Gambar 1. : Struktur Modul Termoelektrik

dokumen-dokumen yang mirip
Pemanfaatan Energi Panas Sebagai Pembangkit Listrik Alternatif Berskala Kecil Dengan Menggunakan Termoelektrik

PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR (TEG) DENGAN SUMBER KALOR ELECTRIC HEATER 60 VOLT MENGGUNAKAN AIR PENDINGIN PADA TEMPERATUR LINGKUNGAN

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan

PANEN ENERGI LISTRIK DIANTARA SUNGAI DAN MATAHARI: GAGASAN PEMANFAATAN THERMOELEKTRIK DI KALIMANTAN BARAT

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN PANEL SURYA

CHAPTER I PREFACE CHAPTER II BASE OF THEORY

BAB II LANDASAN TEORI

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2016

BAB II LANDASAN TEORI

EXHAUST SYSTEM GENERATOR: KNALPOT PENGHASIL LISTRIK DENGAN PRINSIP TERMOELEKTRIK

POTENSI PEMBANGKIT DAYA TERMOELEKTRIK UNTUK KENDARAAN HIBRID

POTENSI PEMANFAATAN SUMBER PANAS PADA COMBUSTION CHAMBER TURBIN GAS DENGAN MENGGUNAKAN TERMOELEKTRIK GENERATOR

BAB II DASAR TEORI Sejarah Singkat Termoelektrik. mempunyai peranan penting dalam aplikasi praktik.

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR

BAB II LANDASAN TEORI

ALAT PENDINGIN DAN PEMANAS PORTABLE MENGGUNAKAN MODUL TERMOELEKTRIK TEGANGAN INPUT 6 VOLT DENGAN TAMBAHAN HEAT PIPE SEBAGAI MEDIA PEMINDAH PANAS

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan teknologi yang pesat, menjadikan

STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI

Harvesting Energy Panas Matahari Menggunakan Thermoelectric Dan Photovoltaic

BAB I PENDAHULUAN. vital yang tidak dapat dilepaskan dari keperluan sehari-hari. Manusia hampir tidak

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN SISI DINGIN MENGGUNAKAN AIR BERTEMPERATUR 10 ºC

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

PENGUKURAN RADIASI MATAHARI DENGAN MEMANFAATKAN SENSOR SUHU LM35

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari teknologi yang terus berkembang [1]. seperti halnya teknologi mobil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh

RANCANG BANGUN PROTOTIPE KULKAS MINI THERMOELEKTRIK

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN

BAB II DASAR THERMOELECTRIC GENERATOR

BAB III PERANCANGAN DAN METODE PENELITIAN

AGUS PUTRA PRASETYA

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015 Pengaruh Variasi Luas Heat Sink

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

Tabel 4.1 Perbandingan desain

BAB III. METODE PENELITIAN

Perancangan Dan Pembuatan Kotak Pendingin Berbasis Termoelektrik Untuk Aplikasi Penyimpanan Vaksin Dan Obat-Obatan

Rancang Bangun Sistem Penyejuk Udara Menggunakan Termoelektrik dan Humidifier

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Termoelektrik (Energi Panas menjadi Listrik)

PENGARUH SERAPAN SINAR MATAHARI OLEH KACA FILM TERHADAP DAYA KELUARAN PLAT SEL SURYA

Generator Mini dengan Prinsip Termoelektrik dari Uap Panas Kondensor pada Sistem Pendingin

PENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WP DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

I. PENDAHULUAN. Pemanasan global (global warming) semakin terasa di zaman sekarang ini.

PEMANFAATAN GARAM CaCl 2 SEBAGAI HEAT STORAGE UNTUK SUMBER ENERGI TERMAL PADA Thermo Electric Converter

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2)

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

SOSYSM: INOVASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS MATAHARI GUNA MENURUNKAN BIAYA OPERASIONAL PT BERKAH VANNAMEI BANTUL

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan Air Conditioning dan untuk penyimpanan bahan makanan dan. minuman menggunakan Domistic Refrigerant ( lemari es ).

pusat tata surya pusat peredaran sumber energi untuk kehidupan berkelanjutan menghangatkan bumi dan membentuk iklim

PEMANFAATAN PANAS GAS BUANG MESIN DIESEL SEBAGAI ENERGI LISTRIK

RANCANG BANGUN TERMOMETER SUHU TINGGI DENGAN TERMOKOPEL

PENGGUNAAN MODUL TERMOLEKTRIK UNTUK OPTIMASI ALAT ARAGOSE GEL ELEKTROFORESIS TUGAS AKHIR

STUDI EKSPERIMENTAL TERMOELEKTRIK GENERATOR TIPE SP SA DAN TEC DENGAN VARIASI SERI DAN PARALEL PADA SUPRA X 125 CC

STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN

Analisis Performa Modul Solar Cell Dengan Penambahan Reflector Cermin Datar

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI PERTANIAN PENGUKURAN TEGANGAN DAN ARUS DC PADA SOLAR CELL

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

ANALISIS KARAKTERISTIK ELECTRICAL MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SKALA LABORATORIUM

KONVERSI ENERGI PANAS PENGGERAK UTAMA KAPAL BERBASIS THERMOELECTRIC

LAMPU TENAGA SINAR MATAHARI. Tugas Projek Fisika Lingkungan. Drs. Agus Danawan, M. Si. M. Gina Nugraha, M. Pd, M. Si

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Terbit setiap APRIL dan NOVEMBER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROPOSAL PENELITIAN. Penghemat BBM Sepeda Motor Berbasis Termoelektrik. Disusun oleh : 1. Yuasti Hasna Fauziyah (37764)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

II. Tinjauan Pustaka. A. State of the Art Review

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

FOTOVOLTAIK PASANGAN ELEKTRODA CUO/CU DAN CUO/STAINLESS STEEL MENGGUNAKAN METODE PEMBAKARAN DALAM BENTUK TUNGGAL DAN SERABUT DENGAN ELEKTROLIT NA2SO4

PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto

PENGEMBANGAN DAN OPTIMALISASI ELEMEN PELTIER SEBAGAI GENERATOR TERMAL MEMANFAATKAN ENERGI PANAS TERBUANG

LISTRIK DINAMIS B A B B A B

BAB III PERANCANGAN MINI REFRIGERATOR THERMOELEKTRIK TENAGA SURYA. Pada perancangan ini akan di buat pendingin mini yang menggunakan sel

Perancangan Sistem Pendingin Air Menggunakan Elemen Peltier Berbasis Mikrokontroler ATmega8535

MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DAN SURYA SKALA KECIL UNTUK DAERAH PERBUKITAN

PENGEMBANGAN HYBRID SOLAR CELL DENGAN THERMOELECTRIC GENERATOR SKRIPSI

PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIC ( PV)

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wida Lidiawati, 2014

PENGEMBANGAN PERANGKAT KONVERSI ENERGI PANAS MENJADI ENERGI LISTRIK

Transkripsi:

dengan mengkonversi energi panas, maka diperlukan kolektor atau pengumpul energi dari radiasi matahari. Melalui berbagai studi literatur maka pada penelitian ini dipilih bahan aspal sebagai kolektor radiasi matahari. Aspal memiliki banyak karakteristik yang menguntungkan sebagai kolektor matahari. Penelitian sebelumnya tentang aspal ini pernah dilakukan oleh Mallick. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa, satu bagian aspal panas dapat tetap menghasilkan energi meskipun matahari telah terbenam dalam jangka tertentu. Hal ini dapat terjadi karena adanya panas yang tersimpan dalam aspal. Berbeda halnya pada sel surya photovoltaic konvensional yang hanya menyerap foton secara langsung [4]. Pertimbangan lain dari penggunaan aspal sebagai kolektor adalah material aspal sudah digunakan dibanyak tempat seperti areal jalan besar dan tempat parkir, sehingga tidak perlu mencari lahan tambahan untuk membangun energi matahari tersebut. Aspal yang secara alami dipanaskan oleh radiasi matahari tersebut selain bermanfaat untuk energi alternatif juga dapat mengurangi efek peningkatan panas perkotaan [3]. Penyerapan energi matahari yang cukup efektif menyebabkan suhu aspal relatif tinggi yang kemudian dilepaskan ke udara sekitar dalam bentuk emisi panas sehingga menyebabkan kenaikan suhu udara sekitarnya [4]. Oleh karena itu, sistem pembangkit listrik termoelektrik dengan memanfaatkan panas aspal jalan raya sangat cocok diaplikasikan pada kondisi tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk merancang dan membangun prototype Termoelektrik dan mengukur potensi daya Generator tersebut. Adapun permasalahan dalam penelitian ini membatasi percobaan pada model jalan raya beraspal yang dibangun di laboratorium. 2. Kajian Teori 2.1. Termoelektrik Generator Termoelektrik adalah suatu pembangkit listrik yang didasarkan pada efek Seebeck, yang pertama kali ditemukan tahun 1821 oleh Thomas Johann Seebeck. Dengan memanfaatkan teori efek seebeck, kalor radiasi surya ini bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan arus listrik. Prinsip kerja dari efek Seebeck yang bekerja pada sistem pembangkit termoelektrik adalah : jikalau dua buah material logam (umumnya semi konduktor) yang tersambung berada di lingkungan dengan temperatur yang berbeda maka didalam material tersebut akan mengalir arus listrik [7]. Gambar 1. : Struktur Modul Termoelektrik 2

Struktur Modul Termoelektrik dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar tersebut menunjukkan struktur termoelektrik yang terdiri dari suatu susunan elemen tipe-n (material dengan kelebihan elektron) dan tipe-p (material dengan kekurangan elektron). Panas masuk pada salah satu sisi dan dibuang dari sisi yang lainnya. Transfer panas tersebut menghasilkan suatu tegangan yang melewati sambungan termoelektrik dan besarnya tegangan yang dihasilkan sebanding dengan gradien temperatur [9]. 2.2. Intensitas Radiasi Matahari di Indonesia Tabel 1. Intensitas Radiasi Matahari di Indonesia [2] Propinsi Lokasi Tahun Pengukuran Intensitas Radiasi (Wh/m 2 ) NAD Pidie 1980 4.097 SumSel Ogan Komering Ulu 1979-1981 4.951 Lampung Kab. Lampung Selatan 1972-1979 5.234 DKI Jakarta Jakarta Utara 1965-1981 4.187 Jawa Tengah Semarang 1979-1981 5.488 DI Yogyakarta Yogyakarta 1980 4.500 Jawa Timur Pacitan 1980 4.300 KalBar Pontianak 1991-1993 4.552 Gorontalo Gorontalo 1991-1995 4.911 SulTeng Donggala 1991-1994 5.512 Papua Jayapura 1992-1994 5.720 Bali Denpasar 1977-1979 5.263 NTB Kabupaten Sumbawa 1991-1995 5.747 NTT Ngada 1975-1978 5.117 Intensitas radiasi rata rata 4.800 Dari Tabel 1 diatas, didapatkan bahwa besarnya intensitas radiasi matahari rata-rata adalah sekitar 4,8 kwh/m 2 per hari dengan energi sekitar 17,27 x 10 6 Joule. Dengan rata-rata intensitas tersebut, Indonesia tentu sangatlah mempunyai potensi untuk mengembangkan teknologi Generator Termoelektrik yang bisa memanfaatkan panas tersebut. 2.3. Karakteristik Aspal sebagai Kolektor Matahari Aspal ialah bahan hidrokarbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Selain itu, aspal dapat bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan dengan titik didih tertentu. Aspal tergolong dalam benda hitam yang ideal, dengan nilai emisivitas (ε) 0.83 0.96. Oleh karena kemampuan penyerapan radiasi yang tinggi menyebabkan aspal memiliki suhu yang tinggi pada saat siang hari. Melihat Potensi dalam penyerapan radiasi matahari yang efektif maka panas aspal sangat cocok dimanfaatkan sebagai kolektor energi matahari yang selanjutnya dapat dikonversi menjadi bentuk energi listrik. 3

3. Metodologi Secara keseluruhan, desain Generator Termoelektrik dan strukturstrukturnya yang dirancang pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Desain Prototipe Generator Termoelektrik dengan aspal sebagai kolektor panas Desain Generator Termoelektrik ini dirancang dengan menggunakan 20 buah Modul Termoelektrik. Modul Termoelektrik yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis modul Thermoelectric cooler atau TEC1 12705 yang setiap modulnya terdiri dari 127 pasang elemen termoelektrik P dan N [7]. Komponen sistem ini diawali dengan lapisan aspal pada bagian kolektor yang menutupi lempeng plat logam (aluminium) di bawahnya. Gambar 3(a) menunjukkan deretan modul termoelektrik yang di sebar secara merata dengan tujuan dapat menghantarkan kalor dengan lebih efektif. Sedangkan Gambar (3b) memperlihatkan sistem pendingin yang terbuat dari aluminium yang diberi sirip atau sekat-sekat yang berfungsi untuk melepas panas yang diterima dari sumber panas (aspal). (a) (b) Gambar 3. (a) Susunan Modul Termoelektrik dan (b) Sirip Pendingin Termoelektrik. Proses pengambilan data dilakukan pada tengah hari sekitar pukul 13.55 14.55 WIB (60 menit) dengan tujuan bahwa pada tengah hari, intensitas matahari akan lebih banyak sehingga aspal dapat menyerap panas dengan efektif. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tanah sebagai pendinginnya, seperti terlihat pada Gambar 4. 4

Gambar 4. Tanah sebagai pendingin Sebelum Generator Termoelektrik diuji, aspal dipanaskan terlebih dahulu selama kurang lebih 60 menit, dengan tujuan agar suhunya menjadi lebih merata. Selanjutnya, alat ukur yang digunakan untuk mengukur suhu aspal adalah Termometer Infrared dan untuk mengukur tegangan yang dihasilkan oleh Generator Termoelektrik adalah multimeter digital yang dipasang pada keluaran (output) sistem. 4. Hasil dan Analisa Generator Termoelektrik yang dibuat pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5. Aspal yang terpasang diatas berfungsi sebagai kolektor panas yang nantinya akan diteruskan ke Modul Termoelektrik hingga ke sirip pendingin. Gambar 5. Generator Termoelektrik Waktu pengambilan data dilakukan selama 60 menit. Cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan mencatat kenaikan suhu aspal dan kenaikan tegangan Generator Termoelekrik selama selang waktu 5 menit. Daya yang dihasilkan dapat dihitung dengan menggunakan rumus, yaitu: Dengan, P adalah Daya, R adalah hambatan dalam termoelektrik itu sendiri yaitu 60 Ω dan V adalah tegangan. Pada penelitian ini, Generator Termoelektrik mampu menghasilkan V hingga 3,514 Volt dan daya 0,2 Watt (data percobaan dapat dilihat pada lampiran 1). 5

Dari Gambar 6 dapat diamati bahwa terjadi kenaikan V di sepanjang melakukan percobaan selama 60 menit. Kenaikan tersebut bervariasi dari rentang waktu menit ke 0 20, V mengalami kenaikan yang signifikan dan pada menit ke 50 60 keniakan V berubah drastis. 40 V (Volt) V ( Volt) 3 2 V ΔT 35 ΔT ( o C) 30 0 10 20 30 40 50 60 t (menit) Gambar 6. Peningkatan V dan ΔT terhadap waktu pada suhu tanah 29,1 0 C yang dilakukan dengan rentang waktu 13.55 14.55 WIB. Begitu pula dengan perbedaan temperatur (ΔT) antara suhu aspal (T Aspal ) dan suhu tanah (T Tanah ) terhadap waktu terlihat bahwa dari menit pertama pengambilan data hingga menit ke 20, 30 35 dan 45 55 terjadi kenaikan ΔT kemudian menurun di menit ke 25, 40 dan 60. Peningkatan dan penurunan ΔT yang terjadi pada percobaan ini disebabkan oleh adanya peningkatan dan pernurunan intensitas cahaya matahari yang dapat diindikasikan oleh adanya peningkatan dan penurunan temperatur udara sekeliling. V Volt (V) 3 2 V P 0.2 Daya (P) 0.1 P 30 35 40 ΔT ( 0 C) Gambar 7. Peningkatan V dan P terhadap ΔT pada suhu tanah 29,1 0 C yang dilakukan dengan rentang waktu 13.55 14.55 WIB. 6

Gambar 7 memperlihatkan bahwa Faktor kenaikan V juga dipengaruhi oleh ΔT, secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa semakin besar ΔT maka V yang dihasilkan juga semakin bertambah. Hasil tersebut sesuai dengan teori efek Seebeck, yaitu ketika terjadi perbedaan temperatur antara material semikonduktor yang berbeda, maka akan terjadi beda potensial listrik. Beda potensial listrik ini meningkat dengan semakin meningkatnya beda temperatur [8]. Namun pada percobaan tersebut, menit ke 25, 40 dan 60 nilai ΔT mengalami penurunan tetapi nilai V terus meningkat. Karena pada saat pengambilan data pengukuran suhu aspal diukur dipermukaannya. Maka dengan sifatnya (panas) yang merambat, suhu permukaan aspal tidak sama dengan permukaan Modul Termoelektrik. Oleh sebab itu, nilai V terus bertambah. Selain mempengaruhi besarnya V, ternyata ΔT juga berpengaruh pada nilai P yang dihasilkan. Pada gambar 7 diatas dapat dikatakan secara keseluruhan bahwa nilai P terus bertambah seiring dengan meningkatnya ΔT. 5. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dibawah pengaruh panas matahari didapatkan bahwa sebuah Generator Termoelektrik yang dipasang 20 buah Modul Termoelektrik, dengan ΔT rata-rata 33,4 0 C, mampu menghasilkan tegangan sekitar 3,514 Volt dengan daya keluaran yang dihasilkan adalah 0,2 Watt. Secara garis besar, daya yang dihasilkan dari Generator Termoelektrik ini masih cukup kecil. Akan tetapi, penelitian ini telah menunjukkan bahwa pembangkit termoelektrik memiliki prospek yang cerah dimasa yang akan datang sebagai sumber energi alternatif. Apalagi ditambah dengan potensi panjangnya jalan raya aspal di Indonesia yang setiap tahunnya terjadi peningkatan yaitu pada tahun 2009 yang mencapai 271.230 km [10]. Apabila seperempat dari panjang jalan raya aspal tersebut diaplikasikan suatu Generator Termoelektrik yang memanfaatkan panas aspal jalan raya, maka sumber energi alternatif ini setidaknya dapat menyumbang untuk mengatasi kelangkaan energi yang terjadi sekarang ini. Jika penelitian selanjutnya menggunakan aspal yang didesain seperti ini, diusahakan agar panas aspal yang disalurkan oleh aluminium tidak kontak langsung dengan suhu lingkungan sekitar, agar energi matahari yang diterima seluruhnya dapat disalurkan ke Modul Termoelektrik. Selain itu, pemilihan karakteristik Modul Termoelektrik juga perlu menjadi pertimbangan. 7

DAFTAR PUSTAKA [1] Anonim, 2008. Pembangkit Listrik Tenaga Surya. http://b0cah.org/index.php?option=com content&task=view&id=485&itemid=39 (05/03/11) [2] Irawan Rahardjo, Ira Fitriana, Analisis Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia. [3] Bao-Liang Chen, Alternative energy hits the road, Worcester Polytechnic Institute (WPI), 2008. [4] Rajib B. Mallick*), Bao-Liang Chen, Sankha Bhowmick, Reduction of Urban Heat Island Effect through Harvest of Heat Energy from Asphalt Pavements, Worcester Polytechnic Institute (WPI). [5] Zuryati Djafar*), Nandy Putra, R.A. Koestoer, Kajian Eksperimental Pengembangan Generator Termoelektrik Sebagai Sumber Listrik, UI Depok 16424, Indonesia, 2010. [6] Amien Rahardjo, Herlina, Husni Safruddin, Optimalisasi Pemanfaatan Sel Surya pada Bangunan Komersial Secara Terintegrasi sebagai Bangunan Hemat Energi", Universitas Indonesia, Depok, Indonesia, 2008. [7] HB Corporation. Thermoelectric Cooler TEC-12705 Performance Specifications. www.alldatasheet. com. [8] N. Putra, H. Hardanu, P.A. Sugiarto, F.N. Iskandar, Proceedings of 10th Quality in Research, Depok, Indonesia, 2007, IMM-28. [9] Nandy Putra*), Raldi Artono Koestoer, M. Adhitya, Ardian Roekettino, dan Bayu Trianto, Potensi Pembangkit Daya Termoelektrik Untuk Kendaraan Hibrid. Depok 16424, Indonesia, 2009. [10] Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistics Indonesia), (8 /12/ 2011). 8