BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PERCOBAAN. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci albino New Zealand yang diperoleh dari peternakan kelinci di Lembang.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FRANSISKUS X DHIAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN, ALAT, DAN CARA KERJA. Aminofilin (Jilin, China), teofilin (Jilin, China), isopropil miristat (Cognis

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Metode penelitian meliputi

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN

FORMULASI LULUR KRIM YANG MENGANDUNG KOMBINASI YOGHURT DAN PATI BERAS HITAM (Oryza sativa L.)

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan rimbang

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB III METODE PENELITIAN

IDA FARIDA SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

FORMULASI SEDIAAN LOSIO DARI EKSTRAK KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus L. (Merr)) SEBAGAI TABIR SURYA

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... PENYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI.

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di laboratorium Farmasetika, Farmakologi, Kimia

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

PENGARUH ASAM OLEAT TERHADAP LAJU DIFUSI GEL PIROKSIKAM BASIS AQUPEC 505 HV IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

Lampiran 1. Hasil analisis kandungan asam lemak dari minyak alpukat

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH WAKTU SENTRIFUGASI KRIM SANTAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) (Susanti, N. M. P., Widjaja, I N. K., dan Dewi, N. M. A. P.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan penelitian ini adalah eksperimental

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

PENGARUH KONSENTRASI PROPILEN GLIKOL TERHADAP STABILITAS FISIK KRIM ANTIOKSIDAN FITOSOM EKSTRAK KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii PENDAHULUAN... 1

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV tahun 2014

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Ekstrak Etanol 96% Kulit Buah Manggis

L A M P I R A N. Lampiran 1. Dokumentasi. Gambar 1. Mesin Operator MBE. Gambar 2. Mesin Operator MBE

BAB V METODOLOGI. Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : memanaskannya pada oven berdasarkan suhu dan waktu sesuai variabel.

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

Transkripsi:

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Air suling, cangkang telur ayam broiler, minyak VCO, lanolin, cera flava, vitamin E asetat, natrium lauril sulfat, seto stearil alkohol, trietanolamin (TEA), asam stearat, propilenglikol, propil paraben, metil paraben, setil alkohol, kalium hidroksida. 3.2 Alat Timbangan analitik (Toledo), ball mill (Alfred Schwinherr), ultra Ultra turax T 25 (Janke & Kunkel IKA Labortechnik), analytical Sieve Shakers, test sieves and Rack (mesh 50, 100, 125, 140, 250, 315), pengaduk propelar tipe RW 10 R, viskometer Brookfield tipe DV I, ph meter (Beckman), penangas air, alat cukur, lampu UV mineralight, mesin pengering, blender (Phillips Cucina), lemari pendingin, oven. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan. 3.4 Pemeriksaan Bahan Bakum Minyak Kelapa Murni Pemeriksaan dilakukan terhadap minyak kelapa murni yang digunakan agar sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang meliputi pemeriksaan angka yodium, angka penyabunan, angka lemak bebas (sebagai asam laurat), kadar air, dan asam laurat. Pemeriksaan dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) (hasil dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2). 20

21 3.5 Pengolahan Bahan Baku Serbuk Cangkang Telur Telur ayam broiler dipilih yang memiliki karakterisitik permukaan halus dan berwarna kecoklatan. Telur ayam dicuci menggunakan air biasa dan membran putih pada cangkang dibuang. Kemudian dikeringkang dan dihancurkan terlebih dahulu menggunakan blender. Hasil penghancuran blender dihaluskan dengan ball mill kemudian dihitung distribusi ukuran partikel yang terkecil. 3.6 Orientasi Formula Krim Orientasi formula krim yang dilakukan meliputi pembuatan basis krim menggunakan emulgator dengan mekanisme panyabunan menggunakan kombinasi trietanolamin asam stearat dengan perbandingan kombinasi 1 : 3 sebanyak 5 % (b/b), Na lauril sulfat setostearil alkohol dengan perbandingan kombinasi 1 : 5 dengan kadar 5 % (b/b) karena kedua kombinasi dan konsentrasi tersebut merupakan optimum dari pasangan emulgator tersebut, dan KOH asam stearat dengan lanolin. 3.7 Pembuatan Sediaan Krim Basis krim dibuat dengan cara memanaskan masing-masing fase minyak dan fase air di atas tangas air hingga suhu 70 C. Fase minyak terdiri dari VCO, setil alkohol, lanolin, asam stearat, cera flava, dan vitamin E asetat. Fase air terdiri dari aqua destilata, KOH, propilen glikol, metil paraben dan propil paraben. Setelah masing-masing fase telah mencapai suhu 70 C, kedua fase tersebut dicampur dan diaduk dalam kedaan panas dengan menggunakan alat pengaduk Ultra Turax dengan kecepatan 8000 rpm selama 30 menit. Penambahan masingmasing serbuk cangkang telur sebanyak 5 % dan 10 % dari bobot total krim ke dalam basis krim dilakukan pada saat basis krim mencapai suhu 50 C dan tetap disertai pengadukan dengan menggunakan alat pengaduk Ultra Turax dengan kecepatan 8000 rpm selama 30 menit

22 3.8 Evaluasi Sediaan Krim Evaluasi sediaan krim meliputi pengamatan organoleptik, tipe emulsi, kestabilan fisik dengan sentrifugasi dan metode Freeze Thaw, homogenitas, ph dan viskositas. 3.8.1 Pengamatan Organoleptik Pengamatan organoleptik terhadap sediaan krim tabir surya dilakukan selama masa penelitian meliputi bau, warna, dan pertumbuhan jamur. 3.8.2 Tipe Emulsi Tipe emulsi dievaluasi dengan mengoleskan sediaan krim di atas kaca objek dan kemudian ditambah larutan biru metilen dalam air dan kemudian diamati di bawah mikroskop. Tipe emulsi merupakan minyak dalam air apabila fase air tewarnai oleh metilen biru. 3.8.3 Kestabilan Fisik Uji stabilitas fisik sediaan krim dilakukan dengan metode sentrifugasi dan metode Freeze Thaw. a. Uji Pemisahan Fase dengan Metode sentrifuga Sebanyak 2 gram krim dimasukkan ke dalam tabung sentrifuga, lalu disentrifuga dengan kecepatan 3750 rpm selama 5 jam dengan interval waktu pengamatan setiap 1 jam. Diamati pemisahan fase minyak dan fase air yang terjadi dalam setiap interval waktu pengamatan (Lachman, 1990) b. Uji Pemisahan Fase dengan Metode Freeze Thaw Sediaan krim untuk masing-masing formula ditimbang sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam 14 vial dan ditutup rapat. 2 vial akan digunakan sebagai kontrol yang disimpan pada suhu 25 C, 12 vial akan digunakan untuk siklus Freeze Thaw dengan penyimpanan suhu 4 C pada 48 jam pertama dan suhu 40 C pada 48 jam berikutnya. Setelah 48 jam pertama dengan penyimpanan 4 C, sebanyak 2 vial diambil dan dioleskan sedikit pada kaca objek untuk diamati ukuran globul dari sejumlah 50 globul di bawah mikroskop. Sediaan krim dalam vial tersebut selanjutnya disimpan pada suhu 40 C selama 48 jam. Setelah 48 jam, sebanyak 2 vial

23 yang sama diambil dan dioleskan sedikit pada kaca objek untuk diamati ukuran globul dari sejumlah 50 globul di bawah mikroskop. Siklus Freeze Thaw terdiri dari satu rentang waktu penyimpanan pada suhu 4 C dan satu rentang waktu penyimpanan pada 40 C, dilanjutkan selama sediaan masih baik secara fisik. Diameter 50 globul setelah setiap penyimpanan diukur menggunakan mikrometer. Hasil pengukuran diameter globul diolah secara statistik. (Lachman, 1990). 3.8.4 Homogenitas Sediaan Sediaan dioleskan tipis-tipis pada permukaan kaca objek kemudian diamati homogenitas sediaan di bawah mikroskop. Untuk mendapat permukaan yang homogen dilakukan dengan menggeser sejumlah sediaan dari ujung satu sampai yang lainnya dengan menggunakan bantuan kaca objek yang lain. 3.8.5 Pengukuran ph Sediaan Akhir Sediaan yang memiliki kestabilan fisik yang baik diukur ph-nya dengan ph meter Beckman dan kertas ph universal untuk krim dengan tipe emulsi air dalam minyak (a/m) setiap tiga hari sekali. 3.8.6 Pengukuran Viskositas Sediaan diukur viskositasnya menggunakan viskometer Brookfield dengan spindel nomor 28 dan kecepatan 0,5 rpm. Pengukuran viskositas dilakukan setiap tiga hari sekali. 3.9 Uji Aktivitas Pelindung Surya Secara In vivo Sumber UV B yang digunakan adalah lampu UV Mineralight dengan panjang gelombang 180 300 nm. prinsip Penentuan faktor tabir surya secara in vivo dilakukan pada kelinci galur New Zealand. Nilai faktor tabir surya merupakan perbandingan nilai Minimal Erythema Dose (MED) yang diperoleh setelah diberi krim tabir surya terhadap nilai MED tanpa krim tabir surya. Penelitian ini diawali dengan orientasi nilai Minimal Eythema Dose (MED). Setelah diperoleh nilai MED, dilakukan uji aktivitas tabir surya. Pada setiap tahap, kelinci yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari bulu dan ditandai seluas 2 x 2 cm 2. Sembilan puluh menit sebelum radiasi ultraviolet, kelinci disensitisasi dengan 8-metoksi psoralen (dosis

24 10 mg/kg bb) peroral untuk mempersingkat waktu munculnya eritema. Dua puluh empat jam kemudian, diamati timbulnya eritema pada daerah yang disinari (Lowe, 1990). 3.9.2 Uji Aktivitas Tabir Surya Krim Aktivitas tabir surya krim yang mengandung serbuk cangkang telur ditentukan dengan meradiasikan ultraviolet pada punggung kelinci yang telah diberi krim tabir surya sebanyak 2,0 µl/cm 2 30 menit sebelum penyinaran dengan tingkat energi mulai dari nilai MED tanpa krim tabir surya. Dua puluh empat jam kemudian, diamati timbulnya eritema pada daerah yang disinari dan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak dipapari oleh sinar ultraviolet. Dua puluh empat jam kemudian dilakukan penyinaran dengan meningkatkan energi penyinaran sebesar 25% dari sebelumnya sampai terjadi eritema. Tingkat energi yang dapat menimbulkan eritema pada kulit dibandingkan dengan nilai MED menunjukkan nilai faktor pelindung surya dari krim.