KATA PENGANTAR Bagian I :

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing dan memberkahi kita sekalian dalam melaksanakan tugas.

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS 2010

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

RILIS HASIL PSPK2011

BAB IV GAMBARAN UMUM

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations

Oleh: Drs. Frans Lebu Raya, Gubernur Nusa Tenggara Timur Materi Pertemuan KADIN tanggal 7 Februari 2012 di Jakarta

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

PAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR. Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

DIIA IPRODUKlJ P GEMBANGA. _~ -"-l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1

PENEllIIAN PENBEMBA A. KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20. Kerj ama. c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~

STATISTIK DAERAH KABUPATEN ROTE NDAO 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

1. Penyempurnaan Database 2. Penyempurnaan Aplikasi

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

Daftar Tabel. Halaman

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

Kinerja Pendapatan Ekonomi Rakyat dan Produktivitas Tenaga Kerja di Provinsi Nusa Tenggara Timur

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA. 4lD BANK IND NESIA DAN

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN. Bajo, kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Perkembangan yang. sektor, salah satunya yang sangat pesat ialah pariwisata.

BOKS 2. A. Latar Belakang

DAFTAR TABEL. Jumlah Desa/Kelurahan Swasembada Menurut Kabupaten/Kota Tahun

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA DAN

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUPANG 09 SEPTEMBER 2013

DAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2009 DAFTAR TABEL

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. 1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai R 2 = 0,328 berarti. pengangguran dan inflasi berkontribusi terhadap variabel terikat

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Segala Puji Syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rakhmat-nya sehingga pelaksanaan Penelitian Baseline Economic Survey-KPJu Unggulan UMKM Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini merupakan kerjasama Kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan Lembaga Penelitian Undana. Penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, mulai Juli 2013 sampai dengan Desember 2013. Penelitian ini diarahkan untuk memberikan informasi tentang Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan dalam konteks pengembangan UMKM di tingkat Kabupaten/Kota dan ditingkat Provinsi di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian Baseline Economic Survey tahun 2013 meliputi 21 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan 200 Kecamatan sebagai wilayah penelitian. Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk memberikan masukan pada berbagai pihak, baik penentu kebijakan, instansi teknis terkait lainnya, lembaga perbankan, lembaga lainnya, maupun pengusaha guna mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap tenaga kerja berdasarkan kondisi saat ini dan prospeknya serta mempunyai daya saing tinggi, dengan menetapkan Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan Daerah di Nusa Tenggara Timur. Penelitian KPJu Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Timur menggunakan empat metode utama untuk pengolahan data yaitu Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), Metode Borda, Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Bayes. Metode ini menggunakan pendekatan partisipatif yang menggabungkan pendekatan top-down dalam penetapan kriteria dan bottom-up pada penetapan KPJu yang diungkapkan dengan prinsip dari, oleh dan untuk daerah. Setiap pemangku kepentingan dalam pengembangan UMKM dilibatkan sebagai narasumber. Penelitian ini memuat pula secara singkat profil daerah, profil UMKM beserta faktor pendorong dan penghambat serta kebijakan pemerintah daerah dan perbankan. Karena itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan guna mendukung perekonomian daerah sesuai dengan ketersediaan sumberdaya dan kapasitas kelembagaan setiap daerah. Laporan penelitian ini disajikan dengan sistematika secara umum sebagai berikut: Bagian I : 1) Pendahuluan, 2) Metode Penelitian 3) Kondisi Umum Wilayah Provinsi NTT 4) Hasil Penetapan KPJu Unggulan Tingkat Provinsi NTT 5) Kesimpulan dan Rekomendasi

Bagian II : Laporan per Kabupaten/Kota, dengan sistematika di setiap Kabupaten/Kota sebagai berikut: 1) Kondisi Umum Wilayah Kabupaten/Kota 2) Hasil Penetapan KPJu Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota 3) Kesimpulan dan Rekomendasi Pada laporan bagian II, yaitu laporan per kabupaten/kota tidak lagi ada Bab Penddahuluan dan Metodologi, karena sudah di paparkan di Bagian I sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan per kabupaten/kota. Dengan sistematika demikian diharapkan pembaca dan/atau pengguna imformasi dapat dengan mudah dan utuh memahami kondisi daerah dan KPJu untuk tingkat provinsi atau kabupaten/kota tertentu. Tim Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan dan kerjasama dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, Tim Peneliti Universitas Nusa Cendana dan Kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Pemerintah Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Rote Ndao, Sabu Raijua, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende, Nagekeo, Ngada, Manggarai Timur, Manggarai, Manggarai Barat dan Pemerintah Kota Kupang, yang telah memberikan kerjasama yang sangat baik serta masukan data, fakta dan keterangan yang sangat berguna. 2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pertanian dan Kehutanan, Peternakan, Perikanan dan Kelautan, Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Pariwisata, Badan Pusat Statistik dan instansi terkait lainnya, serta Pihak Perbankan dan dunia usaha tingakt provinsi dan kabupaten/kota yang banyak memberikan informasi serta data yang diperlukan. 3. Para narasumber kecamatan yang terdiri dari para Pejabat Kecamatan, Penyuluh/Mantri Tani dan Koordinator Statistik Kecamatan di tingkat kecamatan yang ada di wilayah penelitian. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing dan memberkahi kita sekalian dalam melaksanakan tugas. Akhirnya kami berharap, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan bahan rujukan bagi pengembangan UMKM dan pembangunan ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kupang, Desember 2013 Penanggung Jawab Penelitian Ketua Lembaga Penelitian Undana Prof. Dr. Mien Ratoe Oedjoe, M.Pd NIP. 19510701 197803 2 001

DAFTAR ISI JUDUL KATA PENGANTAR TIM PENELITI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR Halaman i ii iii v vi v PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan Penelitian 3 1.3. Ruang Lingkup Survey dan Penelitian 4 II METODE PENELITIAN 7 2.1. Jenis dan Sumber Data 7 2.2. Daerah Survei dan Penelitian 7 2.3. Metode Analisis 7 2.4. Tahapan Pengumpulan dan Analisis Data 8 2.5. Narasumber Penelitian Tingkat Provinsi NTT 12 2.6. Prinsip Penilaian Kriteria dan Rekomendasi Kebijakan 12 2..7. Jangka Waktu Penelitian 12 III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 13 3.1. Fisik Wilayah 13 3.2.. Demografi 13 3.3. Potensi Sumber Daya Alam 17 3.4. Infrastruktur Wilayah 22 3.5. Ekonomi Wilayah 24 IV HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM 26 TINGKAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 4.1. Bobot Tujuan dan Kriteria KPJu Kabupaten dan Kecamatan 26 4.2. Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Provinsi NTT 28 4.3. KPJu Unggulan Tingkat Provinsi NTT 29 4.4. Hasil Analisis Perspektif Product Life Cycle (PLC) KPJu Unggulan 31 Tingkat Provinsi NTT 4.5. Hasil Analisis SWOT KPJu Unggulan Lintas Sektor Provinsi NTT 32 4.6. Hasil Analisis Siklus Bisnis KPJu Unggulan Lintas Sektor 36 4.7. Hasil Analisis Inflasi KPJu Unggulan 40 V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 44 5.1. Kesimpulan 44 5.2. Rekomendasi 44 KOTA KUPANG I KONDISI UMUM WILAYAH KOTA KUPANG 46 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 46 1.2. Demografi 47 1.3. Potensi Sumber Daya Alam 47 1.4. Infrastruktur Wilayah 48 v

1.5. Ekonomi Wilayah 48 1.6. Potensi UMKM 50 1.7. Perbankan UMKM 51 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KOTA KUPANG 52 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Kota Kupang 52 2.2. KPJU Unggulan Per Sektor di Kota Kupang 53 2.3. KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Kupang 54 2.4. Hasil Analisis Hasil Analisis Potensi Dan Prospek KPJu Unggulan Kota Kupang 54 III Kesimpulan dan rekomendasi 56 3.1. Kesimpulan 56 3.2.. Rekomendasi 56 KABUPATEN KUPANG I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN KUPANG 58 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 58 1.2. Demografi 59 1.3. Potensi Sumber Daya Alam 60 1.4. Infrastruktur Wilayah 61 1.5. Ekonomi Wilayah 62 1.6. Potensi UMKM 65 1.7. Perbankan dan UMKM 67 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN KUPANG 69 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten Kupang 69 2.2. KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Kupang 70 2.3. KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Kupang 71 2.4. Hasil Analisis Perspektif Product Life Cycle (PLC) KPJu Unggulan Kabupaten Kupang 71 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 73 3.1. Kesimpulan 73 3.2.. Rekomendasi 73 KABUPATEN ROTE NDAO I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN ROTE NDAO 75 1.1. Fisik wilayah 75 1.2. Demografi 75 1.3. Potensi Sumber daya Alam 76 1.4. Infrastruktur 78 1.5. Ekonomi Wilayah 78 1.6. Potensi UMKM 80 1.7. Perbankan UMKM 81 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN ROTE NDAO 82 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten Rote 82 Ndao 2.2. KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Rote Ndao 83 2.3. KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Rote Ndao 84 2.4. Hasil Analisis Perspektif Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Rote Ndao 84 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 86 3.1. Kesimpulan 86 3.2.. Rekomendasi 86 vi

KABUPATEN SABU RAIJUA I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA 88 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 88 1.2. Demografis 89 1.3. Potensi Sumber Daya Alam 89 1.4. Infrastruktur Wilayah 89 1.5. Ekonomi Wilayah 90 1.6. Potensi UMKM 92 1.7. Perbankan dan UMKM 93 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN SABU RAIJUA 94 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Provinsi NTT 94 2.2. KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Sabu Raijua 95 2.3. KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sabu Raijua 96 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sabu Raijua 96 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98 3.1. Kesimpulan 98 3.2.. Rekomendasi 98 KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN 100 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 100 1.2. Demografis 101 1.3. Potensi Sumber Daya Alam 102 1.4. Infrastruktur 109 1.5. Ekonomi Wilayah 111 1.6. Perbankan dan UMKM 114 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN 116 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten Timor 116 Tengah Selatan 2.2. KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Timor Tengah Selatan 117 2.3. KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Selatan 118 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Timor Tengah Selatan 118 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 119 3.1. Kesimpulan 119 3.2.. Rekomendasi 119 KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA 121 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 121 1.2. Demografis 122 1.3. Potensi Sumber Daya Alam 123 1.4. Infrastruktur 129 1.5. Ekonomi Wilayah 129 1.6. Perbankan dan UMKM 131 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA 132 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten TTU 132 vii

2.2. KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Timor Tengah Utara 133 2.3. KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Utara 134 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Timor Tengah Utara 134 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 135 3.1. Kesimpulan 135 3.2.. Rekomendasi 135 KABUPATEN BELU I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN BELU 137 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 137 1.2. Demografis 140 1.3. Potensi Sumber Daya Alam 141 1.4. Ekonomi Wilayah 142 1.5. Perbankan dan UMKM 144 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN BELU 145 2.1. Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten Belu 145 2.2. KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Belu 146 2.3. KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Belu 146 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Belu 147 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 148 3.1. Kesimpulan 148 3.2.. Rekomendasi 148 KABUPATEN SUMBA TIMUR I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN SUMBA TIMUR 150 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 150 1.2. Demografi 151 1.3. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia 152 1.4. Infrastruktur Wilayah 153 1.5. Ekonomi wilayah 157 1.6. Perbankan dan UMKM 163 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN SUMBA TIMUR 165 2.1. Bobot Sektor- Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 165 Sumba Timur 2.2. KPJu Unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Sumba Timur 166 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Sumba Timur 167 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sumba Timur 167 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 169 3.1. Kesimpulan 169 3.2.. Rekomendasi 169 KABUPATEN SUMBA TENGAH I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN SUMBA TENGAH 171 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 171 1.2. Demografi 173 1.3. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia 174 1.4. Infrastruktur Wilayah 176 1.5. Ekonomi wilayah 178 1.6. Perbankan dan UMKM 189 viii

II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN SUMBA TENGAH 191 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 191 Sumba Tengah 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Sumba Tengah 192 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Sumba Tengah 193 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sumba Tengah 193 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 195 3.1. Kesimpulan 195 3.2.. Rekomendasi 195 KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA 197 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 197 1.2. Demografi 199 1.3. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia 200 1.4. Infrastruktur Wilayah 201 1.5. Struktur Ekonomi Wilayah 203 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA 210 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 210 Sumba Barat Daya 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Sumba Barat Daya 211 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Sumba Barat Daya 212 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sumba Barat Daya 212 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 213 3.1. Kesimpulan 213 3.2.. Rekomendasi 213 KABUPATEN SUMBA BARAT I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN SUMBA BARAT 215 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 215 1.2. Demografi 216 1.3. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia 217 1.4. Infrastruktur Wilayah 218 1.5. Stuktur Ekonomi Wilayah 221 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN SUMBA BARAT 226 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektordalam pengembangan UMKM Kabupaten 226 Sumba Barat 2.2 KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Sumba Barat 227 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Sumba Barat 228 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sumba Barat 228 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 230 3.1. Kesimpulan 230 3.2.. Rekomendasi 230 ix

KABUPATEN ALOR I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN ALOR 232 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 232 1.2. Demografi 233 1.3. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia 235 1.4. Infrastruktur Wilayah 236 1.5. Ekonomi wilayah 239 1.6. Potensi UMKM 243 1.7. Peranan Perbankan dan UMKM 245 II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN ALOR 248 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten Alor 248 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Alor 249 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Alor 250 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Alor 250 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 252 3.1. Kesimpulan 252 3.2.. Rekomendasi 252 KABUPATEN LEMBATA I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN LEMBATA 253 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 253 1.2. Demografi 254 1.3. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia 255 1.4. Infrastruktur Wilayah 256 1.5. Ekonomi wilayah 259 1.6. Potensi UMKM 261 1.7. Perbankan dan UMKM 263 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN LEMBATA 266 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 266 Lembata 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Lembata 266 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Lembata 267 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Lembata 268 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 269 3.1. Kesimpulan 269 3.2.. Rekomendasi 269 KABUPATEN FLORES TIMUR I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN FLORES TIMUR 271 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 271 1.2. Demografi 271 1.3. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia 273 1.4. Infrastruktur Wilayah 274 1.5. Ekonomi wilayah 278 1.6. Potensi UMKM 281 1.7. Perbankan dan UMKM 282 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN FLORES TIMUR 285 x

2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 285 Flores Timur 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Flores Timur 285 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Flores Timur 286 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Flores Timur 287 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 288 3.1. Kesimpulan 288 3.2.. Rekomendasi 288 KABUPATEN SIKKA I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN SIKKA 290 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 290 1.2. Demografi 291 1.3. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia 292 1.4. Infrastruktur Wilayah 294 1.5. Ekonomi wilayah 295 1.6. Potensi UMKM 298 1.7. Peranan Perbankan dalam Pengembangan UMKM 299 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN SIKKA 302 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 302 Sikka 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Sikka 302 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Sikka 303 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sikka 304 II KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 305 3.1. Kesimpulan 305 3.2.. Rekomendasi 305 KABUPATEN ENDE I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN ENDE 307 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 307 1.2. Demografi 309 1.3. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia 310 1.4. Infrastruktur Wilayah 312 1.5. Ekonomi wilayah 315 1.6. Potensi UMKM 318 1.7. Peranan Perbankan dalam Pengembangan UMKM 320 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN ENDE 323 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 323 Ende 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Ende 324 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Ende 325 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sikka 325 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 326 3.1. Kesimpulan 326 3.2.. Rekomendasi 326 xi

KABUPATEN NAGEKEO I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN NAGEKEO 328 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 328 1.2. Demografi 329 1.3. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia 330 1.4. Infrastruktur Wilayah 332 1.5. Ekonomi wilayah 334 1.6. Potensi UMKM 337 1.7. Peranan Perbankan dalam Pengembangan UMKM 338 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN NAGEKEO 341 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 341 Nagekeo 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Nagekeo 342 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Nagekeo 343 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sikka 343 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 344 3.1. Kesimpulan 344 3.2. Rekomendasi 344 KABUPATEN NGADA I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN NGADA 346 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 346 1.2. Demografi 347 1.3. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia 348 1.4. Infrastruktur Wilayah 349 1.5. Ekonomi wilayah 351 1.6. Perbankan dan UMKM 355 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN NGADA 357 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 357 Ngada 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Ngada 358 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Ngada 359 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sikka 359 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 361 3.1. Kesimpulan 361 3.2.. Rekomendasi 361 KABUPATEN MANGGARAI TIMUR I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN MANGGARAI TIMUR 363 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 363 1.2. Demografi 366 1.3. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia 368 1.4. Infrastruktur Wilayah 369 1.5. Ekonomi wilayah 372 1.6. Potensi UMKM 377 1.7. Perbankan dan UMKM 378 xii

II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN MANGGARAI TIMUR 379 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 379 Manggarai Timur 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Manggarai Timur 380 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Manggarai Timur 381 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sikka 382 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 383 3.1. Kesimpulan 383 3.2.. Rekomendasi 383 KABUPATEN MANGGARAI I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN MANGGARAI 385 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 385 1.2. Demografi 385 1.3. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia 389 1.4. Infrastruktur Wilayah 391 1.5. Ekonomi wilayah 394 1.6. Potensi UMKM 398 1.7. Perbankan dan UMKM 398 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN MANGGARAI 401 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 401 Manggarai 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Manggarai 402 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Manggarai 403 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sikka 404 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 405 3.1. Kesimpulan 405 3.2.. Rekomendasi 405 KABUPATEN MANGGARAI BARAT I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT 407 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 407 1.2. Demografi 407 1.3. Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia 409 1.4. Infrastruktur Wilayah 410 1.5. Ekonomi wilayah 412 1.6. Perbankan dan UMKM 416 II HASIL PENETAPAN KPJU UNGGULAN PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN MANGGARAI BARAT 419 2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor dalam pengembangan UMKM Kabupaten 419 Manggarai Barat 2.2. KPJu unggulan UMKM Per Sektor di Kabupaten Manggarai Barat 419 2.3. KPJu unggulan UMKM lintas sektor di Kabupaten Manggarai Barat 421 2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Sikka 422 III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 423 3.1. Kesimpulan 423 3.2.. Rekomendasi 423 xiii

DAFTAR TABEL No Tabel Uraian PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Halaman 1. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian 4 2. Kriteria Penetapan KPJu Unggulan UMKM Tingkat Kabupaten Kota 9 3. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk NTT 2010-2011 Per 14 Kabupaten 4. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja 1 Minggu Yang Lalu Menurut 15 Lapangan Usaha di NTT,2011 5. Jumlah Pencari Kerja Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin 16 Tahun 2008-2012 6. Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Nusa Tenggara Timur 16 Tahun 2008-2012 7. Produktivitas Tanaman Pangan Tahun 2011-2012 17 8. Produktivitas Perkebunan di Provinsi NTT Tahun 2011-2012 18 9. Perkembangan Populasi Ternak di Provinsi Nusa Tenggara Timur 19 10. Perkembangan Persediaan rumah layak huni 2010-2012 23 11. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk 26 Penetapan KPJu Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Timur 12. Hasil Analisis Penentuan Bobot Sektor/Sub Sektor Prioritas KPJU 28 Tingkat Provinsi NTT 12. Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk 28 Penetapan KPJu Unggulan di Provinsi Nusa Tenggara Timur 13. KPJu Unggulan per Sektor Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur 29 14. KPJu Unggulan Lintas Sektor Tingkat Provinsi NusaTenggaraTimur 30 Menurut Urutan Nilai skor terbobot atau Urutan Unggulan 15. Skor dan Kategori Penilaian Potensi dan Prospek KPJU Unggulan 31 16. Matriks Posisi KPJu Unggulan di Provinsi NTT Berdasarkan Kriteria Potensi dan Kabupaten 31 KOTA KUPANG 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Tahun 2012 46 2. Jumlah Penduduk Kota Kupang Menurut Jenis Kelamin, 2011 47 3. Luas Lahan dan Penggunaannya di Kota Kupang 47 4. Potensi Sumber Air di Kota Kupang 47 5. Banyaknya Kendaraan Umum dan Pribadi menurut Jenisnya di Kota 48 Kupang 6. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid menurut Tingkat Pendidikan di Kota 48 Kupang Tahun 2011 7. Persentase Penduduk Kota Kupang Menurut Golongan 49 Pengeluaran Konsumsi perbulan 8. PDRB Kota Kupang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2011 50 xiv

No Tabel Uraian Halaman 9. Jumlah UMKM, dalam sektor Industri dan perdagangan di Kota Kupang 50 Tahun 2011 10. Skor-terbobot Tingkat Keunggulan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 52 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kota Kupang 11. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha 53 di Kota Kupang 12. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 54 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Kupang 13. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Kupang 55 KABUPATEN KUPANG 1. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Kupang 58 2012 2. Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kabupaten Kupang Tahun 59 2012 3. Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Kupang Tahun 2012 61 4. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta 62 di Kabupaten Kupang Tahun 2011 5. Persentase Penduduk Kabupaten Kupang Menurut Golongan 62 Pengeluaran Konsumsi perbulan 6. Presentase Distribusi PDRB Kabupaten Kupang Atas Dasar Harga 63 Konstan Tahun 2009 2011 (%) 7. Pertumbuhan Riil Sektor Ekonomi Kabupaten Kupang Tahun 2009 64 2011 8. Jumlah Perusahaan, dalam sektor Industri dan perdagangan 66 Di Kabupaten Kupang 2009-2011 9. Nilai Produksi Perusahaan sektor Industri dan perdagangan 66 di Kabupaten Kupang 2009-2011 10. Posisi Pembiayaan Menurut Sektor Usaha 67 11. Komposisi pemberian kredit Bank NTT 2011-2012 68 12. Skor-terbobot Tingkat Keunggulan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 69 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Kupang 13. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha 70 di Kabupaten Kupang 14. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 71 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Kupang 15. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Kupang 72 KABUPATEN ROTE NDAO 76 1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepala Keluarga Serta Kepadatan Penduduk Per km 2 di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2012 2. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja pada Lapangan Kerja Utama di Kabupaten Rote Ndao 76 xv

No Tabel Uraian Halaman 3. Distribusi Luasan Lahan Pertanian Menurut Pola Usaha Tani di 77 Kabupaten Rote Ndao 4. Persentase Penduduk Kabupaten Rote Ndao dan Menurut Golongan 79 Pengeluaran Konsumsi perbulan Tahun 2011 5. PDRB Kabupaten Rote Ndao Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut 80 Lapangan Usaha, Tahun 2009-2011 6. Jumlah UMKM, dalam sektor Industri dan perdagangan di 80 Kabupaten Rote Ndao Tahun 2011 7. Skor-terbobot Tingkat Keunggulan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Rote Ndao 82 8. Rangking dan Skor Terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Rote Ndao 83 9. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 84 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Rote Ndao 10. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Rote Ndao 85 KABUPATEN SABU RAIJUA 1. Jumlah kecamatan, luas wilayah, dan jumlah desa/kelurahan 88 2. Kondisi Jalan Provinsi di Kabupaten Sabu Raijua tahun 2010-2011 90 3. Pengeluaran Konsumsi Makanan Penduduk Kabupaten Sabu Raijua 91 perbulan 4. Pengeluaran Konsumsi Non Makanan Penduduk Kabupaten Sabu Raijua 91 perbulan 5. PDRB Kabupaten Sabu Raijua Atas Dasar Konstan dan harga Berlaku 92 Tahun 2010-2012 (juta rupiah) 6. Jumlah Dan Perkembangan UMKM Menurut Sector Usaha 93 di Kabupaten Sabu Raijua Tahun 2010-2011 7. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 94 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Sabu Raijua 8. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha 95 di Kabupaten Sabu Raijua 9. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 96 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sabu Raijua 10. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sabu Raijua 97 KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN 1. Perkembangan Luas Panen Tanaman Pangan (ha) 102 2. Perkembangan Produksi Tanaman Pangan, Tahun 2009-2011 (Ton) 102 3. Perkembangan Produksi Tanaman Sayur-sayuran Tahun 2011 (ton) 103 4. Jumlah Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Timor Tengah 104 Selatan Tahun 2011 (ton) 5. Kondisi Produksi Tanaman Perkebunan 104 6. Jumlah dan Perkembangan Populasi Ternak 105 xvi

No Tabel Uraian Halaman 7. Jumlah Produksi Perikanan Menurut Macam Produksi (Kg) 106 8. Luas Kawasan Hutan Menurut Pola Tata Guna, 2011 106 9. Jenis Bahan Galian Golongan C dan Cadangan 107 di Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2011 10. Jumlah Industri dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Timor Tengah 107 Selatan Tahun 2012 11. Perkembangan Jumlah Unit Usaha Sektor Perdagangan 108 Tahun 2008-2011 di Kabupaten Timor Tengah Selatan 12. Kondisi Permukaan Jalan Status Jalan Kabupaten di Kabupaten TTS 109 13. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Menurut Jenjang Pendidikan 110 Di Kabupaten TTS, Tahun 2011 14. Jumlah dan Perbandingan Prasarana dan Sarana Pelayanan Kesehatan 111 Di Kabupaten TTS, Tahun 2011 15. Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran 111 Per Kapita Sebulan, 2011 16. PDRB Kabupaten TTS berdasarkan Harga Berlaku dan 112 Harga Konstan (Jutaan Rupiah) 17. Struktur Perekonomian Kabupaten TTS (%) 113 18. Jumlah Nasabah dan Nilai Kredit (Jutaan Rupiah) Menurut Bank Umum 115 di Kabupaten TTS 19. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 116 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Timor Tengah Selatan 20. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha 117 di Kabupaten Timor Tengah Selatan 21. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 118 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Selatan 22. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Selatan 118 KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA 1. Penggunaan Lahan di Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2012 122 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara dan Tingkat 122 kepadatan per Kecamatan. Tahun 2012 3. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Pada 123 Lapangan Kerja Utama di Kabupaten Timor Tengah Utara 4. Perkembangan Luas Panen Tanaman Pangan (ha) 123 5. Produksi Tanaman Sayur-sayuran Tahun 2010 di Kabupaten Timor 124 Tengah Utara (ton) 6. Perkembangan Produksi Tanaman Buah-buahan 124 di Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2009-2010 (ton) 7. Jumlah Luas Areal (Ha) dan Produksi (ton) Tanaman Perkebunan 125 Tahun 2010 di Kabupaten Timor Tengah Utara 8. Jumlah dan Perkembangan Populasi Ternak 125 xvii

No Tabel Uraian Halaman 9. Produksi Perikanan Laut dan Perikanan Darat di Kabupaten Timor 126 Tengah Utara Tahun 2010 (Ton) 10. Luas Kawasan Hutan Menurut Pola Tataguna Tahun 2011 127 11. Potensi Sumber Daya Mineral Golongan A dan B di Kabupaten Timor 127 Tengah Utara Tahun 2010 (ppm) 12. Jumlah Industri dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Timor Tengah 128 Utara Tahun 2012 13. Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran 130 Per Kapita Sebulan. 2011 14. Produk Domestik Bruto Kabupaten TTU Atas Harga Berlaku 130 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2011 15. Posisi Kredit menurut Sektor Ekonomi dan Jenis Kredit 131 Pada BRI, BNI dan Bank NTT Cabang Kefamenanu Tahun 2011 16. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 132 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Timor Tengah Utara 17. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha 133 di Kabupaten Timor Tengah Utara 18. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 134 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Utara 19. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Utara 134 KABUPATEN BELU 1. Wilayah Kabupaten Belu dan Jumlah Desa Menurut Kecamatan (2011) 137 (Tidak Termasuk DOB Malaka) 2. Nama dan Panjang Sungai di Kabupaten Belu 139 3. Luas Tanah Menurut Penggunaan di Kabupaten Belu, 2010-2011 140 4. Jumlah Penduduk Kabupaten Belu dan Tingkat kepadatan 140 per Kecamatan, Tahun 2012 5. Luas Lahan Sawah (Ha) di Kabupaten Belu Menurut Kecamatan dan 141 Jenis Pengairan,2011 6. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Kabupaten Belu Menurut 141 Kecamatan,2011 7. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung 142 di Kabupaten Belu Menurut Kecamatan,2011 8 PDRB Kabupaten Belu berdasarkan Harga Berlaku dan Harga Konstan 142 (Jutaan Rupiah) 9 Struktur Perekonomian Kabupaten Belu (%) 143 10 Posisi Kredit Perbankan di Kabupaten Belu, tahun 2004-2010 144 11 Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 145 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Belu 12 Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Belu 146 xviii

No Tabel Uraian Halaman 13. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 147 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Belu 14. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Belu 147 KABUPATEN SUMBA TIMUR 1. Luas wilayah Kabupaten Sumba Timur menurut kecamatan 150 2. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk tahun 2012 151 3. Angkatan Kerja Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas, tahun 2012 153 4. Banyaknya Usaha Industri dan Tenaga Kerja di Kabuapten Sumba 156 Timur, 2011 5. Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid pada Berbagai Jenjang Pendidikan 157 di Kabupaten Sumba Timur, 2011 6. Rata-rata Pengeluaran Per kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran 158 Kabupaten Sumba Timur, 2011 7. Golongan Pengeluaran per Kapita dalam SebulanKabupaten Sumba 158 Timur, 2011 8. Kontribusi Sektor Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan 159 9. PDRB Kabupaten Sumba Timur Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 159 10. Jumlah Dana Yang Dihimpun Dari Masyarakat Oleh Perbankan di 164 Kabupaten Sumba Timur, Periode Tahun 2009 2011 11 Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 165 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Sumba Timur 12 Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha 166 di Kabupaten Sumba Timur 13. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 167 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sumba Timur 14. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sumba Timur 168 KABUPATEN SUMBA TENGAH 1. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Sumba 171 Tengah Tahun 2012 2. Jumlah Desa di Kabupaten Sumba Tengah 172 3. Banyaknya hari Hujan dan Jumlah Curah Hujan Setahun 172 Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2012 4. Penggunaan Lahan di Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2012 173 5. Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kabupaten Sumba Tengah 173 Tahun 2012 6. Persentase Penduduk 7-24 Tahun menurut Jenis Kelamin, Kelompok 175 Umur dan Partisipasi Sekolah Tahun 2012 7. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas Menurut Ijazah 176 Tertinggi yang Dimiliki 8. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di 178 Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2012 9. Golongan Pengeluaran per Kapita dalam Sebulan Kabupaten Sumba Tengah, 2011 179 xix

No Tabel Uraian Halaman 10. Perkembangan PDRB Kabupaten Sumba Tengah Menurut Sektor Tahun 179 2009-2011 11. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Kabupaten Sumba Tengah, 180 2011 (ADHK) 12. Jumlah Luas Tanam, Panen serta Produksi Tanaman Pangan 181 Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2011 13. Luas Panen dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang di Kabupaten 181 Sumba Tengah Menurut Kecamatan Tahun 2011 14. Luas Panen dan Produksi Jagung dan Ubi Kayu di Kabupaten Sumba 182 Tengah Menurut Kecamatan Tahun 2011 15. Luas Panen dan Produksi Ubi Jalar, Kacang Tanah, Kedelai dan Kacang 182 Hijau di Kabupaten Sumba Tengah Menurut Kecamatan Tahun 2011 16. Rekapitulasi Luas Areal (ha) dan Produksi (ton) Tanaman Perkebunan di 183 Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2011 17. Luas Areal (ha) dan Produksi (ton) Tanaman Perkebunan 183 Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2011 18. Populasi Kayu Cendana Menurut Kecamatan dan Jenis Pohon, 2012 184 19. Populasi Hewan Ternak Besar dan Kecil Menurut Kecamatan di 184 Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2011 (ekor) 20. Populasi Ternak Unggas Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumba 185 Tengah Tahun 2011 (ekor) 21. Produksi Perikanan Pada tahun 2009 dan 2011 di Kabupaten Sumba 185 Tengah 22. Banyaknya Armada Penangkap Ikan Menurut Kecamatan di Kabupaten 186 Sumba Tengah Tahun 2012 23. Jumlah Industri Kecil dan Penyerapan Tenaga Kerja menurut Golongan 187 Industri di Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2011 24. Jumlah Usaha Perdagangan Menurut Skala Usaha di Kabupaten Sumba 187 Tengah Tahun 2006 25. Jumlah Koperasi Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumba Tengah 188 Tahun 2011 26. Perkembangan Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Total Output Sektor 189 Industri Pengolahan Menurut Golongan Industri (Periode 2009-2011) 27. Jumlah Dana Yang Dihimpun Dari Masyarakat Oleh Perbankan di 190 Kabupaten Sumba Tengah, Periode Tahun 2009 2011 28. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 191 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Sumba Tengah 29. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha 192 di Kabupaten Sumba Tengah 30. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 193 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sumba Tengah 31. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sumba Tengah 194 KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA 1. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun 2012 197 xx

No Tabel Uraian Halaman 2. Banyaknya hari Hujan dan Jumlah Curah Hujan Setahun 198 Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun 2012 3. Penggunaan Lahan di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun 2012 198 4. Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kabupaten Sumba Barat Daya 199 Tahun 2012 5. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas Menurut Ijazah 201 Tertinggi yang Dimiliki 6. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta 202 di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun 2012 7. Golongan Pengeluaran per Kapita dalam Sebulan Kabupaten Sumba 203 Timur, 2011 8. PDRB Kabupaten Sumba Barat Daya Menurut Lapangan Usaha, 2011 204 9. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sumba Barat Daya Menurut 204 Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan, 2011 10. Produksi Tertinggi Tanaman Perkebunan di Lima Kecamatan - Sumba 205 Barat Daya, 2011 ( dalam ton) 11. Jumlah Industri Kecil dan Penyerapan Tenaga Kerja menurut Golongan 207 Industri di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun 2011 12. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 210 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Sumba Barat Daya 13. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 211 Kabupaten Sumba Barat Daya 14. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 212 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sumba Barat Daya 15. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sumba Barat Daya 212 KABUPATEN SUMBA BARAT 1. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Sumba Barat Tahun 2011 2. Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk di Kabupaten Sumba Barat Tahun 2011 3. Jumlah Sekolah, Murid dan Guru di Sekolah Negeri dan Swasta di Kabupaten Sumba Barat Tahun 2012 4. Jumlah Rumah Sakit dan Tenaga Layanan Kesehatan di Kabupaten Sumba Barat Tahun 2012 5. Perkembangan PDRB Kabupaten Sumba Barat Menurut Sektor Tahun 2009-2011 (ADHK) 6. Jumlah Industri Kecil dan Penyerapan Tenaga Kerja menurut Golongan Industri di Kabupaten Sumba Barat Tahun 2011 7. Jumlah Koperasi Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumba Barat Tahun 2011 8. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Sumba barat 215 216 220 220 221 223 224 226 xxi

No Tabel Uraian 9. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Sumba barat Halaman 227 10 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 228 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sumba barat 11. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sumba Barat 228 KABUPATEN ALOR 1. Keadaan Tanah di Kabupaten Alor Menurut Tingkat KemiringanDan 233 Persentase Terhadap Luas Wilayah 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Alor dan Tingkat kepadatan per 233 Kecamatan, Tahun 2011 3. Penduduk Berusia 15 tahun Keatas yang Bekerja Menurut 234 Jenis Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2011 4. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin 234 dan Jenis Ijazah Tertinggi yang Dimiliki, 2011 5. Jumlah Guru menurut Jenjang Pendidikan dan Ijazah yang DimilikiTahun 239 2011 6. Golongan Pengeluaran per Kapita dalam SebulanKabupaten Alor, 2011 239 7. Rata-rata Pengeluaran Per kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran 240 Kabupaten Alor, 2011 8. PDRB Kabupaten Alor Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 241 Tahun 2009-2011 9. Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Alor Atas 242 Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2009-2011 10. Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten 246 AlorMenurut Jenis Penggunaan, 2008 2012 11. Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank dan BPR di Kabupaten Alor 246 Menurut Lapangan Usaha, 2008 2012 12 Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Alor 247 Menurut Jenis Penggunaan, 2008 2012 13. Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten AlorMenurut 247 Jenis Penggunaan, 2008 2012 14. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 248 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Alor 15. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 249 Kabupaten Alor 16. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 250 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Alor 17. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Alor 250 KABUPATEN LEMBATA 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Lembata dan Tingkat kepadatan per Kecamatan, Tahun 2011 2. Persentase Penduduk Kabupaten Lembata Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Ijazah Tertinggi yang Dimiliki, 2011 254 254 xxii

No Tabel Uraian Halaman 3. Jumlah Tenaga Pelayanan Kesehatan Menurut StatusTenaga Kesehatan 259 per Kecamatan, Tahun 2011 4. Pendapatan Daerah Regional Bruto Kabupaten Lembata ADHB dan 259 ADHK Tahun 2009-2011 5. Kontribusi Masing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Lembata 260 Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000Tahun 2009-2011 6. Penyebaran Kelompok Industri Kecil Menengahdi Kabupaten Lembata 262 Tahun 2011 7. Koperasi Primer Berbadan Hukum, Bidang Usahadan Keaktifan 263 Koperasi Di Kabupaten Lembata - 2011 8. Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank di Kabupaten Lembata Menurut 264 Lapangan Usaha, 2010 2012 9. Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten 264 LembataMenurut Jenis Penggunaan, 2010 2012 10. Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten 265 LembataMenurut Jenis Penggunaan, 2010 2012 11. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 266 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Lembata 12. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 267 Kabupaten Lembata 13. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 268 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Lembata 14. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Lembata 268 KABUPATEN FLORES TIMUR 1. Keadaan Tanah di Kabupaten Flores Timur Menurut Tingkat Kemiringan Dan Persentase Terhadap Luas Wilayah 2. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Ijazah Tertinggi yang Dimiliki, 2011 3. Jumlah Pelanggan dan Produksi Menurut Ranting dan Pulau Tahun 2011 4. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid serta Rata-rata Guru Per Sekolah Dan Rata-rata Murid Per Sekolah di Kabupaten Flores Timur, 2011 5. Rata-rata Pengeluaran Per kapita Sebulan menurut Jenis PengeluaranKabupaten Flores Timur, 2011 272 272 276 277 278 6. Golongan Pengeluaran per Kapita dalam Sebulan Kabupaten FloresTimur, 2011 7. PDRB Kabupaten Flores Timur Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 2009-2011 8. Kontribusi Maing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Flores Timur Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2009-2011 9. Perkembangan Simpanan Masyarakat di Kabupaten Flores Timur Menurut Jenis Simpanan, 2008 2012 278 279 280 283 xxiii

No Tabel Uraian Halaman 10. Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank dan BPR di Kabupaten Flores 283 Timur Menurut Lapangan Usaha, 2008 2012 11. Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Flores 284 TimurMenurut Jenis Penggunaan, 2008 2012 12. Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Flores 284 TimurMenurut Jenis Penggunaan, 2008 2012 13. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 285 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Flores Timur 14. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 286 Kabupaten Flores Timur 15. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 287 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Flores Timur 16. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Flores Timur 287 KABUPATEN SIKKA 1. Luas Daerah Kabupaten Sikka Menurut Pulau 2011 290 2. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah Kepadatan Menurut Kecamatan Tahun 291 2010 dan Kecamatan Pemekaran Tahun 2011 3. Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Ijasah Tertinggi yang Dimiliki Di Kabupaten Sikka, 2010-2011 293 4. Penduduk 15 Tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha 294 di Kabupaten Sikka,2011 5. Jumlah Surat Yang Dikirim Lewat Kantor Pos Maumere menurut Jenis 295 Suratdi Kabupaten Sikka 2001-2011 6. Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Menurut Golongan 296 Pengeluaran Perkapita SebulanUntuk Makanan dan Non Makanan di Kabupaten Sikka, 2011 7. PDRB Kabupaten Sikka Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009-2011 297 8. Perkembangan Simpanan Masyarakat di Kabupaten Sikka Menurut Jenis 300 Simpanan, 2008 2012 9. Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank dan BPR di Kabupaten Sikka 300 Menurut Lapangan Usaha, 2008 2012 10. Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Sikka 301 Menurut Jenis Penggunaan, 2008 2012 11. Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Sikka 301 Menurut Jenis Penggunaan, 2008 2012 12. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 302 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Sikka 13. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 303 Kabupaten Sikka 14. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 304 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Sikka 15. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Sikka 305 xxiv

No Tabel Uraian KABUPATEN ENDE Halaman 1. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Ende 2011 307 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Ende dan Tingkat kepadatan per 309 Kecamatan, Tahun 2011 3. Penduduk Berusia 15 tahun Keatas yang Bekerja MenurutJenis 310 Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2011 4. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin 312 dan Jenis Ijazah Tertinggi yang Dimiliki, 2009 2011 5. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid serta Rata-rata Guru Per Sekolah 314 Dan Rata-rata Murid Per Sekolah di Kabupaten Ende, 2011 6. Rata-Rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Di Kabupaten Ende, 2000-2011 315 7. PDRB Kabupaten Ende Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 316 Tahun 2000, Tahun 2009-2011 8. Kontribusi Maing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Ende Atas 317 Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2009-2011 9. Pertumbuhan Eknomi Kabupaten Ende Tahun 2009 2011Dalam 318 Persentase 10. Perkembangan Simpanan Masyarakat di Kabupaten Ende Menurut Jenis 320 Simpanan, 2008-2012 11. Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank dan BPR di Kabupaten Ende 321 Menurut Lapangan Usaha, 2008 2012 12. Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Ende 322 Menurut Jenis Penggunaan, 2008 2012 13. Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Ende 322 Menurut Jenis Penggunaan, 2008 2012 14. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 323 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Ende 15. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 324 Kabupaten Ende 16. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 325 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor Kabupaten Ende 17. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Ende 325 KABUPATEN NAGEKEO 1. Jumlah Penduduk Kabupaten Ende dan Tingkat kepadatan per Kecamatan, Tahun 2011 2. Penduduk Berusia 15 tahun Keatas yang Bekerja MenurutJenis Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2011 3. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut IjazahTertinggi yang Dimiliki, 2010 2011 4. Jumlah Rumahtangga Pengguna Air Menurut Sumber Air Di Kabupaten Nagekeo, Tahun 2011 5. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid serta Rata-rata Guru Per Sekolahdan Rata-rata Murid Per Sekolah di Kabupaten Nagekeo, 2011 329 330 331 333 333 xxv

No Tabel Uraian Halaman 6. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin 334 dan Jenis Ijazah Tertinggi yang Dimiliki, 2011 7. Rata-rata dan persentase Pengeluaran per kapita Sebulan di Kabupaten 334 Nagekeo, 2009-2011 8. PDRB Kabupaten Nagekeo Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga 335 Konstan Tahun 2000, Tahun 2009-2011 9. Kontribusi Maing-masing Sektor Terhadap PDRB Kabupaten Nagekeo 336 Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2009-2011 10. Pertumbuhan Eknomi Kabupaten Nagekeo Tahun 2009 2011Dalam 337 Persentase 11. Posisi Pinjaman yang Diberikan Bank dan BPR di Kabupaten Nagekeo 339 Menurut Lapangan Usaha, 2008 2012 12. Perkembangan Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten 340 Nagekeo Menurut Jenis Penggunaan, 2008 2012 13. Persentase Pinjaman yg Diberikan Perbankan di Kabupaten Nagekeo 340 Menurut Jenis Penggunaan, 2008 2012 14. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 341 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Nagekeo 15. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 342 Kabupaten Nagekeo 16. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 343 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupate 17. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Nagekeo 343 KABUPATEN NGADA 1. Curah Hujan di Kabupaten Ngada Menurut Kecamatan, Tahun 346 2011 2. Luas Lahan Sawah dan Lahan Kering Di Kabupaten Ngada 347 Dirinci Per Kecamatan 2011(Ha) 3. Persentase Penduduk Kabupaten Ngada Menurut Golongan Umur 348 dan Jenis Kelamin Tahun 2011. 4. Informasi Ketenagakerjaan di Kabupaten Ngada Tahun 2011 348 5. Jenis Objek Wisata Alam, Seni dan Budaya di Kabupaten Ngada 349 6. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Dibawah Depdiknas Menurut Tingkat 350 pendidikan, 2011/2012. 7. Perkembangan Kontribusi Sektor dan Subsektor Dalam Struktur 353 Kabupaten Ngada 2009 2011 (%) 8. Perkembangan Pendapatan per Kapita MasyarakatKabupaten Ngada 354 Pada Periode 2009 2011. 9. Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan 354 di Kabupaten Ngada Tahun2011. 10. Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, dan Nilai Investasi Menurut kelompok Industri di Kabupaten Ngada, Tahun 2011 355 xxvi

No Tabel Uraian Halaman 11. Jumlah Dana yang Dihimpun Dari Masyarakat Di kabupaten Ngada 355 menurut Jenisnya, Tahun 2010-2011 12. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 357 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Ngada 13. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 358 Kabupaten Ngada 14. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 359 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Ngada 15. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Ngada 360 KABUPATEN MANGGARAI TIMUR 1. Kemiringan Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Manggarai Timur 363 (Ha) 2. Luas Wilayah dan Jenis Tanah Per Kecamatan di Kabupaten Manggarai 365 Timur (Ha) 3. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kabupaten Manggarai 366 Timur (Ha) 4. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten 367 Manggarai Timur Tahun 2011 5. Informasi Ketenagakerjaan di Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2011 367 6. Panjang Jalan Negara Menurut Kondisi Jalan Per Kecamatan di Kabupaten Manggarai Timur 369 7. Panjang Jalan Propinsi Menurut Kondisi Jalan Per Kecamatan di 369 Kabupaten manggarai Timur 8. Panjang Jalan Kabupaten Menurut Kondisi Jalan Per Kecamatan 370 di Kabupaten Manggarai Timur 9. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan dan Jenis jalan di Kabupaten 370 Manggarai Timur. 10. Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2010 371 11. Perkembangan Kontribusi Sektor dan Subsektor Dalam Struktur 373 Kabupaten Manggarai Timur 2009 2011 (%) 12. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral PDRB Kabupaten Manggarai 374 TimurAtas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2007 2011 (%) 13. Perkembangan PDRB Kabupaten Manggarai Timuratas Dasar Harga 376 Berlaku, 2007-2011 14. Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan 376 di Kabupaten Manggarai Timur Periode Tahun 2010 2011. 15. Jumlah UMKM di Kabupaten Manggarai TimurMenurut Kecamatan 379 Tahun 2009 2011. 16. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 380 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Manggarai Timur 17. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Manggarai Timu 381 xxvii

No Tabel Uraian Halaman 18. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 381 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Manggarai Timur 19. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Manggarai Timur 382 KABUPATEN MANGGARAI 1. Luas Wilayah dan Jenis Tanah Per Kecamatan di Kabupaten Manggarai 386 (Ha) 2. Luas Peruntukan Lahan di Kabupaten Manggarai Tahun 2011. 387 3. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamindi Kabupaten 388 Manggarai Tahun 2011 4. Informasi Ketenagakerjaan di Kabupaten Manggarai Tahun 2011 389 5. Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Manggarai Tahun 2011 392 6. Perkembangan Kontribusi Sektor dan Subsektor Dalam Struktur 395 Kabupaten Manggarai 2009 2011. (%) 7. Perkembangan Pendapatan per Kapita Masyarakat Kabupaten 396 Manggarai Pada Periode 2007 2011 8 Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan di Kabupaten 398 Manggarai Tahun2011. 9. Posisi Dana Masyarakat Yang Dihimpun Oleh Setiap Bank di Kabupaten 399 Manggarai Periode Tahun 2009-2011. 10. Jumlah Kredit Yang Disalurkan Kepada Masyarakat Oleh Setiap Bankdi 400 Kabupaten Manggarai Pada Tahun 2009 2011. 11. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 401 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Manggarai 12. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 402 Kabupaten Manggarai 13. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 403 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Manggarai 14. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Manggarai 404 KABUPATEN MANGGARAI BARAT 1. Persentase Penduduk Manggarai Barat Menurut Golongan Umur dan 409 Jenis Kelamin 2. Informasi Ketenagakerjaan di Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2011 409 3. Perkembangan Kontribusi Sektor dan Subsektor Dalam Struktu 414 rkabupaten Manggarai Barat 2009 2011 (%) 4. Perkembangan Pendapatan per Kapita Masyarakat Kabupaten 415 Manggarai Barat Pada Periode 2009 2011. 5. Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan di Kabupaten 416 Manggarai Barat Tahun2011. 6. Perkembangan Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Total Output Sektor 417 Industri Pengolahan Menurut Golongan Industri (Periode 2009-2011). 7. Jumlah Dana Yang Dihimpun Dari Masyarakat Oleh Perbankan di Kabupaten Manggarai Barat, Periode Tahun 2009 2011 417 xxviii

No Tabel Uraian Halaman 8. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut 419 Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Manggarai Barat 9. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di 420 Kabupaten Manggarai Barat 10. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi 421 Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Manggarai Barat 11. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Manggarai Barat 422 xxix

DAFTAR GAMBAR No Gambar Uraian Hamalan PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 1. Persentase Penduduk NTT Menurut Kabupaten/Kota, 2011 14 2. Perkembangan Pemotongan ternak di NTT Tahun 2009-2012 20 KOTA KUPANG 1. Pertumbuhan ekonomi Kota Kupang Tahun 2007-2011 49 KABUPATEN KUPANG 1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kupang tahun 2009-2011 64 KABUPATEN ROTE NDAO 1 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rote Ndao Tahun 2009-2011 79 KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN 1 Proporsi Tanaman Perkebunan menurut Kategori 104 Tanaman Belum Menghasilkan, Menghaslkan dan Tidak Menghasilkan di Kabupaten TTS 2 Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan untuk 112 Makanan dan Bukan Makanan Menurut Golongan Pengeluaran, 2011 3 Pertumbuhan sektor ekonomi TTS tahun 2008-2011 (%) 113 4 Nilai PAD Kabupaten TTS, Tahun 2009-2011 114 KABUPATEN BELU 1. Persentase Jumlah Kecamatan Berdasarkan Ketinggian Dari Permukaan 138 Laut 2. Persentase Desa Pesisir dan Non Pesisir di Kabupaten Belu 138 3. Data Curah hujan kabupaten Belu (a) Rerata Jumlah Hari Hujan setiap 139 Bulannya di Kabupaten Belu, 2011, (b) Intensitas Hujan setiap Bulannya di Kabupaten Belu (mm), 2011 4. Nilai PAD Kabupaten Belu, Tahun 2007-2011 144 KABUPATEN SUMBA TIMUR 1. Perkembangan Produksi Pos Menurut Jenisnya 154 2. Jumlah pelanggan PDAM 155 3. Perkembangan Populasi Empat Ternak Terpilih 160 4. Produktivitas Komoditas Perkebunan 161 5. Perkembangan Produksi Ikan Tangkap, 2007-2011 161 KABUPATEN SUMBA TENGAH 1 Luas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah 171 2 Perkembangan Penduduk Kabupaten Sumba Tengah 174 3 Persentasi Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran 178 KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA 1 Perkembangan penduduk Kabupaten Sumba Barat Daya selama tahun 199 2008-2011 2 Porsi Pengeluaran Rumah Tangga di Sumba Timur 203 xxx

No Gambar Uraian Hamalan KABUPATEN SUMBA BARAT 1 Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran Kabupaten Sumba Barat 221 KABUPATEN ALOR 1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Alor dan Provinsi NTT 2009 2011 243 2. Pendapatan per Kapita Kabupaten Alor dan Provinsi NTT 2009 2011 243 3. Data UKM Kabupaten Alor Menurut Sektor Tahun 2011 244 KABUPATEN LEMBATA 1. Data UKM Kabupaten Lembata Menurut Sektor Per Desember 2011 261 KABUPATEN FLORES TIMUR 1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Flores Timur dan Provinsi NTT Tahun 2009 2011 281 2. Pendapatan per Kapita Kabupaten Flores Timur dan Provinsi NTT Tahun 281 2009 2011 3. Data UKM Menurut Sektor Per Desember 2011 282 KABUPATEN SIKKA 1. Persentase Penduduk Kabupaten Sikka Menurut Kelompok Umur, Tahun 292 2000, 2010, dan 2011 2. Angka Partisipasi Kasar Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Sikka 293 2011 3. Data UKM Kabupaten Sikka Menurut Sektor Tahun 2011 298 KABUPATEN ENDE 1. Pendapatan per Kapita Kabupaten Ende dan Provinsi NTT Tahun 2009 318 2011 2. Data UKM Kabupaten Ende Menurut Sektor Tahun 2011 319 KABUPATEN NAGEKEO 1. Pendapatan per Kapita Kabupaten Nagekeo dan Provinsi NTT Tahun 2009 337 2011 2. UKM Kabupaten Nagekeo Menurut Sektor Tahun 2011 338 KABUPATEN NGADA 1. Struktur Perekonomian Kabupaten Ngada 2009 2011 352 KABUPATEN MANGGARAI TIMUR 1. Struktur Perekonomian Kabupaten Manggarai Timur 2007 2011 373 KABUPATEN MANGGARAI 1. Struktur Perekonomian Kabupaten Manggarai 2009 2011 394 KABUPATEN MANGGARAI BARAT 1. Struktur Perekonomian Kabupaten Manggarai Barat 2009 2011 413 xxxi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam perekonomian Indonesia. Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi yang tercatat sebanyak 53,8 juta unit atau 99,99% dari total unit usaha. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM menyerap 97,22% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan yakni sebesar 57,12% dari total PDB 1. Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank Indonesia memiliki kebijakan dari sisi permintaan (Demand Side) dan dari sisi penawaran (Supply Side). Kebijakan Demand Side adalah kebijakan yang diarahkan untuk mendorong UMKM agar mampu meningkatkan eligibilitas dan kapabilitasnya sehingga menjadi bankable. Kebijakan ini meliputi penelitian, pelatihan, penyediaan informasi dan kerjasama BI dengan lembaga internasional dan Pemerintah. Kebijakan Supply Side adalah kebijakan yang difokuskan pada berbagai kebijakan dan program untuk mendorong bank dalam menyalurkan kredit kepada UMKM yang meliputi pengaturan kepada perbankan, kemitraan dan penguatan kelembagaan. Sebagaimana tersebut di atas, salah satu kebijakan dari sisi penawaran adalah penelitian. Penelitian dimaksud adalah dalam rangka pemberian informasi yang dapat digunakan untuk mendorong UMKM. Dari hasil penelitian diharapkan akan dapat diberikan informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM. Untuk itu, sebagai salah satu bentuk perwujudannya, Bank Indonesia sejak lama telah mengembangkan penelitian Baseline Economic Survey (BLS). Penelitian ini berupaya mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah. Dalam perkembangannya, sejak tahun 2006, penelitian BLS lebih diarahkan kepada penelitian pengembangan potensi ekonomi daerah yang memberikan informasi kepada stakeholders mengenai Komoditas/Produk/JenisUsaha (KPJU) yang potensial untuk menjadi unggulan daerah yang dapat dikembangkan dan difokuskan pada UMKM yang merupakan pelaku 2 ekonomi mayoritas di daerah. Data dan informasi dalam Penelitian KPJUunggulan UMKM meliputi berbagai aspek. Aspek makro berupa kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dan potensi ekonomi daerah dalam rangka pengembangan 1 Sumber dari BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM, 2011 2 Hal ini sejalan dengan amanat dalam Pasal 8 Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 14/22/PBI/2012 tanggal 21 Desember 2012 Tentang Pemberian Kredit Atau Pembiayaan Oleh Bank Umum Dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, dimana salah satu bentuk Bantuan Teknis yang diberikan berupa penelitian. Dalam penjelasan pasal 8 PBI dimaksud disebutkan bahwa Penelitian yang dilakukan oleh BI antara lain berupa penelitian mengenai pola pembiayaan komoditas yang dibiayai bank dan komoditas/produk/jasa usaha unggulan Usaha Mikro, Kecil dan menengah yang disampaikan kepada stakeholders. 1

UMKM. Sementara pada aspek mikro, meliputi kondisi dan potensi UMKM. Hasil penelitian tersebut akan didiseminasikan pada sistem informasiinfo UMKMyangdapat diakses melalui internet di alamat www.bi.go.id. Pada kajian Penelitian KPJUunggulan UMKM ini, terdapat perubahan y ang cukup mendasar dalam penetapan Daftar Skala Prioritas. Semula penetapan menggunakan kriteria data produksi, pendapat instansi dan data primer responden UMKM pada suatu KPJU di suatu kecamatan. Namun dengan metode tersebut hanya dapat diperoleh kelompok daftar KPJU Sangat Potensial (SP), Potensial (P) dan Kurang Potensial (KP) tanpa dapat diperoleh informasi urutan atau rangking KPJU dimasing-masing kelompok. Dengan demikian, sangat sulit untuk menentukan KPJU apa yang paling unggul atau terunggul di kelompoknya masing-masing, karena KPJU dalam suatu kelompok dianggap sama, yaitu SP atau P atau KP. Dalam rangka mengeliminir kelemahan tersebut, selanjutnya metode penet apan KPJU unggulan daerah diubah menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) y ang dimodifikasi atau modified AHP. Disebut demikian karena penelitian ini juga menggunakan Metode Borda dan Metode Bayes dalam menetapkan KPJU unggulan kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. AHP adalah suatu alat analisis yang di dukung oleh pendekatan matematika sederhana, yang dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan decision making seperti pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas (Marimin, 2004) 3. Dalam rangka memenuhi salah satu peran Bank Indonesia yaitu dalam pengendalian inflasi, maka analisis dalam penelitian KPJU Unggulan juga memberikan informasi mengenai sumbangan KPJU/komoditi pembentuknya terhadap inflasi. Dalam hubungan ini, maka akan dilakukan pendalaman terhadap komoditas-komoditas pembentuk inflasi di masing-masing provinsi, khususnya untuk setiap KPJU unggulan lintas sektor yang sudah ditetapkan pada tingkat provinsi. Dengan penelitian tersebut, nantinya tiap kabupaten/kota di suatu provinsi diharapkan memiliki KPJU Unggulan UMKM dari berbagai sektor ekonomi yang patut dan cocok untuk dikembangkan. Kriteria unggulan dapat dilihat dari beberapa perspektif: a. Perspektif Tujuan Dalam perspektif ini penentuan KPJU unggulan dengan mempertimbangkan tindak lanjut atau tujuan atau target yang ingin dicapai, misalnya meyakinkan investor untuk menanamkan uangnya di bisnis KPJU unggulan yang terpilih dengan jaminan return yang cepat, atau untuk memberikan stimulasi bagi usaha lemah namun berpotensi unggul di masa datang. b. Perspektif Keberpihakan Pemilihan KPJU unggulan dengan melibatkan unsur keberpihakan, misalnya keperpihakan pada pengusaha lokal. c. Perspektif Skenario Kebijakan Disebut unggulan, apakah karena dilihat dari kondisi saat ini (existing) KPJU unggul dibanding dengan yang lain tanpa melihat ada kontradiksi dengan skenario kebijakan pemerintah normatif. Contoh kasus: show room mobil bekas dengan wacana adanya skenario kebijakan pembatasan kendaraan pribadi dan usia kendaraan. 3 Metode AHP ini sudah dipergunakan oleh banyak negara dengan beragam persoalan pengambilan keputusan pada berbagai bidang seperti pada bidang pemerintahan, bisnis, industri, kesehatan dan pendidikan. Beberapa contoh dari penggunaan metode AHP ini, antara lain adalah untuk mendukung pengambilan keputusan oleh pemerintah pada saat terjadi krisis ekonomi jilid kedua dan pengembangan agroindustri oleh Departemen Pertanian. 2

d. Perspektif Product Life Cycle (PLC) KPJU sebagai unggulan akan dilihat juga tahap siklus produksinya. Apakah KPJU dalam tahap matang (mature) karena saat ini unggul dibanding KPJU yang lain, meskipun kemungkinan besar akan mengalami penurunan (decline), atau saat ini tidak terlalu unggul namun berpotensi besar menjadi unggulan di masa depan (tahap pertumbuhan/growth). Keberadaan KPJU unggulan pada satu tahap siklus tertentu akan memberikan konsekuensi pada perspektif strategi pengembangan maupun pengambilan kebijakan dan keputusan setiap stakeholders. Sebagai contoh apakah pemilihan KPJU Unggulan bertujuan untuk pengembangan usaha (mengembangkan yang sudah ada/intensif) atau memperbanyak usaha yang bergerak dalam KPJU tersebut (ekstensif). Pemerintah Daerah dapat memprioritaskan kebijakan ekonomi melalui pengembangan KPJU unggulan di suatu kabupaten/kota sebagai upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di daerah. Pada akhirnya, hal tersebut diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal. Sesuai dengan hasil Lokakarya Nasional Pengembangan UKM pada tanggal 24 Agustus 2005 di Jakarta yang dihadiri oleh Pimpinan Bank Indonesia, Kepala Kantor Perwakilan dan pejabat Satuan Kerja terkait di Kantor Pusat, telah disepakati bahwa mulai tahun 2006 pelaksanaan Penelitian Pengembangan KPJUunggulan UMKM diserahkan kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) di tingkat provinsi. Selanjutnya penelitian dalam rangka pembaharuan data dan informasi penelitian tersebut menjadi tugas dan wewenang KPwBI provinsi. Hal ini merupakan upaya untuk mewujudkan Destination Statement peran KBI, yaitu sebagai Advisor Pemerintah Daerah dan penyedia data dan informasi di daerah. 1.2. Tujuan Penelitian a. Mengenal dan memahami mengenai: (i) Profil daerah, meliputi: kondisi geografis, demografi, perekonomian dan potensi sumberdaya. (ii) Profil UMKM di wilayah/provinsi penelitian termasuk faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan UMKM. (iii) Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah (Daerah Tingkat I dan II) yang terkait dengan pengembangan UMKM. (iv) Peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM. b. Memberikan informasi tentang KPJU unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di suatu provinsi, kabupaten/ kota dan kecamatan dalam rangka: (i) mendukung pembangunan ekonomi daerah; (ii) menciptakan lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja; serta (iii) meningkatkan daya saing daerah/produk. c. Memberikan informasi dan permasalahan yang timbul dari masing-masing KPJU unggulan di masing-masing sektor dan lintas sektor di masing-masing kabupaten/kota, misal mengenai bahan baku, tenaga kerja, teknologi yang digunakan, produksi, kondisi permintaan, harga dan lokasi (kecamatan). d. Memberikan informasi tentang KPJU potensial, yaitu KPJU yang saat ini belum menjadi unggulan namun memiliki potensi untuk menjadi unggul di masa datang apabila mendapatkan perlakuan atau kebijakan tertentu. 3

e. Memberikan rekomendasi berupa: (i) KPJU unggulan yang perlu/dapat dikembangkan di masing-masing kabupaten/kota (ii) Peranan Perbankan dalam pengembangan KPJU unggulan (iii) Kebijakan kepada Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota), yang dikaitkan pula dengan kebijakan Pemerintah Pusat, dalam rangka pengembangan KPJU unggulan UMKM. Dalam laporan, bobot atau proporsi pemaparan dari butir a, (b & c), d dan e di atas adalah masing-masing sebesar 30%, 40%, 10% dan 20% dari seluruh laporan. 1.3. Ruang Lingkup Survey dan Penelitian a. Kegiatan penelitian meliputi kegiatan pengumpulan data primer, pengumpulan data sekunder, serta evaluasi data dan informasi yang diperoleh untuk menetapkan KPJU unggulan dan KPJU potensial. b. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei langsung kepada narasumber di lapangan. c. Wilayah penelitian meliputi 21 kab/kota di provinsi Nusa Tenggara Timur. Tabel 1. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian Kota/Kabupaten Jumlah Kecamatan Jumlah Kecamatan Sampling Zona 1 1) Kota Kupang 6 6 2) Kab. Kupang 24 16 3) Kab. Rote Ndao 10 8 4) Kab. Sabu Raijua 6 6 Zona 2 5) Kab. Timor Tengah Selatan 32 17 6) Kab. Timor Tengah Utara 24 15 7) Kab. Belu 24 13 Zona 3 8) Kab. Sumba Timur 22 8 9) Kab. Sumba Tengah 5 5 10) Kab. Sumba Barat Daya 11 6 11) Kab. Sumba Barat 6 6 Zona 4 12) Kab. Alor 17 9 13) Kab. Lembata 9 8 14) Kab. Flores Timur 19 11 15) Kab. Sikka 21 17 16) Kab. Ende 21 11 17) Kab. Nagekeo 7 8 Zona 5 18) Kab. Manggarai Barat 10 9 19) Kab. Manggarai 9 7 20) Kab. Ngada 9 8 21) Kab. Manggarai Timur 6 6 TOTAL 298 200 d. Survei dan penelitian terhadap KPJU Unggulan UMKM dilaksanakan untuk mengidentifikasi dan menetapkan KPJU pada UMKM yang dikategorikan sebagai unggulan daerah pada tingkat kabupaten/kota dan provinsi. 4

e. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) adalah suatu jenis barang atau jasa atau kegiatan usaha yang memiliki nilai ekonomi. f. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) unggulan adalah KPJU yang mendukung perekonomian daerah, mampu menciptakan dan menyerap tenaga kerja, memiliki prospek serta mempunyai daya saing yang tinggi. KPJU yang tergolong unggulan adalah KPJU di masing-masing sektor dan lintas sektor yang menempati ranking 1 s.d. 5 setelah dilakukan perhitungan dengan metode Bayes. Penetapan KPJU unggulan dilakukan pada tingkat kabupaten/kota dan provinsi. g. Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) potensial adalah KPJU unggulan yang tidak masuk rangking lima besar, namun berpotensi untuk menjadi KPJU unggulan dengan adanya perlakuan atau kebijakan tertentu. h. Sektor Ekonomi yang masuk dalam cakupan penelitian, meliputi : 1) Sektor Pertanian (terdiri dari: Tanaman Pangan, Tanaman Perkebunan, Hortikultura, Peternakan, Kehutanan, Perikanan), 2) Pertambangan dan Penggalian, 3) Industri Pengolahan, 4) Perdagangan, 5) Penyediaan Akomodasi (Hotel) dan Penyediaan Makan Minum (Restoran/Rumah Makan, Bar dan Jasa Boga), 6) Transportasi, 7) Bangunan/konstruksi dan Jasa-jasa. i. Definisi UMKM adalah sebagaimana disebutkan dalam UU No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yaitu: 1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) memiliki hasil usaha hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang memiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah). 3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadibagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagai berikut: 5

a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah). j. Materi penelitian mencakup identifikasi dan analisis mengenai : 1) Profil daerah untuk provinsi dan untuk masing-masing kabupaten/kota, antara lain meliputi: struktur geografis, demografi, ekonomi, potensi sumberdaya dana aspek lainnya yang terkait. 2) Profil UMKM di provinsi dan di masing-masing kabupaten/kota, termasuk potensi, peluang, faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan UMKM. 3) Kebijakan Pemerintah (pusat/daerah) dalam rangka pengembangan UMKM dan KPJU unggulan. 4) Peranan perbankan dalam pengembangan UMKM, khususnya KPJU unggulan UMKM di wilayah penelitian, antara lain berupa data kredit UMKM s.d kabupaten/kota. 5) Penetapan KPJU unggulan UMKM untuk masing-masing sub sektor/sektor dan atau lintas sektoral di daerah penelitian (tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi). 6) Informasi atau permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengembangan KPJU di masing-masing kabupaten/kota. 7) KPJU potensial yang dapat dikembangkan untuk menjadi KPJU unggulan. 8) Rekomendasi kebijakan kepada Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota) dalam pengembangan KPJU unggulan UMKM. 6

BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data serta informasi penelitian terdiri dari: a. Data Primer, yaitu data dan informasi yang diperoleh secara langsung melalui kegiatan survei lapangan dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) dan Indepth Interview (wawancara) kepada nara sumber/responden di tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. b. Data Sekunder, yaitu data dan informasi yang diperoleh dari dokumen/publikasi/laporan penelitian dari dinas/instansi maupun sumber data lainnya yang menunjang. 2.2. Daerah Survei dan Penelitian a. Seluruh kecamatan di kabupaten/kota di suatu provinsi yang ditetapkan sebagai wilayah penelitian dengan berbagai pertimbangan dan keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian. b. Apabila daerah survei dan penelitian tidak dilaksanakan di seluruh wilayah yang ada (tidak seluruh kecamatan), maka penetapan kabupaten/kota sebagai daerah penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan keterwakilan dari karakteristik wilayah secara geografis (pantai/pesisir, daratan, dataran tinggi/pegunungan), jumlah unit usaha UMKM, kontribusi dalam pembentukan PDRB provinsi serta kebijakan Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota). 2.3. Metode Analisis a. Metode Bayes adalah suatu metode pendekatan secara statistik untuk menghitung tradeoffs diantara keputusan yang berbeda-beda, dengan menggunakan probabilitas yang menyertai suatu pengambilan keputusan tersebut (Marimin, 2004). b. Metode Borda adalah metode yang dipakai untuk menetapkan urutan peringkat (Marimin, 2004). c. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah alat analisis yang didukung oleh pendekatan matematika sederhana dan dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan decision making seperti pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas (Marimin, 2004). d. Analisis Product Life Cycle (PLC) adalah analisis yang digunakan untuk melihat posisi suatu KPJU dalam tahap introduksi, tahap pertumbuhan (growth), tahap matang (mature), atau sudah mencapai tahap kejenuhan dan cenderung menurun (decline). Dalam analisis ini juga dilihat sampai berapa lama KPJU tersebut mampu bertahan pada posisi tersebut. e. Analisis Inflasi adalah analisis untuk melihat sejauh mana KPJU tersebut memiliki sumbangan pada pembentukan inflasi di masing-masing provinsi (misal:cabe, beras). Apabila KPJU unggulan tersebut bukan penyumbang inflasi secara langsung, maka perlu dianalisis komoditas-komoditas pembentuknya (misal: roti yang dibuat dari gandum atau beras). f. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang 7

(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. 2.4. Tahapan Pengumpulan dan Analisis Data a. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei ke lapangan kepada responden/narasumber sbb.: (i) Indepth Interview (wawancara) kepada narasumber/responden di seluruh kecamatan di setiap wilayah kabupaten/kota. (ii) Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan narasumber di seluruh kabupaten/kota dan di provinsi. Dalam hal pelaksanaan FGD di tingkat kabupaten/kota tidak dapat dilaksanakan maka akan dilakukan melalui Indepth Interview (wawancara). (iii) Kegiatan FGD di tingkat kabupaten/kota dan provinsi dilakukan 2 kali yakni: - FGD pertama dilaksanakan dengan maksud untuk memperoleh bobot tujuan, kriteria, dan sektor ditingkat provinsi dan bobot kriteria ditingkat kabupaten/kota. - FGD kedua dilaksanakan dengan maksud untuk mengkonfirmasikan hasil penetapan KPJU unggulan di tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota dan memperoleh informasi mengenai kendala dan permasalahan yang dihadapi untuk pengembangan masing-masing KPJU unggulan. b. Terdapat dua kelompok kriteria yang akan digunakan untuk menyaring KPJU menjadi KPJU unggulan, yaitu: (i) Kriteria untuk Bayes di tingkat kecamatan, yakni 1) jumlah unit/rumah tangga, 2) jangkauan pemasaran, 3) sumbangan terhadap perekonomian lokal dan 4) ketersediaan bahan baku. (ii) Kriteria untuk AHP di tingkat kabupaten/kota, yakni:1) Tenaga Kerja (TK) terdidik, 2) bahan baku, 3) modal, 4) sarana produksi/usaha, 5) teknologi, 6) sosial budaya, 7) manajemen usaha, 8) ketersediaan pasar, 9) harga, 10) penyerapan TK dan 11) sumbangan terhadap perekonomian. Kriteria untuk AHP di tingkat kabupaten/kota ini merupakan referensi untuk melakukan seleksi KPJU unggulan. Dengan demikian, kriteria dimungkinkan untuk disesuaikan dengan kondisi perekonomian/kebijakan/prioritas pengembangan di masing-masing wilayah penelitian. c. Tahap Pembobotan (i) Pada tingkat provinsi : 1) pembobotan tujuan, 2) pembobotan sektor/sub sektor ekonomi dalam rangka pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan keunggulan daya saing daerah/produk, dan 3) pembobotan kriteria. Pembobotan kriteria terdiri dari 1) kriteria penentuan KPJU unggulan tingkat kecamatan dan 2) kriteria penentuan KPJU Unggulan tingkat kabupaten/kota. Hasil pembobotan terhadap tujuan serta kriteria digunakan untuk penetapan KPJU Unggulan di tingkat kecamatan dan kabupaten/kota. Nilai pembobotan ini berlaku sama untuk semua kecamatan dan kabupaten/kota serta sektor/sub sektor dalam suatu provinsi. 8

(ii) Pada tingkat kabupaten/kota: pembobotan sektor/sub sektor ekonomi dalam rangka pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan keunggulan daya saing daerah/produk. Nilai pembobotan ini digunakan dalam rangka penetapan KPJU Unggulan lintas sektor di tingkat kabupaten/kota dengan menggunakan metode Bayes. d. Tahap Penentuan KPJU di tingkat Kecamatan Berdasarkan daftar KPJU seluruh kecamatan pada suatu kabupaten/kota yang diperoleh dari data sekunder atau nara sumber, dilakukan penetapan KPJU tingkat kecamatan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: (i) Jumlah unit usaha/rumahtangga pada setiap kecamatan yang bersumber dari data sekunder/statistik. (ii) Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran komoditas/produk (persepsi narasumber). (iii) Ketersediaan bahan baku/sarana produksi (saprodi/saprotan) dan atau sarana usaha (persepsi narasumber). (iv) Kontribusi KPJU terhadap perekonomian daerah (persepsi narasumber). Analisis untuk penetapan KPJU dilakukan dengan menggunakan Metode Bayes. Penilaian setiap alternatif KPJU ditetapkan berdasarkan penilaian/pendapat nara sumber yang diperoleh melalui pertemuan atau kunjungan ke kecamatan dengan nara sumber di tingkat kecamatan, misal Kepala Kecamatan, Mantri Tani, Mantri Statistik, Pejabat atau Staf Seksi Perekonomian, Tokoh Masyarakat yang mengetahui potensi ekonomi daerah setempat (disesuaikan dengan kondisi kecamatan di masing-masing daerah). Jumlah responden di setiap kecamatan minimal sebanyak 3 orang. Berdasarkan analisis Bayes ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi ditingkat kecamatan. e. Tahap Penentuan Kandidat KPJU di tingkat kabupaten/kota dengan Metode Borda. Berdasarkan hasil KPJU dari seluruh kecamatan di suatu kabupaten/kota dengan metode Bayes, dilakukan pemilihan KPJU kabupaten/kota dengan metode Borda. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal 5 (lima) Kandidat KPJU untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi ditingkat kabupaten/kota untuk dipilih sebagai KPJU unggulan kabupaten/kota. f. Tahap Penentuan KPJU Unggulan Per Sektor/Sub Sektor dengan Metode AHP di Tingkat Kabupaten/Kota Tahap Pertama. Tahap ini dilaksanakan dalam rangka proses penyaringan untuk menetapkan KPJU unggulan per sektor/sub sektor pada tingkat kabupaten/kota. Kriteria yang digunakan untuk proses penetapan KPJU unggulan kabupaten/kota adalah sebagaimana tabel berikut ini: Tabel 2. Kriteria Penetapan KPJu Unggulan UMKM Tingkat Kabupaten Kota Kriteria Variabel yang Dipertimbangkan 1 Tenaga Kerja Terampil (skilled) Tingkat pendidikan Pelatihan yang pernah diikuti Pengalaman kerja 2 Bahan Baku (Khusus untuk sektor industri) Jumlah lembaga/sekolah ketrampilan/ pelatihan Ketersediaan/kemudahan bahan baku Harga perolehan bahan baku Parishability bahan baku (mudah tidaknya rusak) Kesinambungan bahan baku 9

Mutu bahan baku 3 Modal Kebutuhan investasi awal Kebutuhan modal kerja Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan 4 Sarana Produksi/Usaha Ketersediaan/kemudahan memperoleh Harga 5 Teknologi Kebutuhan teknologi Kemudahan (memperoleh teknologi) 6 Sosial Budaya (faktor endogen) Ciri khas lokal Penerimaan masyarakat Turun temurun 7 Manajemen Usaha Kemudahan untuk memanage 8 Ketersediaan Pasar Jangkauan/wilayah pemasaran Kemudahan mendistribusikan 9 Harga Stabilitas harga 10 Penyerapan TK Kemampuan menyerap TK 11 Sumbangan terhadap perekonomian wilayah Jumlah jenis usaha yg terpengaruh krn keberadaan usaha ini (backward & forward linkages) Analisis untuk penetapan KPJU unggulan dari hasil pemilihan KPJU di kabupaten/kota, dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (Saaty, 2000). Penilaian setiap alternatif KPJU ditetapkan berdasarkan penilaian/pendapat nara sumber yang diperoleh melalui Focus Group Disscussion (FGD) atau wawancara tahap pertama dengan nara sumber di tingkat kabupaten/kota, misal: pejabat dinas/instansi, asosiasi usaha, Kadin, Bappeda, BPS, perbankan dan peneliti/dosen perguruan tinggi setempat. Berdasarkan analisis AHP ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU Unggulan untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi di tingkat kabupaten/kota. Melalui forum FGD atau wawancara, dimintakan pula pendapat dari para nara sumber mengenai alternatif kebijakan yang harus diambil dalam rangka pengembangan usaha KPJU unggulan yang telah terindentifikasi. g. Tahap Konfirmasi 5 (lima) KPJU Unggulan untuk Setiap Sektor/Sub Sektor Ekonomi di tingkat Kabupaten/Kota Tahap Kedua Pada tahap ini dilakukan konfirmasi 5 (lima) KPJU unggulan melalui Focus Group Disscussion (FGD) atau wawancara tahap kedua untuk setiap sektor/sub sektor yang telah diperoleh dengan menggunakan metode AHP, dan konfirmasi rekomendasi kebijakan untuk KPJU unggulan. h. Tahap Penentuan KPJU unggulan Lintas Sektor dengan Metode Bayes dan analisis kendala & permasalahan yang dihadapi di Tingkat Kabupaten/Kota. Berdasarkan hasil pemilihan KPJU per sektor/sub sektor di tingkat kabupaten/kota dengan metode AHP, dilakukan pemilihan KPJU lintas sektor dengan metode Bayes, untuk memperoleh skor terbobot yang merupakan hasil kali antara skor KPJU unggulan dengan bobot sektor/sub sektor ekonomi dari KPJU unggulan yang bersangkutan. Dalam hal ini sebelumnya dilakukan normalisasi nilai skor KPJU unggulan yang bersangkutan. Berdasarkan perhitungan dengan metode diatas,ditetapkan maksimal 10 (sepuluh) KPJU Unggulan lintas sektor ditingkat kabupaten/kota. 10

Selanjutnya, masing-masing KPJU Unggulan lintas sektor dimaksud diidentifikasi kekuatan dan kelemahan pada saat ini. Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari KPJU unggulan dapat mengunakan metode SWOT. Disamping itu untuk menentukan posisi KPJU tersebut dapat pula dilakukan pemetaan KPJU unggulan dengan analisis prospek dan potensi, dimana garis vertikal menunjukan tingkat prospek usaha KPJU dimaksud dan garis horizontal menunjukkan potensi/kondisi saat ini. i. Tahap Penentuan KPJU Unggulan Per Sektor/Sub Sektor dengan Metode Borda di Tingkat Provinsi. Pada tahap ini adalah proses seleksi lebih lanjut dalam rangka menetapkan KPJU per sektor/sub sektor ekonomi pada tingkat provinsi dengan metode Borda. Pada setiap KPJU unggulan per sektor/sub sektor dari setiap kabupaten/kota dilakukan penjumlahan nilai skor dari komoditas yang muncul pada tiap-tiap kabupaten dengan nilai rangkingnya, sehingga pada setiap sektor/sub sektor ekonomi di provinsi diperoleh daftar KPJU berdasarkan urutan total nilai skornya. Sesuai perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU per sektor/sub sektor ekonomi. j. Tahap Penentuan KPJU Unggulan Lintas Sektor dengan Metode Bayes di Tingkat Provinsi Berdasarkan hasil penetapan KPJU unggulan per sektor/sub sektor di tingkat provinsi, maka dilakukan pemilihan KPJU lintas sektor di tingkat provinsi dengan menggunakan metode Bayes. Nilai skor masing-masing KPJU unggulan per sektor/subsektor yang telah dinormalisasi akan dikalikan dengan bobot sektor/subsektor ekonomi tingkat provinsi dari KPJU yang bersangkutan sehingga diperoleh nilai skor terbobot. Bobot sektor/subsektor tersebut diperoleh pada saat tahapan pembobotan Tujuan dan Kriteria di tingkat provinsi (FGD Pertama). Berdasarkan nilai skor terbobot tersebut akan ditetapkan 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor ditingkat provinsi. Selanjutnya, masing-masing KPJU Unggulan lintas sektor dimaksud diidentifikasi kekuatan dan kelemahannya pada saat ini. Untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekurangan dari KPJU unggulan dapat mengunakan metode SWOT. Disamping itu untuk menentukan posisi KPJU tersebut dapat pula dilakukan pemetaan KPJU unggulan dengan analisis prospek dan potensi, dimana garis vertikal menunjukan tingkat prospek usaha KPJU dimaksud dan garis horizontal menunjukkan potensi/kondisi saat ini. k. Dalam rangka penetapan KPJU unggulan lintas sektor di tingkat provinsi dilakukan pendalaman terhadap KPJU unggulan yang teridentifikasi berdasarkan perspektif Product Life Cycle (PLC). l. Selain itu, terhadap KPJU Unggulan Lintas Sektor di tingkat provinsi juga perlu dilakukan pendalaman/analisis sejauh mana KPJU tersebut memiliki sumbangan pada pembentukan inflasi di masing-masing provinsi (misal:cabe, beras). Apabila KPJU unggulan tersebut bukan penyumbang inflasi secara langsung, maka perlu dianalisis komoditas-komoditas pembentuknya (misal:roti yang dibuat dari gandum atau beras). 11

2.5. Narasumber Penelitian Tingkat Provinsi NTT Peserta FGD I tingkat provinsi, yang adalah narasumber adalah para pimpinan SKPD, wakil Perguruan Tinggi, Perbankan dan wakil dari dunia usaha, diantaranya : 1. Kadiv UMKM Bank NTT 2. Kabid Industri Kecil DISPERINDAG Provinsi NTT 3. Sekretaris DEKRANASDA Provinsi NTT 4. Dekan FAPERTA Undana 5. Sekretaris BKPP Provinsi NTT 6. Dekan FE UNWIRA 7. Kasubag PDG Distanbun Provinsi NTT 8. KABAN BPS Provinsi NTT 9. Kasie Standarisasi DISBUDPAR Provinsi NTT 10. Dekan FPT UKAW 11. Kasie Pelaksanaan SDA DPU Provinsi NTT 12. Staf Biro Ekonomi Setda Provinsi NTT 13. Kasubid Produksi BAPPEDA Provinsi NTT 14. Waketum BPD PHRI 15. Kabid Geologi & SDM DISTAMBEN Provinsi NTT 16. KADIS DISPERINDAG Provinsi NTT 17. Kabid Budidaya Dinas Peternakan Provinsi NTT 18. Kasubag Perencanaan DKP Provinsi NTT 19. Kepala Bidang Koperasi KUMKM Provinsi NTT 2.6. Prinsip Penilaian Kriteria dan Rekomendasi Kebijakan a. Prinsip Penilaian Kriteria Penilaian perbandingan antar KPJU untuk setiap kriteria didasarkan atas kondisi saat ini dan prospeknya. Penilaian (scoring) setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan bagi UMKM dalam rangka memulai usaha baru atau mengembangkan usaha padakpju. b. Rekomendasi Kebijakan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dalam Pengembangan KPJU unggulan UMKM. Setelah diperoleh KPJU unggulan dari hasil penelitian, selanjutnya peneliti memberikan rekomendasi maupun saran-saran serta solusi dalam upaya pengembangan KPJU yang terpilih tersebut. Rekomendasi kebijakan kepada Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota) ini diharapkan akan dapat dimanfaatkan oleh Pemda maupun menjadi referensi dalam pembuatan kebijakan tindak lanjut dari Pemerintah Daerah. 2.7. Jangka Waktu Penelitian Jangka waktu penelitian maksimum 24 minggu, terhitung sejak tanggal penandatanganan Surat Perintah Kerja (SPK)/Perjanjian Kerja atau tanggal penunjukan pemenang. Kegiatan diseminasi hasil penelitian melalui seminar akhir dilaksanakan setelah penelitian selesai dan tidak termasuk dalam jangka waktu penelitian. 12

BAB III KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 3.1. Fisik Wilayah Wilayah administratif Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak antara 8 0-12 0 LS dan 118 0 125 0 BT yang terdiri dari kurang lebih 1192 buah pulau besar dan kecil dimana 432 pula telah diberi nama dan hanya 44 buah pulau yang tercatat berpenghuni tetap. Luas wilayah daratan sekitar 47.349,9 km 2 dan luas lautan sekitar 200.000 km 2, NTT secara administratif memiliki 20 daerah otonom setingkat kabupaten dan 1 kota dengan jumlah kecamatan sebanyak 290 dan jumlah desa/kelurahan sebanyak 2.966 buah. Gugusan kepulauan Provinsi NTT berbatasan dengan Laut Flores disebelah utara, Samudera Hindia dan Negara Australia sebelah selatarn, Negara Republic Democratic Timor Leste sebelah timur, dan sebeah baratnya dengan Selat Sape Provinsi Nusa Tenggara Barat. Ketinggian tempatnya sebanyak 86,35 % berada pada rentang ketinggian 0-1.000 meter dpl sedangkan 3,65% lainnya pada ketinggian > 1.000 m dpl. Keadaan topografinya didominasi oleh pebukitan dengan dataran tersebar tersebar tersebar secara sporadik pada gugusan yang sempit, kebanyakan disepanjang garis pantai. Walaupun demikian ditemukan pula sejumlah taran sempit yang tersebar diantara pebukitan. Aspek geologi wilayah Provinsi NTT termasuk dalam kawasan circum-pasifik. Pulau-pulau seperti Pulau Flores, Alor, Komodo, Solor, Lembata dan pulau sekitarnya terbentuk secara vulkanik dan sering terjadi patahan. Sedangkan pulau Sumba, Sabu, Rote, Semau, Timor dan pulau sekitarnya terbentuk dari dasar laut yang terangkat ke permukaan. Dengan kondisi ini maka jalur pulau-pulau yang terletak pada jalur vulkanik dapat dikategorikan daerah dengan kondisi tanah yang subur namun labil dan berpotensi untuk terjadi bencana alam. Deposit tambang yang dimiliki baik mineral maupun sumber-sumber energi lainnya seperti : Pasir besi (Fe), Mangan (Mn), Emas (AU), Flourspor (Fs), Bari (Ba), Belerang (S), posfat (Po), Zeolit (Z), Batu Permata (Gs), Pasir Kwarsa (Ps), Pasir (Ps),Gipsum (Ch), Batu Marmer (Mr), Batu Gamping, Granit (Gr), Andesit (An), Balsistis, Pasir Batu (Pa), Batu Apung (Pu), Tanah Diatomea (Td) Lempung /clay (Td). Keadaan Klimatologi NTT memiliki tipe iklim kering dengan musim kemarau panjang sekitar 8-9 bulan, diikuti oleh musin hujan (basah) sekitar 3 bulan khususnya sekitar Bulan November sampai Februari. Keadaan curah hujan yang pendek ini sering pula disertai dengan intensitas curah hujan yang tinggi yang tidak jarang berdampak bencana banjir disejumlah daerah. Dua situasi sulit yang sering dihadapi oleh penduduk NTT khususnya para petani sehingga memerlukan upaya adaptasi adalah kesulitan air karena musim kemarau yang panjang dan banjir pada saat musim penghujan yang pendek tetapi berintensitas tinggi. 3.2. Demografi Publikasi BPS tahun 2012 untuk data tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk NTT sampai tahun 2011 adalah sebesr kurang lebih 4.7 juta jiwa dengan tingkat kepadatan sekitar 101 jiwa per Km 2. Kepadatan penduduk tertinggi berada pada wilayah administratif Kota Kupang dengan tingkat kepadatan sebesar 1 902 jiwa 13

pe Km 2 dan kepatan terendah adalah Kabupaten Sumba Timur dengan tingkat kepadatan sebesar 33 jiwa per Km 2. Persebaran penduduk menurut kabupaten dapat dijelaskan sebagai berikut. Kabupaten dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Kabupaten TTS (449.881 jiwa), diikuti oleh kabupaten Belu (359 266 jiwa) dan Kota Kupang (342 892 jiwa). Secara Detail proporsi persebaran penduduk menurut kabupaten/ kota dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 1 Persentase Penduduk NTT Menurut Kabupaten/Kota, 2011 Sumber NTT Dalam Angka, 2012., BPS NTT Kabupaten Flores Timur (1.19%). Rerata laju pertumbuhan penduduk NTT periode 2000 2010 sekitar 2.07 %, sedang pertumbuhan tahun terakhir tercatat hanya 1,31 %. Rincian pertumbuhan penduduk menurut Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk tertinggi tahun terakhir tercatat terjadi pada Kabupaten Sumba Barat Daya (1.42 %), sedangkan terendah terjadi pada Kabupaten Sabu Raijua (1.17%) dan Tabel 3. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk NTT 2010-2011 Per Kabupaten No Kabupaten Jumlah Penduduk (orang) Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun (%) 2010 2011 2000-2010 2010-2011 1 Sumba Barat 110993 113189 2.32 1.37 2 Sumba Timur 227732 232237 2.11 1.29 3 Kupang 304548 310573 2.53 1.27 4 Timor Tengah Selatan 441155 449881 1.25 1.30 5 Timor Tengah Utara 229803 234349 1.71 1.25 6 Belu 352297 359266 2.40 1.34 7 Alor 190026 193785 1.47 1.36 8 Lembata 117829 120160 2.74 1.26 9 Flores Timur 232605 237207 1.65 1.19 10 Sikka 300328 306269 1.31 1.28 11 Ende 260605 265761 1.15 1.21 12 Ngada 142393 145210 2.11 1.30 13 Manggarai 292451 298236 2.29 1.38 14 Rote Ndao 119908 122289 1.95 1.20 15 Manggarai Barat 221703 226089 3.07 1.43 16 Sumba Tengah 62485 63721 2.79 1.31 17 Sumba Barat Daya 284903 290539 2.29 1.42 18 Nagekeo 130120 132694 1.85 1.25 19 Manggarai Timur 252744 257744 1.99 1.4 20 Sabu Raijua 72960 74403 1.30 1.17 21 Kota Kupang 336239 342892 3.52 1.34 Nusa Tenggara Timur 4683827 4776485 2.07 1.31 Sumber: NTT dalam Angka, 2012 (BPS Prov. NTT) 14