36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi (Hadi, 1983). Dilakukan dengan mengadakan pengamatan untuk mengetahui komposisi dan struktur mangrove, nilai penting dan keanekaragaman (diversity) jenis mangrove serta kondisi lingkungan mangrove di Teluk Saleh, sepanjang pesisir Kecamatan Empang dan Kecamatan Tarano, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Metode pengumpulan data menggunakan Purposive Sampling yaitu penentuan tempat pengamatan vegetasi dengan melihat ciri-ciri atau sifat-sifat vegetasi yang sudah diketahui sebelumnya untuk mengetahui komposisi, struktur dan keanekaragaman mangrove (Hadi, 1983) dan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap lingkungan mangrove dengan melakukan Pengumpulan data primer dan data sekunder diperoleh dari wawancara dan menyebarkan kuisioner kepada stakeholder (masyarakat) dan aparat desa, metode skala Likert (Tumbel, 2009). 4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian Waktu penelitian 6 (enam) bulan mulai bulan Juli 2012 Desember 2012
37 4.2.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Perairan Pesisir Teluk Saleh Desa Gapit, Kecamatan Empang dan Desa Labuhan Bontong Kecamatan Tarano, Kabupaten Sumbawa Posisi berada sebelah Timur Desa Boal, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Teluk Santong, sebelah selatan dikelilingi oleh tambak tradisional masyarakat Desa Gapit, sebelah utara berbatasan dengan pesisir Teluk Saleh (Gambar 4.1). Gambar 4.1. Peta Kecamatan Empang dan Tarano, Kab. Sumbawa. Keterangan : : Lokasi Penelitian Desa Gapit dan Lab Bontong 4.3 Sumber Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
38 Tabel 4.1 Pengelompokan Jenis Sumber Data Yang Dianalisis Dalam Penelitian No Jenis Instrumen Sumber Parameter 1 Data Kuisioner Responden Persepsi masyarakat Primer Semi tertutup Observasi langsung Lapangan Mengetahui jenis Mangrove Observasi Langsung Lapangan Mengetahui lingkungan mangrove. 2 Data Dokumentasi Monografi Desa Gambaran kondisi Sekunder masyarakat Gapit dan Labuhan Bontong (Sosial dan Ekonomi) Data primer diperoleh dengan melakukan observasi di lapangan. Data primer yang dikumpulkan meliputi inventarisasi flora fauna mangrove dan jenis fauna yang ada di lokasi penelitian. sosial budaya masyarakat meliputi adat istiadat yang berkaitan dengan pengelolaan hutan mangrove. Adapun parameter yang diukur : indeks nilai penting, indeks diversitas, jumlah spesies mangrove, kehadiran fauna lain : Kondisi perairan mangrove yang diamati adalah : jenis substrat, ph, salinitas dan suhu di lokasi penelitian. Untuk satwa tidak dilakukan analisis hanya didokumentasikan dan dicatat satwa yang ada berdasarkan yang dilihat dan hasil wawancara dengan masyarakat. Data sekunder dalam bentuk dokumen-dokumen meliputi peta lokasi dan foto-foto udara tentang daerah sebaran mangrove. Laporan statistik tentang kondisi umum daerah penelitian dan data tentang hasil survei mangrove. Data
39 Geofisik meliputi curah hujan, tipe iklim, tekstur tanah, dan topografi. Data mengenai keadaan demografi tempat penelitian yaitu struktur penduduk, jenis kelamin, mata pencaharian, pendidikan dan agama. Data dari aspek ekonomi masyarakat meliputi kesempatan kerja dan berusaha, pola kepemilikan dan penguasaan sumberdaya alam. 4.4 Parameter Penelitian 1. Untuk vegetasi, parameter yang diukur yaitu diameter batang, tinggi pohon untuk tingkat pertumbuhan tegakan, jenis tumbuhan dan kerapatan relative, frekuensi relatif, dominasi relatif pohon mangrove per petak. 2. Parameter lingkungan terdiri atas kondisi perairan mangrove, yang diukur meliputi suhu, salinitas dan ph, tekstur tanah Untuk substrat yang dianalisis adalah tekstur tanahnya dianggap sangat berpengaruh kepada adanya variasi vegetasi ph, DHL, C-organik, N Total, P tersedia, kadar air : KU, KL, Tekstur : Pasir, Debu dan Liat dan kehidupan lingkungan sosial ekonomi masyarakat (Ardhana, 2003). 4.5 Bahan dan Alat Penelitian 4.5.1 Bahan Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah dan sampel air laut yang berada di sekitar lokasi mangrove daun, bunga dan buah mangrove. 4.5.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah : kertas laksmus/ph meter, rol meter, gunting, kamera digital, bambu, sket mat/jangka sorong, meteran
40 gulung, bolpoint, spidol warna, buku tulis, poly bag, kalbox, tali tambang, buku identifikasi, GPS, tembilang/penggali, meteran kain, Refraktometer untuk mengukur salinitas air laut, untuk mengukur tinggi pohon digunakan tongkat kayu yang sudah memiliki ukuran sepanjang 5 m, Sket mat (jangka sorong). Peta lokasi dan kompas untuk menentukan arah transek garis. 4.6. Instrumen Penelitian Untuk mrngetahui komposisi, strukur dan penyebaran vegetasi mangrove, yang berdasarkan kelas, vegetasi dibedakan menjadi : Pohon (diameter > 35 cm) tiang (diameter antara 25 35 cm), pancang (diameter antara 10 25 cm) dan anakan (diameter < 10 cm dan tinggi 1,5 cm) (Saparinto, 2007). Penelitian dilakukan di 4 stasiun. Stasiun I dan II berada di Dusun Nyeringing, Desa Gapit, Kecamatan Empang, sedangkan stasiun III dan IV berada di Desa Labuhan Bontong, Kecamatan Terano. Stasiun pengamatan terbentang di area sepanjang transek garis yang dibentangkan mulai dari batas laut tumbuhnya mangrove sampai batas darat. Pada masing-masing stasiun ditentukan 3 plot transek, namun untuk Stasiun III hanya memiliki 2 transek garis dikarenakan hutan mangrove di Stasiun III kurang tebal/jarang. Transek pertama dimulai dari arah laut menuju ke darat dan tegak lurus garis pantai. Untuk daerah hutan yang tipis/jarang hanya bisa dibuat 2 plot transek seperti pada Stasiun III. Masingmasing plot transek memiliki jarak sekitar 100 meter, sedangkan jarak antar jalur sekitar 200 meter, untuk stasiun I dan II berada pada lokasi Desa Gapit, sedangkan stasiun III dan IV berada di Desa Labuhan Bontong, sehingga jarak antara stasiun
41 II (Nanga Prung) dan Stasiun III (Nanga Bonto) sekitar 500 m dan IV berjauhan dengan stasiun II karena berada di sebelah muara sungai/ batasi oleh Nanga Bonto. Posisi transek diperlihatkan pada Gambar 4.2. I 200m Gapit II Laut 500 m Tambak Tradisional III 100m Lab Bontong 200 m IV 300 m Gambar 4.2. Skematik penempatan transek pengukuran vegetasi mangrove 4.7 Fauna Mangrove Fauna mangrove yang berasosiasi amati, diidentifikasi kemudian dicatat jenisnya dan di dokumentasikan dengan menggunakan camera digital
42 4.8 Lingkungan Mangrove a. Substrat Tanah Substrat tanah diambil pada tegakan mangrove yaitu bagian depan dekat laut, tengah, dan bagian belakang yaitu batas tambak. Pengambilan sampel dilakukan secara komposit. Selanjutnya sampel substrat tanah dibawa ke Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Denpasar Bali untuk dianalisis. Adapun analisis yang dilaksanakan adalah analisis tekstur 3 fraksi (pasir, debu, liat, ph, DHL, C-organik, N Total, P tersedia, K tersedia, Kadar air KU dan KL) dengan metode pipet dan Permiabilitas. Penilaian hasil analisis tanah disajikan pada (Tabel 5.14). b. Perairan Mangrove Pengukuran perairan mangrove dilakukan pada saat air pasang pada masing-masing transek di lokasi penelitian. Pengukuran suhu, salinitas, dan ph dilakukan secara in situ di lokasi penelitian. Lalu dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota laut (Tabel 4.2). Tabel 4.2 Baku Mutu Air Untuk Biota Laut No Parameter Satuan Baku Mutu Keterangan 1. Fisika - Suhu 2. Kimia - ph - Salinitas 0 C Alami Mangrove (28 32) 0 / 00 - Alami( 7 8,5) -Alami Mangrove 28 s/d 34 Diperbolehkan terjadi perubahan s.d <2 0 C dari suhu alami Diperbolehkan Perubahan s.d < 5 0 / 00 Salinitas rata-rata musiman (Sumber: SK Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut)
Adapun kriteria penentuan sifat kimia dan fisika tanah seperti tercantum pada pada Tabel 4.3. 43 Sifat Tanah Sangat Rendah Tabel 4.3 Kriteria Penilaian Sifat Kimia Fisika Tanah Rendah (R) Sedang (S) Tinggi (T) Sangat Tinggi (ST) C (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 >5,00 N (%) < 0,10 0,10 0,20 0,21 0,50 0,51 0,75 >0,75 P (ppm) < 10 10 15 16-25 26 35 >35 K (ppm) < 10 10 20 21-40 41 60 >60 ph Masam (M) 4,5 5,5 Tekstur Pasir : Agak Masam (AM) 5,6 6,5 2 mm 50 µ Netral (N) 6,6 7,5 Debu 50 µ - 2 µ Agak Alkalis (AA) 7,6 8,5 Alkalis (A) >8,5 Liat Kurang dari 2 µ (Sumber : Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983 dalam Hardjowigeno, 2007) c. Sosial, Ekonomi dan Budaya Data untuk kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan didapatkan melalui wawancara dan pengumpulan data sekunder. Pemilihan responden untuk wawancara dilakukan secara acak dengan menggunakan media kuisioner berdasarkan persepsi masyarakat terhadap hutan mangrove digunakan skala Likert yaitu menganalisis dan mengukur pemahaman masyarakat dengan memberikan skor yang dapat mewakili dari penilaian sangat setuju, setuju, tidak setuju, raguragu dan sangat tidak setujui. Adapun skema penelitian secara lengkap tercantum pada Gambar 4.3.
44 Ide Penelitian, ObservasiLokasiPenelitian Studi Kepustakaan Studi Penelitian/ JudulPenelitian Penyususnan Proposal Persiapan Penelitian Pelaksanaan Penelitian 1. Kualitas lingkungan mangrove 2. Analisis vegetasi mangrove 3. Inventarisasi biota 4. Tingkat kerusakan dan kondisi perairan serta sosial masyarakat dengan melakukan penyebaran kuisioner dan skala Likert. Pengukuran parameter sampel di lapangan (in situ) Pengukuran parameter di laboratorium (ex situ) Analisis data Hasil dan pembahasan Simpulan dan saran Gambar 4.3. Skema Tahapan Penelitian.
45 4.9 Prosedur Penelitian Analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan metode jalur transek berpetak. Pada setiap jalur transek, secara berurutan ditetapkan titik-titik pusat kuadrat berupa plot. Jarak antara plot masing-masing 100 m atau disesuaikan dengan kondisi lapangan, dirintis tegak lurus garis pantai ke arah darat. Jarak antar jalur utama satu dengan lainnya 200 meter tergantung luas areal yang diteliti. Pengambilan contoh untuk analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan transek garis (line transect). Untuk stasiun I, transek garis ditarik dari titik acuan (pohon mangrove terluar) posisi berada di dekat muara sungai dari arah laut dengan arah tegak lurus garis pantai sampai ke daratan dengan jarak pada masing-masing plot sepanjang 100 m 150 m, Di tiap stasiun dilakukan transek garis yaitu 3 (tiga) transek pada stasiun I, aktifitas masyarakat untuk pengambilan bahan bangunan dan di stasiun IV di buat transek 3 tempat. Identifikasi jenis mangrove langsung dilakukan pada setiap transek di dalam petak-petak contoh menurut tingkat pertumbuhan tegakan : 1) Kategori pohon (tree). Pada petak contoh 20 m x 20 m 2) Kategori tiang (poles). Pada petak contoh 10 m x 10 m 3) Kategori pancang/sapihan/saplings Pada petak contoh 5 m x 5 m 4) Kategori semai/anakan /semai /seedling pada petak contoh 2 m x 2 m, adapun denah pengamatan seperti tercantum pada Gambar 4.4.
46 10 m 20 m 2m 5 m 10 m 2 m 2m 5 m 20 m Gambar : 4.4 Denah Plot Pengamatan Arah Jalur Tanaman Pohon, tiang, pancang dan semai. Sumber : (Ardhana, 2012). Keterangan : 20 m x 20 m = Petak berukuran 20m x 20m untuk pengamatan pohon 10 m x 10 m = Petak berukuran 10m x 10m untuk pengamatan tiang 5 m x 5 m = Petak berukuran 5m x 5m untuk pengamatan pancang/sapihan 2 m x 2 m = Petak berukuran 2m x 2m untuk pengamatan semai/anakan Ukuran petak untuk tingkat pohon 20 meter x 20 meter, tingkat tiang 10 meter x 10 meter, tingkat pancang/sapihan 5 meter x 5 meter dan tingkat semai/
47 anakan 2 meter x 2 meter. Pengamatan dilakukan pada setiap tingkat pertumbuhan suatu vegetasi yang dikelompokkan ke dalam tiga ukuran tinggi dan diameter yang berbeda yaitu : 1. Tingkat anakan (semai) yaitu sejak perkecambahan sampai tinggi 1,5 meter. 2. Tingkat pancang (sapihan) yaitu tingkat pertumbuhan permudaan yang mencapai tinggi lebih dari 1,5 meter dengan diameter batang antara 10 cm - 25 cm. 3. Tingkat tiang (poles) yaitu tingkat pertumbuhan pohon muda yang berukuran dengan diameter batang antara 26-35 cm. 4. Tingkat Pohon (tree) Pengukuran tingkat pertumbuhan pohon diameter batang 36 cm, diperoleh dengan mengukur kelilingnya terlebih dahulu, kemudian dihitung basal area. Keliling batang yang diukur setinggi 135 cm dari permukaan tanah. Kemudian nilai yang diperoleh dikonversi dengan rumus D = Keliling/ untuk mengetahui diameter batang pohon tersebut. Dalam setiap petak ukur atau plot dilakukan pengamatan terhadap anakan, pancang, tiang dan pohon. Parameter yang diamati meliputi : jenis, jumlah individu yang ada, tinggi pohon dan diameter batang untuk tingkat pancang, tiang dan pohon. Untuk identifikasi jenis mangrove yang belum diketahui, diambil contoh daun, bunga maupun buahnya, kemudian contoh dicocokkan dengan spesimen jenis mangrove yang ada pada buku identifikasi Handbook of Mangrove in Indonesia (Kitamura dkk, 1997). Sebelumnya difoto terlebih dahulu untuk dokumentasi. Jenis vegetasi yang dominan, ditentukan
dengan Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR (KEMENTERIAN LH, 2004). 48 4.10 Analisis Data Data yang diperoleh ditabulasi untuk menghitung kerapatan relatif, frekuensi relatif, dominansi relatif dan hasil penjumlahan perhitungan tersebut digunakan untuk mengetahui indeks nilai penting dan indeks keanekaragaman pada lokasi penelitian.untuk mengetahui gambaran struktur dan komposisi jenis, maka data yang diperoleh ditabulasidan dianalisis dengan cara menghitung nilainilai Densitas/Kerapatan total semua jenis (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), Dominansi (D), Dominansi Relatif (DR), dan Indeks Nilai Penting (INP) dari setiap jenis masing-masing tingkatan vegetasi dengan menggunakan rumus (Muller-Dombois dan Ellenberg, 1974) : 1. Densitas/Kerapatan (K) (ind/ha) K = Jumlah individu suatu jenis Total Area kuadrat 2. Kerapatan Relatif (KR) (%) KR = Kerapatan suatu jenis x 100% Total kerapatan seluruh jenis 3. Frekuensi Relatif (F) F = Jumlah kuadrat dari jenis yang diketemukan Jumlah plot yang diambil 4. Frekuensi Relatif (FR) (%) FR = Frekuensi suatu jenis x 100 % Total frekuensi seluruh jenis
49 5. Dominasi (D) (m 3 /ha) D = Basal area suatu jenis Total area kuadrat 6. Dominasi Relatif (DR) (%) Basal area = Luas bidang dasar (LBDS) LBDS = πr 2 Dimana : LBDS = Luas bidang dasar Π = Konstanta (3,14) DR = Dominasi suatu jenis x 100 % Total dominasi seluruh jenis 7. Indeks Nilai Penting - Untuk tingkat pohon, tiang, pancang dan semai : INP = KR + FR + DR (Saparinto, 2007) 8. Indeks Diversitas Indeks Diversitas = Indek Keanekaragaman dengan Rumus : H = n1 n1 log N N Keterangan : H Ni = Indeks diversitas (Indeks keanekaragaman jenis) = Nilai penting dari suatu jenis N = Nilai penting dari seluruh jenis, (Odum, 1973) Atau bila dikonversikan menjadi H = - Σ Pi log Pi ; apabila NI = Pi N H = 0,00-3.00
50 Dimana : H < 1 = Keanekaragaman rendah 1 > H < 2 = Keaneragaman sedang 2 > H < 3 = Keanekaragaman tinggi NI Nn N P1 = Nilai penting untuk setiap jenis tumbuhan = Nilai penting untuk setiap jenis tumbuhan yang terakhir = Total nilai penting untuk semua jenis tumbuhan = Nilai penting kerapatan untuk semua jenis tumbuhan NI N (Odum, 1973). Kondisi hutan dapat diketahui tingkat kerusakannya di tempat tempat tertentu berdasarkan kriteria baku mutu kerusakan mangrove memiliki klasifikasi dalam : Baik (sangat padat), Baik (sedang) dan Rusak. Baku mutu Kriteria Kerusakan Mangrove dapat dilihat pada Tabel 4.4. Baik Kriteria Tabel 4.4 Kriteria Baku Kerusakan Mangrove Sangat Padat Sedang Penutupan (%) 75 50 - < 75 Kerapatan (pohon/ha 1500 1000 - < 1500 Rusak Jarang < 50 < 1000 Sumber : KEPMEN LH No.201 Tahun 2004 4.11 Analisis Penentuan Pengaruh Tingkat Sosial Budaya Masyarakat. Untuk menentukan pengaruh tingkat sosial budaya masyarakat terhadap persepsi masyarakat terhadap hutan mangrove digunakan skala Likert yaitu
menganalisis dan mengukur pemahaman masyarakat berbagai stekholder (kelompok/orang) dengan memberikan skor yang dapat mewakili dari penilaian sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dengan memberikan bobot penilaian adalah : 5 = sangat setuju (SS), 4 = Setuju (S), 3 = Ragu-ragu (RG), 2 = Tidak setuju (TS) dan 1 = Sangat tidak setuju (STS), kemudian di rangking berdasarkan jumlah yang sering muncul dalam pertanyaan tersebut yang lebih dominan, Setelah mendapatkan data tingkat sosial budaya dan tingkat persepsi masyarakat terhadap mangrove dianalisis berdasarka kriteria diatas kemudian rengking berdasarkan skor yang di edarkan ke 60 stekholder (Tumbel. MF, 2009). Tabel 4.5. Tabel 4.5. Contoh Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan Mangrove di Pesisir Teluk Saleh 51 No. Variabel 1 Sikap dan persepsi masyarakat Pelestarian dan konservasi lahan mangrove Sumber : (Sugiyono, 2008) Jawaban SS ST RG TS STS Keterangan : SS = Sangat Setuju ST = Setuju RG = Ragu-ragu TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju