BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

dokumen-dokumen yang mirip
Struktur dan Dinamika Solvasi Ion Scandium(I) Singlet Dalam Air Dengan Metode AB INITIO QM/MM MD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur.

BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA 1 BAB I STRUKTUR ATOM

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

kimia KONFIGURASI ELEKTRON

STRUKTUR SOLVASI ION SKANDIUM(I) DALAM AMMONIA BERDASARKAN METODE MEKANIKA KUANTUM DAN MEKANIKA KLASIK

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup

Soal-soal Redoks dan elektrokimia

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mekanika Kuantum. Orbital dan Bilangan Kuantum

I. PENDAHULUAN. sedikit, biasanya dinyatakan dalam satuan nanogram/liter atau mikrogram/liter

SISTEM PERIODIK UNSUR

Oksidasi dan Reduksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) Bidang Kimia Sub bidang Kimia Anorganik

UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

BAB I P ENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

kimia Kelas X REVIEW I K-13 A. Hakikat Ilmu Kimia

Daerah radiasi e.m: MHz (75-0,5 m)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam

Persamaan Redoks. Cu(s) + 2Ag + (aq) -> Cu 2+ (aq) + 2Ag(s)

MAKALAH KARAKTERISTIK POTENSIAL BADAN-3: SISTEM Zn(II)-AIR-AMONIAK

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks)

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

BAHAN AJAR KIMIA KONFIGURASI ELEKTRON DAN BILANGAN KUANTUM

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

C. Reaksi oksidasi reduksi berdasarkan peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. Bilangan Oksidasi (biloks)

Bab IV Hasil dan Pembahasan

UJI KOMPETENSI A. PILIHAN GANDA

UNSUR-UNSUR TRANSISI PERIODE KE EMPAT : TEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN I.1

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIFAT FISIS DAN SIFAT KIMIA UNSUR-UNSUR

Persiapan UN 2018 KIMIA

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.2

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

SOLVATION STRUCTURE DETERMINATION OF Ni 2+ ION IN WATER BY MEANS OF MONTE CARLO METHOD

ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi

Contoh Soal & Pembahasan Sel Volta Bag. I

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA KIMIA DASAR JURUSAN D3 TEKNIK KOMPUTER

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.


3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

Bilangan Kuantum Utama (n)

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. Perbandingan sifat-sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

Ikatan Kimia. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia :

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KIMIA DASAR 1 (ID) KODE / SKS : KD / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan Khusus

PEMODELAN INTERAKSI ETER MAHKOTA BZ15C5 TERHADAP KATION Zn 2+ BERDASARKAN METODE DENSITY FUNCTIONAL THEORY

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion

Sulistyani, M.Si.

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 4 September 2015

SIFAT SIFAT ATOM DAN TABEL BERKALA

1. Bilangan Oksidasi (b.o)

Nama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto.

KIMIA ELEKTROLISIS

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI

Kimia Koordinasi SOAL LATIHAN. Jawab soal sudah tersedia. Selesaikan soalnya, dan pelajari mengapa dipilih jawaban tersebut

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom:

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA

Review I. 1. Berikut ini adalah data titik didih beberapa larutan:

kimia Kelas X TABEL PERIODIK K-13

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016)

Senyawa Koordinasi. Kompleks ion dengan pusat d B memiliki empat ligan dengan dengan bentuk persegi planar (B)

DAFTAR PUSTAKA. 1. Dra. Sukmriah M & Dra. Kamianti A, Kimia Kedokteran, edisi 2, Penerbit Binarupa Aksara, 1990

SENYAWA KOMPLEKS. Definisi. Ion Kompleks. Bilangan koordinasi, geometri, dan ligan RINGKASAN MATERI

UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111)

PAKET UJIAN NASIONAL 9 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

D. 4,50 x 10-8 E. 1,35 x 10-8

I. PENDAHULUAN. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara

YAYASAN PEMBINA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA SMA LABSCHOOL KEBAYORAN

4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT (Diskusi Informasi) INFORMASI Larutan adalah campuran yang homogen antara zat terlarut dan zat pelarut.

Elektron maksimal: 2(3 2 ) = Elektron maksimal: 2(4 2 ) = 32 elektron = elektron terakhir: 2 golongan II A 10 sisa 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Praktikum Kegiatan praktikum ini mempunyai tujuan yaitu agar siswa dapat membuktikan Hukum Kekekalan Massa pada suatu reaksi.

PAKET UJIAN NASIONAL 8 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Berdasarkan penelitian terdahulu, diketahui bahwa logam memegang peranan penting dalam proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup (Siu dkk., 2002), misalnya membantu kerja enzim (Lippard dan Berg, 2000), berfungsi sebagai antibakteri (Marcus dkk., 1989), bahan aktif anti kanker/tumor (Knottnerus dkk, 2002), dan bahan pembuatan obat asma (Shaw dkk., 2006). Logam yang paling banyak berperan dalam proses metabolisme makhluk hidup sebagian besar berasal dari golongan logam transisi, sebagai contoh: besi (Fe) yang terdapat dalam enzim hidrogenase dan sel darah merah (Huheey, 1978), tembaga (Cu) dalam enzim untuk reaksi redoks (Huheey, 1978), kobalt (Co) yang berperan dalam pembentukan sel darah merah (Huheey, 1978) dan sebagainya. Salah satu logam transisi yang berperan penting dalam metabolisme makhluk hidup adalah skandium (Sc). Senyawa kompleks skandium dapat berfungsi sebagai antibakteri dalam menekan pembentukan bakteriostatik yang merugikan dalam Klebsiella pneumoniae yang terdapat dalam serum darah, selain itu juga dapat memberikan efek terapi terhadap infeksi bacteriostasis P. aeruginosa (Roger dkk., 1980). Skandium juga dapat berfungsi sebagai antibodi (Kolsky dkk., 1998). Secara teoritis skandium tidak beracun, namun perlu diwaspadai, karena beberapa senyawa skandium diduga bersifat karsinogenik pada manusia (Horovitz, 2012). Akumulasi skandium di hati dapat menyebabkan kerusakan. Proses metabolisme yang berada dalam tubuh makhluk hidup, senantiasa melibatkan berbagai pelarut baik air maupun non air. Tubuh manusia sebagian besar (lebih dari 80%) terdiri atas zat cair, sehingga proses metabolisme dalam tubuh manusia melibatkan solvasi antara zat pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute) baik dalam bentuk ion maupun senyawa. Interaksi antara zat pelarut dengan zat terlarut dikenal dengan istilah solvasi. Solvasi yang hanya melibatkan pelarut air disebut hidrasi.

2 Penelitian tentang solvasi ion dalam air telah banyak dilakukan. Misalnya: Simulasi dinamika molekuler (DM) mekanika kuantum/mekanika molekuler (MK/MM) telah dilakukan terhadap ion V 2+ (Loeffler dkk., 2002), ion tembaga Cu 2+ (Texler dan Rode, 1995), ion krom Cr 3+ (Kritayakornupong dkk, 2003a), ion kadmium Cd 2+ (Kritayakornupong dkk., 2003a), ion kobalt Co 2+ (Armunanto dkk., 2003), ion air raksa Hg 2+ (Kritayakornupong dkk., 2003), ion Zn 2+ (Marini dkk., 1996), ion kalsium Ca 2+ (Schwenk dkk., 2001), ion rubidium Rb + (Hofer dkk, 2005), ion emas Au + (Armunanto dkk, 2004a), ion mangan Mn 2+ (Loeffler dkk., 2002), dan sebagainya. Penelitian solvasi ion dalam amoniak cair juga sudah pernah dilakukan, misalnya: ion kobalt Co 2+ (Armunanto dkk., 2004a), ion tembaga Cu 2+ (Pranowo dan Rode, 2001), ion litium (Tograar dan Rode, 2008), dan sebagainya. Penelitian solvasi ion dalam campuran amoniak-air sekalipun masih jarang, namun juga sudah ada yang meneliti, misalnya: ion nikel Ni 2+ dalam air dan amoniak (Aguilar dkk., 2008). Penelitian tentang solvasi ion logam dengan simulasi DM MK/MM menjadi penting, karena simulasi tersebut dapat mengakses informasi tentang dinamika solvasi dalam skala femtodetik, dimana instrumen dan eksperimen belum mencapainya (Rode dan Hofer, 2006). Peristiwa solvasi melibatkan beberapa lapisan larutan yang disebut dengan sel pelarutan (Gambar 1.1). Lapisan paling dekat dengan kation logam merupakan lapisan (sel) pertama, lapisan selanjutnya disebut lapisan kedua, dan seterusnya hingga sampai fasa ruah (luar). Fasa ruah merupakan lapisan yang tidak dipengaruhi oleh kekuatan muatan kation, dalam fasa ini hanya terjadi solvasi antar pelarut saja (Armunanto dkk., 2004d). Kajian solvasi dalam komputasi kimia umumnya dilakukan pada larutan yang encer. Zat terlarut yang berada dalam lapisan pertama mempunyai solvasi cukup kuat dengan kation (ion) pusat. Zat terlarut yang berada dalam lapisan pertama ini merupakan ligan yang bersolvasi dengan ion pusat (kation). Ligan (zat terlarut) dalam lapisan pertama dapat bergerak (bertukar) menuju lapisan kedua, dan sebaliknya zat terlarut yang berada dalam lapisan kedua dapat menuju lapisan pertama membentuk kompleks. Pergerakan ligan di lapisan pelarutan tersebut

3 merupakan kajian yang menarik, karena proses pertukaran ligan dapat mempengaruhi reaktivitas. Hal inilah yang menjadi dasar banyaknya penelitian yang mengkaji tentang masalah solvasi, baik dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan peralatan yang serba canggih maupun teoritis dengan bantuan komputer dan program perangkat lunak yang sudah maju (Pranowo dan Rode, 2001). Gambar 1.1 Struktur hidrasi Model Frank-Wen, tanda positif adalah ion (kation), molekul di sekitarnya adalah air, huruf A, B. dan C menggambarkan lapisan hidrasi pertama, kedua dan fasa ruah (Hirata, 2003) Secara garis besar struktur dan dinamika solvasi dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu dengan eksperimen dan simulasi komputer. Penentuan struktur dan dinamika solvasi melalui eksperimen memerlukan beberapa peralatan, antara lain: difraksi sinar-x, difraksi sinar neutron, difraksi elektron, spektroskopi, NMR dan beberapa peralatan yang berdasarkan metode hamburan yang lain, sedangkan melalui simulasi komputer dapat dilakukan dengan dua cara yang terkenal, yaitu: simulasi Monte Carlo (MC) dan Molecular Dynamics (MD) (Pranowo dan Hetadi, 2011). Melalui teknik difraksi (sinar-x, neutron, atau elektron) dapat diketahui informasi yang baik tentang struktur solvasi misalnya jarak ikatan ion-ligan dan bilangan koordinasi kompleks ion-ligan, sedangkan melalui NMR dapat diketahui

4 informasi sifat dinamik misalnya waktu tinggal ligan rata-rata di lapisan solvasi. Informasi lain dari NMR adalah bilangan koordinasi (jika ion terikat kuat dengan ligan), tetapi peralatan NMR tidak dapat mengikuti proses pertukaran ligan yang sangat cepat (Armunanto dkk., 2004). Alat NMR tidak dapat mendeteksi dinamika solvasi yang terjadi dalam satuan waktu di bawah nanodetik. Informasi ini menandakan bahwa cara eksperimen mempunyai kelemahan dalam batas deteksi pergerakan molekul-molekul dalam larutan. Kelemahan yang terdapat pada cara eksperimen dapat diselesaikan dengan simulasi komputer (Rode dan Hofer, 2006). Simulasi Monte Carlo dapat memberikan informasi tentang sifat struktur molekul dalam keadaan stabil (setimbang). Simulasi dengan metode dinamika molekuler selain dapat memberikan informasi bentuk struktur molekul, juga dapat memberikan informasi dinamika molekul, karena metode ini menggambarkan sifat struktur molekul sebagai fungsi waktu (Armunanto, dkk., 2004a). Pada awalnya simulasi dinamika molekuler dilakukan berdasarkan perhitungan mekanika molekuler (MM), karena keterbatasan teknologi prosesor. Metode MM dapat menghitung seluruh molekul dalam sistem simulasi yang dilakukan. Metode MM juga tidak memerlukan peralatan komputer dengan prosesor dan memori besar, sehingga dari segi biaya sangat efisien. Namun demikian, metode simulasi MM ketika divalidasi dengan metode eksperimen, beberapa hasil analisisnya terutama dalam menentukan jumlah ligan banyak mengalami perbedaan yang signifikan, sehingga kesimpulan hasil analisis simulasi dengan metode MM menjadi kurang akurat. Simulasi dinamika molekuler yang kemudian dikembangkan adalah simulasi dinamika molekuler mekanika kuantum (DM MK). Simulasi molekuler mekanika kuantum ini terbukti memiliki keakuratan yang tinggi. Hasil analisis yang diperoleh tidak menyimpang jauh dengan hasil yang diperoleh dengan eksperimen. Namun demikian, simulasi dinamika molekuler mekanika kuantum membutuhkan spesifikasi komputer yang tinggi, sehingga memerlukan biaya dan waktu komputasi yang lama. Selanjutnya dikembangkan metode simulasi

5 komputer dengan dana yang relatif murah, waktu relatif cepat, serta mempunyai keakuratan hasil analisis yang tinggi, yaitu metode gabungan mekanika molekuler dan mekanika kuantun yang dikenal dengan simulasi dinamika molekuler mekanika kuantum/mekanika molekuler (DM MK/MM). Prinsip utama simulasi DM MK/MM adalah dengan membagi daerah simulasi menjadi dua bagian, yaitu bagian yang dihitung dengan metode mekanika kuantum (bagian MK) dan bagian mekanika molekuler (bagian MM). Bagian MK merupakan daerah yang paling dekat dengan ion pusat/lapisan solvasi pertama, sedangkan bagian MM di daerah yang lebih jauh dari ion pusat (lapisan kedua dan seterusnya hingga fasa ruah). Dengan mengkombinasikan metode MK dan MM maka akan diperoleh informasi yang lebih akurat dan waktu analisis yang relatif lebih cepat. Salah satu logam transisi yang belum banyak dipelajari proses solvasinya adalah logam skandium. Sampai saat ini belum ada literatur yang membahas tentang struktur solvasi ion skandium monopositif dan juga dinamikanya yang terjadi dalam larutan. Dengan demikian informasi struktur ion skandium monopositif sangat diperlukan, demikian juga informasi dinamikanya. Pengetahuan tentang struktur dan dinamika proses solvasi dari ion skandium monopositif merupakan salah satu petunjuk untuk mengetahui pola solvasi yang melibatkan pelarut air dan zat cair non air yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Solvasi ion skandium yang dilakukan meliputi solvasi ion skandium dalam air, amoniak cair, dan campuran amoniak-air. Solvasi ion skandium dalam campuran amoniak-air perlu dilakukan, karena solvasi ini sangat menarik. Sistem solvasi terdiri atas campuran pelarut air dan amoniak cair, sehingga akan terjadi kompetisi solvasi antara ion logam (skandium) dengan ligan air dan amoniak. Sistem yang terdiri atas lebih dari satu pelarut ini, yang dinamakan dengan solvasi preferensial, telah banyak diteliti sebagaimana telah diuraikan di atas. Ion skandium yang diteliti adalah ion skandium dengan muatan monopositif (Sc + ). Ditinjau dari konfigurasi elektronnya, ion skandium monopositif (Sc + ), dapat berada dalam dua bentuk, yaitu bentuk singlet dan

6 triplet. Ion skandium monopotitif singlet atau ditulis ion Sc + singlet ( 1 D) berasal dari ion skandium triplet atau ion Sc + triplet ( 3 D) yang tereksitasi. Dalam keadaan dasar ion Sc + triplet ( 3 D) memiliki konfigurasi elektron 1s 2 2s 2 2p 6 3s 2 3p 6 3d 1 4s 1. Ion Sc + triplet ( 3 D) yang semula memiliki dua elektron yang tidak berpasangan dan arah spin (s) paralel elektron terluarnya dapat menjadi berpasangan dengan arah spin (s) yang berlawanan oleh adanya energi. Dalam kondisi ini ion skandium monopositif ini disebut ion Sc + singlet ( 1 D). Ion Sc + triplet ( 3 D) berbeda dengan ion Sc + singlet ( 1 D). Ion Sc + triplet ( 3 D) mempunyai dua elektron yang tidak berpasangan, dengan demikian ion Sc + triplet ( 3 D) bersifat paramagnetik, dua elektron yang tidak berpasangan dengan posisi paralel, maka resultan dari momen angularnya sama dengan 1 sehingga nilai spin multiplisitasnya sama dengan 3 (triplet). Ion Sc + singlet ( 1 D) memiliki spin yang berpasangan dengan posisi kedua spin tersebut anti parallel ( ), maka resultan dari momen angularnya adalah 0. Dengan demikian nilai spin multiplisitasnya sama dengan 1 (singlet). Akibat dari semua elektron ion Sc + singlet ( 1 D) dalam keadaan berpasangan, maka ion Sc + singlet ( 1 D) bersifat diamagnetik. Dua keadaan tersebut menarik untuk diteliti, oleh karena itu penelitian ini dilakukan pada kedua bentuk tersebut yaitu: solvasi ion Sc + singlet ( 1 D) dan Sc + triplet ( 3 D) dalam air, amoniak cair, dan campuran amoniak-air. Metode yang digunakan adalah metode dinamika molekuler MK/MM. Metode ini dipilih dengan harapan akan diperoleh kesimpulan yang akurat sesuai dengan eksperimen, namun waktu yang diperlukan relatif cepat. Diharapkan pula hasil penelitian ini dapat menyumbang khasanah ilmu tentang solvasi ion Sc + singlet ( 1 D) dan ion Sc + triplet ( 3 D) baik dalam air, amoniak cair, maupun campuran amoniak-air yang sampai sekarang masih jarang dilakukan penelitiannya. 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat struktur dan dinamika solvasi ion Sc + singlet ( 1 D) dan Sc + triplet ( 3 D) dalam air, amoniak cair, dan campuran amoniak-air dengan metode simulasi DM MK/MM. Penelitian ini

7 melibatkan 6 sistem solvasi ion Sc + singlet ( 1 D) dan Sc + triplet ( 3 D). Tiga sistem solvasi untuk ion Sc + singlet ( 1 D), yaitu: solvasi ion Sc + singlet ( 1 D) dalam air, amoniak cair, dan campuran amoniak-air dan tiga sistem solvasi untuk ion Sc + triplet ( 3 D), yaitu: solvasi ion Sc + triplet ( 3 D) dalam air, amoniak cair, dan campuran amoniak-air. Ada tiga tujuan utama yang akan dicapai dalam penelitian ini. Tiga tujuan utama penelitian ini adalah memperoleh informasi yang akurat dalam tingkat teoritis tentang: a. Pengaruh keadaan konfigurasi elektron ion Sc + singlet ( 1 D) dan Sc + triplet ( 3 D) terhadap sifat struktur dan dinamika solvasinya dalam pelarut air dan amoniak cair. b. Pengaruh keadaan konfigurasi elektron ion Sc + singlet ( 1 D) dan Sc + triplet ( 3 D) terhadap waktu tinggal ligan dalam solvasinya dengan air dan amoniak cair. c. Pengaruh keadaan konfigurasi elektron ion Sc + singlet ( 1 D) dan Sc + triplet ( 3 D) terhadap sifat struktur dan dinamika solvasinya dalam campuran preferensial (kompetisi antar ligan) pelarut amoniak dan air. 1.2.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan signifikan bagi pengembangan ilmu dalam bidang kimia komputasi dan terapan. Dengan dilakukan penelitian ini maka sifat struktur dan dinamik solvasi Sc + singlet ( 1 D) dan ion Sc + triplet ( 3 D) baik dalam air, amoniak cair, maupun campuran amoniak-air dapat diketahui. Pada aplikasinya peristiwa solvasi ion skandium yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup misalnya: proses penekanan bakteri yang merugikan dalam tubuh oleh skandium dan proses lain yang berkaitan dengan solvasi skandium dalam makhluk hidup akan dapat dipelajari. 1.3 Keaslian dan Kebaruan Penelitian Penelitian tentang struktur solvasi ion skandium Sc 3+ telah dilakukan oleh Rudolph and Pye (2000) dengan menggunakan spektroskopi Raman, dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa ion skandium (Sc 3+ ) mengikat enam (6) air

8 yang stabil dalam larutan perklorat. Dalam waktu yang hampir bersamaan Patric Lindqvist-Reis (2000) juga melakukan penelitian tentang ion skandium (Sc 3+ ) dengan menggunakan Extended X-ray Absorption Fine Structure (EXAFS), diketahui bahwa hidrasi ion skandium (Sc 3+ ) dapat mengikat lebih dari enam molekul air, tujuh atau delapan ligan air. Penelitian yang berkaitan dengan ion skandium monopositif (Sc + ) juga pernah diteliti oleh Russo dan Sicilia (2000). Kedua peneliti tersebut menggunakan teori fungsi kerapatan (DFT) untuk mempelajari reaksi antara skandium singlet ( 1 D) dan triplet ( 3 D) dengan H 2 O, NH 3, dan CH 4. Disimpulkan bahwa baik keadaan singlet ( 1 D) maupun keadaan triplet ( 3 D), pada awal reaksi menghasilkan kompleks ion-molekul yang stabil, kemudian pada reaksi lebih lanjut terjadi pelepasan gas hidrogen. Sampai saat ini, penelitian tentang solvasi ion skandium monopositif (Sc + ), baik dalam keadaan singlet maupun triplet belum pernah dilakukan, dengan demikian penelitian tentang solvasi ion skandium dalam air, amoniak cair, maupun campuran amoniak-air merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Solvasi ion skandium yang diteliti meliputi ion Sc + singlet ( 1 D) dan ion Sc + triplet ( 3 D), hal tersebut dilakukan karena terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Ion Sc + singlet ( 1 D) merupakan ion yang mempunyai konfigurasi elektron dengan semua elektronnya berpasangan, sehingga molekul ion kompleks yang dihasilkan akan bersifat diamagnetik, zat ini akan bersifat tidak tertarik oleh medan magnetik. Ion Sc + triplet ( 3 D), dalam konfigurasi elektronnya mempunyai dua elektron yang tidak berpasangan, adanya elektron yang tidak berpasangan ini akan mempengaruhi perilakunya dalam medan magnet. Ion molekul kompleks yang dihasilkan akan bersifat paramagnetik, yang dapat ditarik oleh medan magnet. Penelitian ini akan memperoleh hasil utama sifat struktur dari solvasi ion Sc + singlet ( 1 D) dan Sc + triplet ( 3 D) dalam air, amoniak cair, dan campuran amoniak-air. Sifat dinamik dari solvasi ion Sc + singlet ( 1 D) dan Sc + triplet ( 3 D) dalam air, amoniak cair, dan campuran amoniak-air juga akan diketahui. Penelitian ini menjadi penting mengingat solvasi ion logam termasuk skandium

9 mempunyai peran yang sangat penting dalam sistem biomolekuler. Dengan demikian dapat dijadikan salah satu rujukan dalam mempelajari sistem biomolekuler di dalam tubuh makluk hidup. Beberapa informasi yang dihasilkan dalam penelitian ini misalnya: bentuk persamaan potensial pasangan, dan potensial 3-badan antara ion Sc + singlet ( 1 D) dan Sc + triplet ( 3 D) dalam air dan amoniak cair, laju pertukaran ligan, serta informasi bermanfaat yang lain dapat disediakan. Penelitian ini akan memberikan andil yang cukup signifikan bagi pengembangan teori kimia komputasi pada khususnya dan kajian solvasi pada umumnya.