LUMPUR PANAS LAPINDO: LAHIRNYA SUBYEK DAN PERUBAHAN SOSIAL
|
|
- Bambang Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LUMPUR PANAS LAPINDO: LAHIRNYA SUBYEK DAN PERUBAHAN SOSIAL Muchamad Zaenal Arifin 1), Wahyu Budi Nugroho 2), Gede Kamajaya 3) 1,2,3) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana 1, 2, 3 ABSTRACT The purpose of this study to describe the social change at lapindo hot mud victims in Porong, Sidoarjo. The method of this research is descriptive qualitative to understand how lapindo hot mud victims make a social change as social subject. To collect the data this research use interview, observation, and documents. The results of this study found that many of lapindo hot mud victims started their life from beginning with built a new social construction as a separated subject from their old social form. Through the reform as a subject, lapindo hot mud victims were capable to build social change within social, economic, and cultural aspects. Keyword : Lapindo Hot Mud, Subject, Social Change 1. PENDAHULUAN Tragedi lumpur panas lapindo, Porong, Sidoarjo, merupakan bencana alam sekaligus tragedi kemanusiaan era modern. Lumpur panas lapindo, pada mulanya muncul pada kurun tahun 2006 yang diakibatkan oleh human error ketika dilakukannya eksplorasi minyak dan gas oleh PT. Minarak Lapindo Brantas. Menurut data yang dihimpun dari perpustakaan Bappenas, total kerugian dari aspek ekonomi mencapai Rp. 78,4 trilliun dan secara sosial menyebabkan hilangnya pemukiman penduduk, lapangan pekerjaan, sekaligus struktur sosial masyarakat. Dalam kurun waktu , pemerintah serta pihak swasta dalam hal ini PT. Minarak Lapindo Brantas telah memberikan berbagai solusi untuk menanggulangi dampak masif kepada korban di area terdampak lumpur panas lapindo. Bantuan tersebut kemudian secara resmi dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) sebagai perpanjangan tangan pemerintah dan PT. Minarak Lapindo Brantas. Adapun bantuan yang didistribusikan oleh BPLS antara lain ganti rugi lahan pada area terdampak baik berupa uang tunai ataupun rumah siap huni. Akan tetapi, bantuan yang dialokasikan oleh BPLS tidak serta merta menyelesaikan berbagai masyarakat korban lumpur panas lapindo. Hal tersebut didasarkan pada faktor-faktor sosiologis, dimana dampak luapan lumpur lapindo turut menghilangkan interaksi sosial, struktur sosial, dan fungsi sosial dalam masyarakat. Dalam upaya membentuk kembali pola sosial, korban lumpur panas lapindo memilih untuk tingggal di pemukiman baru baik tinggal di sekitar wilayah Sidoarjo atau kembali ke daerah asal. Hal yang patut diperhatikan, secara sosial individu-individu diharuskan untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan baru serta diharuskan untuk membangun kembali keadaan ekonomi dan budayanya sebagai makhluk sosial. 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 LUMPUR PANAS LAPINDO Tragedi lumpur panas terjadi pada tanggal 27 Mei Peristiwa tersebut terjadi ketika banji lumpur panas menggenangi dan menyebar di area persawahan milik warga, pemukiman penduduk, dan area industri yang berada di sekitar pusat semburan. Menurut investigasi yang dilakukan, luapan lumpur panas lapindo diakibatkan oleh bocornya dinding sumur pengeboran yang dilakuakn oleh PT. Minarak Lapindo Brantas. 1
2 Sejak kemunculannya pada tahun 2006 hingga tahun 2010, setidaknya luapan lumpur telah menggenangi dua kecamatan yaitu Porong dan Tanggulangin serta puluhan desa di dua kecamatan tersebut. 2.2 SUBYEK Menurut (Žižek, 1993: 21-22) subyek dijelaskan sebagai ketiadaan, kekosongan formal murni yang tertinggal dari keutuhan subtansialnya setelah dilempar pada determinasi predikatnya. Subyek dengan potensi tindakan, berupaya bergerak melawan subyektivikasi serta berupaya membentuk pengaruh sosial dalam lingkungannya secara positif. Secara sosiologis, subyek merupakan pelaku tindakan yang potensinya dimiliki oleh setiap individu dalam membentuk sekaligus mempengaruhi struktur sosial yang ada disekitarnya. Pandangan sosiologis tentang subyek memiliki definisi bahwa manusia merupakan makhluk sosial di mana secara sosial dan individual memiliki korelasi yang saling membentuk satu sama lain (Barker, 2004: 178). Dalam (Robet, 2010: 81) kemampuan subyek dalam pola tindakan dapat dikatakan sebagai subyek otonom, apabila subyek tidak terikat pada belenggu simbolik dan struktur. Secara lugas, subyek membentuk dirinya sebagai aktor sosial yang mampu menciptakan perubahan sosial. 2.3 PERUBAHAN SOSIAL Menurut Macionis, dalam (Sztompka, 2004: 5) perubahan sosial dijelaskan sebagai transformasi dalam organisasi masyarakat dalam pola berpikir dan dalam tata perilaku pada waktu tertentu. Perubahan sosial dalam hal ini terjadi pada tingkat hubungan sosial, lembaga, dan struktur sosial yang berkaitan dengan sistem mikro, mezzo, dan makro yang turut dihubungkan pula dengan lahirnya subyek aktor sosial dalam mendorong dan menciptakan perubahan sosial. Subyek yang menjadi aktor sosial dikatakan memiliki motif dan pilihan individual dalam menjalin hubungan atau interaksi pada tataran makro. Dapat dijelaskan pula, perubahan sosial memiliki tiga ciri yang menandai perkembangan kondisi tersebut, yaitu: a. Menuju ke arah tertentu dalam arti keadaan yang berubah menuju pada kondisi yang berbeda dan tidak kembali pada posisi sebelumnya. b. Perubahan sosial mencerminkan perubahan pada tingkatan yang lebih baik atau positif, melampaui keadaan pada pola sebelumnya. c. Perubahan yang terjadi dipicu oleh faktor-faktot internal di dalam masyarakat. Perkembangan dalam perubahan sosial, diartikan sebagai bagian dari dinamika-dinamika yang bertujuan dalam mencapai sebuah status kemajuan sosial baik. 3. METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Dalam penelitian ini turut menjelaskan, menyelidiki dan mendeskripsikan guna memahami secara holistik upaya-upaya yang dilakukan masyarakat korban luapan lumpur lapindo sebagai subyek sosial dalam menciptakan perubahan sosial guna mewujudkan tata sosial baru sebagai makhluk sosial. Sumber data yang digunakan dalam peelitian ini adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen. Locus penelitian ini berada di wilayah Sidoarjo, Jawa Timur. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan sosial meliputi tingkat terkecil dinamika sosial, perkembangan sistem sosial, serta aspek-aspek sosial lainnya. Dalam sebuah perubahan sosial, tingkat terpenting sebagai prasyarat terciptanya perubahan sosial adalah keseimbangan dan kemajuan proses sosial dalam masyarakat yang di inisiasi oleh subyek-subyek sosial yang di dalamnya. Luapan lumpur panas lapindo yang telah berjalan sekitar sepuluh tahun, telah menciptakan berbagai fenomena sosial yang tentunya berkorelasi dengan fenomena lain baik secara ekonomi, budaya, dan politik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, secara garis besar dapat ditarik benang merah bahwa masyarakat korban luapan lumpur lapindo terkategori secara sosial mereka membentuk kehidupan baru serta berupaya untuk mengembalikan modal 2
3 ekonomi, dan modal budaya. Akan tetapi, hal yang menarik dari perubahan sosial akibat alam berupa luapan lumpur, mampu menciptakan perubahan sosial baru. Masyarakat pun turut berpartisipasi secara aktif sebagai aktivis lingkungan yang berjuang untuk membantu masyarakat korban lain luapan lumpur lapindo untuk memperoleh haknya serta berupaya menolak pengeboran sumur baru yang berjarak beberapa kilometer dari pusat semburan. Menilik fakta tersebut, hal tersebut secara teoritis mampu dijelaskan sebagai bentuk-bentuk orientasi subyek terhadap struktur sosial (Basrowi & Soenyono, 2004: ) yang dapat dijelaskan sebagai berikut, Pertama, orientasi rutin-praktis, yaitu subyek secara psikologis hanya mencari keadaan aman dan berusaha menjauhi berbagai akibat dari tindakantindakan yang sifatnya tidak disadari dan secara simultan terjadi. Dalam kaitan dengan fenomena luapan lumpur lapindo, subyek dalam tipe ini tergolong sebagai subyek-obyek yang menerima dan penanggung dari struktur sosial yang ada. Subyek pada tipe ini memiliki kecenderungan untuk tidak mempersoalkan bahkan merubah struktur sosial yang ada. Fokus perubahan yang ada pada tipe subyek-obyek adalah perubahan hanya berfokus pada tingkat mikro dan perubahan tercipta sebagai pengaruh struktur yang diterimanya. Hal ini tergambar pada masyarakat lumpur lapindo yang cenderung pasif dalam tindakan, hanya menerima bantuan dari pihak pemerintah ataupun swasta. Kedua, orientasi yang bersifat teoritik. Pada tipe ini dijelaskan subyek memiliki kemampuan dalam menjaga hubungan dirinya dengan struktur masyarakat. Dapat dijelaskan, subyek pada tipe ini memiliki pemahaman jelas akan struktur serta mampu memberikan respon terhadap berbagai pengaruh yang ditimpakan oleh struktur terhadap dirinya. Dalam tipe ini, golongan masyarakat yang mampu dikategorikan sebagai golongan kelas menengah, kalangan terdidik, dan orang-orang yang telah memiliki suatu wacana dari pengalaman masa lalu akan struktur. Hal ini tercermin pada masyarakat korban lapindo yang memiliki kecenderungan untuk mengedepankan tindakan dalam upaya menciptakan perubahan sosial baru baik dengan cara membentuk konstruksi sosial baru di wilayah lain maupun golongan masyarakat yang memilih untuk kembali ke daerah asal sebagai konsekuensi rasional dari struktur. Respon yang diberikan adalah tindakan aktif yang ditujukan pada struktur dalam membentuk sebuah perubahan sosial baru. Ketiga, orientasi yang bersifat strategic-pemantauan. Pada tipe ini subyek tidak hanya mampu menjaga hubungan sosial dengan struktur, tetapi juga memiliki kepentingan atas apa yang dihasilkan baik berupa pengaruh material atau immaterial oleh struktur, sehingga pada tipe ini subyek cenderung memantau secara terusmenerus struktur yang ada. Dalam tipe ini, golongan yang termasuk adalah kelompok kepentingan seperti organisasi sosial, LSM, atau yang biasa didefinisikan sebagai kelompok aktivis. Dalam tipe ini, bentuk yang tercipta adalah keadaan mampu memelihara jarak antara dirinya sebagai subyek dengan struktur sebagai obyek, sehingga dapat disimpulkan bahwa orientasi yang terbentuk adalah terciptanya dualism subyek-obyek. Apabila kita hubungkan dengan kasus lumpur lapindo, muncul berbagai organisasi sosial dan aktivis dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat korban luapan lumpur lapindo sekaligus menjadi motor penggerak dan pengawas kinerja BPLS ataupun pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan luapan lumpur lapindo. Ketiga orientasi subyek secara sosial tentu memiliki konsekuensi baik dalam tataran mikro maupun makro (Schoorl, 1980: 240) yaitu perubahanperubahan sosial dalam keadaan fisik yang disaksikan oleh anggota-anggota masyarakat menyebabkan adanya perubahan sosial tidak mungkin lagi kembali dalam posisi lama dan perubahan sosial pada tingkat mikro menimbulkan adanya perubahan yang berbeda pada anggotaanggota masyarakat karena kontak atau modal baik dari segi modal sosial, ekonomi, dan budaya masing-masing memiliki perbedaan. Perubahan sosial yang terjadi pada fenomena luapan lumpur lapindo kemudian 3
4 mampu mendorong lahirnya subyek-subyek yang mampu menciptakan perubahan sosial baik pada tataran mikro maupun makro. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh subyek-subyek korban luapan lumpur lapindo dapat diakumulasikan sebagai bentuk gerakan sosial. Gerakan sosial yang dimaksud adalah gerakan perjuangan kelas. Menurut Marx (Situmorang, 2013:17-18) masyarakat selalu terdiri dan terpisah dalam dua kelompok besar, yang pertama kelompok yang masuk dalam golongan penindas dan kedua tergolong sebagai kelompok masyarakat yang ditindas. Hubungan tersebut terwujud dalam realitas sosial seperti hubungan orang bebas dengan budak, bangsawan dengan pribumi, pemilik alat poduksi dengan buruh, atau koorporasi dengan masyarakat. Subyeksubyek yang lahir dan mencipatakn perubahan sosial dengan berbagai motif dan potensi tindakan merupakan upaya yang akan terus menerus diwujudkan dalam mejaga kestabilan proses sosial dan meminimalisir konflik sosial. Hal yang lain mampu dijelaskan dalam lahirnya subyek sebagai pendorong perubahan sosial adalah adanya mobilisasi sumber daya sebagai bentuk penguatan status mikrososial dan makrososial. Mobilisasi sumber daya, terwujud pada tipe kedua dan ketiga tipe-tipe orientasi subyek terhadap struktur. Proses tersebut dapat menghasilkan keadaan bahwa hubungan formal dan informal dalam masyarakat mampu mendorong terciptanya sumber solidaritas serta mampu menjadi jembatan komunikasi bagi subyek dalam mengidentifikasi dan merespon setiap keputusan yang dihasilkan pemangku kebijakan. Tentunya, hubungan antara subyek dan mobilisasi sumber daya adalah hubungan yang saling berkaitan dan secara sosial tidak dapat dipisahkan. Dapat dikatakan pula, bahwa hubungan subyek dan mobilisasi sumber daya adalah sebuah infrastruktur sosial yang memiliki korelasi positif dalam memainkan peranan penting untuk menciptakan sebuah perubahan sosial. Dalam konteks permasalahan bencana lumpur lapindo, perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai sebuah konsensus dalam menciptakan keteraturan sosial. Akan tetapi, konsensus tersebut tidak serta merta memberikan jawaban atau penyelesaian masalah secara holistik karena fenomena tersebut telah beralih pada masalah perampasan kultural dimana identitas secara sosial masyarakat korban luapan lumpur lapindo dapat dikatakan telah hilang. Justifikasi fundamental dan terpenting dalam perspektif sosiologi lingkungan adalah pada dasarnya masalah lingkungan merupakan masalah sosial atau dapat diartikan bahwa masalah-malah yang muncul disebabkan oleh umat manusia dan menimbulkan dampak terhadap manusia (Ritzer, 2012: 856)Sehingga, dengan adanya keadaan tersebut, masyarakat korban luapan lumpur lapindo sebagai subyek sosial harus mampu menjaga dan menghasilkan berbagai tindakan dalam mewujudkan perubahan sosial. 5. KESIMPULAN Poses perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat korban luapan lumpur lapindo merupakan sebuah revolusi sosial sebagai konskuensi dari bencana luapan lumpur yang menenggelamkan dua kecamatan yaitu Porong dan Tanggulangin beserta puluhan desa di dalamnya. Selain menenggeamkan wilayah pemukiman, bencana tersebut turut menghilangkan pola sosial beserta berbagai aspek di dalamnya baik aspek ekonomi, budaya, dan politik masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa, petama dalam kurun waktu sepuluh tahun sejak terjadinya luapan lumpur pada tahun 2006, proses revolusi sosial hingga terciptanya perubahan sosial diciptakan oleh subyeksubyek sosial yang ada dalam bagian masyarakat. Berbagai motif tindakan yang dilakukan oleh subyek-subyek tersebut merupakan upaya dalam melanjutkan proses sosial yang telah hilang akibat hilangnya tempat hidup sebagai pusat terciptanya interaksi sosial. Melalui berbagai upaya, baik dengan melakukan eksodus di sekitar wilayah Sidorjo ataupun kembali pada daerah asal, perubahan sosial yang tercipta adalah terbentuknya gerakan sosial sebagai akumulasi tindakan subyek dengan mengoptimalkan berbagai sumber daya yang ada. Kedua, hal yang menjadi hasil temuan penelitian ini, turut memberikan sebuah gambaran dimana struktur sosial bukanlah sebuah struktur yang konstan tetapi memiliki dinamika. Dinamika yang dimaksud pada pola tersebut adalah adanya 4
5 tindakan-tindakan aktif dari subyek-subyek sosial yang dipaparkan dalam orientasi individu terhadap struktur sosial. Subyek sebagai bagian dari masyarakat mampu mendorong terciptanya berbagai kebijakan yang tentunya berpihak dengan masyarakat korban lumpur lapindo. 6. DAFTAR PUSTAKA Barker, Chris Cultural Studies. Kreasi Wacana: Yogyakarta. Perpustakaan Bappenas Konten Perencanaan Pembangunan. /. Diakses pada tanggal 17 Juli Ritzer, George The Wiley Blackwell Companion to Sociology. Blackwell Publishing Ltd: Sussex. Robet, Robertus Manusia Politik: Subyek Radikal dan Politik Emansipasi di Era Kapitalisme Global. Marjin Kiri: Jakarta. Schoorl, J.W Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara- Negara sedang Berkembang. Gramedia Pustaka: Jakarta. Situmorang, Abdul Wahab Gerakan Sosial: Teori dan Parktik. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Sztompka, Piotr Sosiologi Perubahan Sosial. Prenada: Jakarta. 5
BAB 6 PENUTUP. Berebut kebenaran..., Abdil Mughis M, FISIP UI., Universitas Indonesia 118
BAB 6 PENUTUP Bab ini menguraikan tiga pokok bahasan sebagai berikut. Pertama, menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian secara garis besar dan mengemukakan kesimpulan umum berdasarkan temuan lapangan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses sedimentasi merupakan suatu proses yang pasti terjadi di setiap daerah aliran sungai (DAS). Sedimentasi terjadi karena adanya pengendapan material hasil erosi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan analisis kualitatif. Penelitian ini bermaksud mendiskripsikan sebuah dinamika konflik kepentingaan
Lebih terperinciKonsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1
1 Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) merupakan konsep yang berkembang sebagai tandingan (opponent) terhadap konsep negarakesejahteraan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam skripsi Kehadiran Subyek di Tengah Kekosongan: Subyek Dialektis menurut
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA sometimes the correct thing to do is choose the worst option. (Žižek) 2.1 Kajian Pustaka Kajian mengenai konsep subyek Slavoj Žižek sebelumnya pernah dibahas dalam skripsi Kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) kini semakin diterima secara luas. Namun, sebagai
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang :
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banjir lumpur panas Sidoarjo, dikenal dengan sebutan Lumpur Lapindo atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir lumpur panas Sidoarjo, dikenal dengan sebutan Lumpur Lapindo atau Lumpur Sidoarjo adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendorong sistem kapitalisme ekonomi yang ditandai dengan persaingan dalam dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi arus informasi berjalan sangat cepat dan kebutuhan hidup semakin meningkat yang diikuti dengan modernisasi teknologi. Hal ini akan mendorong sistem
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 1 - PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO
- 1 - PERATURAN PRESIDEN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dampak luapan lumpur di Sidoarjo sudah demikian
Lebih terperinciAnggaran dari negara juga diperbolehkan untuk mengontrak rumah bagi korban, bantuan. Negara Ganti Rugi Korban Lumpur Lapindo RP 1.
Mataharinews.com, Jakarta - Pemerintah mengucurkan dana sekitar Rp 1,3 triliun pada anggaran perubahan 2012 untuk menangani dampak sosial kemasyarakatan penanganan korban lumpur Lapindo. Dana itu akan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dampak luapan
Lebih terperinciSosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi
Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi Sosiologi Kesehatan Sosiologi Industri Sosiologi Desain Sosiologi Budaya Sosiologi Ekonomi 1 Kajian Sosiologi
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme berdasarkan eksplorasi terhadap sikap hidup orang-orang yang memandang diri mereka sebagai tidak materialistis.
Lebih terperinciKuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi
Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana. Ph.D a.wardana@uny.ac.id Overview Perkuliahan Konstruksi Teori Sosiologi Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Pengetahun
Lebih terperinciDESAIN PENELITIAN MYRNA SUKMARATRI ST., MT Metodologi Penelitian
DESAIN PENELITIAN MYRNA SUKMARATRI ST., MT. 2017 Metodologi Penelitian 1 Definisi Desain penelitian menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar (1999:102) adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan
Lebih terperinciBAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diperlukannya, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab secara sosial.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat industri berkembang setelah terjadi revolusi industri, kebanyakan perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang mencari keuntungan
Lebih terperinciLUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 127
LUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 127 BAGIAN 9 Dampak Sosial Ekonomi Umum Gambar 67. Isu kritis Dampak Sosial Ekonomi (Paparam Prasetyo 2008) Luapan Lusi di dalam PAT. Semburan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Judul "Permukiman Tumbuh di atas Lahan Bencana Lumpur Lapindo Dengan Prinsip Metabolisme"
BAB I PENDAHULUAN I.1 Judul "Permukiman Tumbuh di atas Lahan Bencana Lumpur Lapindo Dengan Prinsip Metabolisme" I.2 Esensi Judul I.2.1 Permukiman Pengertian dasar permukiman dalam UU No.1 tahun 2011 adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang sebesar besarnya, masalah sosial
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dianggap sebagai suatu lembaga yang memberikan banyak sekali dampak positif bagi masyarakat umumnya. Misalnya, menyediakan lapangan pekerjaan, menyediakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Konsumsi Semenjak Revolusi Industri kebutuhan energi untuk menjalankan mesin terus meningkat. Beberapa jenis energi, seperti energi yang dibutuhkan untuk membuat makanan.
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dampak luapan lumpur di Sidoarjo sudah demikian
Lebih terperinciMemahami Akar dan Ragam Teori Konflik
Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Sofyan Sjaf Turner dalam bukunya yang berjudul The Structure of Sociological Theory pada bab 11 13 dengan apik menjelaskan akar dan ragam teori konflik yang hingga
Lebih terperinciBAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan Sebagian besar hak-hak anak dalam kelima keluarga dalam penelitian ini memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak untuk hidup dan hak anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dalam kenyataannya lebih akrab dengan lingkungan alamnya daripada dengan lingkungan teknologi. Keadaan alam masih lebih menentukan sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanggal 29 Mei 2006 di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur menjadi sejarah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggal 29 Mei 2006 di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur menjadi sejarah penting karena peristiwa keluarnya gas dan lumpur panas dari dalam tanah dengan suhu 100 C yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari hubungan dengan sesama manusia lainnya, yang dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan dan tekhnologi saat ini berdampak pada semakin maju
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan dan tekhnologi saat ini berdampak pada semakin maju dan kompleksnya aktivitas operasional serta tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini
Lebih terperinciPeta Kompetensi Perubahan Sosial
Peta Kompetensi Universitas Sebelas Maret Akhmad Ramdhon FISIP/Sosiologi Peta Kompetensi Perubahan Sosial Memahami teori sosial dan praktek politik Mengaplikasikan analisa perubahan sosial berbasis model-kasus
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHA N KETIGA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI. KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND. dianggap relevan untuk mengkaji permasalahan tersebut.
BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL JAMES S. COLEMAN DAN TEORI KEBUTUHAN PRESTASI DAVID McCLELLAND A. Konsep Rasional Untuk menjelaskan permasalahan yang diangkat oleh peneliti, yaitu strategi bertahan hidup
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan. 1
2.1 Manusia Sebagai Makhluk Sosial BAB II KAJIAN TEORI Manusia sebagai makhluk individu. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individuum, artinya yang tak terbagi. Dalam bahasa inggris individu
Lebih terperinciBAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami
BAB VI KESIMPULAN Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami perubahan. Pada awalnya strategi perlawanan yang dilakukan PPLP melalui tindakan kolektif tanpa kekerasan (nonviolent).
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Wilayah Analisis Penelitian ini dilakukan pada beberapa wilayah kajian analisis. Kajian utama yang dilakukan adalah mencoba melihat bagaimana respon pesantren terhadap berbagai
Lebih terperinciBAB V. Penutup. Transformasi institusi yang terjadi di Papua merupakan konsekuensi dari
BAB V Penutup A. Kesimpulan Transformasi institusi yang terjadi di Papua merupakan konsekuensi dari peberlakuan otonomi khusus. Otonomi khusus Papua merupakan respon dari Pemerintah Pusat untuk menjawab
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN MASYARAKAT KORBAN LUMPUR LAPINDO DALAM MENJAMIN KEBERLANJUTAN HIDUP (SURVIVAL OF LIVE) DI DESA MINDI KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KORBAN LUMPUR LAPINDO DALAM MENJAMIN KEBERLANJUTAN HIDUP (SURVIVAL OF LIVE) DI DESA MINDI KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO ARTIKEL OLEH AMRY HARI BESAR NIM 100711405441 UNIVERSITAS
Lebih terperinci4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer
Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan
Lebih terperinciImaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU
RESENSI BUKU JUDUL BUKU : Cultural Studies; Teori dan Praktik PENULIS : Chris Barker PENERBIT : Kreasi Wacana, Yogyakarta CETAKAN : Ke-IV, Mei 2008 TEBAL BUKU : xxvi + 470 halaman PENINJAU : Petrus B J
Lebih terperinciBAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional
BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.Latar belakang Kajian olahraga terhadap ilmu olahraga diawali dengan keterlibatan sosiologi sebagai salah satu ilmu yang digunakan untuk mengkaji fenomena keolahragaan. Konsep sosiologi
Lebih terperinci2.2 Lokasi Kerja Jalan Gayung Kebonsari No.50 Surabaya Telp Fax
BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI 2.1 Profil Organisasi Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dibentuk oleh Peraturan Presiden No. 14 tahun 2007. Sedangkan personil pimpinan BPLS (Badan Penanggulangan
Lebih terperinci2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PEMBUBARAN BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO. Pasal 1 Dengan Peraturan Presiden
No.39, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Pemerintahan. Pembubaran. Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciMENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
Lebih terperinciKORBAN SEMBURAN LUMPUR PANAS DI SIDOARJO: KEPADA SIAPA MEREKA MENUNTUT GANTI RUGI. Oleh: Sudiyono, SH., M.Hum *
KORBAN SEMBURAN LUMPUR PANAS DI SIDOARJO: KEPADA SIAPA MEREKA MENUNTUT GANTI RUGI Oleh: Sudiyono, SH., M.Hum * Abstrak Tulisan ini merupakan bedah disertasi yang ditulis oleh Abdul Rokhim dengan judul
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu atau lebih unit-unit usaha yang disebut pabrik. Perusahaan merupakan suatu lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu
Lebih terperinciPerkembangan Ilmu Perilaku Organisasi a.posisi ilmu perilaku organisasi dalam kajian organisasi secara umum b. Peranan dan kontribusi ilmu perilaku
MINGGU KE-2 Perkembangan Ilmu Perilaku Organisasi a.posisi ilmu perilaku organisasi dalam kajian organisasi secara umum b. Peranan dan kontribusi ilmu perilaku organisasi dengan ilmu-ilmu yang lain Teori
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dunia bisnis yang semakin meluas dan meningkat
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dunia bisnis yang semakin meluas dan meningkat dalam bidang jasa, dagang, industri baik perusahaan yang dimiliki oleh pihak pemerintah (Badan
Lebih terperinciFacebook :
1 Nama : Dian Silvia Ardasari Tetala : Baso, 4 Desember 1983 Pendidikan : Sarjana Sosial dari Universitas Indonesia Status : Istri dari Chairul Hudaya Ibu dari Naufal Ghazy Chairian (3,5 th) dan Naveena
Lebih terperinciLUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 112
LUPSI PERUBAHAN ANTAR WAKTU, BEDAH BUKU DR. BASUKI HADIMULJONO 112 BAGIAN 8 Gejolak Sosial Kemasyarakatan Umum Gambar 59. Isu Kritis Gejolak Sosial Kemasyarakatan sebagai titik awal adalah Peta Area Terdampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan kebutuhan, baik kebutuhan material maupun spiritual. Kebutuhan itu bersumber dari dorongan-dorongan
Lebih terperinciAdakah Ukuran Kemiskinan Buat Masyarakat Di Kabupaten Buru?
Adakah Ukuran Kemiskinan Buat Masyarakat Di Kabupaten Buru? Ukuran kemiskinan adalah relatif, ketika seseorang masuk dalam kategori miskin namun baginya bukan suatu kesulitan maka pemaknaan miskin yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG TIM NASIONAL PENANGGULANGAN SEMBURAN LUMPUR DI SIDOARJO
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG TIM NASIONAL PENANGGULANGAN SEMBURAN LUMPUR DI SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPersoalan Ekonomi dan Sosiologi
SOSIOLOGI EKONOMI Persoalan Ekonomi dan Sosiologi Economics and sociology; Redefining their boundaries: Conversations with economists and sociology (Swedberg:1994) Tiga pembagian kerja ekonomi dengan sosiologi:
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN. A. Runtuhnya Dominasi Kaum Maramba terhadap Kaum Ata di Desa Haikatapu
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN A. Runtuhnya Dominasi Kaum Maramba terhadap Kaum Ata di Desa Haikatapu Secara umum, dalam setiap komunitas masyarakat memiliki struktur sosial yang mengkategorikan anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan eksplorasi minyak dan gas sebagaimana dilakukan oleh PT Lapindo Brantas, Inc. merupakan kegiatan survey seismic dan eksplorasi. Kegiatan tersebut merupakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian/Pengkajian Akademis Objek penelitian adalah para konsultan pajak aktif pada organisasi KKP XYZ, dari pimpinan dengan segenap jajaran tim kerjanya, penugasanpenugasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena dibekali dengan akal dan pikiran dalam bertindak. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian Pemaknaan Wisata Kemiskinan oleh Interkultur dan Warga Pemukiman Kumuh Luar Batang peneliti memberikan kesimpulan, dan saran sebagai berikut: A. Kesimpulan Simbol
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) M A T A K U L I A H P E N G A N T A R S O S I O L O G I
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) M A T A K U L I A H P E N G A N T A R S O S I O L O G I OLEH : Dr. Hj. FUTUM HUBAIB, S.Sos, M.M FRENDLY ALBERTUS, S.Sos, M.A PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung, jembatan, jalan, bendungan menggunakan beton. Pada bangunan
Lebih terperinciEksplorasi Karakteristik Pembangunan Ekonomi Desa Melalui Unsur-Unsur Budaya Universal di Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
Eksplorasi Karakteristik Pembangunan Ekonomi Desa Melalui Unsur-Unsur Budaya Universal di Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Endro Pebi Trilaksono Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciGagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial
Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Filsafat Ilmu Sosial 1 Positivistik (Value free) Fenomenologi (Value Bound) Perbedaan Paradigma dalam Sosiologi 2 3 Ilmu-ilmu sosial (seperti Sosiologi) telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial-politik (Kornblurn,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia yang bersosial dan berpolitik serta menjadi pendorong dalam dinamika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.
Lebih terperinciKISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN SOSIOLOGI Kompetensi Utama Standar Kompetensi guru Standar Isi Indikator Esensial Kompetensi Inti Kompetensi Guru Mapel Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Menguasai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran air menjadi masalah yang cukup. kebersihan lingkungan, terutama air sangatlah kurang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran air menjadi masalah yang cukup mengkhawatirkan dan perlu mendapat perhatian lebih dari segala pihak. Pencemaran air dapat terjadi karena kesengajaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bencana ekologis nasional lumpur panas yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa Timur dimulai pada tanggal 28 Mei 2006, saat gas beracun dan lumpur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan fungsi desentralisasi dan demokratisasi pada tingkat lokal (Otonomi Daerah), pemerintah melakukan upaya-upaya yang signifikan melalui penataan
Lebih terperinciSosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial
Sosiologi Komunikasi Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial Manusia Sebagai Makhluk Sosial Makhluk Spiritual Manusia Makhluk individual Makhluk Sosial Manusia
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. eksplorasi gas di Porong Sidoarjo oleh PT. Lapindo Brantas Inc., mulai dari
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Bahasan-bahasan dalam Tesis ini memberikan gambaran mengenai eksplorasi gas di Porong Sidoarjo oleh PT. Lapindo Brantas Inc., mulai dari kronologis, penyebab, dampak kerusakan
Lebih terperinciSILABUS. Nomor : 14 Mata Kuliah : Sosiologi Kode Mata Kuliah : PSI 506
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI S1-PSIKOLOGI SILABUS Nomor : 14 Mata Kuliah : Sosiologi Kode Mata Kuliah : PSI 506 Bobot : 2 SKS 1. Dr. H. Cece Rakhmat, M.Pd. (0461)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang besar dan semakin meningkat. Hal tersebut mengakibatkan kota-kota besar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Todaro dan Stilkind (2000) bahwa terdapat beberapa gejala yang dihadapi oleh negara berkembang, gejala tersebut adalah jumlah pengangguran yang besar
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Musik dangdut merupakan sebuah genre musik yang mengalami dinamika di setiap jamannya. Genre musik ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Berkembangnya dangdut
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Banjir lumpur panas Sidoarjo atau beberapa menyebut Lumpur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banjir lumpur panas Sidoarjo atau beberapa menyebut Lumpur Lapindo, adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo,
Lebih terperinciMatakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09
Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09 1. Pengertian Perubahan Sosial Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebagai padanan istilah bahasa Inggris Acute Respiratory Infection (ARI). Infeksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Buku Ajar Respirologi Anak edisi pertama dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2010, telah menggunakan IRA sebagai istilah dalam pembahasannya tentang penyakit
Lebih terperinciStudi Awal Pemanfaatan Lusi sebagai Bahan Bangunan dengan Tambahan Tanah Sawah, Semen dan Kapur ABSTRAK
Studi Awal Pemanfaatan Lusi sebagai Bahan Bangunan dengan Tambahan Tanah Sawah, Semen dan Kapur Endang Kasiati, Boedi Wibowo Staf Pengajar Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS en_kas @ce.its.ac.id
Lebih terperinciBADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO PERATURAN KETUA DEWAN PENGARAH BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR. Nomor: 01/PRT/DP-BPLS/2008 TENTANG TATA KERJA
BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO PERATURAN KETUA DEWAN PENGARAH BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO Nomor: 01/PRT/DP-BPLS/2008 TENTANG TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO MENTERI PEKERJAAN
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) M A T A K U L I A H P E N G A N T A R S O S I O L O G I OLEH : Prof. Dr. DASIM BUDIMANSYAH, M. Si Dr. ELLY MALIHAH, M. Si MIRNA NUR ALIA ABDULLAH, M.Si JURUSAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciMATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011
2012 2013 2014 2012 2013 2014 I Program Penanggulangan 1.263,3 1.433,5 1.493,3 1.714,3 Bencana Lumpur Sidoarjo 1 Perencanaan operasi luapan Meningkatnya kualitas penyusunan Survey Geologi 1 laporan 1 laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik sendiri hakikatnya adalah sebagai sarana bagi masyarakat atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang sama dengan mengusung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan
Lebih terperinciPersoalan Ekonomi dan Sosiologi
SOSIOLOGI EKONOMI Persoalan Ekonomi dan Sosiologi Economics and sociology; Redefining their boundaries: Conversations with economicts and sociology (Swedberg:1994) Tiga pembagian kerja ekonomi dengan sosiologi:
Lebih terperinciKELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2
KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Sosiologi lahir manakala muncul perhatian terhadap masyarakat karena perubahan yang terjadi Terdapat peristiwa besar di
Lebih terperinciPRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT
INTERAKSI SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT 1. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial 2. Manusia berada di dalam sistem
Lebih terperinciBAB V KAJIAN TEORI. memanfaatkan lingkungan seperti pemanfaatan limbah peti kemas.
BAB V KAJIAN TEORI 5.1. Kajian Teori Penekanan / Tema Desain Penekanan tema desain dalam project Rumah Susun Kontainer di Semarang adalah Arsitektur Metabolist. 5.2. Kajian Teori Permasalahan Dominan Project
Lebih terperinciTINJAUAN METASOSIOLOGI REDEFINISI SUBYEK DALAM PEMIKIRAN SLAVOJ ŽIŽEK
TINJAUAN METASOSIOLOGI REDEFINISI SUBYEK DALAM PEMIKIRAN SLAVOJ ŽIŽEK SKRIPSI Disusun Oleh : MUCHAMAD ZAENAL ARIFIN 1221005006 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. wawancara antara peneliti dan informan. Penelitian kualitatif bertolak dari
19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptitf kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan
Lebih terperinciPolitik Identitas: Demokrasi Lokal dan Bayang-bayang Primordialisme
Kebangkitan Etnis Menuju Politik Identitas Wacana yang melingkupi etnisitas di daerah pedalaman di Indonesia banyak diwarnai dengan marginalisasi dan diskriminasi. Tak bisa dipungkiri, lahirnya UU Nomor
Lebih terperinciBab V. Kesimpulan. adat, sehingga memunculkan istilah biar mati anak, asal jangan mati adat.
Bab V Kesimpulan Agama, tradisi dan adat istiadat merupakan hal penting dalam kehidupan orang Melayu, baik Proto Melayu maupun Deutro Melayu. Begitu pentingnya adat, sehingga memunculkan istilah biar mati
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PENGGANTIAN TANAH WAKAF MUSHALLA DI DESA SIRING KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO
BAB III DESKRIPSI PENGGANTIAN TANAH WAKAF MUSHALLA DI DESA SIRING KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO A. Sekilas Desa Siring 1. Letak Geografi Siring tangunan dan Siring Timur jalan adalah merupakan Kelurahan
Lebih terperinciKISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN SOSIOLOGI
KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN SOSIOLOGI Kompetensi Utama Standar Kompetensi guru Standar Isi Indikator Esensial Kognitif Bloom Kompetensi Inti Kompetensi Guru Standar Kompetensi Mapel Kompetensi
Lebih terperinci