BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam skripsi Kehadiran Subyek di Tengah Kekosongan: Subyek Dialektis menurut

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN METASOSIOLOGI REDEFINISI SUBYEK DALAM PEMIKIRAN SLAVOJ ŽIŽEK

BAB I PENDAHULUAN. proses berpikir tentang yang ada. Pemikiran corak filsafat yang mengangkat

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

CRITICAL THEORIES Bagian II

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. akan adanya perspektif penyeimbang di tengah dominasi teori-teori liberal. Kedua

Posisi Semiotika dan Tradisi-tradisi Besar Filsafat Pemikiran

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri dari Institut Marxisme

I. PENDAHULUAN. 1 Pendidikan sosial yang dimaksud adalah pendidikan bagi berbagai komponen dalam pesantren

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

otaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada

More-Than-Human Sociology: Pentingnya Peran Materi dalam Kehidupan Sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Invaliditas aplikasi..., Bio In God Bless, FIB UI, 2009

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Areté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

LUMPUR PANAS LAPINDO: LAHIRNYA SUBYEK DAN PERUBAHAN SOSIAL

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Transseksual merupakan permasalahan yang kompleks. Di satu sisi, di

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi

BAB VI PENUTUP. 1. konsep upah perspektif Hizbut Tahrir adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

DASAR-DASAR MIKRO BAGI SOSIOLOGI MAKRO

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Peranan Metodologi Dalam Penelitian / Kajian Hukum

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicapai dalam segala aspek hidup, termasuk kehakiman, politik,

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

MODEL KURIKULUM MASA DEPAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

Saya senang sekali karena bisa bersama-sama dengan Bapak/Ibu pimpinan umat beragama se-sulawesi

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, istilah politik pada konteks ini berarti kekuasaan. Oleh

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Jürgen Habermas dalam bukunya Faktizitat und Geltung mengungkapkan

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. yang berasal dari Bahasa Inggris : method, bahasa latin : methodus, Yunani :

DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI. Pertemuan 2

Membangun Kritisisme Generasi Indonesia 1

untuk penampilan mereka yang nantinya akan menunjukkan identitas mereka.

BAB VII KESIMPULAN. Kesimpulan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI PENUTUP. mengenai bagaimana khalayak meresepsi tayangan tragedi Mina 2015.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menhadi objek penelitian ialah tokoh. Tokoh merupakan satu bagian

Pendekatan Historiografi Dalam Memahami Buku Teks Pelajaran Sejarah *) Oleh : Agus Mulyana

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

FIF 2315: FILSAFAT POLITIK SEMESTER GENAP 2014/2015 (18 Februari-18 Mei 2015) Kelas A: Senin. R.: B101, Waktu:

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD. dahulu dikemukakan oleh George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan

BAB VI PENUTUP. Meskipun perpustakaan oleh masyarakat secara umum disadari sebagai

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian di bab-bab sebelumnya. menunjukkan terjawabnya rumusan masalah tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Etika dan Filsafat. Komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kalangan para ilmuwan, termasuk dalam lingkup kajian Filsafat (b aik Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Sudut pandang teori materialisme historis dalam filsafat sejarah

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM TABUNGAN ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PT TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG SURAKARTA

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Teknik Pengumpulan Data, 6) Teknik Analisis Data

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

III METODE PENELITIAN. melakukan pengkajian perundang-undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap

BAB 5 PENUTUP. Utopia.com..., Raditya Margi Saputro, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis

ULANGAN HARIAN SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunus Abidin, 2013

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA sometimes the correct thing to do is choose the worst option. (Žižek) 2.1 Kajian Pustaka Kajian mengenai konsep subyek Slavoj Žižek sebelumnya pernah dibahas dalam skripsi Kehadiran Subyek di Tengah Kekosongan: Subyek Dialektis menurut Slavoj Žižek yang ditulis oleh Efriandi Effendi (2011) Jurusan Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Subtansi skripsi tersebut membahas konsep subyek Slavoj Žižek yang merupakan hasil dari pembaharuan konsep pemikiran cogito Descartes, negativitas Hegel, dialektika Marx, dan juga psikoanalisis Lacan. Konsep tersebut kemudian dihidupkan kembali oleh Slavoj Žižek yang diawali dengan mengkritisi proyek pemikiran posmodern, strukturalis, hingga postrukturalis yang ditandai dengan matinya sang subyek akibat kooptasi struktur. Lebih jauh, dalam karya tersebut, Effendi membahas bagaimana Slavoj Žižek melahirkan subyek radikal yang berasal dari kekosongan subyek itu sendiri dan kemudian mencetuskan hubungan antara subyek dengan pembentukan identitas sebagai pokok pembahasan dalam skripsi tersebut. Karya lain yang membahas mengenai proyek pemikiran subyek Slavoj Žižek juga dibahas dalam skripsi Subyek dalam Pemikiran Slavoj Žižek yang disusun oleh Indah Yusari (2012) Jurusan Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Sejalan dengan alur pemikiran skripsi sebelumya,

15 dalam karya ini juga dibahas mengenai bagaimana Žižek menginisiasi proyek pemikirannya mengenai subyek yang berupaya dihidupkannya kembali dari gempuran para pemikir posmodern, strukturalis, hingga postrukturalis. Karya terkait mencoba memfokuskan untuk mengupas dimensi epistemologis dan aksiologis subyek Žižek. Melalui sudut pandang epistemologis Subyek Žižek, konsep subyeknya merupakan gabungan dari pemikiran Descartes, Kant, Hegel, serta Marx. Sementara, ditilik melalui segi aksiologisnya subyek Žižek merupakan hasil analisis pemikiran Althusser, Laclau-Mouffe, dan Alain Badiou. Hal yang menarik dari karya ini adalah, Yusari mencoba memberikan contoh konkret bagaimana manusia berhasil mencapai proposisi subyek sebagaimana dijelaskan Žižek. Beberapa contoh subyek tersebut antara lain; Munir, Aung San Syu Kui, dan R.A Kartini yang berhasil meninggalkan dimensi simbolik lamanya dengan mengorbankan dirinya dalam mencapai, bahkan melampaui simbolik lama untuk menciptakan sebuah simbolik baru. Penelitian lain yang berkenaan dengan proyek pemikiran subyek Žižek juga tertuang dalam disertasi Robertus Robet yang telah dibukukan dengan judul Manusia Politik Subyek Radikal dan Politik Emansipasi di Era Kapitalisme Global Menurut Slavoj Žižek. Dalam buku tersebut, Robet memberikan penjelasan konsep rekonstruksi subyek Žižek. Subyek kemudian dijelaskan bersamaan dengan konsep politik emansipasi yang menurut Robert menjadi kebutuhan utama dalam menjelaskan bagaimana dimensi ideologis sangat berpengaruh di era kapitalisme global. Landasan tersebut kemudian digunakan Robet dalam mengolah subyek

16 sebagai hasil dari penguatan pemikiran idealisme Jerman dalam menghindari subyektivisasi. Keunikan yang ditemui dalam buku tersebut adalah bagaimana Robertus Robet memusatkan pemikiran pencapaian yang politis dalam melampaui politik emansipasi sebagai ujung dari pemaknaan kembali rekonstruksi subyek Žižek. Jelas bahwa dirinya memiliki tujuan dalam proses peneguhan filsafat subyek Žižek untuk memberikan sumbangsih pemikiran berkenaan dengan hal-hal bernuansa politik emansipasi di era global. Menilik beberapa konsep pemikiran subyek Žižek yang dituangkan dalam karya Efriandi Effendi (2011), Indah Yusari (2012), dan Robertus Robet (2010), terdapat kesamaan konsep dasar mengenai pembahasan subyek. Oleh peneliti, subyek Žižek yang merupakan konstruksi dari pemikiran Descartes, Hegel, Marx, serta Lacan pun juga dijadikan pijakan berpikir oleh penulis. Dalam hal ini penulis turut mengambil beberapa konsep dari kritik Žižek terhadap Althusser, Laclau- Mouffe, dan Alain Badiou untuk melengkapi proyek redefinisi subyek. Tak lupa, penulis akan membahas dimensi pemikiran teori posmodern, strukturalis, hingga postrukturalis yang melupakan bahwa kehidupan sosial dibentuk oleh subyeksubyek yang tidak pernah utuh, sekaligus memberikan kritik dan tawaran solusi terhadap teori kritis yang dianggap menjadi teori yang menyumbangkan kebuntuan (baca: tidak memberikan solusi). Hal terpenting yang membedakan dan menjadi terobosan baru penulis dalam penelitian yang berjudul Tinjauan Metasosiologi Redefinisi Subyek dalam Pemikiran Slavoj Žižek adalah bagaimana penulis meletakkan tinjauan

17 metasosiologi sebagai pokok bahasan selain konsep redefinisi subyek. Tinjauan metasosiologi inilah yang kemudian menjadi dasar perbedaan telaah konsep subyek dari karya-karya sebelumnya yang lebih terdominasi oleh dimensi filsafat, namun tidak dapat dipungkiri bahwa sumbangsih pemikiran filsafat juga mempengaruhi penulis dalam upaya merangkai konsep redefinisi subyek Žižek. Tinjauan metasosiologi dalam penelitian ini diharapkan menjadi pembaharuan proyek pemikiran subyek Žižek, di mana penulis menganggap Žižek sendiri belum menyertakan dimensi sosiologi ke dalam pemikirannya mengenai subyek. Secara rinci pembahasan mengenai tinjauan metasosiologi redefinisi subyek Žižek akan dijelaskan lebih mendalam pada bab-bab selanjutnya. 2.2 Kerangka Konseptual 2.2.1 Metasosiologi Metatheorizing dalam sosiologi dikenal dengan istilah metasosiologi. Secara etimologis, metasosiologi mempunyai dua muatan pengertian dasar yaitu meta dan sosiologi. Meta didefinisikan sebagai kajian komprehensif mengenai situasi yang berada di balik atau melebihi suatu konsep pemikiran atau teori. 1 Di lain pihak, sosiologi berasal dari bahasa Latin, socius yang berarti kawan atau masyarakat dan kata Yunani, logos yang berarti berbicara mengenai, sehingga secara harafiah sosiologi memiliki arti berbicara mengenai masyarakat. 2 Merujuk kedua definisi tersebut, metasosiologi dapat didefiniskan sebagai studi refleksif 1 Yulia Sugandi, Rekonstruksi Sosiologi Humanis menuju Praksis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002, h. 73. 2 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2006, h. 4.

18 tentang struktur yang melandasi komponen dalam sosiologi. 3 Dalam hal ini, komponen yang dimaksud adalah teori, obyek studi, konsep, maupun metode yang membentuk ataupun mempengaruhi perkembangan pemikiran yang berkenaan dengan sosiologi. Metasosiologi mempunyai tiga kategori yang berpatokan pada the nature of the products. 4 Pertama, metasosiologi sebagai alat untuk mencapai pemahaman lebih baik dan mendalam mengenai teori (MU). Kedua, metasosiologi sebagai studi teori untuk menghasilkan teori baru yang mendukung perkembangan teori bersangkutan (MP). Ketiga, metasosiologi sebagai sumber perspektif yang melandasi teori sosiologi (MO). Merujuk pada inti penelitian, ketiga kategori metasosiologi digunakan dalam upaya menganalisa redefinisi subyek Slavoj Žižek. Melalui kategori pertama (MU), pemikiran filsafat subyek Žižek dianalisa lebih mendalam untuk mengetahui subyek seperti apa yang dimaksud sekaligus memahami dasar pijakan subyek Žižek. Pada kategori kedua (MP), filsafat subyek Žižek dikembangkan secara komprehensif untuk memperoleh teori baru yakni sosiologi subyek. Selanjutnya, pembentukan teori sosiologi subyek berkorelasi pada penggunaan kategori ketiga (MO) guna menjembatani pembentukan perspektif baru mengenai obyek studi sosiologi yakni subyek 5 yang sekaligus mengkritisi dan memperkuat pemikiran mikro. 3 George Ritzer & Douglas J. Goodman op. cit., A. 2. 4 Yulia Sugandi, op. cit., h. 77-78. 5 Merujuk pandangan umum masyarakat sebagai obyek studi sosiologi, pembentukan subyek sebagai perspektif baru obyek studi sosiologi dirasa penting dalam perkembangan pemikiran sosiologi. Di sisi lain, pembentukan tersebut kemudian berimplikasi pada kecenderungan penggunaan integrasi mikro-makro. Namun, pendasaran integrasi pada sosiologi subyek tetap meletakkan level mikro sebagai pondasi makrososiologi, sekaligus mempertegas posisi redefinisi subyek Žižek yang tidak hanya berfokus pada pembentukan nilai dan fungsi subyek

19 Dalam proses mendapatkan pandangan yang akurat guna memperkuat kritik pemikir mikro, perlu adanya sebuah pendekatan yang mengakomodasi analisis mikrososiologi yaitu dengan cara menghidupkan kembali dimensi subyek melalui metasosiologi untuk melawan gempuran era kematian subyek seperti yang didengungkan para pemikir posmodern, strukturalis, dan postrukturalis. Terlebih, hal yang harus dihindari dan diperbaharui adalah pendekatan mikrososiologi yang menekankan interaksi antarindividu dalam lingkup pandang yang terbatas dan terpusat pada tarik-menarik hubungan interaksi yang sempit dan terbatas, termasuk meninggalkan asumsi yang dipegang teguh oleh kaum mikrokosmik yang mengasumsikan bahwa kehidupan sosial hanya bermakna pada tingkat individu. 6 Pengkajian mendalam subyek Žižek, perumusan teori sosiologi subyek, hingga pembentukan obyek baru studi sosiologi melalui metasosiologi diharapkan mampu mengembangkan filsafat subyek Žižek guna memperoleh pemahaman baru dalam kajian sosiologi baik dalam ranah teoritis maupun praksis yang belum dikembangkan oleh Žižek sendiri maupun para teoretisi lainnya. Pengunaan ketiga kategori metasosiologi dalam mengkaji redefinisi subyek Žižek dirasa tepat karena sejalan dengan tujuan metateori yakni untuk melakukan studi sosiologi dengan berpijak pada act locally think globally secara komprehensif dan koheren, serta mempelajari pula bidang lain yang memiliki relevansi erat dengan sosiologi seperti psikologi dan filsafat. 7 2.2.2 Redefinisi Subyek bagi dirinya, melainkan juga berfokus pada pembentukan nilai dan fungsi subyek bagi the others secara luas dan tidak terbatas. 6 Agus Salim, Pengantar Sosiologi Mikro. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008. h. 3-4. 7 Ibid., loc. cit. 77

20 Subyek selalu merujuk pada manusia yang memiliki kesadaran dan tak luput dari dimensinya sebagai makhluk individual maupun sosial. Dengan demikian, setiap individu atau manusia belum tentu dapat dikategorikan sebagai subyek. Semakin manusia mampu menguasai dan mengendalikan kehendaknya, maka semakin manusia tersebut kokoh dan nyata sebagai subyek kehendak otonom. Dengan kata lain, penguasaan dan pengendalian kehendak tersebut tidak lain adalah suatu usaha afirmasi (penegasan) dan konfirmasi (pengukuhan) diri manusia sebagai subyek kehendak otonom. 8 Kemunculan subyek sebagai pokok kajian sedari bahasan filsafat, sosiologi, hingga pemikiran era kontemporer pun hadir dengan berbagai definisi. Identifikasi subyek tersebut kemudian melahirkan tiga bahasan besar mengenai pemahaman kembali dimensi identitas, yakni; subyek pencerahan, subyek sosiologis, dan subyek pascamodern. 9 Pertama, upaya pembahasan subyek di era filsafat lebih dikenal di era kebangkitan filsafat pencerahan di mana Descartes muncul dengan subyek cogito. Subyek pencerahan didasarkan pada suatu pemahaman tentang pribadi manusia sebagai individu yang sepenuhnya terpusat dan terpadu, yang didukung oleh kapasitas rasio, kesadaran dan tindakan yang pusatnya terdiri dalam pusat esensial dari diri, yakni identitas pribadi. Sebagai contoh, perbincangan moral di mana kebudayaan Barat berusaha memahami dan menyelesaikan dilema etis dan moral benar-benar terpusat pada pertanyaan tentang tanggung jawab individu untuk bertindak. Kedua, definisi mengenai subyek sosiologis di mana inti dari entitas 176. 8 Fransiskus Borgias, op. cit., h. 77. 9 Chris Barker, Cultural Studies, Teori dan Praktik. Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2004, h.

21 subyek tidak bersifat otonom maupun berdiri sendiri, melainkan dibentuk dalam kaitannya dengan orang lain yang berpengaruh (significant others) yang menjadi perantara subyek dengan nilai, makna, dan simbol kebudayaan dalam dunia tempat ia hidup. 10 Ketiga, subyek pascamodern yang memiliki pendeskripsian manusia sebagai satu kesatuan menyeluruh yang membumikan dirinya menuju pandangan bahwa individu terbentuk secara sosial. Subyek sosial bukanlah sumber itu sendiri, bukan pula suatu keseluruhan berdasarkan alasan bahwa orang-orang menempati berbagai posisi sosial. 11 Rujukan lain mengenai definisi subyek juga terdapat pada pemikiran strukturalis hingga postrukturalis. Keduanya setuju bahwa subyek bukanlah sebuah entitas universal yang tetap, namun merupakan efek konstruksi struktur dan juga bahasa. Subyek yang bertutur bergantung pada eksistensi posisi subyek diskursif yang telah ada sebelumnya, ruang hampa, atau fungsi dalam diskursus yang digunakan untuk memahami dunia. Pribadi yang hidup diharuskan memainkan posisi subyek dalam diskursus agar dapat memahami dunia dan tampak koheren bagi orang lain. 12 Memaknai keberadaan subyek tentunya memaknai pula pembaharuan dimensi dari subyek. Pembaharuan subyek inilah yang kemudian didefinisikan sebagai konsep redefinisi subyek. Redefinisi mempunyai makna sebagai pengonstruksian kembali subyek dari berbagai perspektif pemikiran sebelumnya, dengan kata lain redefinisi subyek hadir sebagai kritik terhadap teori-teori yang 10 Pada definisi subyek sosiologis, terdapat perdebatan yang menyatakan bahwa subyek sosiologis pun turut memuat dimensi individu. Lebih jauh pembahasan individu sebagai subyek sosiologis akan dikaji secara terperinci bersamaan dengan konsep pemikiran subyek Slavoj Žižek yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini. 11 Ibid., h. 177-178. 12 Ibid., h. 22.

22 menganggap subyek telah mati. Konsep redefinisi subyek diperlihatkan Alain Badiou dengan subyek yang setia dalam mengkritisi pendapat kematian subyek, di mana subyek ada sejauh terdapat kesetiaan terhadap peristiwa. 13 Redefinisi subyek selanjutnya dijelaskan oleh Slavoj Žižek. Žižek mendefiniskan subyek sebagai kekosongan untuk menciptakan identitas baru dengan melampaui dan meninggalkan yang simbolik untuk menciptakan yang rill. 14 Kekosongan yang dimaksudkan pada subyek Žižek merupakan ruang keputusasaan akan realitasnya sebagai subyek. Selanjutnya, melalui keputusasaannya subyek terdorong untuk menciptakan dirinya yang baru, sekaligus melawan subyektivisasinya sebagai bentuk perlawanan asumsi kematian subyek yang digaungkan para pemikir posmodern, strukturalis, dan postrukturalis. 13 Martin Suryajaya, Alain Badiou dan Masa Depan Marxisme, Resist Book, Yogyakarta, 2011, h. 185. 14 Konsep redefinisi subyek Žižek merupakan kritik yang ditujukan secara gamblang terhadap para pemikir posmodern, strukturalis, dan postrukturalis hingga pada teori kritik. Tujuan akan kritik tersebut ditawarkan dengan penciptaan subyek radikal sekaligus memberikan tawaran akan kebuntuan teori kritik Frankfurter Schule.