BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa percakapan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. secara verbal antara kedua pihak atau lebih, tetapi juga dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

TINDAK BERTANYA BAHASA INDONESIA DALAM SIDANG KASUS KORUPSI KAS DAERAH MANTAN BUPATI JEMBER

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

Saksi #16: Tonny Soewandito

Laporan Pemantauan Persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

III. METODE PENELITIAN. Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan

STANDAR PELAYANAN PERKARA PIDANA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk

P U T U S A N Nomor : 595/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa

P U T U S A N. No. 53 / Pid.B / 2013 / PN. UNH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

PENGADILAN TINGGI MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

P U T U S A N NOMOR : 637 / PID / 2014 / PT- MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 255/Pid.B/2015/PN. Bnj. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

CACATAN TERHADAP RUU PERLINDUNGAN SAKSI BERDASARKAN UU DAN PP TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi

Laporan Pemantauan Persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan untuk dapat berhubungan dengan orang lain. masyarakat untuk berkomunikasi yaitu melalui teleconference.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

APA ITU CACAT HUKUM FORMIL?

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENANGANAN PERKARA PIDANA ACARA BIASA PADA PENGADILAN NEGERI TENGGARONG

JENIS-JENIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN BERDASARKAN PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA DALAM TALK SHOW BUKAN EMPAT MATA DI TRANS 7

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Baby Blues terdapat tiga permasalahan yang menjadi tujuan penelitiannya.

PENGADILAN TINGGI MEDAN

P U T U S A N. Nomor : 568/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

NO. URAIAN KEGIATAN WAKTU PENYELESAIAN KETERANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

Laporan Pemantauan Persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Wewenang Penahanan Berujung OTT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

P U T U S A N. Nomor : 216/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN TINGGI MEDAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2018, No Pengadilan Tinggi diberi kewenangan untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak pidana pemilu; c. bahwa dengan berlakunya ke

ETNOGRAFI KOMUNIKASI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR:...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

PENGADILAN TINGGI MEDAN

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penuntutan terhadap terdakwa tindak pidana narkotika adalah:

P U T U S A N Nomor : 584/PID/2014/PT.MDN.

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAMPINGAN SAKSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 1947 TENTANG PERATURAN PERADILAN ULANGAN DI JAWA DAN MADURA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

P U T U S A N NOMOR : 529/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

P U T U S A N. Nomor : 394/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

P U T U S A N Nomor : 324/PID/2011/PT-Mdn.

MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

P U T U S A N NOMOR : 422/PID/2015/PT- MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NO : 239/PID/2013/PT.MDN.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

P U T U S A N NOMOR : 188 /PID/2013/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. 1. Nama lengkap : PARA DONA ALS. DONA.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

menafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus,

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi jual-beli. Hal ini dapat ditemukan dalam setiap transaksi jual-beli di

P U T U S A N NOMOR 274/PID/2015/PT MDN. Tempat Lahir : Sei Kamah II; Umur/tanggal lahir : 30 tahun / 13 Juli 1984; Jenis Kelamin : Laki-laki;

P U T U S A N Nomor : 476/PID/2013/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SENAT MAHASISWA KM UNDIP PERATURAN SENAT MAHASISWA KM UNDIP NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENERIMAAN MAHASISWA BARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN TINGGI MEDAN

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 695/PIDSUS/2015/PT.MDN

Jakarta, 31 Agustus 1951 SURAT EDARAN NOMOR 3 TAHUN 1951

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588).

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa percakapan yang terjadi dalam ranah hukum, khususnya dalam penelitian ini persidangan pidana agenda keterangan saksi, memiliki struktur percakapan yang berbeda dengan percakapan pada umumnya. Terdapat beberapa hal yang membedakan percakapan dalam persidangan pidana dengan percakapan lain, yaitu: pertama, jumlah peserta tutur dalam persidangan pidana agenda mendengarkan keterangan saksi sekurangkurangnya terdiri dari tujuh peserta tutur yang meliputi hakim ketua, hakim anggota pertama, hakim anggota kedua, jaksa penuntut umum, penasihat hukum, terdakwa, dan saksi. Selain dari segi jumlah, masing-masing peserta tutur yang terlibat dalam percakapan di persidangan pidana memiliki kedudukan yang berbeda. Kedudukan hakim ketua lebih tinggi dibandingkan jaksa penuntut umum dikarenakan hakim ketua bertindak sebagai pemimpin sidang dan memegang peran aktif sebagai interogator sehingga porsi hakim ketua dalam percakapan lebih dominan dibandingkan dengan peserta persidangan lainnya. Kedua, terdapat pergantian peran sebagai penutur dan mitra tutur percakapan dalam persidangan pidana. Ketika hakim ketua bertanya kepada saksi pertama maka peran penutur adalah hakim ketua dan mitra tutur adalah saksi pertama, namun ketika jaksa penuntut umum bertanya kepada saksi pertama maka peran penutur adalah jaksa penuntut umum dan mitra tutur adalah saksi pertama. Ketiga, persidangan pidana termasuk dalam tahapan 89

90 perkara pidana dalam pengambilan putusan perkara sehingga persidangan pidana merupakan suatu proses yang penting dan wajib dilakukan oleh seluruh pihak yang terlibat di dalamnya. Ketika keterangan yang diberikan oleh saksi tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh majelis hakim, maka majelis hakim akan melakukan tindakan yang bersifat memaksa melalui tuturan agar saksi memberikan keterangan yang sebenarnya. Seperti pada percakapan pada umumnya, percakapan dalam persidangan pidana memiliki struktur percakapan yang terdiri atas giliran wicara, pasangan berdampingan, dan tahapan percakapan. Giliran wicara percakapan dalam persidangan pidana agenda keterangan saksi di Pengadilan Negeri Yogyakarta meliputi interupsi, tumpang tindih, dan jeda. Interupsi yang terjadi dalam percakapan di Pengadilan Negeri Yogyakarta disebabkan karena beberapa hal: (a) baik penutur maupun mitra tutur tidak mau menunggu giliran bicara; (b) baik penutur maupun mitra tutur terpancing emosi dalam percakapan yang sedang berlangsung sehingga tidak mau menunggu partisipan selesai berbicara; (c) penutur secara tidak langsung memberikan kontrol terhadap jawaban yang dituturkan oleh mitra tutur agar tidak menyimpang dari percakapan. Terdapat pula tumpang tindih yang terjadi dalam persidangan pidana agenda keterangan saksi di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Berbeda dengan interupsi yang merupakan kesengajaan atau dilakukan secara sadar, maka tumpang tindih dilakukan secara tidak sadar karena penutur maupun mitra tutur mengira partisipan lain sudah menyelesaikan tuturannnya. Jeda yang terjadi dalam persidangan pidana agenda keterangan saksi di Pengadilan Negeri Yogyakarta mengandung empat kemungkinan yang akan

91 terjadi: (a) penutur atau mitra tutur ingin merespon tuturan yang diutarakan oleh mitra tuturnya dan begitu pula sebaliknya; (b) penutur atau mitra tutur mempertimbangkan akan melanjutkan tuturannya atau tidak; (c) penutur atau mitra tutur ingin mengoreksi tuturannya; (d) penutur atau mitra tutur ingin mengganti topik pembicaran atau tidak melanjutkan topik pembicaraan yang sedang terjadi. Terdapat pasangan berdampingan pada percakapan dalam persidangan pidana agenda keterangan saksi di Pengadilan Negeri Yogyakarta yang terdiri atas delapan pasangan, yaitu: (a) pertanyaan akan menimbulkan respon jawaban, (b) penawaran akan menimbulkan respon penerimaan, (c) persilaan akan menimbulkan respon penerimaan, (d) pengonfirmasian akan menimbulkan respon pengiyaan/pembenaran, (e) usulan akan menimbulkan respon persetujuan, (f) sambutan/sapaan akan menimbulkan respon sambutan/ sapaan, (g) keluhan akan menimbulkan respon permintaan maaf, dan (h) penyalahan akan menimbulkan respon sangkalan. Selain kedelapan pasangan berdampingan yang mendapatan respon yang sesuai, terdapat pula pasangan berdampingan yang mendapatkan respon yang tidak diharapkan dalam persidangan pidana agenda keterangan saksi di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Respon yang tidak diharapkan tersebut meliputi pengonfirmasian yang tidak menimbulkan respon pengiyaan/, usulan yang tidak menimbulkan respon persetujuan, dan penyalahan yang tidak menimbulkan respon sangkalan. Pra-urutan percakapan dalam persidangan pidana agenda keterangan saksi di Pengadilan Negeri Yogyakarta terdiri dari: (a) kalimat ajakan awal; (b) kalimat permintaan awal; dan (c) kalimat pemberitahuan awal. Pada bagian pra-urutan

92 percakapan hakim ketua lebih mendominasi karena hakim ketua sebagai pemimpin persidangan sehingga hakim ketua yang bertugas untuk menuturkan ajakan awal, permintaan awal, dan pemberitahuan awal. Pada persidangan pidana agenda keterangan saksi di Pengadilan Negeri Yogyakarta ditemukan pula sisipan yang terdapat disela-sela percakapan. Hakim anggota banyak memberikan sisipan pada tuturannya karena hakim ketua sebagai interogator utama dalam persidangan merasa perlu memberikan sisipan berupa penjelasan-penjelasan singkat mengenai tata cara persidangan dan istilah-istilah hukum agar ketiga saksi mampu memberikan keterangan yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Pembuka dan penutup percakapan juga terdapat dalam persidangan di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Pembuka dan penutup tahapan percakapan dalam persidangan pidana dituturkan oleh hakim ketua, hakim anggota pertama, hakim anggota kedua, jaksa penuntut umum, penasihat hukum pertama, serta penasihat hukum kedua dikarenakan pejabat persidangan tersebut dalam persidangan pidana agenda keterangan saksi bertugas dan berkesempatan melakukan interogasi kepada saksi. Pada persidangan pidana agenda keterangan saksi di Pengadilan Negeri Yogyakarta terdapat pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama. Pematuhan terhadap prinsip kerja sama meliputi pematuhan maksim kuantitas, pematuhan maksim kualitas, pematuhan maksim relevansi, dan pematuhan maksim cara. Pelanggaran terhadap prinsip kerja sama meliputi pelanggaran terhadap maksim kuantitas, pelanggaran terhadap maksim kualitas, pelanggaran terhadap maksim relevansi, dan pelanggaran terhadap maksim cara. Pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama yang terjadi di persidangan pidana agenda keterangan saksi

93 tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran penutur maupun mitra tutur akan pentingnya kerja sama yang terjalin di dalam sebuah percakapan. Apabila penutur dan mitra tutur dapat bekerja sama dalam sebuah percakapan maka akan terjalin percakapan yang baik dan kualitas keterangan yang diberikan oleh saksi akan baik pula dan berguna untuk pengambilan keputusan final persidangan. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas dan demi penelitian sejenis, peneliti dengan segala keterbatasannya memberikan saran sebagai berikut: 1. Peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian sejenis dianjurkan mengambil sampel percakapan dengan data lisan. Telah banyak penelitian sejenis yang diterapkan dalam berbagai kajian, seperti talk show, chatting, twitter dan sebagainya, namun data yang baik dalam analisis percakapan adalah data lisan yang masih asli sehingga peneliti dapat mendapatkan data yang lebih rinci mengenai struktur percakapan yang terdapat di dalamnya. 2. Peneliti yang ingin melakukan analisis percakapan harus dapat mengkaji struktur percakapan lebih dalam lagi. Peneliti selanjutnya dapat mengamati ciri-ciri dan faktor penyebab terjadinya sebuah tuturan yang dikategorikan ke dalam analisis struktur percakapan. 3. Penelitian kebahasaan tidak hanya dibatasi diterapkan untuk ranah bahasa atau pendidikan saja, namun masih banyak bidang lain yang dapat di eksplorasi dan membutuhkan peneliti bahasa untuk menggali ragam bahasa di berbagai kajian ilmu lainnya. Ranah hukum merupakan salah satu lahan

94 yang berpotensi untuk dikaji lebih dalam untuk penelitian kebahasaan lainnya.