karena nitrit merupakan bahan pengawet yang bersifat kumulatif bagi tubuh. Penggunaan nitrit dilakukan untuk meminimalisir ketengikan yang dapat muncul pada daging dan dapat memperpanjang masa simpan produk daging. Menurut Chandra (dalam Cory, 2009) Penggunaan nitrit pada produk sosis dan produk daging lainnya tidak boleh melebihi 125 mg/kg. Orang yang mengkonsumsi produk makanan yang menggunakan pengawet nitrit berlebihan akan mengalami sakit di bagian kepala dan muka merah yang muncul dalam 30 menit setelah mengkonsumsi makanan tersebut. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Kadar nitrit pada sosis sapi di Pasar Modern kota Gorontalo, maka dapat disimpulkan bahwa Semua sampel sosis yang bermerek dan tidak bermerek yang diteliti mengandung nitrit karena kadar nitrit pada semua sampel sosis yang bermerek dan tidak bermerek masih di bawah baku mutu menurut Permenkes RI No. 1168/Men/Per/1999 yaitu di bawah 125 mg/kg.

Saran Saran Bagi Masyarakat Dengan melihat hasil penelitian diharapkan bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam membeli produk sosis, meskipun kadar nitrit dalam sosis tersebut masih berada di bawah baku mutu menurut Permenkes RI No. 1168/Men/Per/1999 yaitu di bawah 125 mg/kg, karena jika nitrit dikonsumsi dalam jumlah berlebihan dapat berbahaya bagi kesehatan. Bagi instansi terkait seperti (Balai Pengawasan Obat dan Makanan) BPOM dan Dinas Kesehatan diharapkan untuk menginformasikan peraturan tentang penggunaan bahan tambahan makanan dan bahaya penggunaan bahan makanan tersebut terhadap kesehatan, khususnya pada pengawet nitrit. Bagi Mahasiswa diharapkan agar ada penelitian lebih lanjut mengenai penelitian ini, yaitu untuk menganalisis kandungan protein dan zat pewarna sintesis pada sosis sapi, dan dapat diperluas jenis cemaran lainya serta bukan hanya sosis sapi saja tetapi pada jenis sosis lainnya seperti sosis ayam, sosis ikan dll.

DAFTAR PUSTAKA Badan POM RI. 2013. Info Nitrit Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. Gorontalo. Corry, M. 2009. Analisis kandungan nitrit dan pewarna merah daging burger yang dijual di grosir bahan baku burger di Kota Medan. Skripsi, Universitas sumatera utara Dinas Kesehatan Kota. 2011.Modul Pelatihan Pengawas pangan Kabupaten Kota. Gorontalo. Husni E, sammah A, dan Ariati R. 2007, Analisa Zat Pengawet dan Protein dalam Makanan Siap Saji Sosis. Jurnal, fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang (Online), volume 12. ISSN : 1978-0575. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta