BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di IUPHHK HA (ijin usaha pemamfaatan hasil hutan kayu hutan alam) PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Penelitian dilakukan selama 1 bulan yaitu bulan November 2011. RKT 2011 Gambar 1 Peta IUPHHK HA PT. Salaki Summa Sejahtera. 3.2 Alat, Bahan dan Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah Blok RKT (rencana kerja tahunan) 2011. Blok RKT 2011 terdiri dari 10 petak yang mencakup petak 262, 263, 264, 265, 290, 291, 292, 318, 319 dengan luasan masing-masing 100 ha dan petak 348 seluas 62 ha. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur untuk mengukur lebar jalan, Global Positioning System (GPS) Garmin 60 CSX untuk mendigitasi jalan dan TPn (tempat pengumpulan kayu), software Global Mapper dan Microsoft Excel untuk pemetaan dan pengolahan data penelitian, kamera untuk
10 dokumentasi, dan tally sheet untuk mencatat hasil pengukuran lapangan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta rencana jalan dari RKT 2011. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Metode Kerja Langkah awal dalam penelitian ini adalah menentukan areal penelitian yang telah dieksploitasi. Areal yang terpilih adalah RKT 2011 yang berisi 10 petak tebang. Untuk mengetahui keterbukaan wilayah yang terjadi, petak tebang yang berukuran 100 ha diinventarisasi 100 % jalan angkutan kayu, jalan sarad, TPn, dan camp tarik. Kehilangan cadangan karbon keterbukaan wilayah dan penebangan kayu dihitung berdasarkan data laporan hasil cruising (LHC) dan laporan hasil produksi (LHP). 3.3.2 Metode Pengumpulan Data 1. Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data sekunder yang diperlukan berupa laporan hasil cruising (LHC) yang digunakan untuk mengetahui potensi tegakan sebelum dilakukan penebangan dan laporan hasil produksi (LHP) untuk mengetahui data pohon ditebang. Data lainnya yang diperlukan yaitu kondisi umum perusahaan, peta sebaran pohon, peta kawasan perusahaan, peta jalan angkutan, jalan sarad dan TPn, peta areal kerja dari areal bekas tebangan yang akan diteliti di kawasan hutan perusahaan. 2. Pengukuran keterbukaan areal bekas tebangan Prasarana PWH (pembukaan wilayah hutan) yang diukur untuk mengetahui luas areal yang terbuka di petak bekas tebangan adalah jalan angkutan, jalan sarad, dan TPn. Lokasi penelitian pada areal RKT 2011 dengan 10 petak bekas tebangan ukuran 1 km x 1 km (100 ha). Pengukuran keterbukaan areal ini dilakukan di seluruh petak bekas tebangan dengan inventarisasi 100% jalan angkutan, jalan sarad, dan TPn. Luas total keterbukaan areal dihitung dengan menjumlahkan luas jalan sarad, luas jalan angkutan dan luas TPn. 3. Pengukuran panjang dan lebar jalan sarad Luas areal yang terbuka akibat adanya jalan sarad ditentukan dengan mengukur panjang dan lebar jalan sarad. Jalan sarad adalah jalan yang
11 melayani kebutuhan menyarad kayu dari tunggak pohon ke TPn atau tepi jalan cabang. Pengukuran panjang jalan sarad dilakukan dengan menelusuri setiap jalan sarad yang berada di petak tebangan yang diukur dengan menggunakan GPS. Digitasi menggunakan GPS diawali dari jalan angkutan dan TPn ke jalan sarad terjauh. Data tracking GPS dihimpun untuk diolah menggunakan komputer menjadi peta realisasi jalan dan TPn. Lebar jalan sarad diukur secara acak untuk mengetahui lebar rata-rata jalan sarad. 4. Pengukuran panjang dan lebar jalan angkutan Luas areal yang terbuka akibat jalan angkutan yang berada dalam petak bekas tebangan diukur panjang dan lebar jalan angkutan. Panjang jalan dapat diketahui dengan menelusuri jalan angkutan dengan GPS. Koordinat- koordinat jalan angkutan yang didapatkan dari penelusuran setiap jalan angkutan dengan digitasi GPS dipindahkan ke komputer untuk diolah menjadi peta jalan angkutan berdasarkan peta pohon dari data LHC. Lebar jalan angkutan diukur dengan mengukur di setiap 100 m. Lebar jalan yang diukur adalah badan jalan, bahu jalan dan parit jalan angkutan. 5. Pengukuran TPn Bangunan TPn sebagai tempat penyimpanan kayu sementara diukur luas arealnya dengan menggunakan GPS. Pengukuran dilakukan dengan mengelilingi TPn hingga kembali ke titik semula. Pengukuran lainnya yang lebih akurat dilakukan dengan menggunakan sistem titik tengah (Feldpausch et al. 2005). 6 1 2 5 3 4 Gambar 2 Pengukuran TPn dengan Sistem Center Point.
12 Sistem ini digunakan dengan menjumlahkan areal dari luas enam segitiga yang dibentuk dari tengah TPn ke batas-batas TPn. Luas masing-masinmendapatkan luas total dari 1 TPn. Luasan yang didapatkan segitiga dijumlahkan untuk dari hasil digitasi menggunakan GPS dibandingkan dengan luasan yang didapatkan dari pengukuran sistem titik tengah. Hasil digitasi menggunakan GPS yang menelusuri setiap bagian keterbukaan areal diolah menggunakan sistem informasi geografis (Mapsource) menjadi peta petak tebangan yang diteliti dengan memasukkan data peta pohon hasil dari LHC. Total panjang jalan sarad, jalan angkutan dan luas TPn yang didapatkan dikalkulasikan. Luasan jalan sarad dan jalan angkutan didapatkan dengan mengalikan panjang jalan dengan lebar jalan yang didapatkan dari pengukuran di lapangan. Dimana: TPn Jalan Sarad Jalan Angkutan Gambar 3 Peta realisasi jalan dan TPn di PT. Salaki Summa Sejahtera. 3.4 Metode Analisiss Data 3.4.1 Perhitungan Volume Tegakan Perhitungan volume tegakan dilakukan untuk mengetahui besarnya potensi volume tegakan yang terdapat pada lokasi penelitian dan untuk mengetahui
13 besaran volume pemanenan yang dilakukan. Volume tegakan dalam petak tebang ditentukan dengan menjumlahkan seluruh data pohon hasil inventarisasi tegakan sebelum penebangan (ITSP) dan volume pemanenan dalam petak tebang dihitung dengan menjumlahkan volume setiap log berdasarkan data LHP. Untuk menentukan besarnya volume pohon berdiri dilakukan dengan menggunakan rumus Dephut (1992) : V = Volume pohon (m 3 ) d = Diameter pohon (m) V = ¼. π. d 2. h bc. f h bc = Tinggi pohon bebas cabang (m) π = Phi (3,14) f = Faktor bentuk (0,7) Untuk menentukan besarnya volume log diketahui dengan menggunakan rumus Brereton (Dephut 2009b) : V = ¼. π. ( ) 2. p V = Volume pohon (m 3 ) dp = Diameter pangkal (m) du = Diameter ujung (m) π = Phi (3,14) p = Panjang log (m) 3.4.2 Perhitungan Keterbukaan Wilayah Perhitungan keterbukaan wilayah yang terjadi di lokasi penelitian berasal dari aktivitas pemanenan kayu seperti pembuatan jalan utama, jalan cabang, jalan sarad, TPn, dan camp tarik. Perhitungan luas jalan dihitung dengan mengalikan total panjang dan lebar rata-rata dalam petak tebang sedangkan untuk mengetahui luas TPn dihitung menggunakan software Global Mapper. Luas total TPn didapatkan dengan menjumlahkan semua TPn yang berada dalam petak tebang. Keterbukaan wilayah didapatkan dengan menjumlahkan luas semua areal terbuka dalam lokasi penelitian. Untuk mengetahui besarnya keterbukaan wilayah yang terjadi dilakukan dengan menggunakan rumus Elias (2008) :
14 K = L M 100% K = Persentase keterbukaan areal (%) L = Luas areal yang terbuka (ha) M = Luas total areal terlayani (ha) 3.4.3 Kerusakan Tegakan Tinggal Penentuan kerusakan tegakan tinggal menggunakan persamaan yang diolah berdasarkan data Firma (2012) yang memiliki lokasi penelitian sama dengan penelitian ini. Persen kerusakan (%) dinyatakan dengan : Y = 11,6 + 2,01 X Y = Persen kerusakan (%) X = Intensitas pemanenan (pohon/ha) Tingkat kerusakan tinggal akibat pemanenan kayu dihitung menggunakan rumus Elias (1993) : Y= x100% Dimana: Y = Persen kerusakan (%) R = jumlah pohon rusak (pohon/ha) P = jumlah pohon 20 sebelum pemanenan (pohon/ha) Q = jumlah pohon ditebang (pohon/ha) 3.4.4 Perhitungan Biomassa dan Karbon Perhitungan biomassa yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan persamaan alometrik biomassa yang disusun oleh Brown (1997) yang diterapkan pada zona iklim lembab yaitu : B = exp [-2,134 + 2,530 x ln(d)] B = Biomassa di atas permukaan tanah (Kg) D = Diameter pohon setinggi dada (cm)
15 Kandungan karbon di hutan alam dapat dihitung dengan menggunakan pendugaan biomassa hutan. Brown (1997) menyatakan bahwa umumnya 50% dari biomassa hutan tersusun atas karbon sehingga dari hasil perhitungan biomassa dapat diubah kedalam bentuk karbon (Kg C) yaitu dengan mengalikan nilai biomassa dengan faktor konversi sebesar 0,5. Karbon (C) = B x 0,5 K = Jumlah karbon (Kg C) B = Biomassa di atas permukaan tanah (Kg) 3.4.5 Perhitungan Cadangan Karbon yang Hilang 3.4.5.1 Kehilangan Cadangan Karbon Akibat Keterbukaan Wilayah Kehilangan cadangan karbon akibat keterbukaan wilayah disebabkan oleh pembersihan lahan sehingga vegetasi yang dibersihkan mati dan mengurangi cadangan karbon. Cadangan karbon yang hilang akibat keterbukaan wilayah pada lokasi penelitian didapatkan dengan mengalikan total luas areal terbuka akibat PWH dengan potensi biomassa karbon (ton C/ha). Untuk mengetahui besarnya kehilangan cadangan karbon akibat keterbukaan wilayah menggunakan rumus : KW = L x C KW = Cadangan karbon hilang akibat keterbukaan wilayah (ton) L = Luas areal terbuka (ha) C = Potensi karbon (ton C/ha) 3.4.5.2 Kehilangan Cadangan Karbon Akibat Penebangan Kayu Kehilangan cadangan karbon akibat penebangan kayu disebabkan oleh pengangkutan kayu tebangan dari dalam hutan sehingga mengurangi biomassa karbon tegakan yang ditinggalkan. Cadangan karbon yang hilang akibat penebangan kayu didapatkan dengan menjumlahkan biomassa karbon kayu berdasarkan data LHP blok RKT 2011. Untuk mengetahui besarnya cadangan karbon yang hilang menggunakan rumus : PK = CTi PK = Cadangan karbon hilang akibat penebangan kayu komersial (ton)
16 I = Nomor petak tebang blok RKT 2011 N = jumlah petak CT i = Total biomassa karbon kayu ditebang pada petak tebang 3.4.5.3 Kehilangan Cadangan Karbon Akibat Kerusakan Tegakan Tinggal Biomassa karbon pohon-pohon yang rusak akibat tertimpa pohon yang ditebang dijumlahkan untuk menghitung besarnya cadangan karbon yang hilang akibat kerusakan tegakan tinggal. Untuk mengetahui besarnya kehilangan cadangan karbon akibat kerusakan tegakan tinggal menggunakan rumus : KT = CRi KT = Cadangan karbon hilang akibat kerusakan tegakan tinggal (ton) I = Nomor petak tebang blok RKT 2011 N = jumlah petak CRi = Total biomassa karbon pohon rusak pada petak tebang 3.4.5.4 Kehilangan Cadangan Karbon Total Cadangan karbon yang hilang disebabkan oleh aktivitas pemanenan kayu seperti keterbukaan wilayah, penebangan kayu, dan kerusakan tegakan tinggal. Perhitungan kehilangan cadangan karbon yang hilang diketahui dengan menggunakan rumus: ST = SA KW PK KT ST = Stok akhir cadangan karbon (ton) SA = Stok awal cadangan karbon (ton) KW = Cadangan karbon hilang akibat keterbukaan wilayah (ton) PK = Cadangan karbon hilang akibat penebangan kayu komersial (ton) KT = Cadangan karbon hilang akibat kerusakan tegakan tinggal (ton)