BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS WADAH KUBUR. Seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, penulis menggunakan tahapan

KATA PENGANTAR. atas berkah, rahmat dan tutunan Nya kepada penulis, sehingga memungkinkan karya ini

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang dan sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak ribuan bahkan

PRASEJARAH INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

JEJAK MIGRASI PENGHUNI PULAU MISOOL MASA PRASEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

MASA PRA AKSARA DI INDONESIA

TRADISI PENGUBURAN DALAM GUA DAN CERUK PADA MASYARAKAT WEB DI KAMPUNG YURUF DISTRIK WEB KABUPATEN KEEROM

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

Hasil Kebudayaan masa Praaksara

BAB I PENDAHULUAN. cukup populer di dunia. Gambar cadas merupakan suatu karya manusia

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

02/10/2012. Cupture 2. Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia. Oleh: Handriyotopo, M.Sn NEOLITIKUM

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Alat tulang merupakan salah satu jenis produk teknologi manusia. Alat

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.5. Nekara. Arca perunggu. Alat dari besi.

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Taufiqurrahman Setiawan (Balai Arkeologi Medan) Abstract

SIMBOLISME KEPURBAKALAAN MEGALITIK DI WILAYAH PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

SEBARAN POTENSI BUDAYA PRASEJARAH DI ENREKANG, SULAWESI SELATAN Distribution of Potential Prehistoric Cultures in Enrekang, South Sulawesi

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005.

SISTEM PENGUBURAN TERLIPAT TAKENGON Tambahan Data Baru Penguburan Dalam Gua di Indonesia

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

LAPORAN PENGAMATAN SITUS MANUSIA PURBA SANGIRAN

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. alam di sekitarnya. Pemanfaatan ini dilakukan sebagai upaya untuk

JALAN-JALAN JOS AND FRIENDS MAKASSAR TANA TORAJA MAKASSAR 31 MEI 06 JUNI 2015

NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU

PENGUBURAN MASA LALU DI KAMPUNG BAINGKETE DISTRIK MAKBON KABUPATEN SORONG

GERABAH MAMBANG JOMBANG: TRADISI PRASEJARAH YANG MASIH BERLANGSUNG SAMPAI SEKARANG SEBAGAI WUJUD ENKULTURASI. Oleh: Andik Suharyanto

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

Kajian Awal Fungsi Gua dan Wilayah Sebaran Situs Gua Di Maluku dan Maluku Utara. Syahruddin Mansyur*

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( )

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

BAB 1: SEJARAH PRASEJARAH

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)

BERKALA ARKEOLOGI. Churmatin Nasoichah, S.Hum

POTENSI ARKEOLOGI PRASEJARAH KABUPATEN TANAH BUMBU DAN ANCAMAN YANG DIHADAPINYA

BAB I PENDAHULUAN. berarti batu, sehingga dapat diartikan sebagai batu besar (Soejono, 2010).

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya

BAB 3 DESKRIPSI MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA

KONDISI GEOGRAFIS CHINA

Pariwisata Indonesia Timur

MANUSIA WAJAK (HOMO WAJAKENIS) purba, yaitu: Homo (erectus) Soloensis atau yang dikenal juga sebagai Solo Man, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. logam tertentu. Kemampuan ini sangat mengagumkan dan revolusioner. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

MAKNA PENGUBURAN BERSAMA MASA PRASEJARAH DAN TRADISINYA DI SUMATERA BAGIAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

Identifikasi Jejak Hunian di Situs Song Agung: Kajian Awal atas Hasil Ekskavasi Bulan Maret 2002

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kawasan karst pada saat ini telah menjadi objek penelitian arkeologi yang

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

Kebudayaan Ngandong. Di daerah sekitar Ngandong dan Sidorejo dekat Madiun, Jawa Timur, ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Kebudayaan Masyarakat Prasejarah di Indonesia. SMA kelas X Semester 2 Tahun 2008/2009 Artmy Tirta Ikhwanto

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA KABUPATEN BULUNGAN. Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda )

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

POTENSI SITUS GUA HUNIAN PRASEJARAH DI KAWASAN KARST PEGUNUNGAN MERATUS, KALIMANTAN SELATAN

JEJAK BUDAYA PENUTUR AUSTRONESIA PADA SITUS KAMPUNG FORIR, FAKFAK (The Last Vestiges of The Austronesian Culture in Kampung Forir Site, Fakfak)

Cover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat


BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

A. KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

Pengelolaan Situs di Kawasan Kokas Kabupaten Fak-Fak Bau Mene, Balai Arkeologi Jayapura

KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia Tenggara menjelang akhir plestosen, yang didasarkan akan adanya kebutuhan manusia akan tempat yang aman untuk berlindung baik dari binatang buas maupun dari bencana alam. Hal ini yang kemudian melatarbelakangi mereka untuk bertempat tinggal dan melakukan aktifitas di dalam gua/ceruk. Data yang diperoleh pada situs-situs yang ada di sekitar kawasan karst menunjukkan, manusia pendukung kebudayaan dalam gua, sudah mengenal adanya pembagian ruang yang bersifat profal dan sakral, dinding/atap gua juga dimanfaatkan sebagai media lukis. Perkembangan selanjutnya juga ditemukan adanya bentuk penguburan dalam gua. Seperti yang terdapat pada Situs Gua Pondok Selabe 1, Situs Gua Tritis, Situs Gua (song) Braholo, Situs Gua (song) Keplek, Situs Gua Terus, Situs Song Gentong, Situs Gua Lawa, Situs Gua Sodong, Situs Gua Marjan, Situs Liang Bua. Dan pada awal holosen, ditemukan penguburan di bentang alam di Alur Itam, Sukajadi. Bentuk penguburan terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan hal ini terlihat dari pemanfaatan batu sebagai media kubur yang cukup bervariasi yang banyak ditemukan seperti sakropagus, pandusa, kalamba, kubur batu, waruga, watulumu dan sebagainya. Selain itu, kayu juga digunakan sebagai media kubur di sebagain wilayah indonesia bagian timur, salah satu daerah yang kaya akan tinggalan tersebut berada di pulau Sulawesi atau tepatnya yang berada di wilayah budaya suku Toraja, bahkan tradisi penguburan masih berlanjut hingga kini dan juga beberapa tempat lain di wilayah Nusantara. 100

Penelitian terhadap wadah kubur dari kayu di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat mulai mendapat perhatian akhir tahun 80-an, baik dari kalangan mahasiswa maupun dari peneliti dari instansi tertentu. Tercatat beberapa mahasisiwa arkeologi melakukan penelitian terkait dengan hal ini yang dibuat dalam karya ilmiah (skripsi). Tercatat ada 15 orang melakukan penelitian terkait wadah kubur, yaitu Leoran(1989), Ruben Girikan (1989), Jampi (1990), Amar Busthanul (1991), Muh.Hasyim (1991), Abu Thalib(1992), Hasna Lili Patilak (1992), Daniel Tandibali (1992), Abdul Haris (1993), Markus Pappang (1994), Marnice (2003), bentuk penelitian yang dilakukan bersifat deskripsi analitik atau merupakan suatu tinjauan arkeologi. Penelitian lebih lanjut kemudian di lakukan oleh Harsyad (1993) dan Faiz (2009) yang melakukan studi komparasi terhadap tinggalan yang ada di selayar dan bulukumba untuk mencoba menggambarkan konsep penguburan dengan mengambil data etnografi Toraja. Awal tahun 2000 sejumlah penelitian dilakukan oleh Balai Arkeologi Makassar dan penelitian lainnya, yang dimuat dalam jurnal Walannae seperti yang dilakukan oleh Bernadeta AKW (2007) yang menulis Erong salah satu bentuk wadah kubur di Tana Toraja, sulawesi selatan, dan pada tahun 2009 juga menulis Bentuk-bentuk wadah penguburan dalam sistem kepercayaan masyarakat Mamasa, Sulawesi Barat, dalam penelitian ini bersifat deskripsi analitik yang berusaha mendata sebanyak mungkin temuan wadah kubur yang ada dan mengkaji makna dibalik ukiran yang ada. Lebih jauh lagi, penelitian dilakukan oleh Akin Duli (2011) yang tertuang dalam tulisan kajian terhadap bentuk-bentuk penguburan kayu di Mamasa, Sulawesi Barat dari hasil penelitian ini bukan hanya deskripsi analitik saja tetapi pengambilan sampel untuk pertanggalan juga dilakukan. 101

Terkait dengan penelitian yang dijabarkan, penelitian yang bersifat komparasi sudah pernah dilakukan (Faiz dan Harsyad), tetapi situs yang dijadikan sampel utama berada di daerah lain tidak berada dalam wilayah budaya Toraja. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan juga melakukan studi komparasi terhadap wadah kubur pada tiga situs yang berbeda dalam satu wilayah budaya, guna mengetahui persamaan dan perbedaannya dan berikut kesimpulannya: NO KATEGORI YANG DIBANDINGKAN PERSAMAAN PERBEDAAN ENREKANG TORAJA MAMASA ENREKANG TORAJA MAMASA PERAHU PERAHU (BANGKA- BANGKA) KERBAU (TEDONG- 1 BENTUK/JENIS W.K PERAHU KERBAU TIDAK ADA BENTUK BINATANG TEDONG) BENTUK BABI KERBAU DENGAN KEPALA KUDA RUMAH ADAT RUMAH ADAT DIBENTUK DARI SEBATANG KAYU DIBUAT MENYERUPAI RUMAH, BUKAN LAGI DARI SEBATANG KAYU 2 RAGAM HIAS W.K PA'SUSUK PA'SUSUK MEMILIKI BANYAK RAGAM HIAS MEMILIKI BANYAK RAGAM HIAS HANYA MEMILIKI SATU RAGAM HIAS RAGAM HIASNYA SUDAH MULAI BERKEMBANG DENGAN BERBAGAI VARIASI DAN DITERAPKAN PADA HAMPIR SEMUA WADAH KUBUR MEMILIKI BANYAK VARIASI RAGAM HIAS TAPI HANYA DITERAPKAN PADA BEBERAPA WADAH KUIBUR SAJA 3 UKURAN W. K LEBIH DOMINAN UKURAN BESAR LEBIH DOMINAN UKURAN BESAR LEBIH DOMINAN UKURAN BESAR UKURAN BESAR LEBIH DOMINAN PADA BENTUK PERAHU UKURAN BESAR LEBIH DOMINAN PADA RUMAH ADAT DAN PERAHU UKURAN BESAR LEBIH DOMINAN PADA TEDONG-TEDONG DAN PERAHU TULANG-TULANG MANUSIA TULANG-TULANG MANUSIA DITEMUKAN PADA SETIAP WADAH 4 BEKAL KUBUR/TEMUAN LAIN TULANG-TULANG MANUSIA HANYA BEBERAPA WADAH SAJA DITEMUKAN TULANG DITEMUKAN PADA SETIAP WADAH TAU-TAU DAN KANDEA DULANG TAU-TAU DAN KANDEA DULANG DITEMUKAN FRAGMEN GERABAH, RAHANG BABI, GELANG KERANG DAN GELANG PERUNGGU CUNGKIL PAHAT CUNGKIL SAMBUNG BERMOTIF CUNGKIL SAMBUNG 5 TEKNIK PEMBUATAN W.K CUNGKIL CUNGKIL CUNGKIL TEKNIK PENGERJAAN MASIH SEDERHANA TEKNIK PENGERJAN BERADA PADA SEMI KOMPLEKS SUDAH MENUNJUKKAN PADA TINGKAT YANGKOMPLEKS 102

NO KATEGORI YANG DIBANDINGKAN PERSAMAAN PERBEDAAN ENREKANG TORAJA MAMASA ENREKANG TORAJA MAMASA DI DALAM CERUK DI TEBING BATU KAPUR DI ATAS BUKIT 6 LETAK WADAH KUBUR DI PEGUNUNGAN KAPUR DI PEGUNUNGAN KAPUR DI DAERAH KETINGGIAN DIBAGI DALAM BEBERAPA CHAMBER DI GANTUNG, DI TOPANG, DIATAS TANAH DILETAKKAN BERJEJER DI BAWAH SEBUAH TADANG 7 BAHAN W.K KAYU KAYU KAYU BITTI URU URU 8 ARAH DAPAT W.K PENENTUAN ARAH HADAP DILAKUKAN BERDASARKAN PADA JUMLAH DOMINAN WADAH YANG MENGADAP KE ARAH PENENTUAN ARAH HADAP DILAKUKAN BERDASARKAN PADA JUMLAH DOMINAN WADAH YANG MENGADAP KE ARAH UTARA SELATAN MENGARAH PADA GUNUNG APA?? ADA BEBERAPA WADAH YANG MENGHADAP KE UTARA SELATAN DAN ADA JUGA WADAH YANG MENGHADAP TIMUR BARAT UNTUK DI SITUS BUNTU BALLA TEMUANNYA MENGHADAP KE TIMUR BARAT, SEDANGKAN TADANG NYA MENGHADAP UTARA- SELATAN DAN DI PALADAN MENGHADAP KE UTARA SELATAN 9 FUNGSI W.K PENGUBURAN PENGUBURAN PENGUBURAN PRIMER SEKUNDER SEKUNDER 10 PENGUNAAN WARNA TIDAK ADA TIDAK ADA TIDAK ADA PADA SITUS BUNTU BALLA TIDAK ADA TIDAK ADA PADA SITUS PALADAN TERDAPAT PENGGUNAAN WARNA Dari pemaparan tabel di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bentuk wadah kubur yang ada di Enrekang dapat dikatakan merupakan bentuk awal dari penguburan orang Toraja, yaitu bentuk perahu. Hal ini terkait dengan asal usul nenek moyang mereka yang datang dengan menggunakan perahu, disamping itu wadah kubur berbentuk perahu tidak hanya ditemukan disini saja bahkan di luar Sulawesi seperti di Mentawai, masyarakat yang tinggal di Siberut, Tanibar, di Kepulauan Kei, di Irian Barat Daya, di Sumba disebut kabang (kapal), di Pulau Roti disebut kopa tuwo (perahu), masyarakat Ngajuk di Kalimatan menyebut kariring (bangunan makam yang mirip bentuk perahu), yang hampir semuanya mempunyai bentuk menyerupai perahu. Jadi bentuk awal dari wadah kubur ialah bentuk perahu. 103

2. Dilihat dari seni ragam hias yang digunakan yakni ragam hias pasusuk berupa ragam hias berbentuk garis-garis vertikal yang ada di Situs Liang Datu dan beberapa situs lainnya di Enrekang, bentuk ragam hias ini termasuk salah satu dari 4 dasar ragam hias toraja. Sedangkan di Toraja dan Mamasa bentuk ragam hiasnya sudah lebih bervariasi. 3. Dilihat dari aspek bentuk pengerjaannya, bentuk yang ada di Enrekang menunjukkan bentuk pengerjaan yang sederhana berupa bentuk persegi empat saja. Kemudian mulai berubah menjadi bentuk lonjong dan bahkan sudah ada bentuk wadah kubur yang dalam pengerjaannya sudah menggunakan teknik sambung dengan pengerjaan yang lebih halus dan motif hias yang mulai berkembang seperti yang ada di Toraja dan Mamasa. 4. Bentuk penguburan yang ada di ketiga tempat tersebut memiliki kesamaan dengan bentuk penguburan yang ada di dataran Cina selatan, yang memanfaatkan tebing ataupun ceruk pada bukit karst. Hal ini mengindikasikan adanya kesamaan budaya yang ada dengan didukung data arkeologis yang memang membenarkan adanya proses migrasi bangsa Austronesia yang berasal dari cina selatan ke Nusantara. 5. Dan jika dilihat dari segi fungsi wadah kubur dan dikaitkan dengan temuan tulang-tulang yang ada, bisa dikatakan duni awalnya difungsikan sebagai penguburan primer, seperti yang diketahui, penguburan primer merupakan bentuk awal yang digunakan masyarakat masa lampau. Hasil pemaparan analisis pada masing-masing wadah kubur pada setiap situs, diketahui bahwa sistem kepercayaan, status sosial, sistem teknologi serta ketersediaan bahan di alam menjadi faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya persamaan dan perbedaan tersebut. Seperti pada Situs Liang Datu, dimana dalam kajian bentuk/jenis temuan, ragam hias, letak 104

wadah kubur, fungsi, dan arah hadap, itu sangat ditentukan oleh sistem kepercayaan mereka. Dari segi status sosial juga tercermin dari bentuk wadah, ragam hias yang ada, dan ukuran besar kecilnya suatu wadah. Sistem teknologi seperti yang terlihat pada teknik pembuatan dan bentuk ragam hiasnya, yang mengindikaikan bahwa teknik yang digunakan masih sederhana., serta ukuran wadah dimana, besar kecilnya juga dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan. Dan yang terakhir, ketersediaan bahan di alam juga menjadi faktor penting seperti dalam penggunakan bahan baku yang dalam hal ini kayu bitti, kayu ini banyak ditemukan di sekitar situs, dan letak wadah kubur yang berada di sebuah gua pada bukit karst dipilih karena ketersediaan tempat tersebut. Pada Situs Kete kesu juga dipengaruhi oleh sistem kepercayaan, status sosial, sistem teknologi dan faktor alam sekitar. Sistem kepercayaan mempunyai pengaruh terhadap bentuk wadah dimana, bentuk perahu dianggap sebagai kendaraan awah dan bentuk binatang yang dianggap memiliki kekuatan magis, serta bentuk ragam hias, fungsi wadah kubur, arah hadap, letak wadah juga mendapat pengaruh sistem kepercayaan. Pengaruh status sosial terlihat pada bentuk/jenis temuan, dimana bentuk Kerbau atau Babi dan bentuk perahu dengan ragam hias yang banyak biasanya diperuntukan bagi kaum bangsawan. Kedua yaitu ragam hias, dimana semakin banyak ragam hias biasanya menunjukkan status sosial, begitupun dengan ukuran, dan letak wadah kubur, semakin tinggi wadah kubur ditempatkan maka itu menunjukkan tingginya status sosial. Faktor alam juga terlihat disini, seperti pada bahan yang digunakan yang dalam hal ini menggunakan kayu uru, dimana kayu ini banyak tumbuh daerah itu dan letak wadah kubur yang memanfaatkan tebing karst. Faktor ke empat yaitu sistem teknologi dimana, hal ini terlihat dari teknik pembuatan wadah kubur yang lebih kompleks dan dari ragam hiasnya yang banyak mengindikasikan pula sistem teknologi yang digunakan. 105

Pada Situs Buntu Balla dan Situs Paladan, juga dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut, yaitu sistem kepecayaan, status sosial, sistem teknologi dan ketersediaan bahan di alam. Pertama sistem kepecayaan, yang mendapat mengaruh pada bentuk/jenis temuan, ragam hias, fungsi wadah kuur, dan arah hadap suatu wadah kubur. Segi sosial, terlihat dari bentuk wadah kubur, ragam hias, ukuran wadah, dan bekal kubur. Sistem teknologi terlihat pada ragam hias, ukuran wadah, teknik pembuatan yang sudah mengalami perkembangan yang lebih kompleks dan adanya penggunaan warna pada wadah kubur. Dan yang terakhir faktor alam, dimana, kayu uru banyak terdapat di hutam Mamasa, dan letak wadah kubur juga dipengaruhi oleh faktor ini. 5.2 Saran Penelitian ini tidak lepas dari kekurangan, seperti tidak adanya dating kayu untuk pertanggalan yang jelas, dan perlunya pengambilan sampel lebih banyak lagi pada tiap kabupaten guna menarik kesimpulan secara umum. Serta perlunya dilakukan penyelamatan data pada Situs Liang Datu dengan Situs Ketekesu. Khusus untuk Kete kesu, mengingat situs ini dijadikan sebagai objek wisata, sekiranya adanya pagar pembatas di sekitar erong, agar pengunjung tidak dengan leluasa memegang erong. 106