BAB 3 KERANGKA TEORETIS

dokumen-dokumen yang mirip
2015 METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM : KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

BAB I PENDAHULUAN. Metafora bagi sebagian besar orang merupakan sebuah sarana puitika dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

UNIVERSITAS INDONESIA METAFORA DALAM LAGU IWAN FALS YANG BERTEMAKAN KRITIK SOSIAL TESIS SITI AISAH

BAB I PENDAHULUAN. Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pemakai bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara tanda - tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Blair (2008: 46) dalam The Power of Personification menyatakan bahwa people

UNIVERSITAS INDONESIA METAFORA DALAM LAGU IWAN FALS YANG BERTEMAKAN KRITIK SOSIAL TESIS SITI AISAH

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

ANALISIS MAKNA KIAS DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS X

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB 1 PENDAHULUAN. atau persamaan; misal kaki gunung, kaki meja, berdasarkan kias pada kaki manusia (Harimurti, 2008: 152).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia UMB. Pilihan Kata (Diksi) Kundari, S.Pd, M.Pd. Komunikasi. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu. Program Studi Sistem

METAFORA DALAM LIRIK LAGU JOHNNY CASH (SUATU ANALISIS SEMANTIK) J U R N A L S K R I P S I

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. suatu ide, gagasan atau ungkapan perasaan. Dalam lirik lagu terkandung makna

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB I PENDAHULUAN. hal yang ada dalam pikiran manusia agar dapat dipahami dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang wajib

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

Majas dan pembentukannya. Oleh. Okke K.S. Zaimar

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari semakin maju.

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, metafora muncul sebagai suatu gaya bahasa atau figure of

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Ungkapan dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat kerap menjadi

KATEGORI DAN FUNGSI MAJAS DALAM LIRIK LAGU ALBUM BINTANG LIMA DEWA 19

BAB I PENDAHULUAN. Secara sadar ataupun tidak, manusia seringkali menggunakan gaya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK. Konsep kata metafora atau metaphor berasal dari meta dan sphere

BAB 2 KERANGKA TEORI

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. penggunaan gaya bahasa kiasan metafora yang disampaikan melalui ungkapanungkapan

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB I PENDAHULUAN. manfaat, serta definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI BENTUK GAYA BAHASA DALAM KARIKATUR POLITIK PADA MEDIA INTERNET NASKAH PUBLIKASI

MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertentangkan aspek-aspek dua bahasa yang berbeda untuk menemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk kehidupan sehari-hari tetapi bahasa juga diperlukan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan proposal skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan.

Penggunaan bahasa kias yang terdapat dalam novel AW karya Any Asmara

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Metafora dalam..., Siti Aisah, FIB UI, 2010

BAB I PENDAHULUAN. Metafora dalam Rubrik Voyage pada Majalah GEO. Pada kehidupan sehari-hari, manusia seringkali membandingkan suatu hal dengan

Analisis Struktural dan Gaya Bahasa dalam Cerita Rakyar Bebanten Katresnan karya Sri Adi Harjono

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan judul. Hasil suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan mudah

Analisis metaforis..., Widya, FIB, UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN

2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. yang ditulis oleh sastrawan terdahulu, namun dewasa ini penggunaan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP SONETA DALAM ALBUM EMANSIPASI WANITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam sebuah karya sastra, namun berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sangat

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU HIDUP IV - EBIET G ADE: KAJIAN STILISTIKA (Language Style in the Lyric of the Song Hidup IV by Ebiet G Ade: Stilistics

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan orang kepada orang lain. Bahasa juga digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Majas merupakan bahasa yang kias, bahasa yang dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

Transkripsi:

BAB 3 KERANGKA TEORETIS 3.1 Pengantar Cara berpikir dan bertindak setiap individu selalu terkait dengan metafora. Gambaran mengenai realitas dan pengalaman sehari-hari dapat dipahami dengan mudah melalui metafora, karena metafora terkait dengan kognisi manusia. Metafora tidak cukup dipandang sebagai perbandingan dua objek semata, melainkan lebih dari itu, metafora terkait dengan kognisi manusia yang tidak dapat dipisahkan dengan realitas yang ada. Sebagai landasan teori yang utama atau pisau analisis penelitian ini, Saya menggunakan teori metafora konseptual dari Lakoff dan Johnson (1980) untuk mengklasifikasikan tiga jenis metafora, yaitu metafora struktural, metafora ontologis, dan metafora orientasional. Di samping itu, Saya juga mengkaji ranah sumber apa yang paling dominan hadir di dalam lagu-lagu yang diteliti agar diketahui metafora apa yang digunakan pencipta lagu yang diteliti untuk melontarkan kritik-kritik sosial. Metafora dalam kajian ini juga menggunakan landasan teori metafora dalam arti luas menurut klasifikasi majas Moeliono (1989:175-177), karena data yang digunakan berupa lirik lagu yang berisi bait-bait seperti sebuah puisi yang biasanya mengandung majas di dalamnya untuk memperindah lagu dan memudahkan pemahaman penikmat lagu terhadap isi pesan lagu tersebut. Tujuan dari menemukan jenis majas apa yang terkandung di dalam bait-bait lagu adalah untuk mengetahui majas apa yang paling dominan digunakan pencipta lagu (dalam hal ini Iwan Fals) ketika melontarkan kritik sosial terhadap pemerintah berkuasa pada masa itu. 3.2 Metafora Konseptual Segala sesuatu yang dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari direalisasikan secara kognitif melalui bahasa. Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari kita kerapkali berselisih faham atau berselisih pendapat dengan orang lain. 20

Ketika terjadi selisih pendapat atau beradu argumen, tentunya masing-masing pihak mempertahankan argumennya. Namun, dalam beradu argumen, tentu saja ada pihak yang kalah dan ada pihak yang menang, meskipun pihak yang menang tersebut belum tentu memiliki argumen yang benar. Berdasarkan pengalaman berargumen tersebut, muncul istilah I don t want to lose my argument (saya tidak mau kalah dalam perdebatan ini) dan I won my argument (saya menang dalam perdebatan ini). Kemenangan dan kekalahan dalam perdebatan atau beradu argument ini dianggap seperti sedang menghadapi peperangan. Jadi, hal tersebut menghasilkan konsep metaforis dalam pikiran manusia bahwa ARGUMENT IS WAR. Konsep tersebut merupakan pangkal munculnya istilah-istilah metaforis lain, seperti dalam kalimat berikut; he shot down all of my argument (Dia menembak seluruh argumen saya) dan I demolished his argument (saya meruntuhkan argumennya). Kata shot dan demolished merupakan bagian dari konsep WAR (PEPERANGAN), di mana pelaku dalam peperangan saling menembak dan meruntuhkan pertahanan. Berdasarkan contoh tersebut, konsep ARGUMENT dapat dipahami dan dibentuk melalui konsep WAR. Dari contoh yang diberikan oleh Lakoff dan Johnson (1980) mengenai konsep ARGUMENT dan WAR, dapat dipahami bahwa manusia mengamati dan memperlakukan berbagai hal yang mereka jumpai, mereka rasakan dan aplikasikan dalam bentuk bahasa yang bersifat metaforis lewat tuturan mereka sehari-hari. Seperti yang disebutkan oleh Lakoff dan Johnson (1980:3) bahwa,...metaphor is pervasive in everday life, not just in language but in thought and action. Our ordinary conceptual system, in terms of which we both think and act, is fundamentally methaporical in nature. Teori metafora ini lebih dikenal dengan teori metafora konseptual (Conceptual Metaphor Theory, disingkat CMT). Dalam CMT, terdapat dua ranah konseptual, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran. Ranah sumber digunakan manusia untuk memahami konsep abstrak dalam ranah sasaran. Ranah sumber umumnya berupa hal-hal yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Ranah sumber lebih bersifat konkret, sedangkan ranah sasaran bersifat abstrak. Metafora mengorganisasi hubungan antar objek dan menciptakan pemahaman

mengenai objek tertentu melalui pemahaman mengenai objek lain. Dengan kata lain, ranah sumber (source domain) digunakan manusia untuk memahami konsep abstrak dalam ranah sasaran (target domain). Selanjutnya, Lakoff dan Johnson menyatakan bahwa The essence of metaphor is understanding and experiencing one kind of thing in terms of another (1980: 5). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa seseorang dapat memahamisesuatu hal melalui proses pemahamannya akan hal lain yang telah dikenal dan dipahami sebelummya. Pendapat tentang Lakoff ini mengisyarakatkan bahwa metafora bukan sekadar dalam kata-kata yang kita gunakan tetapi lebih dari itu, bahwa ini merupakan fakta bahwa proses berpikir manusia dan sistem pemahamannya sebagian adalah metaforis. Metafora menurut Lakoff dan Johnson (1980) terdiri atas tiga jenis, yaitu: 1. Metafora struktural, yaitu sebuah konsep dibentuk secara metaforis dengan menggunakan konsep yang lain. Metafora struktural ini didasarkan pada dua ranah, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran. Metafora struktural berdasar pada korelasi sistematis dalam pengalaman sehari-hari. 2. Metafora orientasional, yaitu metafora yang berhubungan dengan orientasi ruang, seperti naik-turun, dalam-luar, depan-belakang, dan lain-lain. Orientasi ruang ini muncul dari kenyataan bahwa kita memiliki tubuh dan tubuh berfungsi dalam lingkungan fisik. Metafora ini lebih didasarkan pada pengalaman fisik manusia dalam mengatur orientasi arah dalam kehidupan sehari-hari, seperti UP-DOWN yang diukur dari pengalaman fisik manusia. Metafora orientasional merefleksikan konsep spasial yang berbeda-beda menurut pengalaman fisik atau budaya msyarakatnya (2003: 14). Oleh karena itu metafora orientasional berbeda di setiap budaya, karena apa yang dipikirkan, dialami, dilakukan oleh setiap budaya, berbeda. Metafora orientasional memberikan pada sebuah konsep suatu orientasi ruang, misalnya: HAPPY IS UP, HEALTH IS UP.

3. Metafora ontologis adalah metafora yang melihat kejadian, aktifitas emosi, dan ide sebagai entitas dan substansi. Misalnya dalam metafora THE MIND IS A MACHINE dalam kalimat My mind just isn t operating today (hari ini otak saya tidak bekerja atau hari ini saya sedang tidak ingin berpikir). Metafora ontologis adalah metafora yang mengkonseptualisasikan pikiran, pengalaman, dan proses hal abstrak lainnya ke sesuatu yang memiliki sifat fisik. Dengan kata lain, metafora ontologis menganggap nomina abstrak sebagai nomina konkret. Berikut ini contoh metafora kenaikan harga barang yang dipandang sebagai suatu entitas melalui nomina inflasi. INFLATION IS AN ENTITY Inflation is lowering our standard of living (inflasi menurunkan standar kehidupan kita) Inflation makes me sick (inflasi membuat saya muak) Berdasarkan contoh metafora inflasi tersebut, suatu entitas memungkinkan kita untuk mengacu/merujuk kepada hal tersebut (referring), menghitung jumlahnya (quantifying), mengidentifikasi aspek tersebut (identifying aspects), mengidentifikasi penyebab/alasannya (identifying causes), menentukan tujuan dan mendorong tindakan (setting goals and motivating actions), (Lakoff dan Johnson, 1980: 26). Metafora ontologis memiliki subbagian lain yang disebut container metaphor (metafora kontainer), yaitu suatu entitas abstrak dianggap memiliki fisik berupa kontainer, atau semacam ruang yang memiliki pintu masuk IN dan pintu keluar OUT. Dalam hal ini, ketika suatu objek masuk ke dalam container tersebut, maka kontaainer itu terisi, demikian pula sebaliknya. Contohnya, he fell in love (dia jatuh cinta). We re out of trouble now (kita keluar dari masalah/kita sudah terbebaskan dari masalah).

Personifikasi menurut Lakoff dan Johnson (2003) juga termasuk ke dalam metafora ontologis. Dalam personifikasi, entitas yang berupa benda mati, baik benda abstrak maupun konkret digunakan dan diperlakukan seperti layaknya manusia dengan segala aspek dan aktifitasnya, sebagai contoh, inflation is eating up his profits, inflation has attacked the foundation of our economy. Berdasarkan contoh tersebut, entitas inflation dianggap mampu melakukan sesuatu selayaknya manusia, yaitu eating atau memakan dan attacked atau menyerang. 3.3 Klasifikasi Majas Metafora adalah perbandingan yang implisit, tanpa kata seperti atau sebagai di antara dua hal yang berbeda (Moeliono, 1984: 3). Terdapat dua istilah metafora yaitu metafora dalam arti sempit dan metafora dalam arti luas. Metafora dalam arti sempit adalah bentuk kiasan tertentu di antara bentuk-bentuk kiasan yang lain, yaitu metonimi, sinekdoke, hiperbol, sedangkan metafora dalam arti luas mencakup semua bentuk kiasan atau majas (Noth 1995: 128). Menurut Moeliono (1989), metafora dalam arti luas adalah majas yang merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yakni majaz dalam bahasa Indonesia. Majas dalam bahasa Indonesia adalah sinonim dari metafora dalam arti luas yang diklasifikasikan oleh Moeliono (1989). Majas tersebut diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, 1) majas perbandingan antara lain; simile, metafora dan personifikasi; 2) majas pertentangan, antara lain; hiperbol, litotes, ironi; dan 3) majas pertautan, antara lain; metonimi, sinekdok, eufimisme, dan kilatan. 1. Majas Perbandingan Majas atau gaya bahasa perbandingan terdiri dari tiga sub-kategori, yaitu, perumpamaan, metafora, dan personifikasi. a) Perumpamaan (simile) Perbandingan antara dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang dengan sengaja dianggap sama. Perbandingan secara eksplisit dijelaskan dengan pemakaian

kata seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak,laksana. Contoh: dia seperti anak ayam kehilangan induk. b) Metafora Metafora adalah majas perbandingan yang implisit di antara dua hal yang berbeda, yang pengungkapannya tanpa kata seperti atau sebagai. Contoh: Dia anak emas pamanku. c) Personifikasi/penginsanan Jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insan kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Contohnya: angin yang meraung, cinta itu buta. 2. Majas Pertentangan Dalam kategori ini terdapat tiga sub-kategori, yaitu hiperbola, litotes dan ironi. Berikut ini penjelasan mengenai ketiga sub-kategori tersebut. a) Hiperbola Ungkapan yang melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dimaksudkan: jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya. Misalnya: Dia terkejut setengah mati b) Litotes Majas yang dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk ynng bertentangan. Litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan yang sebenarnya. Contoh: hasilnya tidak mengecewakan (maksudnya, hasilnya baik) c) Ironi Majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud berolokolok. Maksud itu dapat tercapai dengan mengemukakan (1) makna yang berlawanan dengan makna yang sebenarnya, (2) ketaksesuaian antara kenyataan dan harapan, (3) ketaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya. Misalnya: sudah pulang engkau, Nak, baru pukul 2 malam (ekspresi seorang ayah yang kesal, yang menunggu anaknya pulang).

3. Majas Pertautan Yang termasuk dalam kategori ini, antara lain, metonimia, sinekdok, kilatan, dan eufemisme. a) Majas metonimia (berasal dari bahasa Yunani, meta (bertukar) + onym (nama) adalah sejenis majas yang menggunakan nama suatu barang bagi sesuatu yang lain yang berkaitan erat dengannya. Majas ini memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal. Kita dapat menyebut pencipta atau pembuatnya jika yang dimaksudkan ciptaan ataupun buatannya ataupun kita menyebut bahannya jika yang dimaksudkan barangnya. (Moeliono, 1984: 3). Contoh: Para siswa sekolah menengah senang sekali membaca S.T. Alisyahbana. b) Majas sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhan, atau sebaliknya. Sebagai contoh: pasang telinga baik-baik dalam menghadapi masalah ini. c) Majas kilatan adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan praanggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh penulis dan pembaca serta adanya kemampuan pada pembaca untuk menangkap pengacuan itu. Misalnya: tugu ini mengenangkan kita kembali ke peristiwa Bandung Selatan. d) Majas eufemisme ialah ungkapan yang dianggap lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang dianggap tidak menyenangkan. Contohnya: penyesuaian harga untuk menyebutkan istilah kenaikan harga. 3.4 Metafora dalam Kajian Semantik Makna merupakan kesatuan mental pengetahuan dan pengalaman yang terkait dengan lambang bahasa yang mewakilinya (Darmojuwono, 2005: 121). Sebuah kata atau leksem dapat ditentukan maknanya jika kata tersebut berada di dalam konteks kalimatnya. Metafora berkaitan erat dengan pembahasan makna. Inti dari metafora terletak pada hubungan antara kata, dan makna kata. Di dalam metafora terdapat dua

makna, yakni makna harfiah atau kalimat dan makna yang dimaksudkan disebut dengan makna metaforis (Searle, 1979: 520). Makna metaforis adalah makna yang dialihkan dari makna kata yang sebenarnya menjadi makna kata yang lain. Hal ini diperkenalkan juga oleh C/ K Ogden dan I. A Richards pada tahun 1923 (Leech, 1974: 1) yang kemudian dijadikan acuan dalam kajian semantik. Menurut Ogden dan Richards (1989), makna suatu kata diperoleh dari hubungan antara lambang bahasa/simbol, citra mental dan referen/acuan. Makna ini merupakan citra mental yang timbul dalam pikiran seseorang jika mendengar atau membaca tanda bahasa. Sebagai contoh, makna kata bunga adalah citra mental/konsep tentang bunga yang tersimpan di dalam otak kita dan dilambangkan dengan kata bunga. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semantik mengkaji makna tanda bahasa, yaitu kaitan antara citra mental/konsep dan tanda bahasa yang melambangkannya. Gambar segitiga Ogden dan Richards (1989) menunjukkan bahwa di antara lambang bahasa dan citra mental terdapat hubungan langsung, karena lambang dan konsep/citra mental berada di dalam bahasa, sedangkan lambang/simbol dan referen tidak berhubungan langsung (digambarkan dengan garis putus-putus) karena harus melalui konsep/citra mental. b) citra mental a) simbol/lambang b-u-n-g-a Gambar 3.1 Segitiga Ogden & Richards (c) Referen/acuan Satu leksem memiliki cakupan makna yang dibentuk oleh sem-sem yang ada (unsur makna terkecil), jika kata tersebut digunakan dalam konteks tertentu maka sem-sem yang cocok dengan konteks akan membentuk makna kontekstual kata tersebut. Sebagai contoh kata bunga makna denotasinya adalah referen yang disebut bunga,

namun jika bunga digunakan dalam kalimat Ani bunga desa ini, maka makna metaforis gadis yang tercantik dibentuk oleh sem yang sesuai dengan konteks ini. Berikut ini bagan mengenai makna menurut Blanke (1973: 78). S K Sem-sem Sem-sem Cakupan makna Rantai sem Cakupan konsep Leksem Rantai fonem Realitas Gambar 3.2 Bagan Makna Untuk dapat memahami makna metaforis, dapat dianalisis melalui komponen maknanya. Analisis komponen makna dasar yang dimiliki kata/frasa/kalimat tersebut. Cara ini dipakai untuk memperlihatkan perbedaan unsur-unsur penyusun makna yang terdapat di dalam sebuah kata/frasa/kalimat. Makna sebuah kata dapat dibentuk oleh beberapa komponen makna. Hubungan yang terdapat antara makna kata (misalnya kata A) dan KM (Komponen Makna), adalah hubungan: Makna (kata A) = KM1+KM2+KM3+ KMn Analisis komponensial adalah teknik untuk mendeskripsikan hubungan makna suatu referen dengan memilah-milahkan setiap konsep menjadi komponen minimal, atau ciri-ciri, seperti keadaan, proses, hubungan sebab akibat, hubungan relasional kelompok/kelas, kepemilikan, dimensi/ruang, lokasi, dan arah (Widdowson, 1996: 57). Ciri-ciri makna yang dilambangkan oleh bentuk leksikal suatu kata atau kelompok kata sebagai referen diinventarisir melalui analisis komponen makna.

29 Berdasarkan pemaparan mengenai teori metafora konseptual Lakoff dan Johnson (1980) dan klasifikasi majas dari Moeliono (1989), serta metafora dalam kajian semantik, maka sebagai pisau analisis dalam penelitian ini, Saya akan menggunakan teori metafora konseptual dari Lakoff dan Johnson (1980) dan metafora dalam arti luas yang mencakup semua jenis majas menurut Moeliono (1989). Saya menggunakan landasan teori metafora dalam arti luas menurut Moeliono (1980), karena di dalam sebuah lagu umumnya menggunakan beberapa jenis majas untuk mengungkapkan sesuatu hal. Oleh karena itu, pengertian metafora dalam arti luas yang mencakupi beberapa jenis majas digunakan untuk menganalisis jenis majas yang terdapat di dalam setiap lagu. Universitas Indonesia