BAB 1 PENDAHULUAN. JOGJA.AUTISM.CARE Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pusat Terapi dan pendidikan anak autis di Yogyakarta. Thomas Tri Anggono

BAB I PENDAHULUAN. Adriana Soekandar Ginanjar, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia

[SEKOLAH KHUSUS AUTIS DI YOGYAKARTA]

PUSAT TERAPI ANAK AUTIS DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER

pasien dan pendampingnya. Tidak hanya mewadahi fungsi hunian, Children Cancer Care Service juga mewadahi fungsi oprasional yayasan yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

AKTUALISASI URGENSI. MASALAH Pendidikan untuk Anak Penyandang Autisme yang belum terfasilitasi seluruhnya UKDW DATA PRIMER DATA SEKUNDER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Usia Harapan Hidup Indonesia

-r- BAB I P~NOAHULUAN

Universitas Mercu Buana BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Latar Belakang Pengadaan Proyek. Proyek yang diadakan adalah Rumah Sakit Anak yang memiliki

BA8V DATAf;KSISTING. 1. Sekol~h Khusus Autistik F~i~1" Nugl"~h~, Seturan II I 81.A Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Permasalahan a. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Tabel 1.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

1.7 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

FASILITAS TERAPI DAN PENDIDIKAN ANAK AUTIS DI SEMARANG

DI PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menyandang tunagrahita adalah 2,3%. Atau 1,95% anak usia sekolah. menyadang kelainan adalah orang, jadi estimasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dengan anak autisme. Menurut DSM-IV (Diagnostic Statisctical Manual,

Apakah Autisme Itu? Author: Stanley Bratawira

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia, rahmat dan berkat.

BAB I PENDAHULUAN. Autis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen di D.I. Yogyakarta. Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota Tahun (000 jiwa)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial (Sintowati, 2007). Autis merupakan gangguan perkembangan

RUMAH SAKIT HEWAN DI KABUPATEN BANTUL BAB I PENDAHULUAN

PENELITIAN. Perbandingan Kemajuan Terapi Anak Autisme Dengan Diet CFGF Dan Tanpa Diet CFGF Pada Yayasan Pengembangan Potensi Anak (YPPA) Padang

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi juga merupakan hal

KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi

GRAHA REHABILITASI PENYANDANG CACAT TUBUH DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Melisa, Fenny. 09 April Republika Online Anak Indonesia Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2000, naik lagi menjadi 1: 250 kelahiran. Tahun 2006, jumlah anak autis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa : Autisme Boyolali Alam Taman Terapi :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa kanak-kanak dapat dikatakan sebagai masa yang penting dalam

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2003, hlm Faisal Yatim, Autisme (Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-Anak), Pustaka Populer Obor,

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang signifikan terhadap penderita autis. 2 Saat ini autis sudah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Elka Desty Ariandy TGA PONDOK PESANTREN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu unsur sosial yang paling awal mendapat dampak dari setiap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PELATIHAN DASAR TERAPI ABA (APPLIED BEHAVIOR ANALYSIS)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REDESAIN YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG. disusun oleh : KHOERUL UMAM L2B

Tugas Akhir 138 Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Semarang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. RUMAH SAKIT UMUM TARUTUNG [Pick the date] 1.8. Latar Belakang. ARSITEKTUR FUNGSIONAL Page 11

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SEKOLAH LUAR BIASA YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (SLB YPAC) DI SEMARANG. (Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) IDA ASTRID PUSPITASARI L2B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN METODE PEMBELAJARAN PADA PESERTA DIDIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

RUMAH SAKIT ANAK DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

Perpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. [Pick the date]

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

GAMBARAN TINGKAT IQ TERHADAP KEMAJUAN TERAPI ANAK AUTISME DI SLB BIMA KOTA PADANG TAHUN 2011 OLEH NOVERY HARIZAL BP

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Saat ini Autistic Spectrum Disorder (ASD) yang lebih dikenal dengan nama autisme, telah merebak menjadi permasalahan yang menakutkan di banyak negara. Penderita autis di Indonesia setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari dalam pembukaan rangkaian Expo Peduli Autisme 2008 lalu mengatakan, jumlah penderita autis di Indonesia di tahun 2004 tercatat sebanyak 475.000 penderita. Sebuah organisasi yang bergerak di bidang penanganan Autis di Amerika bahkan membuat pernyataan yang mengagetkan mengenai peningkatan jumlah penderita autisme. Pada tahun 1987, prevalensi penyandang autisme diperkirakan satu (1) berbanding 5.000 kelahiran. Sepuluh (10) tahun kemudian, angka itu berubah menjadi satu (1) anak penyandang autisme per 500 kelahiran. Pada tahun 2000, naik menjadi satu (1) anak penyandang autisme per 250 kelahiran. Pada tahun 2004, penyandang autisme naik lagi menjadi satu (1) banding 150 kelahiran. Bahkan pada tahun 2006 penyandang autisme diperkirakan satu (1) banding 100 kelahiran. Di Provinsi DI Yogyakarta, penderita autisme juga kian meningkat tiap tahunnya. Saat ini jumlah anak autis di Provinsi DI Yogyakarta diperkirakan lebih dari 100 anak dan proyeksi penderita autisme semakin bertambah empat (4) hingga enam (6) orang setiap tahunnya. Tabel 1.1 Proyeksi Jumlah Kelahiran dan Penderita Autisme di Provinsi D.I. Yogyakarta Periode Tahun 2001-2010 Sumber : Laporan Tugas Akhir Dyah Sunthy SW (08722/TA) UAJY 2001 Tahun Jumlah Kelahiran Jumlah bayi Autisme 2001 81.500 163 2002 83.500 167 2003 86.000 172 1 P age

2004 89.000 178 2005 91.000 182 2006 93.500 187 2007 95.500 191 2008 98.000 196 2009 100.000 200 2010 102.500 205 Peningkatan jumlah penderita autisme setiap tahunnya semakin terlihat jelas pada Gambar 1.1 berikut. 250 Jumlah Penderita Autisme di Provinsi D.I. Yogyakarta 200 150 100 50 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Gambar 1.1 Grafik Proyeksi Jumlah Penderita Autisme di Provinsi D.I. Yogyakarta Periode Tahun 2001-2010 Meskipun memiliki gangguan dalam perkembangan otak serta pergaulan, bukan berarti penderita Autis mutlak tidak memiliki masa depan. Kesempatan untuk sembuh total dan memperoleh pendidikan yang sama selalu dimiliki oleh penderita autis. Namun, semua itu membutuhkan suatu tahapan yang dapat ditempuh melalui layanan pendidikan khusus. Anak autis bukanlah pembawa bencana, anak autis sama seperti anakanak lainnya. Penderita autis membutuhkan kasih sayang, bimbingan dan dukungan dari orang tua maupun lingkungan agar tumbuh dan berkembang sehingga dapat hidup mandiri. Namun, kasih sayang dan perhatian saja tidaklah cukup. Penderita autis memerlukan bantuan ahli dalam mengatur program-program terapi untuk penyembuhannya. 2 P age

Perhatian pada kasus autisme ini memang sudah cukup terlihat dengan adanya beberapa fasilitas penyembuhan dan sekolah yang mau menerima penderita autisme. Fasilitas khusus tersebut kebanyakan berada di daerah Jakarta, sedangkan di Yogyakarta hanya terdapat beberapa fasilitas terapi dan sekolah khusus penderita autisme. Fasilitas-fasilitas tersebut dikelola oleh sekelompok kecil profesional, orang tua penyandang autisme dan sukarelawan. Tabel 1.2 Pusat Terapi dan Sekolah Khusus Autisme di Provinsi D.I. Yogyakarta Sumber : www.mail-archive.com/balita-anda@balita-anda.com No. Nama Yayasan Fungsi Alamat Kapasitas 1. Permata Amanda Pelatihan Terapi Edukatif untuk anak Autis ADD dan ADHD Jl.Cempedak No.312 Catur Tunggal Depok, Sleman HP. 081884790-2. Yayasan Fajar Nugraha http://fajarnugraha. net Sekolah Khusus Autistik 3. Bina Anggita Lembaga Bimbingan Autisme (khusus TK) 4. Dian Amanah Sanggar Pendidikan Autisme 5. Sekolah Lanjutan Fredofios 6. Citra Mulya Mandiri Sekolah Khusus Lanjutan Autisme Sekolah luar Biasa (SLB) 7. Samara Bunda Sekolah Luar Biasa (SLB) Jl. Seturan 2 No. 59 Catur Tunggal Depok, Sleman Telp.(0274)485582 Jl.Gedongkuning Gg. Bima/Irawan No.42 JG II Banguntapan, Bantul, Yogyakarta 55198 Jl. Melati Wetan No.25 baciro Gondokusuman Yogyakarta Telp. (0274) 563873 Jl. Perumnas Gg. Indragiri Blok B No. 11 Condong Sari, Condong Catur, Yogyakarta Jl. Anggrek 89 Sambilegi, Maguwoharjo, Depok, Sleman Perum Pilahan Asri No.11/30-31 Jl. Gedongkuning Selatan 55198 25 murid dengan 10 guru 30 murid dengan 17 guru 17 murid dengan 11 guru 3 murid dengan 2 guru 16 murid dengan 3guru 5 murid dengan 6 guru 3 P age

Fasilitas-fasilitas khusus anak autis yang terdapat pada Tabel 1.2 dapat dilihat persebarannya pada Gambar 1.2 berikut. Sekolah Lanjutan Fredofios Yayasan Fajar Nugraha Citra Mulya Mandiri Dian Amanah Permata Ananda Bina Anggita Gambar 1.2 Samara Bunda Persebaran Fasilitas Terapi dan Sekolah Anak Autis di Provinsi D.I. Yogyakarta Di Yogyakarta hanya terdapat satu (1) fasilitas terapi dan lima (6) sekolah khusus autisme. Fasilitas terapi lebih mengacu pada penyembuhan bagi penderita autis sedangkan sekolah khusus autisme lebih mengutamakan pendidikan bagi penderita autis. Perbandingan jumlah penderita autis dengan fasilitas khusus (terapi dan sekolah) anak autis dapat dilihat pada Gambar 1.3 berikut. 250 200 150 100 50 Jumlah Anak Autis Fasilitas Khusus Autisme yang tersedia 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Gambar 1.3 Grafik Perbandingan Jumlah Anak Autis dengan Fasilitas Khusus Autisme di Provinsi D.I. Yogyakarta 4 P age

Dari Gambar 1.3 dapat dilihat bahwa fasilitas khusus autisme di Yogyakarta masih kurang memadai jika dibandingkan dengan penderita autisme yang semakin meningkat tiap tahunnya. Padahal sebenarnya autisme ini dapat disembuhkan sejak dini. Diagnosa dan penanganan dini akan memberikan peluang yang besar untuk penyembuhan autisme. Kurangnya fasilitas ini menyebabkan informasi mengenai Autisme menjadi minim dan penanganan anak penderita autisme menjadi kurang optimal. Oleh karena itu perlu adanya suatu wadah khusus bagi penderita autisme sebagai wujud kepedulian Provinsi DI Yogyakarta terhadap kasus autisme yang semakin berkembang. Pusat Terapi Anak Autis merupakan pusat pelayanan khusus penderita Autistic Spectrum Disorder (ASD) sebagai tempat terapi, pegembangan bakat serta tempat memperoleh informasi mengenai autisme. Pusat Terapi Anak Autis memiliki fungsi utama sebagai tempat terapi anak autis yang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di samping itu juga memiliki fungsi tambahan untuk memberikan informasi baik untuk keluarga penderita autisme maupun masyarakat umum. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat lebih mengetahui informasi mengenai pencegahan dan penanganan secara dini terhadap Autisme yang selama ini belum diketahui secara luas. Pada akhirnya Pusat Terapi Anak Autis diharapkan dapat menjadi solusi tepat dan pemberi harapan bagi keluarga penderita autisme. 1.1.2. Latar Belakang Penekanan Studi Kekurangan yang paling mendasar bagi anak autis adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi. Gangguan komunikasi yang lemah, artinya tidak bisa berbicara atau memiliki keterlambatan bicara pada usia seharusnya. Kadang kesalahan yang terjadi diakibatkan kurang tahunya orangtua akan penyakit ini sehingga menganggap biasa anak yang telat bicara. Kekurangan yang lain adalah anak memiliki gangguan interaksi sosial, terlihat dari sulitnya anak untuk diajak berkomunikasi. 5 P age

Gejala yang dialami berbeda-beda antara penderita autisme satu dengan lainnya. Karena itu penanganan tiap penderita juga tidak dapat disama-ratakan. Gaya belajar anak autis juga berbeda dengan anak normal lainnya. Setiap anak autis memiliki gaya sendiri dalam upayanya mencerna informasi secara efektif. Penyebab timbulnya gejala yang berbeda antara penderita autisme adalah perbedaan jenis autisme yang diderita. Semakin tinggi tingkat keparahannya, semakin membutuhkan waktu yang lama pula untuk proses kesembuhannya.. Oleh karena itu pemilihan jenis terapi juga harus disesuaikan dengan gejala yang dialami penderita autis. Saat ini terdapat beberapa jenis terapi autis yang benar-benar diakui oleh dunia medis, yaitu Applied Behavioral Analysis (ABA), terapi wicara, teori okupasi, terapi fisik, terapi sosial, terapi bermain, terapi perilaku, terapi perkembangan, terapi visual, dan terapi biomedik. Terapi merupakan salah satu cara untuk mengembalikan keadaan anak autis menjadi anak yang normal. Namun, perlu disadari bahwa gangguan spektrum autisme merupakan gangguan proses perkembangan, sehingga terapi jenis apa pun akan memerlukan waktu yang lama. Yang terpenting adalah bagaimana harus menangani anak autis dengan cara melihat faktor lemah dan faktor kuatnya dengan pendekatan psikologi, yaitu arahkan perilakunya, tingkatkan kecerdasannya, latih kemandirian, ajarkan kerjasama, dan ajarkan bersosialisasi. 1 Oleh karena itu penanganan secara khusus pada Pusat Terapi Anak Autis bukan hanya mengandalkan pada jenis terapi yang disediakan, namun diharapkan melalui suasana interaktif pada Pusat Terapi Anak Autis proses penyembuhan dan pembelajaran sudah mulai dilakukan. Suasana interaktif yang dimaksud adalah suasana yang mendorong pasien autis untuk belajar aktif tanpa didikte oleh guru dan memberi kesempatan untuk berpikir dan menganalisa sendiri. Suasana interaktif ini diharapkan mampu mendorong respon positif dan interaksi dari penderita 1 Perlu Kehati-hatian Menegakkan Diagnosa Autisme, www.aiki.tk, Jumat, 28 Agustus 2009, 15:28:53 6 P age

autisme yang diterapkan melalui pengolahan bentuk arsitektural, permainan warna, serta penataan ruang dalam maupun ruang luarnya. Jadi Pusat Terapi Anak Autis ini nantinya bukan hanya sebagai tempat yang individual bagi pasien, bukan sebagai tempat terapi secara umum dimana pasien hanya datang dan berobat. Namun, juga dapat menjadi tempat berinteraksi sosial baik untuk penderita autisme maupun sebagai tempat berbagi informasi antara keluarga penderita autisme. Pusat Terapi Anak Autis diharapkan bisa menjadi media dan pusat pelayanan bagi anak autis yang menyediakan fasilitas terapi, fasilitas bermain, fasilitas pengembangan bakat bagi anak autis dan fasilitas informasi mengenai autisme. Seluruh fasilitas yang disediakan diharapkan dapat menjadi satu kesatuan fungsi yang dapat membantu pemulihan bagi anak autis dengan menggunakan pendekatan psikologi anak. Pendekatan psikologi anak ini diharapkan akan lebih membantu penyembuhan penderita autis yang dapat dibagi berdasarkan fase-fase perkembangan anak sehingga penangganannya menjadi lebih terorientasi. 1.2 Rumusan Permasalahan Bagaimana wujud rancangan yang mampu menghadirkan suasana interaktif melalui pengolahan ruang dalam dan ruang luarnya dengan pendekatan psikologi anak? 1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan Terwujudnya skematik desain rancangan bangunan Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta sebagai pusat pelayanan terapi, pengembangan bakat dan pusat informasi bagi para penderita autisme yang mampu menghadirkan suasana interaktif melalui pengolahan ruang dalam dan ruang luarnya. 1.3.2 Sasaran 1. Terwujudnya tampilan bangunan dan ruang dalam yang mampu menghadirkan suasana interaktif bagi penderita autisme, sehingga para 7 P age

penderita autisme dapat belajar secara aktif dan dapat membentuk interaksi sosial dengan orang lain maupun lingkungannya. 2. Terwujudnya ruang-ruang yang mampu memberikan kenyamanan dengan konsep pendekatan psikologi anak. 3. Terwujudnya keterkaitan fungsi antara fasilitas terapi, bermain, pengembangan bakat dan informasi yang saling mendukung sehingga tercipta suatu pusat layanan bagi penderita autisme. 1.4 Lingkup Studi 1.4.1 Materi Studi Lingkup Spatial Bagian-bagian obyek studi yang akan diolah sebagai penekanan studi adalah elemen pembatas ruang, elemen pengisi ruang dan elemen pelengkap ruang pada ruang luar dan ruang dalam. Lingkup Substansial Bagian elemen arsitektur yang akan diolah adalah suprasegmen arsitektur yang mencakup bentuk, warna, tekstur, dan ukuran untuk menghadirkan suasana interaktif. 1.4.2 Pendekatan Studi Penyelesaian penekanan studi pada Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikologi anak. 1.5 Metode Studi 1.5.1 Pola Prosedural Pola prosedural yang digunakan dalam analisis permasalahan adalah pola pemikiran deduktif, yaitu dengan berdasar pada teori umum, peraturan standar dan persyaratan yang ada mengenai bangunan Pusat Terapi Anak Autis, kemudian hasil analisa dipadukan secara khusus dengan aspek psikologi anak sehingga tercapai tampilan ruang luar dan ruang dalam dengan suasana interaktif. 8 P age

1.5.2 Tata Langkah LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Semakin meningkatnya jumlah penderita autisme di Yogyakarta Fasilitas terapi dan sekolah khusus autisme yang kurang memadai Penanganan dini akan memberikan hasil yang lebih maksimal bagi penderita autisme Kesempatan untuk sembuh total dan memiliki masa depan menjadi dambaan bagi setiap penderita autisme BAB I. PENDAHULUAN Fasilitas Terapi, Pengembangan Bakat & Informasi Autisme Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta LATAR BELAKANG PENEKANAN STUDI Kekurangan mendasar anak autis pada bidang komunikasi & interaksi Penanganan dengan pendekatan psikologi: arahkan perilakunya, tingkatkan kecerdasannya, latih kemandirian, ajarkan kerjasama & ajarkan bersosialisasi. Suasana interaktif Suasana yang mendorong pasien autis belajar aktif tanpa didikte oleh guru dan memberi kesempatan untuk berpikir dan menganalisa sendiri RUMUSAN PERMASALAHAN Bagaimana wujud rancangan yang mampu menghadirkan suasana interaktif melalui pengolahan ruang dalam dan ruang luarnya dengan pendekatan psikologi anak? Teori tentang ruang yang bersuasana interaktif Teori tentang Suprasegmen Arsitektur BAB IV. TINJAUAN PUSTAKA Batasan ruang luar dan ruang dalam Teori tentang psikologi anak Tinjauan tentang D.I. Yogyakarta dan lokasi Pusat Terapi Anak Autis BAB III. TINJAUAN WILAYAH Tinjauan tentang Autisme, Terapi, dan Pusat Terapi Anak Autis BAB II. TINJAUAN OBYEK STUDI Pengolahan suprasegmen arsitektur yang bersuasana interaktif ANALISIS PENEKANAN STUDI BAB V. ANALISIS Pengolahan suprasegmen arsitektur pada ruang luar & dalam yang bersuasana interaktif Pengolahan suprasegmen arsitektur pada ruang luar & dalam yang bersuasana interaktif berdasarkan pendekatan psikologi anak ANALISIS PROGRAMATIK Analisis sistem lingkungan Analisis sistem manusia Analisis pemilihan lokasi Analisis perencanaan tapak Analisis tata bangunan BAB VI. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep Perancangan Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta: Konsep programatik Konsep penekanan studi Konsep Perencanaan Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta: Persyaratan peencanaan Konsep lokasi & tapak Konsep perncanaan tapak SKEMATIK DESAIN PUSAT TERAPI ANAK AUTIS DI YOGYAKARTA 9 P age

1.6 Sistematika Penulisan Bab I. Pendahuluan Berisi latar belakang pengadaan proyek, latar belakang penekanan studi, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran, lingkup studi, metode studi, dan sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan Autisme dan Pusat Terapi Anak Autis Berisi tinjauan umum mengenai pengertian autisme, gejala autisme, penyebab autisme, hingga penyembuhan melalui berbagai jenis terapi bagi anak autis. Bab III. Tinjauan Wilayah Yogyakarta Berisi tentang tinjauan umum kota Yogyakarta, persebaran pusat terapi autisme di Yogyakarta dan tinjauan mengenai tempat Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta. Bab IV. Tinjauan Pustaka Perancangan Berisi tentang dasar-dasar teori tentang arsitektur secara umum, terori bentuk, teori warna, teori tata ruang dalam dan luar dan teori psikologi anak yang menjadi dasar analisis konsep perancangan Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta. Bab V. Analisis Berisi tentang analisis penekanan studi dan analisis programatik yang meliputi analisis fungsional, perancangan tapak, tata bangunan, dan aklimatisasi ruang, sehingga didapatkan solusi desain Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta. Bab VI. Konsep Perencanaan dan Perancangan Berisi konsep perencanaan dan perancangan, yang mencakup konsep tata massa bangunan, konsep tata ruang dalam bangunan, dan sketsa desain perancangan. Daftar Pustaka Lampiran 10 P age