HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN Dian Nurafifah.......ABSTRAK....... Setiap wilayah yang terdapat nyamuk Aedes Aegypti mempunyai resiko untuk kejangkitan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Hasil survey awal menunjukan dari 10 keluarga terdapat 7 keluarga (70%) tidak dengan baik mereka hanya menggunakan obat nyamuk atau obat-obatan lain dalam memberantas nyamuk tanpa ada tindakan lain memberantas sarang atau jentik nyamuk. Terdapat satu kejadian kematian pada anak akibat DBD di RT 3 RW 4 pada tahun 2012. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk di RT 3 RW 4 Desa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi korelasi dengan pendekatan cross sectional, populasinya adalah 38 KK di RT 3 RW 4 Desa, dengan besar sampel 35 KK, mengunakan teknik Simple Random Sampling. Variabel independen adalah pengetahuan pemberantasan sarang nyamuk dan variabel dependen adalah perilaku pemberantasan sarang nyamuk. Instrument yang digunakan adalah lembar kuesioner, kemudian di uji dengan mengunakan uji Rank Spearman dengan α = 0,05 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil responden dengan pengetahuan baik sebagian besar dan tidak satupun responden yang tidak. Responden yang mempunyai pengetahuan cukup sebagian besar dan sebagian kecil tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian besar tidak dan sebagian kecil melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Hasil uji spearman dengan α = 0,05 di dapatkan nilai signifikan dimana ρ = 0,000 nilai koefisien korelasi (rs) = 0,560. Hal ini berarti sign ρ < 0,05 sehingga H1 diterima artinya terdapat hubungan pengetahuan dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk dirt 3 RW 4 Desa. Berdasarkan hasil penelitian di atas, perlu kerjasama dengan berbagai pihak untuk memberantas DBD, bagi petugas kesehatan diharapkan lebih intensif melakukan penyuluhan tentang pencegahan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan pemberantasan sarang nyamuk (). Keywords: Pengetahuan, perilaku, pemberantasan sarang nyamuk PENDAHULUAN... Setiap wilayah yang terdapat nyamuk Aedes Aegypti mempunyai resiko untuk kejangkitan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Nyamuk ini berkembang biak di tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, drum dan barang bekas yang dapat menampung air hujan di rumah dan tempat umum. Untuk mencegah berjangkitnya penyakit ini, nyamuk Aedes Aegypti perlu diberantas. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan perilaku seseorang menyangkut kebersihan yang dapat mempengaruhi kesehatannya. Salah satu faktor yang mendukung perilaku hidup bersih dan sehat adalah kesehatan lingkungan. Kesehatan dari suatu komunitas bergantung pada integritas lingkungan fisik, nilai kemanusiaan dalam SURYA 39 Vol.03, No.XVI, Desember 2013
hubungan sosial, ketersediaan sumber yang diperlukan dalam mempertahankan hidup dan penanggulangan penyakit Departemen Kesehatan telah menetapkan 5 kegiatan pokok sebagai kebijakan dalam pengendalian penyakit DBD yaitu menemukan kasus secepatnya dan mengobati sesuai protap, memutuskan suatu mata rantai penularan dengan pemberantasan vector (nyamuk dewasa dan jentikjentiknya), kemitraan dalam wadah POKJANAL DBD (kelompok kerja oprasional DBD), pemberdayaan masyarakat dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( 3M Plus) dan peningkatan profesionalisme pelaksanaan program. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi terjadinya peningkatan kasus, salah satu diantaranya dan yang paling utama adalah dengan memberdayakan masyarakat dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk () melalui gerakan 3M (menguras, menutup, mengubur). Kegiatan ini telah diintensifkan sejak tahun 1992 dan pada tahun 2000 dikembangkan menjadi 3M Plus yaitu dengan cara menggunakan larvasida, memelihara ikan dan mencegah gigitan nyamuk. Sampai saat ini upaya tersebut belum menampakkan hasil yang diinginkan karena setiap tahun masih terjadi peningkatan angka kematian. Berdasarkan hasil survey awal di Desa didapatkan dari 10 keluarga hanya 3 keluarga (30%) yang sudah, dan 7 keluarga (70%) belum melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara maksimal. Mereka hanya memberantas nyamuk besar dengan menggunakan obat nyamuk atau obat - obatan lain tanpa memberantas sarang atau jentik nyamuk. Pada tahun 2012 terdapat 1 kematian anak akibat penyakit demam berdarah. Maka masalah penelitian dari data diatas adalah masih banyak keluarga yang belum dengan maksimal. Faktor yang dapat mempengaruhi penyakit DBD adalah lingkungan, biologis dan kimiawi. Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhui perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Semakin tinggi tingkat kebersihan lingkungan maka semakin rendah terjadinya penyakit DBD. Pengendalian secara bioligis merupakan pengendalian perkembangan nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. Seperti pemeliharaan ikan cupang pada kolam/ sumur yang sudah tak terpakai atau menggunakan dengan bakteri Bt H-14. Pengendalian secara kimiawi adalah cara pengendalian serta pembasmian nyamuk dan jentik dengan menggunakan bahan-bahan kimia misalnya pengasapan/ fogging dengan menggunakan malathion dan fenthion, memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat yang sering menjadi tempat penampungan air. Apabila faktor tersebut diatas mendukung maka tindakan akan berjalan dengan baik tanpa adanya hambatan dan sebaliknya jika faktor tersebut tidak mendukung maka akan timbul penyulit sehingga hal tersebut akan membawa dampak pada keluarga atau masyarakat. Cara memberantas nyamuk Aedes Aegypti yang tepat guna ialah melakukan pemberantasan sarang nyamuk () yaitu kegiatan untuk memberantas jentik di tempat berkembang biaknya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara 3 M plus (menguras, menutup, mengubur, serta menghindari gigitan nyamuk) tempat berkembang biak nyamuk penular penyakit Demam Berdarah Dengue atau usaha lain untuk memberantas jentik seperti abatisasi, memelihara ikan, dll.(depkes RI, 2005) Pemberantasan Sarang Nyamuk () merupakan suatu metode untuk mencegah penyakit DBD. Pelaksanaanya memerlukan peran serta penyakit agar hasil yang diperoleh maksimal, karena yang ini adalah masyarakat. Tapi dalam kenyataanya masih banyak masyarakat yang belum melakukan pencegahan ini. Untuk meningkatkan perilaku keluarga dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (), kita perlu meningkatkan rasa kepedulian masyarakat khususnnya keluarga SURYA 40 Vol.03, No.XVI, Desember 2013
terhadap kesehatan lingkungan dengan memberikan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan khususnya tentang Pencegahan DBD dan pemberantasan sarang nyamuk. METODE PENELITIAN.. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasional dengan populasi seluruh KK di RT 3 RW 4 Desa Kabupaten Lamongan sebanyak 38 KK. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dengan sampel sebanyak 35 KK. Variabel independen adalah pengetahuan tentang pemberantasan sarang nyamuk dan variabel dependen adalah perilaku pemberantasan sarang nyamuk. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner. Pengolahan data menggunakan Editing, Coding, Scoring, Tabulating. Analisa data menggunakan uji Rank Spearman dengan taraf signifikansi 0,05. HASIL.PENELITIAN Data Umum 1. Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan di RT 3 RW 4 Desa Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di RT 3 RW 4 Desa Kabupaten Lamongan No Pekerjaan Frekuensi Prosentase (% ) 1. Petani 25 71,4 2. Wiraswasta 8 22,9 3. PNS 2 5,7 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pekerjaan sebagai petani yaitu 25 responden (71,4%) dan sebagian kecil responden sebagai PNS yaitu 2 responden (5,7%). 2. Karakteristik responden berdasarkan umur di RT 3 RW 4 Desa Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di RT 3 RW 4 Desa Kabupaten Lamongan No. Umur Frekuensi Prosentase (%) 1. < 20 tahun 0 0 2. 20 35 tahun 6 14,2 3. > 35 tahun 29 82,8 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden berumur lebih dari 35 tahun yaitu 29 responden (82,8%) dan tidak satupun responden yang berumur kurang dari 20 tahun yaitu 0% 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di RT 3 RW 4 Desa Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di RT 3 RW 4 Desa Kabupaten Lamongan No. Pendidikan Frekuensi Prosentase % 1. SD 5 14,3 2. SMP 12 34,3 3. SMA 8 22,8 4. PT 2 5,8 5. Tidak sekolah 8 22,8 Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa sebagian responden memiliki pendidikan SMP yaitu sebanyak 12 responden (34,3%) dan sebagian kecil mempunyai pendidikan sarjana pertguruan tinggi yaitu 2 responden (5,8%). SURYA 41 Vol.03, No.XVI, Desember 2013
Data Khusus 1. Pengetahuan tentang pemberantasan sarang nyamuk di RT 3 RW 4 Desa Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang DBD di RT 3 RW 4 Desa Kabupaten Lamongan No. Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%) 1. Baik 12 34,28 2. Cukup 21 60 3. Kurang 2 5,72 Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup tentang pemberantasan sarang nyamuk yaitu 21 responden (60%) dan sebagian kecil responden mempunyai pengetahuan kurang tentang pemberantasan sarang nyamuk yaitu 2 responden (5,72%). 2. Perilaku pemberantasan sarang nyamuk di RT 3 RW 4 Desa Kemabangbahu Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan perilaku pemberantasan sarang nyamuk di RT 3 RW 4 Desa Kabupaten Lamongan No. Perilaku Frekuensi Prosentase (%) 1. Melakukan 19 54,29 2. Tidak melakukan 16 45,71 Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 19 responden (54,29%) dan sebagian kecil responden tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 16 responden (45,71%). 3. Hubungan pengetahuan dan perilaku dalam pemberantasan sarang nyamuk Tabel 6. Tabulasi Silang hubungan pengetahuan dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk di RT 3 RW 4 Desa Kabupaten Lamongan No Pengetahuan Tidak Jumlah 1. Baik 2(100%) 0(0%) 2(100%) 2. Cukup 15(71,4%) 6(28,6%) 21(100%) 3. Kurang 2(16,6%) 10(83,4%) 12(100%) Jumlah 19(54,3%) 16(45,71%) 35(100%) Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa responden dengan pengetahuan baik sebagian besar melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 2 responden (100%) dan tidak satupun responden yang tidak 0%. Responden yang mempunyai pengetahuan cukup sebagian besar yaitu 15 responden (71,4%) dan sebagian kecil tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 6 responden (28,6%). Responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian besar tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 10 responden (83,4%) dan sebagian kecil yaitu 2 responden (16,6%). Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS yang dilakukan dengan menggunakan uji spearman dengan α = 0,05 di dapatkan nilai signifikan dimana ρ = 0,000 nilai koefisien korelasi (rs) = 0,560. Hal ini berarti sign ρ < 0,05 sehingga H1 diterima artinya terdapat hubungan pengetahuan dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk dirt 3 RW 4 Desa. SURYA 42 Vol.03, No.XVI, Desember 2013
PEMBAHASAN.. 1. Pengetahuan tentang pemberantasan sarang nyamuk di RT 3 RW 4 Desa. Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang pemberantasan sarang nyamuk yaitu 21 responden (60%) dan sebagian kecil responden mempunyai pengetahuan kurang tentang pemberantasan sarang nyamuk yaitu 2 responden (5,72%). Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang. Terdapat factor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain usia, pendidikan, pekerjaan, ekonomi. Ditinjau dari factor pekerjaan, berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pekerjaan sebagai petani yaitu 25 responden (71,4%) dan sebagian kecil responden sebagai PNS yaitu 2 responden (5,7%). Pengetahuan responden didapatkan dari informasi yang datang melalui media massa maupun elektronik. Banyak sekali informasi yang didapat terutama melalui televisi. Walaupun pekerjaan responden sebagian besar petani, tetapi mereka memiliki waktu luang untuk mendapatkan informasi. Pada malam hari adalah waktu paling banyak dimanfaatkan responden untuk mendapatkan informasi melalui televisi. Informasi yang didapatkan juga berasal dari petugas kesehatan dimana banyak sekali terdapat petugas kesehatan di wilayah. Letak Puskesmas terdapat di Desa sehingga masyarakat lebihmudah mendapatkan informasi kesehatan terutama masalah pemberantasan sarang nyamuk. Ditinjau dari faktor usia berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden berumur lebih dari 35 tahun yaitu 29 responden (82,8%) dan tidak satupun responden yang berumur kurang dari 20 tahun yaitu 0%. Pada umumnya taraf berfikir keluarga yang berumur 20-35 tahun semakin matang dan dewasa sehingga keluarga sadar akan pentingnya pengetahuan pencegahan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan pemberantasan sarang nyamuk. Tingkat ekonomi juga berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Dengan ekonomi yang mencukupi seseorang dapat memperoleh pengetahuan di tempat pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan orang yang memiliki kehidupan ekonomi kurang mereka hanya mendapatkan pengetahuan yang terbatas dari orang lain. Di desa sebagian besar memiliki tingkat ekonomi baik sehingga dimungkinkan mereka mempunyai kesempatan untuk mencari informasi lebih banyak. Ditinjau dari faktor pendidikan berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa sebagian responden memiliki pendidikan SMP yaitu sebanyak 12 responden (34,3%) dan sebagian kecil mempunyai pendidikan sarjana pertguruan tinggi yaitu 2 responden (5,8%). Pendidikan SMP termasuk dalam pendidikan dasar. Walaupun sebagian besar responden mempunyai pendidikan dasar tetapi mereka mempunyai keinginan yang kuat untuk memberantas sarang nyamuk. Apalagi terdapat satu kejadian pada tahun 2012 salah satu anak warga RT 3 RW 4 terkena demam berdarah sampai meninggal dunia. Kegiatan yang mereka lakukan terbatas pada kegiatan pemberantasan sarang nyamuk di rumah masing-masing. 2. Perilaku pemberantasan sarang nyamuk di RT 3 RW 4 Desa Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 19 responden (54,29%) dan sebagian kecil responden tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 16 responden (45,71%). Perilaku yang dilakukan responden di RT 3 RW 4 dipengaruhi oleh banyak factor diantaranya usia, pendidikan, dan pekerjaan. Ditinjau dari factor usia berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden berumur lebih dari 35 tahun yaitu 29 responden (82,8%) dan tidak satupun responden yang berumur kurang dari 20 tahun yaitu 0%. Pada umur tersebut mereka mempunyai kemampuan berfikir lebih matang karena usia yang semakin matang. SURYA 43 Vol.03, No.XVI, Desember 2013
Dengan semakin matangnya usia membuat mereka dapat memilih perilaku yang terbaik untuk mencapai tujuan yang baik pula. Mereka menganggap bahwa memberantas sarang nyamuk adalah merupakan hal yang baik karena dapat mencegah terjadinya penyakit demam berdarah. Selain itu mereka juga takut apabila suatu saat terdapat anggota keluarga yang terkena demam berdarah sehingga berusaha semaksimal mungkin untuk berupaya memberantas sarang nyamuk. Ditinjau dari faktor pekerjaan berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pekerjaan sebagai petani yaitu 25 responden (71,4%) dan sebagian kecil responden sebagai PNS yaitu 2 responden (5,7%). Karena sebagian besar responden bekerja sebagai petani mereka mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk. Hasil wawancara pada responden mereka mengatakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dilakukan ketika akan memulai pekerjaan di sawah dan setelah pulang dari sawah. Mereka meluangkan waktu untuk kegiatan pemberantasan sarang nyamuk karena ada perasaan takut jika anggota keluarga terkena demam berdarah. Bentuk kegiatan pemberantasan sarang nyamuk yang mereka kerjakan antara lain membersikan rumah dengan menyapu setiap pagi dan sore, membakar sampah setiap hari, menguras tempat penampungan air beberapa hari sekali. Jika malam tiba mereka menggunakan lotion anti nyamuk, obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprot dan beberapa keluarga menggunakan kelambu terutama bagi keluarga yang memiliki bayi. Selain itu sebagian besar responden menganggap bahwa penyakit demam berdarah sangat menakutkan sehingga perlu diberantas. Ditinjau dari faktor pendidikan berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa sebagian responden memiliki pendidikan SMP yaitu sebanyak 12 responden (34,3%) dan sebagian kecil mempunyai pendidikan sarjana pertguruan tinggi yaitu 2 responden (5,8%). Pendidikan SMP termasuk dalam pendidikan dasar. Walaupun demikian mereka sangat antusias dengan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk. Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk mereka ketahui dari informasi di media massa. Mereka mengerjakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk mulai dari hal hal yang sederhana yang mudah untuk mereka kerjakan. 3. Hubungan pengetahuan dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk di RT 3 RW 4 Desa Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa responden dengan pengetahuan baik sebagian besar melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 2 responden (100%) dan tidak satupun responden yang tidak 0%. Responden yang mempunyai pengetahuan cukup sebagian besar yaitu 15 responden (71,4%) dan sebagian kecil tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 6 responden (28,6%). Responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebagian besar tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 10 responden (83,4%) dan sebagian kecil yaitu 2 responden (16,6%). Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS yang dilakukan dengan menggunakan uji spearman dengan α = 0,05 di dapatkan nilai signifikan dimana ρ = 0,000 nilai koefisien korelasi (rs) = 0,560. Hal ini berarti sign ρ < 0,05 sehingga H1 diterima artinya terdapat hubungan pengetahuan dan perilaku pemberantasan sarang nyamuk dirt 3 RW 4 Desa. Responden yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar melakukan pencegahan sarang nyamuk. Karena mereka tahu bahaya dari nyamuk demam berdarah. Mereka takut jika anggota keluarga menderita penyakit demam berdarah yang dapat mengakibatkan kematian. Pengetahuan tentang pemberantasan sarang nyamuk mereka peroleh dari banyak sumber baik dari SURYA 44 Vol.03, No.XVI, Desember 2013
media elektronik, media massa maupun dari petugas kesehatan. Pengetahuan yang didapat kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari - hari. Misalkan pembuangan sampah tidak di sembarang tempat melainkan dikumpulkan kemudian dibakar, mengurang tempat penampungan air, mengumpulkan barang bekas untuk dijual agar tidak menumpuk dirumah, dan kegiatan lain dalam rangka memberantas sarang nyamuk. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa antar keluarga saling mengingatkan dan saling memberi informasi apabila mereka memiliki pengetahuan baru terutama pengetahuan tentang kesehatan. KESIMPULAN DAN SARAN.. 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik dalam pemberantasan sarang nyamuk 2) Sebagian besar responden melakukan pemberantasan sarang nyamuk 3) Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk 2. Saran 1) Bagi institusi pendidikan kesehatan Diharapkan agar lembaga pendidikan lebih mengembangkan ilmu khususnya tentang pengetahuan pencegahan DHF sehingga dapat dijadikan sebagai acuan bagi pihak lain dalam mengembangkan wacana tentang pengetahuan pencegahan DHF. 2) Bagi Profesi kesehatan Tenaga kesehatan perlu meningkatkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat misalnya melalui penyuluhan pada keluarga atau masyarakat tentang pengetahuan pencegahan DHF agar masyarakat lebih mengerti bagaimana melakukan tindakan yang benar...daftar PUSTAKA... Azis Alimul Hidayat, (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Budiman Chandra, (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC Depkes RI, (1992). Petunjuk Teknis Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk () Demam Beradarah Dengeu. Jakarta: Dirjen PP & PL. Depkes RI, (2005). Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta : Dirjen PP & PL Depkes RI, (2007). Pelatihan Bagi Pelatih Pemberantasan Sarang Nyamuk () Demam Berdarah Dengue Dengan Pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku. Jakarta : Dirjen PP & PL Effendi, Nasrul, (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Mardalis, (2004). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi Aksara Nursalam dan Siti Pariani, (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Utama. Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba medika Praktiknya, Ahmad Watik, (2010). Dasardasar Metodologi Penelitian SURYA 45 Vol.03, No.XVI, Desember 2013
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Rajawali Pers Soekidjo Notoatmodjo, (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Soekidjo Notoatmodjo, (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Soekidjo Notoatmodjo, (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta Soekidjo Notoatmodjo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Suharsini Arikunto, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Wahid Iqbal Mubarok, (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC Wahid, Iqbal dkk, (2007). Promosi Kesehatan. Jakarta : Graha Ilmu SURYA 46 Vol.03, No.XVI, Desember 2013